Anda di halaman 1dari 13

INOVASI PENDIDIKAN BAGI ANAK JALANAN

TUGAS KELOMPOK
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Santhy Hawanti, P.Dh
Oleh:
Nova Rizki Mufiana

1101100062

Ardani Hildan Amri

1101100067

Dwi Aprilina

1101100079

Rahmawati Rizka Maulita

1101100087

Anton Adi Wibowo

1101100092

Amelia Christiani

1101100101

Kelompok 6
Kelas VI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014

INOVASI PENDIDIKAN BAGI ANAK JALANAN

Anak jalanan, saat kita mendengar kata tersebut, pastilah umumnya dibenak kita
tergambar sesosok anak yang kucel, nakal, tidak beraturan, kotor, miskin, dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya, mereka sama seperti kita, hanya keadaan mereka yang
membedakan dengan kita yang ada disini. Mungkin mereka yang disana tidak seberuntung
kita disini. Sebagai warga negara mereka punya hak untuk dilindungi dan mendapatkan
pendidikan yang layak, namun pendidikan seperti apa yang efektif bagi mereka. Mereka
terlahir dengan kehidupan yang keras untuk itu dalam bidang pendidikan bagi mereka pun
memerlukan teknik khusus agar mereka dapat nyaman dalam proses pendididkannya
Ledakan penduduk yang tidak segera ditangani oleh pemerintah dapat
memunculkan masalah terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang tidak merata
mengakibatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah, sehingga berdampak pula
pada pengelolaan Sumber Daya Alam. Ketidakmerataan pendidikan paling dirasakan oleh
anak jalanan. Anak jalanan merasa tidak memiliki hak untuk bersekolah layak, yang
kemudian memutuskan untuk kembali hidup di jalan. Ini membuat suatu masalah
ketertiban dan ketidaknyamanan jalan. Mereka perlu mendapat perhatian yang sangat
serius. Hakekatnya persoalan mereka bukanlah kemiskinan belaka, melainkan juga
eksploitasi, manipulasi, ketidak-konsistenan terhadap cara-cara pertolongan baik oleh
mereka sendiri maupun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap anak jalanan.
Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota, atau suatu
kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut terhadap kehidupan dinamis kota besar.
Pemahaman tentang karakteristik kehidupan mereka, seperti apa kegiatan dan aspirasi yang
mereka miliki, keterkaitan hubungan dengan pihak dan orang -orang yang ada di
sekitar lingkungan hidup mereka, memungkinkan kita menempatkan mereka secara lebih
arif dan bijaksana dalam konteks permasalahan kehidupan kota besar. Untuk membuat
mereka mau kembali bersekolah maka dibutuhkan proses, dalam artian bertahap dan
membuat mereka beradaptasi dengan lingkungan baru agar lambat laun dapat
meninggalkan kehidupan jalanan. Sekolah yang dibutuhkan pun tidak serumit seperti
sekolah formal. Waktunya harus fleksibel, sehingga anak-anak yang mencari uang di
jalanan pada waktu-waktu tertentu bisa mengenyam pendidikan disekolah.

Pendidikan bagi anak jalanan:


