Opini
BP. Sitepu*)
Abstrak
elajar berbasis aneka sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan
B dalam proses belajar dan membelajarkan, akan tetapi juga dapat mendidik peserta didik
cara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat. Untuk itu,
belajar berbasis aneka sumber perlu dilakukan seawal mungkin dalam proses
pembelajaran. Tulisan ini menelaah peranan aneka sumber belajar yang perlu dikelola secara
terpadu dan terintegrasi di lembaga-lembaga pendidikan sehingga proses pembelajaran benar-
benar membuat peserta didik sebagai subjek dan selalu menyenangi kegiatan belajar. Atas dasar
telaahan yang demikian, tulisan ini menyarankan perlunya mengembangkan, mengelola, dan
memanfaatkan Pusat Sumber Belajar di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, sebagai salah
satu alternatif dalam mengatasi masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
Resources-based Learning is believed not only beneficial in teaching-learning process, but also in students’
life-long learning. In this case resources-based learning should be carried out as early as possible in learning
process. This article discusses how to manage and integrate learning resources to facilitate students to learn
joyfully. The article also proposes to develop learning resources unit or centre in education institutions as one
of the alternativies to improve educational quality. Based on this study result, it is recommended to develop,
manage, and use learning resources center in education institution in Indonesia as an alternative for education
for all and education quality improvement.
keputusan sendiri serta bekerja sama dengan person). Bahan ajar ditentukan dan dikembang-
orang lain dan bagaimana memilah serta kan oleh guru sebagai pembicara utama di kelas
memilih informasi yang tersedia begitu banyak dan pembelajaran diarahkan pada penguasaan
untuk keperluan meningkatkan kemampuan isi bahan ajar yang diuji dengan menggunakan
mereka. Dalam keadaan yang demikian lembaga- tes berdasarkan norma yang ditetapkan oleh
lembaga pendidikan diharapkan muncul dan kelas atau sekolah. Proses belajar mengutamakan
melaksanakan tugasnya untuk memenuhi hafalan dan fakta-fakta disajikan secara
kebutuhan ini. terpisah, kemampuan membaca yang terpisah,
persaingan antar peserta didik. Sementara itu
guru berfungsi sebagai penyalur pengetahuan
Pergeseran Paradigma (dispenser of knowledge), membelajarkan sesuai
kasus dan sistem membelajarkan yang tertutup.
Perubahan masyarakat sebagai akibat perkem- Visi pendidikan di era informasi, menurut
bangan peradabannya juga ikut mengubah Belt, mengalami perubahan yang sangat berarti.
paradigma masyarakat terhadap pendidikan. Dari aspek sarana dan prasarana pendidikan,
Reigeluth (1994: 8) misalnya berpendapat buku bukan lagi sumber belajar dan membel-
bahwa perubahan itu terutama diakibatkan oleh ajarkan yang utama dan satu-satunya tetapi tek-
tuntutan lapangan kerja. Pada era industri nologi dan perpustakaan elektronik. Belajar dan
penyelenggaraan pendidikan didasarkan antara membelajarkan tidak hanya dibatasi dalam
lain pada tingkat kelas, penguasaan materi, tes ruang kelas yang tertutup oleh dinding, lantai
berdasarkan norma dan penilaian non-autentik, dan langit-langit, tetapi dunia yang terbuka luas
penyajian berdasarkan pengelompokan bahan menjadi ruang kelas. Bahan ajar tidak lagi
ajar, berpusat pada guru, menghafal fakta-fakta dibatasi pada rancangan yang dibuat guru tetapi
yang tidak bermakna, kemampuan membaca dan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang
menulis yang terpisah, dan buku merupakan diajukan peserta didik. Hasil belajar diuji bukan
sarana belajar utama. Sementara itu dalam era lagi semata-mata berdasarkan penguasaan
informasi, pendidikan dianggap merupakan menghafal tetapi mengacu pada kemampuan
proses untuk maju secara berkesinambungan, (outcomes-based) yang ditunjukkan peserta didik
belajar berdasarkan hasil, tes secara individu dan diukur menggunakan tes berbasis
dengan penilaian yang berbasis kemampuan, kemampuan (performance based assessment)
perencanaan belajar yang personal, belajar dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi
kooperatif, belajar beraneka sumber, guru pemelajar mandiri (self directed learner). Oleh
berfungsi sebagai pemandu atau fasilitator, karena itu, belajar dan membelajarkan tidak lagi
pembelajaran yang bermakna berdasarkan dibatasi dengan tingkat kelas dan umur tertentu,
penalaran dan pemecahan masalah, diarahkan tetapi merupakan kemajuan yang berkesinam-
pada kemampuan berkomunikasi, dan menggu- bungan dengan prinsip belajar sepanjang hayat
nakan teknologi maju sebagai sarana utama da- dan terbuka. Suasana belajar tidak lagi
lam belajar dan membelajarkan. menunjukkan persaingan antar peserta didik
Lebih rinci dari apa yang dikemukakan tetapi lebih bernuansa kerja sama dan kolaborasi
Reigeluth, sebagai akibat kemajuan teknologi dan dalam kelompok belajar. Guru tidak lagi
perubahan di tempat bekerja, Belt (1997) berfungsi sebagai penyalur pengetahuan tetapi
mengenali perbedaan visi pendidikan dalam era lebih berperan sebagai pemandu, mentor, atau
industri dan era informasi dari aspek peserta fasilitator yang memberikan pendampingan
didik, sarana dan prasarana belajar, proses belajar. Perubahan paradigma tentang pendidi-
belajar dan membelajarkan, serta pola pembe- kan seperti yang dikemukakan baik oleh
lajaran. Berkaitan dengan sarana dan prasarana, Reigeluth maupun Belt seperti yang diuraikan
dalam era industri buku merupakan satu- itu menuntut perubahan dalam penyeleng-
satunya alat utama, dan ruang kelas merupakan garaan pendidikan khususnya dalam proses
dunia belajar dan membelajarkan. Sedangkan belajar dan membelajarkan.
