Anda di halaman 1dari 7

Hakikat Manusia Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Dan Hubungan

Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan


MAKALAH
Dipresentasikan untuk memenuhi tugas kelompok
“Filsafat Pendidikan”

Disusun oleh, Kelompok 2:


Sherly : 2018.
Loli Dahlia : 2018.
Nur Hapipah : 2018. 2304

Dosen Pengampu:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT
TAHUN 2020 M/1441 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan
makhluk Tuhan yang lain tentu manusia dalam penciptaannya telah dirancang
seunik mungkin oleh Allah SWT. Mulai dari zat pembentuk diri manusia dan
kemudian Allah menganugerahkan potensi-potensi hidup agar manusia tampil
beda dari makhluk lain dan mampu melangsungkan kebahagiaan hidupnya tidak
hanya sebatas materi duniawi bahkan dunia kekal selanjutnya disaat jasad dan
materi itu hilang akan tetapi dunia rohnya akan tetap abadi.
Dalam kitab suci Al-Qur’an dinyatakan oleh Allah SWT “Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya kecuali orang yang
beriman…..” (Q.S.95 Ayat4-6). Apabila jasad atau materi kembali pada asalnya
tanah maka roh akan kembali pula pasa asalnya yaitu Allah SWT Maha Pencipta.
Masalah besar yang dihadapi manusia zaman sekarang ini adalah hilangnya jati
diri sesama manusia. Kebanyakan manusia saat sekarang ini kurang merenungkan diri
mereka sendiri. Banyak manusia hanya tahu bahwa fisik dengan kenikmatan materi
adalah tujuan dari hidup manusia, yang berpandangan keduniawian. Manusia kurang
menyadari dan mempersoalkan bahwa di dalam diri mereka juga ada komponen lain
selain fisik (jasmani) yaitu jiwa dan roh sebagai komponen lebih mendalam dari pada
jiwa. Manusia juga lemah dalam pandangan hidup karena mengandalkan nilai-nilai
kuantitatif yang dijalankan oleh roh dan jiwa merupakan terivinasi menuju yang maha
transenden serta disinilah letak nilai-nilai moralitas dan humanitas manusia.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan


Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat.
Hakikat yang berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran
yang dikemukakan yaitu: aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksitensialisme.1
a. Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah
zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari
alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
b. Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini
ialah ruh, juga hakikat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi
dari pada ruh di atas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang lain (selain ruh) yang rupanya ada dan hidup hanyalah sesuatu jenis
perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh. Dasar pikiran aliran ini
adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal
ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapa pun kita
mencintai seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya.
Dengan demikian aliran ini mengangap ruh itu ialah hakikat, sedangkan
badan ialah penjelmaan atau bayangan.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua
subtansi yaitu jasmani dan rohani. Keduanya subtansi ini masing-masing
merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan
tidak berasal dari ruh dan tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia
tidak serba dua, jasad dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang
mna keduanya saling mempengaruhi.

1
Jalaluddin, filsafat pendidikan, (Jakarta: gaya media pratama, 1997), h. 107
3

d. Aliran Eksitensialisme
Aliran filsafat modren berfikir tentang hakikat manusia merupakan
eksitensi atu pewujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat
manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara mrenyeluruh. Disini
manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari
dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri
didunia ini.
Filsafat berpandang bahwa hakikat manusia ialah manusia itu berkaitan
antara badan dan ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan ruh
adalah subtansi alam, sedangkan alam adalah mkhluk dan yang keduanya
diciptakan oleh allah.
Menurut antropoplogi metafisika hakikat manusia adalah integrasi antara
wataknya sebagai makhluk individu, sebagai makluk sosial dan sebagai
makhluk susila. Jadi manusia sebagai pemimpin dan dipimpin, sebelum
menjadi pemimpin manusia harus dipimpin atau diajarkan suatu pendidikan
agar bersifat dewasa yang bertanggung jawab.
Manusia pada dasarnya hewan memiliki banyak sifat yang serupa dengan
makhluk lain. Suatu saat manusia akan berpikir bahwa mereka merupakan
salah satu anggota margasatwa (animal kingdom). Disaat lain dia juga akan
merasa warga dunia ideal dan nilai. Pandangan inilah akhirnya akan
memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka adalah pencari
kebenaran.2
1. Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
Aristoteles mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat,
yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal
pikirannya.
2. Kepribadian manusia dan pendidikan
Pendidikan dimaksud, manusia berusaha mengerti dan mencari hakikat
kepribadian tentang siapa mereka yang sebenarnya. Dalam kondisi ilmu

