Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Konsep Model Inovasi Pendidikan dan Akselerasi Program Inovasi Pendidikan


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
INOVASI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd.

Kelompok 10
Niken Yuhana Pertiwi (126212211021)
Abdullah Massarah (126212212035)
Fifi Elydatul Mufidah (126212212037)

TADRIS KIMIA 3A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas makalah secara berkelompok pada mata kuliah Inovasi Pendidikan dengan
judul Konsep Model Inovasi Pendidikan dan Akselerasi Program Inovasi Pendidikan.
Makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan di Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Agus Purwowidodo,
M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pendidikan. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah membantu
memberikan beberapa referensi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pembaca makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan kita semua.

Tulungagung, 10 September 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1

C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3

A. Konsep Model Inovasi Pendidikan .........................................................................3

B. Akselerasi Inovasi Pendidikan ................................................................................12

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................17

A. Kesimpulan .............................................................................................................17

B. Saran .......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................19

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanganan penyelenggaraan pendidikan saat ini telah mengalami perkembangan,
yang mana berkaitan dengan pesatnya perkembangan lingkungan lokal, ragional, maupun
internasional. Selain itu, hal tersebut juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan terselesaikannya seluruh permasalahan pendidikan
yang telah muncul belakangan ini. Adapun dalam menyelesaikan permasalahan tersebut,
proses inovasi pendidikan yang telah berlangsung membutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai tahap implementasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, kendala, dan
beberapa permasalahan yang muncul meskipun berbagai pembaharuan pendidikan telah
dilakukan di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat dan cepat.
Untuk itu, agar proses inovasi pendidikan dengan berbagai pembaharuan di tengah
perkembangan IPTEK tersebut dapat berhasil, maka para pengajar dengan kompetensi
yang unggul dan berkualitas diperlukan dalam pembaharuan tersebut, serta adanya
komitmen antara guru dan siswa untuk mencapai suatu keberhasilan. Selain itu, suatu
lembaga pendidikan juga sangat berperan untuk terus-menerus mengupayakan suatu
strategi maupun program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman,
situasi, kondisi, dan kebutuhan dari peserta didik dengan berbagai model-model inovasi
pendidikan. Adapun salah satu program tersebut adalah program akselerasi inovasi
pendidikan.
Program akselerasi adalah program pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan
dan bakat istimewa yang dimiliki siswa dengan memberi kesempatan untuk dapat
menyelesaikan program dalam waktu yang lebih singkat.1 Siswa atau peserta didik yang
mengikuti program tersebut merupakan peserta didik pilihan yang memiliki kemampuan
intelegensi di atas rata-rata dengan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Selain adanya
program tersebut, pembaharuan pendidikan juga dilakukan dengan adanya model-model
inovasi pendidikan yang sangat beraneka ragam dengan berbagai konsepnya, terutama
konsep dalam pengaplikasikannya. Perkembangan model inovasi pendidikan juga
berkembang sangat pesat. Utamanya di Indonesia, penerapan beberapa model inovasi
pendidikan yang digunakan merupakan model inovasi yang telah diadobsi dari negara

1
Mutia, “Pembelajaran Akselerasi (Konsep Belajar Cepat Abad - XXI),” Fitrah 2 (2020): 1.

1
Amerika Serikat. Meskipun demikian, model yang berkembang tersebut tidak diterapkan
semuanya dan hanya digunakan sebagai contoh sehingga dapat menambah wawasan dan
mengetahui cara penggunaan model inovasi tersebut yang kemudian dikembangkan oleh
para ahli dengan menyesuaikan situasi dan kondisi di Indonesia yang memiliki karakteristik
dan keunikan di bidang pendidikan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengangkat masalah tersebut
menjadi makalah yang berjudul “Konsep Model Inovasi Pendidikan dan Akselerasi
Program Inovasi Pendidikan” sebagai wadah informasi mengenai konsep model dan
akselerasi program inovasi pendidikan sehingga dapat membantu kelancaran proses inovasi
pendidikan dengan menyesuaikan model pendidikan terhadap perkembangan anak, zaman,
kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik, serta dapat mengatasi berbagai permasalahan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep model Inovasi Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan akselerasi program inovasi pendidikan?

C. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan konsep model inovasi pendidikan
2. Dapat menjelaskan mengenai akselerasi program inovasi pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Model Inovasi Pendidikan


Inovasi adalah bagian dari perubahan sosial yang di dalamnya terdapat berbagai model
inovasi. Terlebih pada inovasi pendidikan, model inovasinya sangat beraneka ragam.
Adapun dalam penyelenggaraannya, model inovasi merupakan bagian dari proses inovasi
pendidikan yang memerlukan suatu perencanaan inovasi pendidikan agar proses tersebut
berjalan dengan lancar dan efektif. Diantara perencanaan inovasi pendidikan tersebut
adalah sebagai berikut:2
1. Penyusunan perencanaan
Dalam penyusunan perencanaan disesuaikan dengan keperluan, baik untuk
diimplementasikan di seluruh wilayah nasional maupun di suatu lembaga tertentu.
Selain itu, penyusunan perencanaan juga disesuaikan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi proses inovasi pendidikan, baik faktor manusianya, guru, siswa, maupun
interaksi antara guru dan siswa.
2. Hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya
Terdapat 3 macam hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem, yaitu reaktif, proaktif, dan interaktif.
a. Hubungan reaktif, yaitu sistem secara berkesinambungan mengadakan respons
terhadap kekuatan atau tekanan dari luar, misalnya masalah politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, dan sebagainya.
b. Hubungan proaktif, yaitu sistem memegang peranan sebagai pengambil inisiatif
untuk mengadakan perubahan atau inovasi, dan secara aktif berusaha mencari
sumber dari lingkungannya (eksternal).
c. Hubungan interaktif, yaitu pertumbuhan dan pengembangan atau perubahan suatu
sistem sebagai hasil adanya hubungan interaksi antara sistem dengan
lingkungannya. Sistem dan lingkungannya saling memegang peranan dalam proses
terjadinya perubahan atau inovasi.
Berdasarkan ketiga macam hubungan tersebut, yang sesuai dengan perubahan
pendidikan yang direncanakan atau inovasi ialah hubungan proaktif dan interaktif,
karena dengan hubungan proaktif dan interaktif antara sekolah dengan lingkungannya

2
H.A Rusdiana, “Konsep Inovasi Pendidikan,” Pustaka setia (2014): 129–135.

3
terjadi saling kontrol dalam usaha mengadakan perubahan atau inovasi, di mana
pimpinan sekolah dan guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa untuk
mengadakan perubahan atau inovasi guna mengefektifkan proses belajar siswa.
Selain ketiga jenis diatas, juga terdapat hubungan antara sistem dengan lingkungannya
yang tidak mendorong adanya perubahan karena tenaga sumber yang terdapat di
lingkungan dengan sistem yang ada. Hubungan tersebut dinamakan hubungan inaktif
atau beku, yaitu dalam hubungan tersebut tidak terdapat arus tenaga penggerak antara
sistem dengan lingkungannya, sehingga sistem itu tidak dapat tumbuh dan berkembang.

3. Elemen-elemen Pokok dalam Proses Perencanaan


Miles (dalam Hum, 2022: 100) menjelaskan bahwa terdapat sebelas komponen penting
yang menjadi wilayah inovasi dalam pendidikan. Kesebelas komponen tersebut, yaitu:
(1) Personalia
(2) Wawasan dan perasaan
(3) Fasilitas fisik
(4) Penggunaan waktu
(5) Perumusan tujuan
(6) Prosedur pembelajaran
(7) Peran yang diperlukan
(8) Banyaknya personal dan wilayah kerja
(9) Bentuk hubungan antarbagian atau
mekanisme kerja
(10) Hubungan dengan sistem lain
(11) Perencanaan strategi pembelajaran.

4
Adapun menurut Ibrahim (dalam Hum, 2022: 100-101) juga menyebutkan bahwa
diantara elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan, yaitu:
(1) Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi;
(2) Mengidentifikasi masalah;
(3) Menentukan kebutuhan;
(4) Mengidentifikasi sumber penunjang dan penghambat,
(5) Menentukan alternatif kegiatan;
(6) Menemukan alternatif pemecahan masalah;
(7) Menentukan alternatif pendayagunaan sumber daya yang ada;
(8) Menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah;
(9) Menentukan alternatif pengambilan keputusan;
(10) Menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi.3
Selain itu, Ibrahim (dalam Hum, 2022: 101) juga menunjukkan pengertian model
perencanaan inovasi pendidikan proaktif atau interaktif dalam bentuk bagan sebagai
berikut:

Gambar 0.1
Model Perencanaan Inovasi Pendidikan Proaktif/Interaktif Sumber: Ibrahim
(dalam Hum, 2022: 100-101)4

3
M Hum et al., “Gagasan Konsep Inovasi Pendidikan,” ed. Rahmat Permana, 1st ed. (Tasikmalaya: EDU Publisher,
2022), 100–117.
4
Ibid.