berkaitan dengan proses, belajar dan membela- Dalam membangun pendidikan mengha-
jarkan diselenggarakan berdasarkan tingkat dapi era informasi, Warren (2002), Sekretaris
kelas dan usia tertentu serta selesai dalam batas Dewan Pendidikan Negara Bagian Michigan
waktu tertentu dengan tujuan untuk mewujud- serta Ketua Kelompok Kerja Dewan untuk
kan manusia yang berpendidikan (educated Menyongsong Era Informasi, berpendapat
bahwa perlu diperhatikan perubahan-peruba- dan pemelajar yang soleh, takwa, kritis, dinamis,
han yang telah, sedang dan akan terjadi. Tidak inovatif, mandiri, toleran, serta kolaboratif.
dapat dipungkiri bahwa dalam era informasi ini Dengan demikian, proses belajar dan membela-
perubahan yang sangat berarti dan drastis jarkan diharapkan menggugah peserta didik
dalam bidang budaya, ekonomi, politik, berpikir kritis dan bersekala tinggi (high-order
organisasi, dan teknologi di seluruh dunia, thinking), mengajukan pertanyaan-pertanyaan
memunculkan tuntutan dan harapan baru yang pelik, melakukan kajian-kajian dan peneli-
terhadap pendidikan. Sungguhpun terdapat tian yang menantang, dan merumuskan pemeca-
kemajuan, perubahan dalam pendidikan diang- han-pemecahan masalah yang rumit. Sistem
gap lamban menanggapi tuntutan zaman. pendidikan diharapkan dapat mendukung
Standar pendidikan dan cara-cara bersekolah pembentukan sumber daya manusia yang tidak
(schooling) tradisional yang masih berlaku hanya memiliki kemampuan yang tangguh
dewasa ini dianggap sudah usang dan ketingga- dalam menemukan, menganalisis, serta mensin-
lan. Lingkungan belajar dan membel-ajarkan tesiskan informasi untuk memperoleh pengeta-
yang lebih berbasis papan tulis dan kapur serta huan baru, tetapi juga membentuk manusia yang
berpusat pada pembelajar perlu segera diubah bermartabat serta memiliki budi pekerti luhur
menjadi berbasis teknologi dan berpusat pada yang secara rendah hati mengakui keterbatasan
pemelajar. dan kelemahan penalaran serta kemampuan
Dalam era informasi yang sudah mulai manusia dan mengagungkan kebesaran Allah,
menggejala dalam dekade terakhir abad ke 20 Pencipta alam semesta. Untuk itu peranan
serta meledak dalam abad ke 21 ini, reformasi di teknologi informasi dan komunikasi akan
bidang pendidikan perlu dilakukan terutama semakin penting dalam belajar, membelajarkan,
dalam memahami dan melaksanakan proses penilaian, dan manajemen pendidikan.
belajar dan membelajarkan. Pendapat bahwa Teknologi informasi dan komunikasi seharus-
pendidikan adalah bersekolah dan bukan belajar nya menjadi alat sehari-hari dalam kegiatan
perlu segera ditinggalkan. Bersekolah meng- belajar dan membelajarkan. Dengan menggu-
arahkan pikiran pada bangunan, pendidik yang nakan teknologi informasi dan komunikasi
mengajar dengan menggunakan buku, serta pendidik dan peserta didik hendaknya bekerja
papan tulis dan kapur di hadapan deretan sama dalam belajar, berdiskusi, berbagi informa-
peserta didik yang duduk rapi. Bersekolah dalam si, dan menemukan pengetahuan. Pendidik tidak
keadaan yang demikian adalah berfokus pada hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi sebagai
pendidik dan sistem. Sedangkan belajar adalah fasilitator, dan peserta didik tidak hanya sebagai
berpusat pada peserta didik, proses, dan hasil pemelajar tetapi sebagai penemu pengetahuan.