2
Ibid., h. 110
4

mantiq manusia dikenal dengan sebutan al-insani hayawaa nun nathiq


(manusia adalah hewan yang berfikir). Berpikir pada batasab ini meksudnya
berkata-kata, dan mengeluarkan pendapat serta pikir.
3. Masalah rohani dan jasmani
Maka tidak heran kalau sejak dulu manusia tidak henti-hentinnya
berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan
maknawiyah. Kebanyakan ahli filsafat yunani berpendapat bahwa ruh itu
merupakan satu unsur yang halus, yang dapat meninggalkan badan. Jika dia
pergi dari badan, dia kembali ke alam yang tinggi, meluncur keangkasa luar
dan tidak mati, sebagaiman ungkapan phytagoras kepada diasgenes.
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan subten kepada manusia
sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini.
a. Manusia adalah Homo Sapies, artinya makhluk yang mempunyai
budi
b. Manusia adalah Animal Rational, artinnya binatang ynag berfikir
c. Manusia adalah homo laquen, artinnya makhluk yang pandai
menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan
dalam kata-kata yang tersusun.
d. Manusia adalah Homo Faber, artinnya makhluk yang terampil.
e. Manusia adalah Zoon Politicion, yaiti makhluk yang pandai bekerja
sama, bergaul dengan orang.
f. Manusia adalah Homo Economicus, artinnya makhluk yang tunduk
pada prinsip ekonomi dan bersipat ekonomis.
g. Manusia adalah Homo Religius, yaitu makhluk yang beragama, Dr.
M.J langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa belanda, memandang
manusia sebagai Animal Educadum Dan Animal Educable, yaitu
manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh
karena itu, unsur rohanih merupakan syarat mutlak terlaksananya
program pendidikan.3

3
Suparlan suhartono, “filsafat pendidikan, (yogyakarta: ar-ruzz media, 2007),
5

B. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan


Ada hubungan yang erat antara filsafat, manusia, dan pendidikan.
Hubungan tersebut dilihat dari berbagai aspek, misalnya objek kajiannya manusia.
Filsafat berarti berpikir mendalam oleh manusia. Manusia mampu berfilsafat di
bidang yang dia kuasai. Salah satu kajian filsafat adalah pendidikan. Inilah
keterkaitan antara ketiga hal tersebut.
Tujuan pendidikan merupakan bentuk pengkhususan dari tujuan hidup
manusia. Adapun berfilsafat merupakan upaya untuk penyelesaian maupun
pemecahan masalah terkait manusia, pendidikan, kesehatan, agama, dan
sebagainya. Masalah-masalah yang dialami manusia akan dipikirkan secara
mendalam (berfilsafat) untuk kemudian dicapai penyelesaian.
Manusia itu merupakan suatu individu, lainlah tiap orang dengan orang
lain. Individu ini berbudi Dan berkehendak yang merdeka. Seperti yang dikatakan
diatas individu yang berbudi dan berkehendak merdeka ini waktu dilahirkan amat
memerlukan pertolongan dan lama sesudah itu masih juga memerlukan
pertolongn orang lain sebelum ia boleh dipandang dapat memenuhi kewajiban
hidup sebagai manusia yang sebenarnya. Waktu lahir dilingkungan binatang tak
ada yang selemah manusia. Biasanya binatang itu amat segera dapat berdiri
sendiri, mencari makannannya sendiri serta merupakan anggota yang sempurna
dalam alamnya. Lain benar keaadaan manusia.
Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana, sistematis dan
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi
sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan
bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Melihat
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia
itu sangat erat adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia,
menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari allah.4

4
Poedjawijatna, Pembimbingan kearah alam filsafat, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya,
2005) h. 202

Anda mungkin juga menyukai