5
Dengan memahami perencanaan inovasi pendidikan di atas, maka model inovasi
pendidikan dapat diimplementasikan dalam proses inovasi pendidikan. Adapun model
inovasi pendidikan itu sendiri merupakan suatu bentuk agar inovasi pendidikan yang
digunakan dapat dimanfaatkan sebagai perbaikan maupun pemecahan persoalan-persoalan
yang dihadapi dalam bidang pendidikan, baik sebagai usaha pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, maupun relevansi
pendidikan.5
Dalam implemetasinya, Kusnandi (dalam Kadi, 2017: 149) menjelaskan bahwa secara
umum inovasi pendidikan dibagi menjadi dua model, yaitu Top-down model dan Bottom-
up Model. Top-down model yaitu model inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan bawahan, seperti inovasi yang
pendidikan yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional. Sedangkan Bottom-up
Model yaitu model inovasi yang berasal dan bersumber dari bawah dan dilaksanakan
sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.6 Sedangkan
menurut Ampiri (dalam Mawati, 2020) menjelaskan bahwa dalam inovasi pendidikan dapat
dibedakan menjadi 5 model inovasi yang baru, yaitu Top-down Inovation, Bottom-up,
desentralisasi dan demokratisasi dalam pendidikan, quantum learning, dan pendekatan
kontektual.7
1. Top-down Inovation
Top-down Inovation adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah
sebagaipemberi gagasan awal dan mengatur jalannya program yang berawal dari
perencanaan hingga evaluasi, di mana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh dan
bawahan tidak berwenang untuk menolak pelaksanaannya. Contoh dari model ini yaitu
yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, seperti penerapan kurikulum,
kebijakan desentralisasi pendidikan, dll. Adapun kelebihan dan kekurangan dari Top-
down Inovation adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan

5
J. Nabiel Aha Putra, Samsul Susilawati, and Akbar A’thoni Elhaq, “Inovasi Pendidikan: Konsep Dasar, Tujuan,
Prinsip-Prinsip Dan Implikasinya Terhadap Pai,” Tamaddun 22, no. 1 (2020): 27, http://repository.uin-
malang.ac.id/7764/1/7764.pdf.
6
Titi Kadi and Robiatul Awwaliyah, “Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika Pendidikan Di
Indonesia,” Jurnal Islam Nusantara 1, no. 2 (2017): 149,
https://lp3m.unuja.ac.id/unduh_jurnal/34/2017_Kadi_Inovasi Pendidikan.pdf.
7
Arin Tenttrem Mawati et al., “Inovasi Pendidikan: Konsep, Proses Dan Strategi,” ed. Tonni Limbong, 1st ed.
(Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), 41–51.

6
Menerapkan sistem yang terstruktur Terbatasnya kreativitas guru dalam
sehingga waktunya sangat efektif dan pengembangan pembelajaran sesuai
efisien dengan tingkat berfikir guru
Adanya peran pemerintah yang optimal Ketidaksesuaian antara kebijakan
sehingga program tersebut dapat berjalan pemerintah dengan kompetensi yang
sendiri tanpa guru bekerja dimiliki oleh sekolah
Adanya standar pengajaran sebagai tolak Peran guru sebagai penerima keputusab
ukur ketuntasan belajar siswa tanpa mengetahui jalannya proses
pembentukan program tersebut
Hasil yang dikeluarkan bisa optimal Tujuan utama dari program tersebut tidak
karena biasya pengeluaran ditanggung terwujud karena pemerintah pusat tidak
oleh pemerintah begitu memahami keperluan peserta
didik, baik secara SDM maupun SDA
Pendidikan merata di seluruh wilayah Keterbatasan fasilitas dan finansial bagi
daeah terpencil
Mengoptimalkan kinerja para pekerja Masyarakat merasa terabaikan karena
dipemerintahan dalam menyelenggara- suara mereka tidak begitu diperhitungkan
kan suatu program dalam proses berjalannya program

2. Bottom-up Innovation
Bottom-up Innovation yaitu model inovasi yang bersumber dari bawahan berdasarkan
ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru, atau masyarakan sebagai upaya
untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. dalam hal ini, pemerintah
hanya sebagai fasilitator jalannya suatu program. Adapun kelebihan dan kekurangan
dari model inovasi pendidikan ini adalah sebagai berikut:8
Kelebihan Kekurangan
Peran guru dapat optimal ddan lebih Hubungan guru dengan pemerintah tidak
kreatif dalam memberikan ide kepada akan berjalan lebih baik karena
pemerintah dalam menjalankan suatu terjadinya kesalahpahaman mengenai
program tugas pemerintah dan guru serta
munculnya ide-ide yang berbeda

8
Ibid.

7
Tujuan yang diinginkan oleh guru akan Hasil dari suatu program tersebut belum
berjalan sesuai dengan keinginan guru tentu baik karena adanya perbedaan
tingkat pendidikan
Pemerintah tidak perlu bekerja secara Pemerintah tidak akan begitu berharga
optimal karena perannya tidak begitu besar

3. Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan


Desentralisasi adalah suatu keterkaitan antara kebijakan pemerintah dari pusat ke
daerah dalam aspek-aspek kewenangan suatu pengembangan pendidikan di daerah.
Dalam hal ini penyerahan kekuasaan sepenuhnya kepada daerah dan pemerintah tidak
ikut campur atas kewenangan yang diberikan. Sedangkan pendidikan demokrasi
diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakuakn negara dan masyarakatnya untuk
memfasilitasi warganya agar memahami, menghayati, mengamalkan, dan
mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai status dan perannya dalam
masyarakat. Adapun tujuan utama dari desentealisasi dan demokrasi dalam pendidikan
adalah meningkatkan mutu pendidikan dengan infrastruktur yang baik. Sedangkan
kelebihan dan kekurangan dari model inovasi ini adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan
Mendorong berkembangnya suatu proses Menimbulkan sarana dan prasarana
yang lebih kompetitif dalam suatu proses belum menunjang untuk proses
pembelajaran pemerataan penerimaan pendidikan
Meningkatkan efisiensi kegiatan Manajemen keuangan tidak transparan
pendidikan
Memacu kreatifitas guru dalam membuat Menimbulkan banyaknya tindak korupsi
suatu inovasi dalam pendidikan
Dapat menunjang sarana prasarana dalam Menimbulkan kecemburuan sosial antara
fasilitas sekolah pemerintag daerah dan masyarakat
Dapat membuat pengelolaan manajemen Menurunkan kualitas guru dalam
keuangan sekolah lebih optimal mengelola suatu pembelajaran di kelas
Mampu menyelesaikan masalah disuatu Anggaran tidak sesuai dengan
daerah itu sendiri pengeluaran yang terjadi

4. Quantum Learning

8
Quantum learning adalah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang
menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi diri siswa maupun orang lain. Model inovasi ini mencakup
aspek neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi, meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku, serta menciptakan jalinan
pengertian siswa dan guru. Sedangkan ruang lingkup model ini yaitu pada proses yang
dapat menumbuhkan minat belajar anak yang aktif dan kreatif. Adapun kelebihan dan
kekurangannya adalah sebagai berikut:9
Kelebihan Kekurangan
Menekankan pada perkembangan memerlukan dan menuntut keahlian dan
akademis dan keterampilan keterampilan guru
Meningkatkan kinerja otak karena model Membutuhkan waktu yang cukup lama
pembelajarannya lebih santai dan untuk menumbuhkan motivasi belajar
menyenangkan dengan diiringi musik siswa
Penyajian materi pelajarannya secara Kesulitan mengidentifikasi keterampilan
alami siswa
Mampu melejitkan prestasi siswa Membutuhkan pengalaman yang nyata
Dapat memadukan antara berbagai Memerlukan proses perencanaan dan
sugesti dan interaksinya dengan persiapan pembelajaran yang matang dan
lingkungan yang memengaruhi proses terencana dengan cara yang baik
dan hasil belajar seseorang

5. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning/CTL)


CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kelas ini, guru bertugas
membantu siswa mencapai tujuannya dengan memberikan strategi bukan memberikan
informasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model inovasi ini adalah sebagai
berikut:10
Kelebihan Kekurangan

9
Ibid.
10
Ibid.

9
Pembelajaran menjadi lebih bermakna Waktu yang digunakan kurang efisiensi
dan riil karena meembutuhkan waktu untuk
mengaitkan tema dengan materi
Pembelajaran lebih produktif dan mampu Mahalnya fasilitas yang akan digunakan
menumbuhkan penguatan konsep kepada dalam membahas materi yang tidak
siswa karena model inovasi pendidikan disampaikan secara konstektual pada
CTL menganut aliran konstruktivisme tingkatan yang berbeda

Selain model inovasi pendidikan di atas, Kristiawan (dalam Hum, 2022: 102)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa model inovasi pendidikan lainnya telah digunakan
oleh Amerika Serikat. Adapun faktor yang mendorong bangsa Amerika mengadakan
Inovasi pendidikan yaitu peristiwa berhasilnya bangsa Rusia meluncurkan Sputnik ke luar
angkasa. Bentuk inovasi pendidikan yang diadakan bangsa Amerika, diantaranya yaitu
dengan melakukan pembaharuan kurikulum, penggunaan media, pengorganisasian
kegiatan belajar, dan prosedur administrasi sekolah serta lainnya yang berkenaan dengan
pendidikan.11 Bangsa Amerika juga memanfaatkan perkembangan ilmu sosial dan ilmu
tingkah laku untuk mengadakan penelitian dan rekayasa menciptakan sesuatu pada masa
yang akan datang, sehingga ditemukannya suatu cara menginterfensi agar terjadi perubahan
sosial. Selain itu, juga menemukan tiga model perubahan pendidikan atau model inovasi
pendidikan, diantaranya yaitu:12
1. Model Penelitian, Pengembangan, dan Difusi.
Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang memerlukan perubahan.
Unsur pokok perubahan ialah penelitian, pengembangan, dan difusi. Namun kemudian
dikembangkan kembali sehingga menjadi penelitian, pengembangan, difusi dan
evaluasi, yang kemudian dikembangka kembali menjadi beberapa bentuk lembaga dan
sistem pendidikan untuk menangani kegiatan riset, pengembangn, dan difusi secara
berkesinambungan. Lembaga tersebut bernama ERIC Clearing house, Reseach and
Development Centers, and Regional Educational Laboratories.
2. Model Pengembangan Organisasi
Model ini lebih berorientasi pada organisasi daripada pada sistem sosial dan berpusat
pada sekolah. Model ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi, yang mana