1. Pendidikan moral, etika dan agama
Lembaga sosial masyarakat dengan metode pendidikan berbasis agama,
pembinaannya lebih diteknkan pada perbaikan moral, etika dan aqidah anak, sebagai
contoh yayasan daarut tauhid yang dikelola oleh aa gym.
2. Pendidikan kesenian
Salah satu metode pendidikan yang diberikan berbasis pada kesenian yang lebih
ditekankan pada kesenian musik anak sehingga memiliki wawasan yang lebih luas
tentang dunia kesenian musik. Tujuannya agar anak-anak jalanan yang telah dibekali
keterampilan musik diharapkan dapat menjadi seorang seniman artinya bisa
mendapatkan uang tanpa harus meminta di jalan tetapi bisa dengan membuat konser
kecil, pengisi pesta, ataupun pengisi di acara kafe.
3. Pendidikan kreatifitas
Salah satu metode pendidikan yang lebih ditekankan pada pembinaan kreatifitas
anak agar anak lebih terpacu kreatifitasnya untuk membangun jiwa kewirausahaan
seperti membuat hasil karya, yang nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang berguna.
Salah satunya adalah yayasan ANJAL.
4. Program Pemerintah
Pemerintah menyediakan beberapa program pendidikan luar sekolah seperti kejar
usaha, kejarpaket A (setara SD), kerja paket B (setara SMP), bimbingan belajar,
diktagama (pendidikan watak dan dialog keagamaan), latorma (pelatihan olahraga),
sinata (sinau wisata), latensif (pelatihan seni dan kreativitas), kelompok bermain,
kampanye KHA (konvensi hak anak-anak), FBR (forum ber bagi rasa) dan Pelatihan
TarunaMandiri. Namun sampai saat ini program pemerintah tersebut masih belum dapat
berjalan lancar karena beberapa kendala yaitu banyaknya kebocoran, kurangnya
keseriusan, kurangnya biaya dan kurangnya sarana dan prasarana.
Model Pembelajaran Tematik bagi Anak Jalanan(Sujarwo, 2007 dalam )
Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui program pendidikan yang bersifat
kontesktual. Pendidikan kontekstual dirancang berdasarkan kondisi dan karakteristik
anak jalanan yang diimplementasikan melalui model pembelajaran tematik. Model
pembelajaran tematik memberikan penguatan pada keterlibatan aktif warga belajar(anak
jalanan). Keterlibatan aktif anak jalanan sebagai warga belajar memberikan penguatan
pada dirinya. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran adalah terpadu. Satu
tema pembelajaran dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran pada beberapa kajian
analisis. Warga belajar mengikuti kegiatan sesuai dengan pengalaman kehidupannya

sehingga materi pembelajaran yang disampaikan tidak asing dengan dirinya. Disamping
itu materi pembelajaran sesuai dnegan gayanya sendiri yang dibimbing oleh
pendamping dan teman-teman sebayanya. Keberanian, kreativitas dan rasa percaya diri
anak jalanan dalam pembelajaran dapat berkembang secara optimal
Beberapa Contoh Bentuk Inovasi Pendidikan bagi Anak Jalanan yang telah
dilakukan di Indonesia:
1. Sekolah Terbuka Untuk Anak Jalanan
(http://library-teguh. blogspot.com /2009/12/sekolah-terbuka-untuk-anak-jalanan.html)
Sekolah gratis yang berada di bawah naungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) berlokasi di halaman Masjid Al-Muttaqien Teminal Depok dan dikelola oleh
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), sebuah yayasan yang bergerak di bidang
pendidikan, pembinaan, bakti sosial, dakwah, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Menurut Nurrohim pendiri YABIM ketua PKBM, PKBM YABIM adalah
program yang concern terhadap pendidikan dan pembinaan kaum marginal seperti anak
jalanan, pengamen, pengasong, pemulung, yatim dan dhuafa. Jadi PKBM ini solusi
untuk mencerdaskan masyarakat tidak mampu. Nurrohim juga mengatakan bahwa
PKBM memiliki visi membentuk masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif dan
berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tujuan itu
diwujudkan dengan pendidikan gratis berkualitas, pengembangan kemandirian melalui
life skill dan pembinaan mental spiritual yang berkesinambungan.
PKBM YABIM memiliki Program Pendidikan Usia Dini (PAUD) untuk usia 3-5
tahun, Program Sekolah Dasar (Paket A), Program Paket B (setara SMP), program
Paket C (setara SMA), SMP-SMA terbuka, program Keaksaraan Fungsional
(pemberantasan buta latin dan arab), serta pelatihan life skill yang diharapkan mampu
membentuk individu terampil. Pelatihan life skill bekerja sama dengan sejumlah
lembaga, seperti kursus menjahit atau kursus komputer Fakultas Ilmu Komputer UI.
Siswa sekolah terbuka berstatus sebagai siswa SMP 5 dan SMA 10 Sawangan Depok.
Namun, mereka tidak belajar di sekolah induknya itu, melainkan di PKBM ini.
Pelaksanaan ujian program kesetaraan paket A, B, dan C diadakan oleh Dinas
Pendidikan Depok dan pelaksanaan ujian program SMP dan SMA terbuka
diselenggarakan oleh sekolah induk.