belajar. Era informasi menawarkan kebebasan Dengan perbagai perubahan dan tuntutan
kepada peserta didik untuk belajar dan kepada yang dikemukakan di atas, Warren (2002)
pendidik untuk membelajarkan tanpa batasan berpendapat perlu melakukan perubahan yang
waktu, tempat, ras, suku, agama, golongan, cukup mendasar dalam mempersiapkan calon
gender, keadaan sosial dan ekonomi, maupun pendidik dan tenaga kependidikan, standar dan
asal usul. Pendidikan yang berorientasi pada era penilaian peserta didik, serta proses belajar dan
informasi memungkinkan pendidik melakukan membelajarkan. Calon pendidik dan tenaga
program belajar individual kepada masing- kependidikan perlu dilatih agar memiliki
masing peserta didik serta menggunakan kemampuan menggunakan aneka sumber
teknologi untuk meningkatkan kemampuan belajar yang berbasis teknologi informasi dan
peserta didik. komunikasi, menerapkan pendekatan, strategi,
metode, serta teknik belajar dan membelajarkan
yang bervariasi. Dengan demikian dalam
Perubahan Proses Pembelajaran penilaian dan sertifikasi calon pendidik dan
tenaga kependidikan kemampuan merancang,
Sesuai dengan perubahan-perubahan yang mengembangkan dan memanfaatkan aneka
terjadi di masyarakat, industri, dan dunia kerja sumber belajar dalam pengembangan desain
lainnya, proses belajar dan membelajarkan di era pembelajaran secara tepat, menjadi salah satu
informasi diharapkan tidak bertujuan semata- unsur dalam komponen penilaian kemampuan
mata untuk menguasai isi bahan ajar, tetapi profesionalnya. Penguasaan kemampuan calon
dapat mendorong peserta didik menjadi pemikir pendidik dalam mengenali dan menggunakan
Kenzie, sedangkan dalam dunia pendidikan dan tujuan pembelajaran (Anderson and
antara lain Ernest Burkman dan Martin Tessmer Krathwohl, 2001: 28-29). Hal ini berarti bahwa
(Surry, 1997). paradigma tentang pembelajaran harus berubah
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi dari standardisasi (standardization) menjadi
tidak selalu merupakan jawaban absolut penyesuaian (customization) yang mengakui
terhadap masalah-masalah pendidikan. kemajemukan, dari berfokus pada penyajian
Keberhasilan penggunaan teknologi dalam bahan ajar menjadi meyakini bahwa kebutuhan
pembelajaran misalnya, tergantung pada pemelajar dipenuhi, dari berpusat pada
kesesuaian penggunaan teknologi itu dengan memasukan bahan ke kepala pemelajar menjadi
tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, membantu pemelajar memahami bahan ajar.
lingkungan, serta bahan ajar yang dipelajari. Dengan demikian, perlu perubahan dari belajar
Oleh karena itu, dalam memutuskan pemilihan pasif menjadi belajar aktif, dari berpusat kepada
dan pemanfaatan teknologi tidak terlepas dari pendidik menjadi berpusat kepada peserta didik;
pertimbangan nilai-nilai psikologis dan dari inisiatif, pengawasan dan tanggung jawab
paedagogis. Dengan demikian pendidik serta pendidik menjadi inisiatif, pengawasan, dan
peserta didik perlu memahami dengan baik tanggung jawab bersama; serta dari belajar
bagaimana memilih dan memanfaatkan tekno- dekontekstual menjadi belajar yang kontekstual,
logi yang tepat guna itu dalam proses-proses autentik dan bermakna (Reigeluth: 1999: 19).
belajar dan membelajarkan.
Perlu dicatat bahwa dalam pendidikan,
khususnya dalam belajar dan membelajarkan Tantangan dalam
teknologi dimaknai tidaklah terbatas pada Penyelenggaraan Pendidikan
bahan, alat atau media sebagai produk, tetapi
mengandung makna yang lebih luas, termasuk
Memperoleh pendidikan merupakan salah satu
orang, lingkungan, pendekatan, strategi, metode,
hak azasi manusia seperti tertera dalam Hak-
dan kiat-kiat belajar dan membelajarkan ( Eraut,
Hak Azasi Manusia (Human Rights: Article 13) .
1996: 8-9). Atas prakarsa pendidik dan tenaga
Pendidikan dianggap merupakan kebutuhan
kependidikan, teknologi pendidikan memung-
pokok agar manusia dapat bertahan hidup,
kinkan terwujudnya berbagai pola pendidikan
mengembangkan kehidupannya serta berparti-
dan pembelajaran dengan memanfaatkan
sipasi dalam kegiatan masyarakat. Pentingnya
berbagai sumber belajar, proses, dan sistem
peranan pendidikan dalam mencerdaskan
belajar dan membelajarkan, sesuai dengan
kehidupan bangsa juga ditegaskan dalam
kebutuhan dan potensi setiap pemelajar menuju
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
terwujudnya masyarakat gemar belajar dan
berpengetahuan sepanjang hayat. Dengan bahwa memperoleh pendidikan merupakan hak
demikian penggunaan teknologi dalam pendidi- setiap warga negara Indonesia dinyatakan
kan sangat memperhatikan nilai-nilai kemanu- dalam Pasal 31. Selanjutnya, penyelenggaraan
siaan tanpa ketakutan terhadap teknologi itu pendidikan secara nasional diatur lebih lanjut
sendiri (Miarso, 2007). melalui Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Masih dalam kaitannya dengan proses tentang Sistem Pendidikan Nasional.