11
Hum et al., “Gagasan Konsep Inovasi Pendidikan.”
12
Rusdiana, “Konsep Inovasi Pendidikan.”

10
model pengembangan organisasi juga berorientasi pada nilai yang tinggi. Artinya,
model ini juga mendasarkan pada filosofi yang menyarankan agar sekolah tidak hanya
diberi tahu tentang inovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, tetapi sekolah
hendaknya mampu mempersiapkan diri untuk memecahkan sendiri masalah pendidikan
yang dihadapinya. Dalam proses pemecahan masalah dengan model ini memerlukan
ahli dalam bidang teknis pemecahan masalah serta menyatakan dan makin sukar
permasalahan pembaharuan yang berkaitan dengan masalah sosial, maka akan ada
berbagai macam penafsiran tentang inovasi itu sendiri.
3. Model Konfigurasi
Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal
dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara komprehensif untuk
mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda.
Menurut model konfigurasi, kemungkinan terjadinya difusi inovasi bergantung pada
empat faktor yang disingkat menjadi CLER, yaitu:
a. Konfigurasi (configuration), artinya menunjukkan bentuk hubungan inovator
dengan penerima dalam konteks sosial atau hubungan dalam situasi sosial dan
politik. Ada empat konfigurasi, yaitu individu, kelompok, lembaga, dan
kebudayaan yang berperan sebagai inovator dan dapat berperan sebagai penerima
inovasi (adopter).
b. Hubungan (linkage), yaitu hubungan antara para pelaku dalam proses penyebaran
inovasi. Inovator dan adopter harus berada dalam hubungan yang memungkinkan
didengarkannya dan diperhatikannya inovasi yang didifusikan.
c. Lingkungan (environtment), yaitu cara keadaan lingkungan sekitar menjadi tempat
penyebaran inovasi, baik lingkunan fisik, sosial, maupun intelektual yang secara
umum dapat bersifat netral, memengaruhi atau mungkin menghambat terhadap
tingkah laku tertentu.
d. Sumber (resources), yaitu sumber yang tersedia bagi inovator dan penerima dalam
proses transisi penerimaan inovasi. Sumber yang tersedia sangat penting, baik bagi
inovator maupun adopter, karena keduanya memerlukan sumber inovasi untuk
melaksanakan transaksi. Inovator memerlukan kejelasan konsep agar dapat
menyusun desain pengembangan dan menentukan strategi inovasi. Demikian pula,
adopter memerlukan kejelasan konsep untuk memahami inovasi sehingga dapat
menerapkan inovasi sesuai yang diharapkan.

11
B. Akselerasi Program Inovasi Pendidikan
Pada dasarnya pembangunan adalah suatu upaya yang dilakukan secara terencana
dalam melakukan perubahan, fungsi utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas manusia. salah satu upaya dalam strategi pembangunan yaitu terjadinya akselerasi
pencapaian Inodnesia maju sebagai salah satu program inovasi pendidikan.
Akselerasi merupakan salah satu program belajar untuk mempercepat anak yang
mempunyai daya tangkap yang lebih dalam belajar dan memiliki kecerdasan di atas rata-
rata serta mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan jauh lebih cepat. Program ini
dikembangkan berdasarkan penelitian dan teori-teori semisal teori Sugestopedia Georgi
Lozanov yang konsepnya diawali oleh pandangan Collin Rose dan Malcom J. Nicholl
tentang adanya beberapa hal yang menjadi karakteristik tahun-tahun terakhir yang penuh
pancaroba dari millennium II. Adapun di Indonesia, program akselerasi ini mulai diadakan
pada tahun 1998 dengan model Buttom up oleh para praktisi di tingkat sekolah yang
kemudian difasilitasi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hingga akhirnya
menjadi salah satu program dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa Ditjen Dikdakmes.
Hingga akhirnya, pada tahun 2000 program ini secara resmi ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai salah satu program nasional melalui uji
coba dan diseminasi penyelenggaraan program terhadap beberapa sekolah di Indonesia.13
Program akselerasi ini merupakan model pembelajaran yang menawarkan cara belajar
yang lebih cepat atau dikenal dengan percepatan belajar.14 Adapun menurut Colangelo
(dalam Anam, 2016: 3) menjelaskan bahwa istilah akselerasi merujuk pada layanan yang
disajikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery).
Dengan demikian, sebagai layanan, akselerasi pada setiap tahap pendidikan berarti loncatan
kelas/tingkat yang lebih tinggi dari masa studi normal. Dan sebagai kurikulum, akselerasi
berarti mempercepat bahan ajar dari yang biasa disampaikan kepada kelas regular sehingga
peserta didik (akseleran) akan menguasai banyak pengalaman belajar dalam waktu yang
sedikit.15 Program percepatan belajar atau akselerasi ini merupakan bagian kebijakan
pendidikan jalur formal pada program layanan khusus peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan keberbakatan akademik istimewa.