PKBM YABIM memiliki sekitar 2000 siswa yang berasal dari masyarakat tidak
mampu sekitar Depok dan anak-anak jalanan dari Depok, Jakarta, Tangerang, Bekasi,
dan Bogor. Di PKBM, sebagian besar siswanya belajar tanpa menggunakan seragam
sekolah. Kondisi lima ruang kelasnya pun hanya beratapkan seng. Bahkan terdapat dua
kelas yang tidak berdinding. Jam belajar di PKBM YABIM berbeda dengan sekolah
pada umumnya. Siswa TK, SD, dan SMP Putri belajar pukul 08.00-12.00 dan siswa
SMP Putra dan SMA belajar pukul 13.00-17.00 dan pukul 20.00-22.00. Materi yang
diajarkan di sekolah yang pada tahun 2008 ini menerima sekitar 500 siswa ini tidak
kalah dengan sekolah formal. Sekolah ini mengacu pada kurikulum pendidikan nasional
serta standar nasional.
Mayoritas pengajar PKBM YABIM adalah relawan sosial. Jumlahnya sekitar 60
orang, terdiri dari relawan tetap dan guru tamu. Banyak pula relawan dari kalangan
mahasiswa. Mereka (mahasiswa) cukup antusias untuk bergabung, baik dari organisasi
mahasiswa maupun secara personal. Idealnya, siswa sekolah terbuka diajar oleh guru
dari sekolah induknya. Namun kenyataannya guru bina (guru yang mengajar siswa
sekolah terbuka tidak mau datang ke PKBM ini. Namun karena keterbatasan dana, jadi
bisa belajar seperti ini yang sangat apa adanya sekali.
2. Angkringan Pendidikan : Inovasi Tempat Belajar Bagi Anak Jalanan
(Nurhadi, 2013 dalam http://www.uny.ac.id/berita/angkringan-pendidikan-inovasitempat-belajar-bagi-anak-jalanan.html)
Kata angkringan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta. Saat
mendengar kata tersebut, tergambar di benak kita sebuah tempat bernuansa santai yang
menjajakan makanan dan minuman dalam gerobak. Namun, angkringan yang berlokasi
di Alun-Alun Wates Kabupaten Kulon Progo ini lebih istimewa dari angkringan pada
umumnya. Dengan tetap mengusung konsep nuansa santai, angkringan yang biasa buka
pada hari Sabtu pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB ini mengadopsi angkringan biasa
menjadi angkringan pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa menu materi ilmu
pendidikan. Diantaranya Bajigur, JaCa, JatTung, JaLis, MaMak, dan Mantar. Bajigur
adalah kependekan dari Belajar Ngaji Teratur, JaCa (Belajar Baca), JaTung (Belajar
Hitung), JaLis (Belajar Tulis), MaMak (Mari Belajar Masak) sedangkan Mantar
merupakan kependekan dari Mari Main Gitar.

Di dalam angkringan ini peserta didik atau anak jalanan yang datang dapat memilih
menu materi sesuai keinginan mereka. Setelah memilih, mereka akan diajar oleh 1
orang pengajar yang ahli di bidang materi yang telah dipilih. Pembelajaran oleh
pengajar dilakukan secara lesehan atau duduk di tikar yang disediakan di dekat gerobak
angkringan. Setelah pemberian materi selesai, pengajar akan memberikan ujian singkat
bagi para peserta didik sesuai dengan materi yang mereka pilih, sehingga mereka dapat
mengetahui kemampuan mereka melalui hasil ujian tersebut. Setelah mereka selesai
pelatihan dan ujian, mereka dapat membawa pulang ringkasan materi di kertas yang
telah dipilih.
Rasyid Nugroho, Anggun Winursito, dan Rifky Ayu Ramadhani, pencetus ide
sekaligus

pendirinya, menuturkan bahwa berdirinya angkringan pendidikan ini

dilatarbelakangi oleh kurang meratanya akses pendidikan masyarakat lapisan bawah


terutama bagi anak jalanan yang mungkin kurang beruntung dalam mengeyam
pendididkan. Oleh karenanya, para mahasiswa Fakultas Teknik Prodi Pendidikan
Teknik Elektronika Universitas Negeri Yogyakarta tersebut membuat sebuah tempat
yang tepat atau sebuah metode pengganti sekolah yang sekaligus melestarikan asset
budaya milik Yogyakarta yang tentunya budaya asli dari bangsa Indonesia. Dengan
adanya angkringan pendidikan diharapkan anak jalanan memiliki sebuah media
pendidikan luar sekolah yang murah, nyaman, dan menyenangkan sehingga mereka
dapat memperoleh ilmu pendidikan seperti anak-anak pada umumnya melalui Program
Kreativitas.
3. Pendikan Entrepreneurship untuk Anak Jalanan
(Antonius Tanan-Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), 2013
dalam