belajar dan membelajarkan ini, pendidik dan Sedemikian pentingnya peranan pendidik-
tenaga kependidikan melakukan peran penting an dalam mencerdaskan bangsa agar mampu
dalam merencanakan dan mengelola sumber- mengembangkan potensi diri dan lingkungan-
sumber belajar sehingga terjadi interaksi aktif nya serta dapat bersaing dan berkolaborasi
antar peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. dengan bangsa-bangsa lain, sehingga Pemerin-
Interaksi yang demikian diperlukan untuk tah Indonesia menerapkan program wajib belajar
memberikan pengalaman belajar kepada peserta pendidikan dasar (wajar dikdas) secara
didik sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga bertahap, mulai dari wajar dikdas enam tahun
ia dapat mengingat, mengerti, menerapkan, (1984) dan wajar dikdas sembilan tahun (1994).
menganalisis, dan mengevaluasi, dan mencip- Program ini sudah barang tentu dilaksanakan
takan pengetahuan faktual, konseptual, prose- untuk meningkatkan mutu sumber daya
dural, dan metakognitif sesuai dengan jenjang manusia melalui proses belajar dan membelajar-
kan di jalur pendidikan formal, non formal, dan by design maupun yang by utilization. Sekali lagi
informal. perlu segera dicatat, sumber belajar dalam
Dalam proses belajar setiap orang diharap- teknologi pendidikan termasuk pendidik dan
kan memperoleh informasi yang akan dipergu- tenaga pendidikan, kurikulum, dan lingkungan
nakannya untuk membangun skema berpikir belajar.
yang lebih kaya dan tajam sehingga dapat Pertanyaan yang timbul ialah bagaimana
dipergunakannya untuk menanggapi serta mengembangkan dan memberdayakan sumber
memecahkan berbagai masalah dalam upayanya belajar dalam pendidikan khususnya dalam
meningkatkan kualitas hidupnya dengan proses belajar membelajarkan? Berdasarkan
berbagai cara yang positif. Peningkatan kualitas definisi teknologi pendidikan tahun 1977 dan
hidup itu terlihat dari perubahan prilaku yang yang dikembangkan lagi tahun 1994 dan 2004
dari hari ke hari semakin kreatif, inovatif, dan pusat perhatian teknologi pendidikan pada
dinamis dalam berpikir dan bertindak sehingga hakekatnya mencari solusi dalam memecahkan
hidup ini terasa lebih nyaman dan menye- masalah-masalah yang berkenaan dengan
nangkan secara lahir dan bathin. Informasi yang belajar dan membelajarkan dengan menerapkan
dibutuhkan untuk keperluan belajar itu tersedia proses dan komponen-komponen teknologi yang
di berbagai sumber belajar. secara lebih luas disebut sumber belajar (Seels &
Akan tetapi di samping berbagai kemajuan Richey, 1994:4). Setelah mengkaji perkembangan
yang telah diperoleh, pendidikan nasional di perumusan definisi teknologi pendidikan tahun
Indonesia masih menghadapi tiga masalah 1972, 1977, dan 1994, Januszewski, (2001:53-
pokok yaitu, (1) pemerataan dan perluasan akses 57) menemukan bahwa konsep sumber belajar
memperoleh pendidikan, (2) peningkatan mutu, merupakan bagian yang penting dalam tekno-
relevansi, dan daya saing pendidikan, (3) logi pendidikan, dengan mengatakan “… the
penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan concept of learning resources had become an important
pencitraan publik (Departemen Pendidikan part of the definition of educational technology in
Nasional, 2006). Berbagai upaya telah dilakukan 1972 and has remained so to the present day.” (p. 57)
Pemerintah, masyarakat, dan orangtua untuk Sumber belajar dalam kawasan teknologi
mengatasi masalah tersebut, seperti pendirian pendidikan memiliki makna yang luas dan tidak
dan rehabilitasi gedung dan ruang kelas, terbatas hanya pada media audiovisual saja.
pengangkatan pendidik dan tenaga kependi- Sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dikan baru dan penatarannya, pengadaan alat mengandung informasi yang dapat memfasili-
dan bahan pendidikan seperti alat-alat tasi pemelajar memperoleh informasi yang
laboratorium, buku pelajaran serta buku diperlukannya dalam belajar. Atas dasar
perpustakaan, penyempurnaan kurikulum, serta pengertian yang demikian sumber belajar
menerapkan sistem pengelolaan dan peng- dikategorikan ke dalam enam kelompok yaitu
awasan sekolah yang berbasis sekolah. Akan pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar/
tetapi di samping kemajuan-kemajuan yang lingkungan (AECT, 1986: 2, Januszewski,
telah dicapai, nampaknya masih perlu 2001:53-54). Yang dimaksud dengan pesan
peningkatan upaya yang berkaitan dengan adalah bahan ajar yang dipelajari dapat dalam
pemanfaatan sumber belajar dalam peroses bentuk konsep, teori, gagasan, fakta, makna, atau
belajar dan membelajarkan baik oleh peserta data dan termasuk kurikulum. Orang berfungsi
didik maupun pendidik itu sendiri. sebagai sumber belajar karena memiliki atau
menyalurkan pesan, termasuk pendidik dan
tenaga kependidikan. Bahan adalah barang-
Peranan Sumber Belajar barang yang mengandung pesan, termasuk
buku pelajaran dan perangkat lunak. Alat adalah
Berbagai masalah yang dihadapi dalam adalah perangkat yang dapat menyalurkan
pemerataan dan perluasan akses memperoleh pesan dan disebut juga dengan perangkat keras
pendidikan serta peningkatan mutu, relevansi, termasuk alat peraga/praktek dan komputer.