13
S Anam, “Kurikulum Diferensiasi (Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah),”
Turats 7, no. 1 (2015): 1–4.
14
Mutia, “Pembelajaran Akselerasi (Konsep Belajar Cepat Abad - XXI).”
15
Anam, “Kurikulum Diferensiasi (Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah).”

12
Adapun siswa berbakat akademik digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu siswa yang
memiliki intelegensi superior (IQ = 130 ke atas) dan siswa yang memiliki prestasi akademik
jauh di atas rata-rata kelas atau selalu menjadi juara kelas dan memperlihatkan kecerdasan
luar biasa dalam ilmu-ilmu tertentu. Sedangkan ciri-ciri dari siswa berbakat, diantaranya:
1. Terlalu cepat dewasa (precocious) sehingga lebih dahulu dan lebih cepat daripada
teman-temannya dalam memahami suatu materi
2. Anak berbakat akan maju sesuai dengan iramanya sendiri, melakukan pertemuan-
pertemuan sendiri dan dapat mencari penyelesaian suatu permasalahan secara naluriah
tanpa melalui sederetan langkah-langkah pemikiran yang linear.
3. Anak berbakat didorong oleh keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau dominan
sesuai dengan kemampuannya yang paling yang tinggi seperti matematika.
4. Secara global menguasai mata pelajaran dan berhasil menyelesaikan pendidikan di
Perguruan Tinggi pada usia yang sangat muda.
Adapun tujuan dari program akselerasi adalah memaksimalkan potensi dan minat
intelektual siswa dengan potensial yang unggul agar terlayani dengan baik dan tidak
mengalami underachievement serta mewujudkan layanan pendidikan kepada para siswa
yang memiliki keunggulan-keunggulan komparatif dan kecerdasan luar biasa secara
optimal dengan kecepatan dan kompleksitas yang cocok dengan kemampuannya daripada
siswa biasa sehingga dapat terus berkembang secara maksimal sehingga dapat menjadi
asset bangsa dan pemimpin di masa depan. Selain itu, secara khusus program akselerasi ini
bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan
program pendidikan secara lebih cepat sesuai potensinya; meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses pembelajaran peserta didik; serta memacu mutu siswa untuk peningkatan
kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara seimbang.16
Dengan demikian, agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dalam penerapannya
akselerasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Belajar bagaimana belajar (Learning How To Learn) dan belajar bagaimana berfikir
2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri
3. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan multi-model
dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan
4. Orangtua khususnya dan masyarakat umumnya terlibat sepenuhnya dalam pendidikan
anak-anak

16
Mutia, “Pembelajaran Akselerasi (Konsep Belajar Cepat Abad - XXI).”

13
Dengan prinsip-prinsip tersebut, akselerasi diselenggarakan berdasarkan beberapa
model penyelenggaraan, diantaranya:
1. Kelas reguler, yaitu digunakan bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model
inklusif)
2. Kelas khusus, yaitu digunakan bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa belajar dalam kelas khusus
3. Sekolah khusus, digunakan bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.
Adapun waktu tempuh program akselerasi ini menyesuaikan program belajar bagi
siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan
siswa regular. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat
dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun
menjadi 2 (dua) tahun. (Depdiknas, 2003: 30). Dalam proses pembelajaran program
akselerasi ini menggunakan kurikulum nasional yang standar namun dilakukan improvisasi
alokasi waktu sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik.17
Dengan adanya konsep, prinsip, dan tujuan dari program akselerasi yang telah tersusun
dan terencana sebagai suatu upaya dalam inovasi pendidikan, namun program akselerasi
ini juga memberikan dampak bagi siswa, baik dampak negatif maupun dampak positif.
Adapun dampak positif dari program akselerasi ini, yaitu:
1. Meningkatkan efisiensi, karena siswa akan lebih baik dalam belajar mempersiapkan
bahan yang akan diajakan dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya.
2. Meningkatkan efektivitas, karena siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang
dipersiapkan untuk menguasai keterampilan-keterampilan
3. Penghargaan bagi siswa atas prestasi yang telah dicapainya
4. Meningkatkan waktu untuk karier.
5. Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa,
penghasilan, dan kehidupan pribadinya.
6. Ekonomis, karena siswa tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru
khusus anak berbakat.
Sedangkan dampak negatif dari program akselerasi ini adalah sebagai berikut:
a. Dari segi Akademis