https://m.facebook.com/notes/sahabat-anak/pendidikan-entrepreurship-sebagai-

jalan-keluar-untuk-anak-jalanan-kado2013/10151473646495943)
Komunitas anak jalanan jelas sangat membutuhkan pendidikan entrepreneurship
karena melalui pendidikan yang mampu membuat mereka menciptakan kerja bagi diri
sendiri akan menolong mereka keluar dari jalanan dan menjadi warga masyarakat
yang terhormat. Mereka harus diberdayakan untuk sanggup menolong diri sendiri
sehingga dapat keluar dari lingkaran setan pekerjaan tradisional mereka yaitu
mengamen, mengemis, atau bahkan menodong demi mendapatkan uang.

Kebiasaan mendapatkan uang dengan cara di atas secara tak sengaja menanamkan
kepada anak-anak tersebut bahwa kegiatan mereka di jalan lebih menguntungkan
daripada bersekolah karena belajar berarti tidak menerima uang. Belum lagi tuntutan
yang tinggi dari orangtua mereka untuk mendapatkan uang. Kondisi inilah yang
melatarbelakangi Sahabat Anak untuk memperjuangkan hak-hak anak jalanan di
Jabodetabek, khususnya melalui pendidikan. Kelompok sukarelawan Sahabat Anak
terus berjuang dalam mendampingi anak-anak marjinal sejak tahun 1997. UCEC
(Universitas Ciputra Entrepreneurship Center) merasa terhormat dapat mendampingi
Sahabat Anak untuk mengembangkan program-program pembelajaran entrepreneurship
berdasarkan pengalaman langsung (experiential learning) untuk anak-anak jalanan.
Tujuan utama pembelajaran atau pelatihan ini adalah menginspirasi anak jalanan bahwa
uang bisa didapat tanpa harus melakukan pekerjaan tradisional mereka asalkan
mereka berinovasi dan berjejaring.
Sejalan dengan semangat melakukan inovasi dalam menangani kemiskinan, maka
tahun ini Sahabat Anak melakukan kampanye KADO (Karya Anak Indonesia) dengan
tema Aku Berharga, Aku Berkarya. Gagasan kampanye ini didasarkan pada hak anak
untuk terlibat dalam pembangunan dan tema ini diwujudkan dalam bentuk proyek
belajar entrepreneurship berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 10 anak
jalanan dan 5 kakak pembimbing (relawan). Ditargetkan sekitar 500 anak marjinal dan
250 volunteer yang akan terlibat dalam proyek ini dan UCEC akan bertindak sebagai
konsultan program dan pelatih. Setiap kelompok akan mendapatkan modal Rp 50,000
dan ditantang untuk melakukan inovasi apakah itu dalam bentuk suatu karya berupa
produk, aksi, atau pameran namun harus mampu dijual.

Program yang akan

berlangsung selama waktu dua bulan ini menggambarkan contoh praktis model
pemberdayaan di atas. Anak-anak marjinal diberdayakan melalui pengalaman langsung
berentrepreneur dengan didampingi para relawan sebagai mentor kemudian kegiatan
ini diberikan wadah atau difasilitasi melalui dukungan pelatihan dan program kampanye
KADO. Uang senilai Rp 50.000 untuk tiap kelompok disediakan untuk mendukung
pemberdayaan dan program. Jadi uang tersebut tidak dibagikan begitu saja tapi
diinvestasikan untuk sebuah pengalaman belajar.
Proyek