dan daya saing pendidikan dapat diatasi Teknik merupakan prosedur atau cara
dengan menerapkan teknolgi pendidikan bagaimana bahan, orang, peralatan, latar/
khususnya dengan mengembangkan dan lingkungan menyampaikan pesan, termasuk
memberdayakan aneka sumber belajar baik yang pendekatan, strategi, dan metode belajar dan
Fungsi-fungsi seperti yang disebutkan itu menemukannya, (c) mengetahui bagaimana cara
menunjukkan bagaimana sumber belajar dapat mengumpulkan dan menatanya sehingga
mengatasi berbagai kesulitan dalam proses memberikan makna atau pengetahuan, (d)
belajar dan membelajarkan. Fungsi sumber bagaimana cara memanfaatkannya, dan (e)
belajar menjadi sangat penting dan sangat bagaimana cara menyajikan serta mengkomu-
mendukung keberhasilan belajar jarak jauh, nikasikannya. Di samping itu Bebas memberikan
belajar terbuka, dan belajar fleksibel. Sumber kesempatan kepada peserta didik untuk (a)
belajar diperlukan dalam berbagai model belajar memperoleh kemampuan menganalisis,
dan membelajarkan seperti dalam pembelajaran menginterpretasikan, mensintesiskan, dan
berbasis masalah, pemetaan konsep, belajar mengorganisasikan informasi; dan (b)
mandiri, belajar tuntas, pembelajaran berbasis memperoleh kemampuan berbahasa dan
komputer, belajar kooperatif, kontekstual, sertaberkomunikasi dengan membaca, menulis,
pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan
melihat, berbicara, serta mendengar.
menyenangkan. Strategi Bebas memotivasi peserta didik
untuk aktif mencari informasi dari beraneka
sumber. Misalnya guru menugaskan peserta
Belajar Berbasis Aneka Sumber didik mencari informasi tentang apa, untuk apa,
dan bagaimana Pemilu di Indonesia. Peserta
Dewasa ini semakin disadari semakin banyak didik disuruh mencatat informasi yang
sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai diperolehnya dan menuliskannya secara runtut
sumber belajar untuk meningkatkan kualitas untuk dibaca dan dinilai oleh guru. Secara aktif
proses dan hasil belajar. Di samping sumber mereka akan menemukan bahwa informasi
belajar berbasis lingkungan atau media seder- tentang hal atau masalah yang dicarinya dapat
hana, kemajuan teknologi informasi dan komuni- diperoleh di ber-bagai sumber, misalnya dalam
kasi telah memudahkan memperoleh berbagai buku, majalah, surat kabar, radio, televisi,
ragam informasi internet, atau dari
sehingga muncul orang tertentu di
ungkapan bahwa ling-kungannya.
informasi itu kini Belajar berbasis aneka sumber Ketika mengum-
tersedia pada (Bebas) merupakan suatu strategi pulkan informasi
ujung jari. Denga itu, mereka mem-
pembelajaran yang memungkinkan peroleh berbagai
hanya meng’klik’
dengan ujung jari,
peserta didik memperoleh macam informasi
telah dapat diper- pengetahuan dengan melakukan dilihat dari isinya.
oleh banyak infor- interaksi dengan beraneka ragam Mungkin juga in-
masi tentang hal sumber formasi yang di-
yang kita perlu- peroleh itu tidak
kan. Dengan demi- selaras satu sama
kian, yang diper- lain atau ada juga
lukan ialah kemampuan meng’klik’ dan yang saling melengkapi. Peserta didik mencatat
memilah serta memilih informasi yang sesuai semua informasi itu dan kemudian memilah-
dengan keperluan, dari segi isi, jumlah, dan milah serta menyusunnya kembali secara runtut
mutunya. sehingga bermakna utuh dan menarik untuk
Belajar berbasis aneka sumber (Bebas) dibaca. Apabila kegiatan seperti ini dilakukan
merupakan suatu strategi pembelajaran yang secara berulang-ulang, peserta didik akan
memungkinkan peserta didik memperoleh terlatih menjadi pemikir yang kritis dan
pengetahuan dengan melakukan interaksi pemecah masalah yang kreatif.