17
Ibid.

14
1. Bahan ajar yang diberikan terlalu tinggi bagi siswa akseleran sehingga akan
membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang kelompok teman
barunya, dan akan menjadi siswa yang berprestasi sedang-sedang saja, bahkan
siswa akseleran yang gagal.
2. Kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman sebayanya hanya bersifat
sementara
3. Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran
kemungkinan imatur secara sosial, fisik, dan emosional dalam tingkatan kelas
tertentu.
4. Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan karier lebih
dini.
5. Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa
adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
b. Segi Penyesuaian Sosial
1. Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga
mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebaya.
2. Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya.
3. Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya, sementara itu
siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan teman sebayanya sehingga
dapat mengurangi frekuensi pertemanan
4. Siswa sekelasnya yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian
dan respect pada teman sekelasnya yang lebih muda usia.
5. Kehilangan pengalaman yang berkaitan dengan aktivitas Ekstrakurikuler.
c. Penyesuaian Emosional.
1. Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah tekanan yang
ada dan kemungkinan menjadi underachiever.
2. Siswa akseleran akan mudah frustasi.
3. Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan hobi mereka.

Dengan adanya konsep, prinsip, dan tujuan dari program akselerasi tersebut, serta
adanya dampak yang dapat ditimbulkan dari program akselerasi sebagai salah satu program
inovasi pendidikan tersebut, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dipertimbangan agar program tersebut berjalan dengan lancar. Adapun hal-hal yang perlu

15
dipertimbangkan dalam melaksanakan akselerasi program inovasi pendidikan tersebut
menurut Wanto (dalam Hum, 2022: 116) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Adanya pola seleksi sejak dini agar siswa lebih matang secara akademik, sosial,
psikologis, dan spiritual dalam mengikuti pembelajaran di kelas akselerasi.
2. Kurikulum pendidikan hendaknya mengakomodir kebutuhan siswa akselerasi sehingga
siswa mendapatkan pelayanan khusus dalam kegiatan belajar yang sesuai dengan
potensi dan kebutuhannya
3. Kemampuan keragaman aktual siswa menjadi landasan guru dalam memberikan
layanan pembelajaran akselerasi yang berkualitas dan bermakna
4. Hubungan interpersonal antara guru dan siswa dalam berinteraksi yang berkaitan
dengan pengembangan kecerdasan siswa sehingga siswa dapat bertindak dengan
berpikir global
5. Sarana dan prasarana yang memadai
6. Penggunaan dana pendidikan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan sekolah
7. Pelaksanaan evaluasi secara terus-menerus dan berkesinambungan agar hasil keputusan
yang diberikan guru kepada siswanya akurat, tepat, dan reliabel.
8. Visi, misi, dan kepentingan yang sama dalam pendidikan akselerasi oleh semua pihak
9. Melakukan studi pendahuluan dan studi kebijakan berkelanjutan untuk mengetahui
efektivitas implementasi dan model dalam kelas akselerasi.18