kelompok

ini

sendiri

semangat entrepreneurship kepada


menjadi training

ground di

diharapkan

anak-anak

mana

marjinal

anak-anak

menjadi

pencetus/motor

tersebut. KADO

mengalami

secara

akan

langsung

bagaimana mengeksplorasi pasar dengan kemungkinan mendapatkan profit, dengan


cara yang berbeda dari yang biasa dilakukan yaitu pengalaman mendapatkan uang
bukan dengan mengemis atau mengamen, tetapi dengan kemandirian dan kreativitas
yang ada pada dirinya. Risiko gagal selalu ada, tetapi kecakapan entrepreneur dalam
berinovasi adalah melalui kesabaran dan ketahanannya (endurance) melalui proses.
Di sinilah kita melihat titik terang untuk mematahkan lingkaran setan atau vicious
circle tadi. Pertama, kegiatan ini sangat berpotensi menjadi fondasi perubahan pola pikir
anak-anak jalanan untuk berinovasi mengatasi masalah kemiskinan. Kedua,
kehadiran role-model bagi

anak-anak

jalanan

dalam

penerapan

semangat entrepreneurship. Teladan tersebut bisa berasal dari para relawan pendamping
proyek ini dan bahkan anak jalanan yang berhasil menjadi entrepreneur melalui
kampanye KADO ini. Maka, kita pun melihat entrepreneurship menangani masalah
kemiskinan tidak hanya sekedar menghasilkan keuntungan, tetapi lebih dari itu berupa
pemberdayaan manusia melalui pembaharuan pola pikir dan penajaman kecakapan
hidup (life skill) untuk bekerja keras, bertahan (endure), serta berani menanggung risiko
dalam proses inovasi. Betapa indahnya kelak saat gaung Hari ini saya harus
menerima uang dalam pikiran anak-anak marjinal ini berubah menjadi: Saya dapat
menghasilkan uang, dan saya bangga!.
4. Yayasan Daarut Tauhiid
Secara legal-formal Daarut Tauhiid berdiri sejak tanggal 4 September 1990, sesuai
tanggal penerbitan Akta Notaris Wiratni Ahmadi, SH., tentang pendirian Yayasan
Daarut Tauhiid. Dalam hal ini dapat difahami bahwa Yayasan Daarut Tauhiid
merupakan badan hukum pengelola Pesantren Daarut Tauhiid.
Sebagaimana pesantren lain pada umumnya inti aktivitas di Daarut Tauhiid adalah
di bidang pendidikan, dakwah & sosial. Namun sebagai sebuah pesantren, maka pada
pesantren Daarut Tauhiid terdapat beberapa keunikan atau ke-khas-an dibandingkan
Pesantren lain pada umumnya. Salah satu diantaranya adalah tingginya intensitas
aktivitas [usaha] ekonomi di dalam lingkungan Pesantren Daarut Tauhiid. Tingginya
intensitas aktivitas [usaha] ekonomi tersebut dapat dirasakan baik sejak awal masa
pendirian maupun hingga saat ini.
Setidaknya ada 2 faktor atau kondisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
keunikan di atas, yaitu semangat wirausaha dan prinsip kemandirian. Semangat
wirausaha merupakan sebuah keniscayaan yang melekat pada diri KH. Abdullah