dengan beraneka ragam sumber termasuk orang, Guru memang telah terbiasa menggunakan
bahan yang tercetak atau non cetakan, serta beberapa media sebagai sumber belajar, seperti
lingkungan. Apabila dilaksanakan dengan transparansi, video, flip chart, dan mendatang-
tepat, Bebas memberikan kesempatan kepada kan tamu pembicara. Kadang-kadang guru juga
peserta didik untuk (a) menyadari kebutuhan menyuruh peserta didik bermain peran atau
akan informasi, (b) mengetahui di mana simulasi. Akan tetapi dalam menggunakan
informasi itu dan bagaimana cara berbagai media itu, guru merancang dan
menentukan sendiri pesan atau isi yang dimuat menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan
dalam media itu sendiri. Dengan demikian, kemampuan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran itu pada hakikatnya masih contoh Pemilu yang disebutkan sebelumnya,
berorientasi pada guru dan peserta didik tujuan belajar diarahkan pada pemahaman
memperoleh informasi yang dipilih oleh guru peserta didik tentang Pemilu yang disajikan
dan disampaikan melalui media yang juga dalam tulisan esai. Kedua, guru menetapkan
ditetapkan oleh guru. Cara yang demikian kriteria hasil pekerjaan peserta didik dalam
adalah guru mengajar berbasis aneka sumber. wujud yang nyata dan menantang untuk mereka.
Akan tetapi dalam Bebas, guru mengajukan Dalam contoh Pemilu itu, peserta didik diminta
masalah atau pertanyaan dan peserta didik menuliskan pemahaman mereka tentang Pemilu
disuruh memecahkan masalah atau menjawab dalam bentuk esai yang runtut dengan
pertanyaan itu dengan mengumpulkan menjelaskan apa, bagaimana, dan untuk apa
informasi dari beraneka sumber. Guru dapat Pemilu itu. Ketiga, guru merencanakan secara
saja memberitahukan di mana dan dalam bentuk lengkap proses pembelajaran. Guru perlu bekerja
apa informasi itu diperoleh, akan tetapi peserta sama dengan petugas perpustakaan dan
didik dapat mengembangkan sumber-sumber itu audiovisual di sekolah untuk mengetahui
serta mencari dengan caranya sendiri. informasi dan bentuk media yang tersedia untuk
Bebas merupakan salah satu strategi belajar keperluan peserta didik menyelesaikan tugas itu.
yang sangat membantu dalam melaksanakan Untuk pokok bahasan lain, guru mungkin perlu
model belajar inkuiri, belajar berbasis masalah, bekerja sama dengan petugas laboratorium (IPA,
belajar kooperatif, dan belajar berbasis projek. Kimia, Fisika, atau Bahasa). Keempat, guru
Strategi ini menggeser pusat belajar dari guru menentukan jadwal waktu untuk mengerjakan
kepada peserta didik khususnya dalam tugas. Guru memberikan batas waktu
menemukan dan memilih informasi serta cara- penyelesaian tugas serta memberikan penjelasan
cara memperoleh, memilah, dan memilih bagaimana menyusun kegiatan waktu sehingga
informasi untuk memecahkan masalah atau peserta didik dapat menyelesaikan tugas tepat
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Strategi ini waktu. Kelima, guru menetapkan kriteria
juga memotivasi peserta didik berinteraksi penilaian secara jelas. Dalam menulis esai
dengan teman-temannya, guru, anggota misalnya, perlu dijelaskan unsur-unsur
keluarga dan orang-orang sekitarnya dalam penilaian seperti kelengkapan dan kejelasan
upaya memperoleh informasi selengkap mugkin informasi, keteraturan susunan informasi,
tentang topik yang dicarinya. Melalui penelu- penarikan kesimpulan, dan bahasa (keterba-
suran dan pengumpulan informasi itu, peserta caan). Keenam, guru menilai hasil pekerjaan
didik mengembangkan kemampuan bertanya, peserta didik dan memberikan umpan balik.
berargumentasi, membaca, mengamati, serta Ketujuh, guru menilai proses pembelajaran dan
menulis. pencapaian tujuan pembelajaran untuk pokok
Penelusuran dan pengumpulan informasi bahasan yang bersangkutan secara keseluruhan.
oleh peserta didik dapat dilakukan di luar jam Internet dapat dipergunakan sebagai salah
pelajaran di kelas dan waktu belajar di kelas satu sumber informasi untuk belajar. Sejumlah
dapat dipergunakan untuk mendengar laporan sekolah telah memiliki akses ke internet melalui
peserta didik, diskusi, atau memperkaya komputer yang tersedia di sekolah dan peserta
informasi yang diperoleh oleh peserta didik. didik dapat menggunakannya. Bahkan ada juga
Penggunaan waktu belajar di kelas menjadi lebih sekolah yang menyediakan laboratorium
efisien dan mengurangi keluhan guru atas komputer untuk peserta didik dan guru untuk
kurangnya waktu untuk menyelesaikan bahan keperluan pembelajaran. Dalam hal yang
yang dituntut dalam kurikulum. Banyak bahan- demikian, guru perlu bekerja sama dengan petu-
bahan pelajaran yang dapat dipelajari serta gas laboratorium komputer dalam membimbing
kesulitan belajar peserta didik diatasi di luar peserta didik menggunakan internet, khususnya
kelas dengan menggunakan Bebas. tentang cara mencari informasi yang mereka
Dalam menerapkan Bebas, guru perlu perlukan di internet.