18
Hum et al., “Gagasan Konsep Inovasi Pendidikan.”

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsep model inovasi pendidikan merupakan sesuatu yang menjadi bagian dari inovasi
pendidikan itu sendiri dan bentuknya beraneka ragam. Dalam penyelenggaraannya,
model inovasi tersebut memerlukan suatu perencanaan inovasi pendidikan agar proses
inovasi pendidikan berjalan dengan lancar dan efektif. Terdapat tiga hal dalam
perencanaan inovasi pendidikan, diantarnya (1) penyusunan perencanaan; (2)
Hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya, baik hubungan reaktif, hubungan
proaktif, maupun hubungan interaktif; serta (3) elemen-elemen pokok dalam proses
perencanaan, di mana terdapat 11 komponen penting yang menjadi wilayah inovasi
dalam pendidikan dan 10 elemen pokok dalam proses perencanaan. Adapun macam-
macam model inovasi pendidikan sangat beraneka ragam dan bahkan telah berkembang
di Amerika Serikat. Menurut Kusnandi (dalam Kadi, 2017: 149) menyebutkan bahwa
inovasi pendidikan dibagi menjadi dua model, yaitu Top-down model dan Bottom-up
Model. Sedangkan menurut Ampiri (dalam Mawati, 2020) menyebutkan bahwa dalam
inovasi pendidikan dapat dibedakan menjadi 5 model inovasi yang baru, yaitu Top-
down Inovation, Bottom-up, desentralisasi dan demokratisasi dalam pendidikan,
quantum learning, dan pendekatan kontektual. Adapun menurut Kristiawan (dalam
Hum, 2022: 102) menjelaskan bahwa model inovasi pendidikan juga muncul di
Amerika Serikat. Adapun model inovasi pendidikan tersebut, yaitu (1) model
penelitian, pengembangan, dan difusi; (2) model pengembangan organisasi; dan (3)
model konfigurasi. Keseluruhan dari model inovasi tersebut memiliki karakteristik,
kekurangan, dan kelebihan masing-masing. Meskipun demikian, keseluruhan dari
model inovasi tersebut bertujuan untuk menyelesaikan dan memecahkan permasalahan-
permasalahan dalam pendidikan, baik dalam pemerataan, mutu, efektifitas, efisiensi,
maupun relevansi pendidikan,
2. Akselerasi merupakan salah satu program inovasi pendidikan dan menjadi bagian
kenijakan pendidikan jalur formal pada program layana khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan keterbakatan akademik istimewa. Program akselerasi
ini dilaksanakan dalam kurun waktu lebih singkat daripada program pendidikan pada
umumnya dengan kurikulum nasional yang standar, namun dilakukan improvisasi

17
alokasi waktu sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik. Dalam pelaksanaannya,
akselerasi memiliki beberapa prinsip dan model penyelenggaraan, seperti kelas reguler,
kelas khusus, dan sekolah khusus yang disesuaikan dengan kemampuan akademik
siswa. Selain itu, akselerasi juga memberikan beberapa dampak positif dan negatif,
untuk itu agar akselerasi dapat berjalan dengan lancar, maka pelaksana akselerasi harus
memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal. Kelancaran akselerasi menjadi
faktor utama dalam tercapainya tujuan akselerasi dan inovasi pendidikan, karena
akselerasi menjadi bagian dari inovasi pendidikan, terlebih dalam tercapainya
pendidikan yang efisien dan efektif, meningkatnya mutu pendidikan serta meratanya
pendidikan di Indonesia.

B. Saran
Berdasarkan uraian dan pemaparan makalah di atas, diharapakan dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai konsep model inovasi pendidikan dan akselerasi program
inovasi pendidikan serta dapat ikut serta berperan dalam mengembangkan implementasian
inovasi pendidikan sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai. Pembaca
dapat meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya dan terus belajar sehingga dapat
memanfaatkan waktu luang dengan terus terampil dan belajar secara efektif dan efesien.
Selain itu, Program akselerasi juga membawa siswa pada tantangan yang
berkesinambungan yang akan menyiapkan siswa menghadapi masalah pendidikan. Melalui
program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia professional pada usia yang
lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif serta mampu
berkembangkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anam, S. “Kurikulum Diferensiasi (Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab


Di Madrasah).” Turats 7, no. 1 (2015): 1–4.
Hum, M, Mainuddin, M Muhibullah, Rita Umami, Syatriadin, Nurul Ainun Fajriah, Irwan
Abdullah, et al. “Gagasan Konsep Inovasi Pendidikan.” edited by Rahmat Permana, 100–
117. 1st ed. Tasikmalaya: EDU Publisher, 2022.
Kadi, Titi, and Robiatul Awwaliyah. “Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan Di Indonesia.” Jurnal Islam Nusantara 1, no. 2 (2017): 149.
https://lp3m.unuja.ac.id/unduh_jurnal/34/2017_Kadi_Inovasi Pendidikan.pdf.
Mawati, Arin Tenttrem, Yohanes Andik Permadi, Rasinus, Janner Simamata, Dina Chamidah,
Agung Nugroho Catur Saputro, Bona Purba, et al. “Inovasi Pendidikan: Konsep, Proses
Dan Strategi.” edited by Tonni Limbong, 41–51. 1st ed. Medan: Yayasan Kita Menulis,
2020.
Mutia. “Pembelajaran Akselerasi (Konsep Belajar Cepat Abad - XXI).” Fitrah 2 (2020): 1.
Putra, J. Nabiel Aha, Samsul Susilawati, and Akbar A’thoni Elhaq. “Inovasi Pendidikan:
Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip-Prinsip Dan Implikasinya Terhadap Pai.” Tamaddun 22,
no. 1 (2020): 27. http://repository.uin-malang.ac.id/7764/1/7764.pdf.
Rusdiana, H.A. “Konsep Inovasi Pendidikan.” Pustaka setia (2014): 129–135.

19

Anda mungkin juga menyukai