Gymnastiar [Aa Gym] selaku pendiri dan pemimpin sentral di Pesantren Daarut
Tauhiid. Di sejumlah literasi kita dapat menemukan cerita perjalanan hidup beliau yang
diantaranya diliputi dengan terjadinya proses tumbuh kembang jiwa wirausaha pada diri
beliau. Jiwa itulah yang kemudian menjelma menjadi sebuah semangat wirausaha yang
mewarnai corak Pesantren Daarut Tauhiid yang beliau pimpin secara langsung. Di sisi
lain, dapat dipahami pula bahwa semangat kemandirian adalah sebuah cita-cita dan
idealisme para pendiri Pesantren Daarut Tauhiid agar tumbuh kembang Pesantren
Daarut Tauhiid dan keseluruhan aktivitasnya didasarkan kepada kemampuan diri, bukan
atas ketergantungan kepada bantuan atau sokongan dari pihak lain. Sehingga diharapkan
akan muncul independensi dan keleluasan dalam berkreasi. Tentu pada idealisme
tersebut tidak dinafikan adanya peluang kemitraan dan kerjasama dengan sebanyakbanyaknya pihak. Dalam hal ini maka semangat wirausaha dan semangat kemandirian
adalah sebuah paket yang saling menunjang satu sama lain. Kemandirian dapat
terwujud karena adaya aktivitas wirausaha.
Pada giliran selajutnya aktivitas [usaha] ekonomi ini kemudian dapat pula
dipandang sebagai bagian dari atau bahkan nilai tambah bagi garapan Pesantren Daarut
Tauhiid di bidang pendidikan, dakwah dan sosial yang terelaborasi pada satu konsep
tata nilai yang disebut Manajemen Qolbu [MQ]. Konsepsi dasar MQ meliputi 4
komponen, yaitu: Ma ifatullah, Manajemen Diri, Entrepreneurship, dan Leadership.
Tata nilai MQ inilah yang kemudian menjadi dasar dan filosofi bagi organisasi
Pesantren Daarut Tauhiid yang dikenal dengan rumusan statement "Menuju Generasi
Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar".
Berangkat dari dasar pemikiran di atas, maka kelembagaan Pesantren Daarut
Tauhiid secara evolutif terus mengalami perubahan dan penataan. Hal tersebut ditandai
dengan pendirian Koperasi Pondok Pesantren [Kopontren] DT pada tahun 1994 dan MQ
Corporation atau PT Manajemen Qolbu pada tahun 2002. Pendirian kedua badan usaha
tersebut menjadikan aktivitas usaha/ekonomi yang semula dilakukan secara langsung
oleh Yayasan [secara kelembagaan] maupun oleh sebagian pengelola/karyawan Yayasan
[secara perorangan] menjadi lebih tertata.
Sekalipun secara legal formal -sesuai acuan hukum positif yang berlaku- ketiga
organisasi di atas [Yayasan DT, Kopontren DT & MQ Corporation] merupakan
organisasi yang terpisah, namun antar organisasi tersebut satu sama lain memiliki
ikatan/kaitan yang sama, yaitu Aa Gym. Sehingga dapat dikatakan bahwa sekalipun

secara legal-formal terpisah, namun secara kultural dapat dikatakan bahwa Kopontren
DT dan MQ Corp adalah bagian dari civitas Pesantren Daarut Tauhiid.
Untuk diketahui, secara formal kedudukan Aa Gym di Yayasan Daarut Tauhiid
adalah sebagai Ketua Pembina. Sedangkan di Kopontren DT sebagai Penasihat, dan di
MQ Corp saat ini sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dan duduk di Dewan
Komisaris. Kondisi kelembagaan di atas sebenarnya kerap "membingungkan" publik.
Karena pada umumnya publik kerap mencampuradukan ke 3 organisasi di atas sebagai
Pesantren Daarut Tauhiid secara formal. Di tubuh organisasi Yayasan Daarut Tauhiid
sendiri -mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku-, maka terdapat 3
organ Yayasan Daarut Tauhiid, yaitu: Pembina, Pengawas, dan Pengurus. Sedangkan
berdasarkan struktur organisasi Yayasan Daarut Tauhiid per 18 Februari 2008, maka di
bawah koordinasi Pengurus Yayasan Daarut Tauhiid terdapat 7 lembaga yang terdiri
dari:
1. Pesantren Daarut Tauhiid,
2. Dewan Asaatidz Daarut Tauhiid;
3. SMK-Daarut Tauhiid;
4. TK Khas Daarut Tauhiid;
5. DPU-Daarut Tauhiid
6. Pusbang Wakaf Daarut Tauhiid;
7. DTTC
8. Muslimah Center-Daarut Tauhiid;
9. KBIH-Daarut Tauhiid;
10. Klinik Daarut Tauhiid;
11. Sekretariat Yys Daarut Tauhiid;
12. Yys Daarut Tauhiid Cabang Jakarta
5. Sekolah bakat
Sekolah bakat ini adalah sekolah nonformal yang memiliki peran,visi, dan misi,
serta manfaat yang tidak hanya dirasakan untuk anak karang dan anak jalanan
tetapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara. Sistem belajar yang digunakan di
siniadalah menggunakan metoda tematik, sehingga anak akan belajar secara menyeluruh
dan langsung mengerti. Parameter kelulusannya pun tidak akan mengikuti standar
pemerintah atau UAN, tapi dibagi menjadi dua level yang masing-masing memiliki
kriteria tertentu. Terdapat banyak keunggulan yang dimiliki dalam sekolah nonformal
ini, antara lain anak jalanan akan belajar dalam kelompok yang memiliki kesamaan
bakat agar lebih mudah berkembang dan dapat dengan cepat mencapai tujuannya.
Waktu dan tempat pun akan disesuaikan dengan kondisi anak karang dan jalanan,
sehingga dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar dan berbagai hal yang membuat