melakukan hal-hal berikut. Pertama, guru perlu Dalam penerapan Bebas fungsi guru lebih
menetapkan tujuan belajar dengan rumusan banyak sebagai pembimbing, fasilitator, dan
indikator kompetensi yang jelas dan terukur. pemandu peserta didik. Mengajarkan fakta-fakta
Tujuan belajar dalam Bebas hendaknya atau pengetahuan lain digantikan dengan
mengajarkan peserta didik cara belajar. Tujuan pekerjaan peserta didik yang berbeda satu sama
pembelajaran ialah memberikan kemampuan lain karena menggunakan sumber-sumber
bagaimana menemukan, mengevaluasi, dan belajar yang berbeda. Dalam proses Bebas guru
menggunakan informasi untuk keperluan diharapkan pula memantau kegiatan peserta
belajar. didik secara individual dan dalam hal-hal
Apabila dipahami dan diterapkan secara tertentu guru perlu mendampingi dan memo-
tepat oleh guru, Bebas dapat memberikan tivasi peserta didik dalam melengkapi informasi
manfaat kepada siswa sebagai berikut. Pertama, yang diperlukan. Tugas-tugas yang demikian
Bebas dapat mewadahi gaya belajar, kemam- memerlukan waktu dan tenaga guru di luar jam
puan, kebutuhan, dan minat peserta didik yang pelajaran dan mungkin juga di luar sekolah.
berbeda-beda karena masing-masing dapat Keberhasilan pelaksanaan Bebas tidak
memilih sumber belajar yang sesuai dengan terlepas dari kepemimpinan dan kebijakan
dirinya. Kedua, Bebas dapat mengembangkan kepala sekolah. Kepala sekolah diharapkan juga
kemampuan memecahkan masalah, mengambil memahami Bebas ini dan mendirikan dukungan
keputusan, dan menilai secara kritis. Ketiga, oleh kepada guru dan peserta didik untuk melak-
karena berusaha dan menemukan sendiri, sanakannya. Tenaga kependidikan lainnya di
pesera didik memperoleh pengalaman belajar sekolah, orang tua, serta Komite Sekolah juga
yang bermakna sehingga mereka lebih bertang- ikut berperan dalam memperlancar kegiatan
gung jawab dan percaya diri terhadap perolehan belajar dalam Bebas ini.
belajarnya. Keempat, Bebas melatih peserta didik
terbiasa dengan teknologi informasi serta
mampu menggunakannya secara efektif. Kelima, Pusat Sumber Belajar
peserta didik menjadi terampil dalam bagaimana
belajar secara mandiri mereka menjadi melek Seperti telah diuraikan, dalam proses belajar dan
informasi, serta memiliki keterampilan belajar membelajarkan dipergunakan berbagai jenis dan
sepanjang hayat. bentuk sumber belajar untuk keperluan berbagai
Pelaksanaan Bebas di sekolah mungkin tujuan pembelajaran. Lembaga-lembaga
mengalami hambatan yang antara lain pendidikan pada umumnya telah memiliki
pemahaman guru tentang strategi ini masih perpustakaan dan lembaga pendidikan tertentu
kurang. Menggunakan aneka ragam media atau memiliki beberapa jenis laboratorium seperti
sumber belajar yang dirancang dan ditentukan laboratorium IPA, Kimia, Fisika dan Bahasa,
sendiri oleh guru dan peserta didik belajar dari serta berbagai jenis alat praktek dan alat peraga.
media itu bukan lah termasuk Bebas, karena Agar pemeliharaan dan pemanfaatan sumber
masih berpusat kepada guru. Dalam bebas belajar dilakukan secara efisien dan efektif, perlu
peserta didik secara leluasa mengidentifikasi dikelola secara terpadu dalam satu unit kerja
sumber-sumber, menemukan, mengumpulkan, yang kemudian disebut Unit Sumber Belajar
memilah dan memilah, menganalisis, dan (USB), atau Pusat Sumber Belajar (PSB).
mensintesiskan sendiri. Untuk dapat melakukan
Pada awalnya PSB mulai berkembang dari
itu dengan baik, guru memberikan pedoman
perguruan tinggi Merrill dan Drob (1974:15)
pada awal kegiatan. Oleh karena berbagai
mendefifinisikan PSB atau Center for Learning
keterbatasan, masih banyak sekolah yang belum
Resources sebagai “... an organized activity
memiliki sumber belajar yang memadai di
consisting of a director, staff, and equipment housed
sekolah dilihat dari jenis dan kualitasnya.
in one or more specialized facilities for the production,
Keadaan yang demikian dapat menyurutkan
procurement, and presentation of instructional
motivasi peserta didik dalam menelusuri
materials and the provision of development and
informasi yang mereka perlukan. Sementara itu
planning services related to the curriculum and
guru masih kurang mampu mengenali dan
teaching on a general university campus”
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang
Pengertian ini menunjukkan lembaga PSB di
tersedia di lingkungan dalam melaksanakan
perguruan tinggi dikelola secara khusus oleh
Bebas.