anak tidak senang bersekolah. Kendala-kendala yang mungkin terjadi pun telah dicari
solusinya seperti masalah premanisme dan perijinan orang tua. Sekolah ini juga akan
menjalin hubungan kerja sama dengan para donatur. Donatur bisa dari para aktifis yang
peduli terhadap nasib anak karang dan jalanan, masyarakat sekitar dan pemerintah
setempat. Dalam sekolah bakat ini,donatur bisa menjadi penyandang dana untuk
pengadaan fasilitas, menjadi tenaga pendidik ataupun menjadikan sekolah bakat ini
dapat diakui oleh negara. Adanya sekolah bakat ini diharapkan dapat membantu negara
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memperbaiki perekonomian negara, menekan
angka kemiskinan dan kebodohan, serta mengurangi pengangguran. Semoga,dengan
adanya gagasan sekolah bakat ini dapat membuat para anak karang dan jalanan mau
kembali bersekolah dan mampu menarik para donatur agar bisa menempatkan
sumbangannya secara tepat dan manfaat.
Inovasi Pendidikan Bagi Anak Jalanan Menurut Kelompok Kami:
PANGGUNG ILMU, sebuah bentuk pendidikan alternatif bagi anak jalanan.
Panggung ilmu berdasar pada pendidikan kesenian dan kreatifitas. Di sini kita melihat
karena banyaknya anak jalanan di daerah Purwokerto di dominasi oleh pengamenpengamen kecil yang kebanyakan dari mereka sesungguhnya memiliki tingkat
kreatifitas tinggi. Kreatifitas kaum marjinal tersebut jika dapat dibimbing dan dikelola
dengan baik akan dapat menciptakan sebuah masa depan yang cerah bagi anak jalanan
dan dapat mencegah mereka ke dalam hal-hal yang negatif jika mereka tetap pada dunia
jalanan yang keras. Dengan demikian kita bisa mengalihkannya ke Panggung Ilmu.
Panggung ilmu, di dalamnya bisa berupa pementasan seni oleh anak jalanan, juga
pembekalan keterampilan-ketrampilan berseni yang baik. Anak-anak dapat dibimbing
oleh relawan baik mahasiswa atau orang-orang yang ahli seni dan anak serta mau
membagi dan membimbing anak jalanan. Dalam penyampaiannya bisa

disisipkan

materi-materi pembelajaran, nilai-nilai kehidupan atau keterampilan-keterampilan


lainnya. Jadi bila di konversikan dalam bentuk persen, hampir skitar 40% saja materi
yang di ajarkan, dan 60% berupa pembelajaran nilai sosial dan ketrampilan.

KESIMPULAN
Inovasi pendidikan bagi anak jalanan perlu untuk dilakukan agar anak jalanan
dengan latar belakang yang putus sekolah karena beberapa faktor seperti kurang biaya,
kejenuhan dalam belajar dan dilematis waktu antara bersekolah atau mencari nafkah dapat
kembali bersekolah dan belajar mengembangkan bakat serta kemampuan yang mereka
miliki. Pendidikan yang dapat diperuntukan bagi anak jalanan: pendidikan moral, etika dan
agama, pendidikan kesenian, pendidikan kreatifitas dan program pemerintah. Dalam hal
ini, sudah ada beberapa inovasi tempat belajar bagi anak jalanan yang telah dilakukan di

beberapa daerah dan kebanyakan adalah dari pihak masyarakat dengan inisiatif dan
kepentingan

masing-masing

demi

menyelamatkan

anak

jalanan

yang

tersingkirkan dan tidak dapat menyecap proses pendidikan seperti anak-anak lain.

Pembagian presentasi:
1.
2.
3.
4.
5.

Materi awal: lina


Model tematik+sekolah terbuka : nova
Angkringan+pend. Entrepeurship: anton
Yayasan+sekolah bakat: rahmawati
Inovasi kelompok+kesimpulan : dani

*amel gk berangkat krn sakit

semakin

Anda mungkin juga menyukai