seorang pemimpin dibantu oleh sejumlah
Menilai hasil belajar peserta didik melalui
pegawai. PSB menempati bangunan tersendiri
Bebas dapat juga menjadi beban bagi guru karena
dengan peralatan dan fasilitas untuk produksi
dia sendiri harus menguasai banyak informasi
serta pengadaan dan penyediaan berbagai
dari berbagai sumber untuk dapat menilai
bahan pembelajaran. Di samping itu PSB juga sistem pembelajaran yang memberdayakan
memberikan pelayanan kepada pendidik/dosen berbagai sumber belajar akan meningkatkan
dalam mengembangkan kurikulum. mutu proses dan hasil belajar. Ada terdapat
Dalam perkembangannya, PSB memberikan banyak dan bertambah terus model pengem-
juga pelayanan kepada peserta didik untuk bangan pembelajaran yang dirancang untuk
belajar secara individual atau kelompok dengan tujuan pembelajaran tertentu serta tidak dapat
menggunakan tempat serta sumber belajar yang langsung diterapkan untuk keperluan berbeda.
diperlukan seperti buku, modul, media Pendidik perlu mengkaji model-model
audiovisual, dan media berbasis komputer. pembelajaran yang ada, memodifikasi sesuai
Sedangkan pelayanan kepada pendidik dengan tujuan pembelajaran, bahkan bila perlu
dikembangkan dengan menyediakan tempat membuat model pembelajaran sendiri. (Gustafon
dan peralatan untuk merencanakan dan & Branch, 1997). Untuk dapat memperoleh
membuat media untuk keperluan belajar dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan
membelajarkan. Di samping itu petugas PSB tujuan dan lingkungan belajar dan membel-
tidak hanya membantu pendidik dalam ajarkan, pendidik perlu memiliki dasar-dasar
merancang, mengembangkan dan membuat atau pertimbangan psikologi, pendekatan sistem,
bahan ajar tetapi juga membantu dalam dan teori komunikasi yang sesuai untuk
penyajian dan evaluasinya (Merril dan Drob, pengambilan keputusan (Seels & Glasgow, 1998).
1974: 3). Dengan demikian maka tempat atau Dalam konteks ini pulalah PSB membantu
bangunan PSB perlu dirancang secara khusus pendidik merancang dan mengembangkan
sehingga dapat menyimpan, merawat, sistem instruksional dengan menyediakan
mengembangkan, membuat dan memanfaatkan berbagai media, peralatan produksi, dan
berbagai sumber belajar, baik untuk kebutuhan bantuan tenaga teknis.
belajar secara individual maupun kelompok Secara umum fungsi PSB dapat berkembang
serta dapat dipergunakan sebagai tempat sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan
pelatihan pengembangan dan pemanfaatan karena yang penting dalam penerapannya
aneka sumber belajar . adalah keefektifan fungsi dalam menunjang
Perkembangan PSB melalui empat fase. Fase pencapaian tujuan atau kompetensi pembel-
pertama ialah dijadikannya perpustakaan ajaran. Tetapi dalam setiap PSB ada fungsi
sebagai PSB dengan koleksinya terbatas pada dominan yang menjadi ciri utamanya : (1) fungsi
bahan cetakan. Fase kedua selaras dengan pengembangan sistem instruksional, (2) fungsi
perkembangan teknologi informasi dan pelayanan media pembelajaran, (3) fungsi
komunikasi, koleksi perpustakaan dilengkapi produksi media pembelajaran, (4) fungsi
dengan bahan-bahan audio visual dan perlatan pelatihan, dan (5) fungsi administrasi.
produksi. Fase ketiga, perpustakaan yang Fungsi pengembangan sistem instruksional
memiliki koleksi bahan cetak, audiovisual, dan merupakan fungsi utama PSB karena
peralatan produksi dilengkapi dengan ruangan kegiatannya bermuara dari fungsi ini, kemudian
belajar non tradisional yang memungkinkan menyebar ke fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ini
peserta didik atau pendidik belajar secara membantu pendidik serta fasilitator membuat
individual atau kelompok. Fase keempat pusat rancangan pembelajaran untuk meningkatkan
belajar yang telah mempunyai fasilitas seperti efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
dalam fase ketiga dilengkapi dengan sarana Dengan adanya fungsi pengembangan ini maka
untuk pengembangan sistem instruksional kebutuhan yang tidak tersedia di pasaran dapat
untuk guru dengan bantuan petugas PSB. dipenuhi.
Pengembangan PSB dalam tahap kelima Fungsi pelayanan media memberikan
memberikan ciri khasnya. Di sini terlihat pelayanan kepada pendidik, atau fasilitator
kombinasi yang terpadu dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan media pembel-
belajar yang meliputi pesan, orang, alat, bahan, ajaran, mulai dari memilih media yang tepat,
teknik, dan latar dengan tujuan belajar dan teknik penyajiannya, sampai kepada peman-
membelajarkan. Pengembangan sistem faatan berbagai jenis media lainnya. Sedangkan
instruksional merupakan proses yang sistematis layanan kepada peserta didik berupa layanan
dan berkesinambungan untuk membantu belajar individual atau kelompok yang berbasis
peserta didik memperkaya pengalaman belajar media, khususnya media pembelajaran audio-
secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan visual atau media elektronik lainnya.