Teknologi pendidikan dari dua kata, “Teknologi” dan “pendidikan”. “Teknologi”
berasal dari kata bahasa Yunani yaitu “techne” berarti seni, kerajinan, atau keterampilan dan logia yang berarti kata, studi, atau tubuh ilmu pengetahuan. Sedangkan Pendidikan secara etimologi memilki arti dari beberapa bahasa yang berbeda 1) “paedagogie” dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” artinya membimbing, jadi jika diartikan, paedagogie artinya bimbingan yang diberikan kepada anak (Ahmadi & Nur Uhbiyati yang di kutip oleh Sholichah 2018). Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam sedangkan dalam Bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Kadir yang di kutip oleh Sholichah 2018). Definisi Teknologi oleh Saettler yang dikutip Yaumi (2016) “Technology is any systematized practical knowledge, based on experimentation and/or scientific theory, which enhances the capacity of society to produce goods and services, and which is embodied in productive skills, organization, or machinery’.Teknologi merupakan pengetahuan praktis dan sistematis, berdasarkan eksperimen dan/atau teori ilmiah, yang meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa, yang diwujudkan dalam keterampilan produktif, organisasi, atau mesin. Namun ada juga yang mengaitkan definisi teknologi kedalam konteks pendidikan oleh Cheung dalam Yaumi (2016) “The term technology when used in the teaching and learning contexts, refers to the application of contemporary educational theories and tools to design environments to carry out reliable and effective modes of teaching and learning”. Jika teknologi digunakan dalam konteks mengajar dan pembelajaran, istilah teknologi mengacu pada penerapan teori-teori pendidikan kontemporer dan alat-alat untuk mendesain lingkungan untuk melaksanakan pembelajaran dengan cara yang handal dan efektif. Definisi teknologi dalam konteks pembelajaran oleh Cheung, belum merujuk dan terperinci sebagaiman definisi teknologi pembelajaran oleh AECT memiliki sejarah cukup panjang. Rumusan definisi Teknologi Pendidikan terdapat lima definisi yang dimulai pada tahun 1920-an hingga rumusan AECT 1994 yang disebutkan oleh Miarso (2011) dalam bukunya ” Menyemai Benih Teknologi Pendidikan” dan Yubert (2016) dalam bukunya berjudul “Dinamika Teknologi Pendidikan”, tetapi masih terdapat istilah AECT 2008 sehingga terdapat enam istilah Teknologi pendidikan dalam perkembangan sejarah teknologi pendidikan. Penggunaan Istilah teknologi pembelajaran digunakan pada definisi 1970 dan definisi 1994. Sedangkan penggunaan istilah teknologi pendidikan digunakan pada definisi 1972, definisi 1977, dan definisi 2008. Seels dan Rechey dikutip dalam Yaumi 2016 bahwa alasan bagi mereka yang setuju dengan istilah teknologi pembelajaran paling tidak didasari oleh dua alasan utama, yaitu (1) kata pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi dan (2) kata pembelajaran mencakup pengertian pendidikan bukan hanya yang diselenggarakan mulai dari TK sampai pendidikan menengah melainkan juga pada tingkat perguruan tinggi dan dalam situasi pelatihan. Sebaliknya bagi mereka yang setuju dengan istilah teknologi pendidikan berpendapat bahwa teknologi pembelajaran adalah bagian dari teknologi pendidikan, maka sebaiknya menggunakan istilah yang lebih luas yaitu teknologi pendidikan. Mereka juga perpendapat bahwa kata pendidikan merujuk pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di masyarakat dan tempat kerja sedangkan teknologi pembelajaran merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan sekolah saja Di samping itu, terdapat pula kelompok lain yang menggunakan kedua istilah teknologi pembelajaran dan teknologi pendidikan secara bergantian. Bagi mereka kedua istilah tersebut tidak perlu diperdebatkan karena keduanya sama-sama memiliki akar sejarah yang panjang dalam penggunaannya. Istilah teknologi pendidikan kebanyakan digunakan di Inggris dan Kanada, sedangkan istilah teknologi pembelajaran lebih banyak digunakan di Amerika Serikat. Istilah pertama yang berkaitan dengan Teknologi Pendidikan, sekitar 1920-an dengan istilah “pengajaran visual, di mana kegiatan belajar dan mengajar menggunakan alat bantu visual yang terdiri atas gambar, model, objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret dengan cara visualisasi (Miarso, 2011: 134). Penemuan gambar gerak yang diawali oleh Peter Mark Roget (dalam Yaumi,2016) kemudian memunculkan film, televise, video dan sejenis pada sekitar tahun 1924. Produksi film edukasi mulai dikembangkan oleh beberapa universitas di Amerika Serikat, salah satu universitas yang aktif memproduksi film edukasi pada waktu itu adalah Universitas of Chicago. Saettler (dalam Yaumi,2016), University of Chicago yang telah berhasil mendonasi film yang dikenal dengan Ensiklopedia film Britanica pada tahun 1951. Kemajuan Audiovisual bidang pembelajaran memunculkan definisi formal yang berubah berkembang menjadi teknologi pendidikan oleh Commission on Definition and Terminology of the Department of Audiovisual Instruction (DAVI) dari National Education Association (NEA) yang didukung oleh Technological Development Project (TDP) dengan ketua tim Prof Dr. Donald P. Ely, rumusan istilah definsi yang pertama yang disahkan pada tahun 1963 (Miarso,2011) yang dirumuskan dalam terjemahan kedalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini: “Komunikasi audiovisual adalah cabang dari teori dan praktik pendidikan terutama berkaitan dengan desain dan penggunaan pesan yang mengontrol proses pembelajaran. Ini melakukan: (a) studi tentang kekuatan dan kelemahan yang unik dan relatif dari pesan bergambar dan non-representasional yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk tujuan apa pun; dan (b) penataan dan sistematisasi pesan oleh manusia dan instrumen dalam suatu lingkungan pendidikan. Usaha-usaha ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen, dan pemanfaatan kedua komponen dan seluruh sistem pengajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan efisien setiap metode dan media komunikasi yang dapat berkontribusi pada pengembangan potensi penuh pelajar”. Pada definisi pertama, Teori dan Praktek pendidikan hanya terfokus dalam mengggunakan Komunikasi audiovisual sebagai alat bantu dan komunikasi untuk keperluan belajar dan pembelajaran optimal, sehingga anggapan teknologi pendidikan digunakan sebagai aspek media untuk kebutuhan pembelajaran. Definisi Pendidikan kedua dari The Commission on Instructional Technology yang dipimpin oleh Sidney Tickton pada tahun 1970, yang dirumuskan dalam terjemahan kedalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini (Yubert, 2016): “Teknologi Instruksional adalah suatu cara yang sistematik untuk merancang ,melaksanakan ,dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus komunikasi dan belajar pada manusia , serta dengan mempergunakan kombinasi sumber belajar insane dan non insane , agar terjadi pembelajaran yang lebih efektif”. Definisi kedua memandang bahwa teknologi Pembelajaran merupakan cara yang sistematis untuk mendesain, mengadakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan belajar dan mengajar dalam hal tujuan khusus, berdasarkan penelitian dalam pembelajaran dan komunikasi manusia serta menggunakan kombinasi sumber daya manusia dan bukan manusia untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Sehingga, bahwa teknologi pendidikan sebagai sebuah proses bukan sekedar alat bantu dalam proses belajar mengajar sesuai dengan teori belajar dan komunikasi. Menjelang tahun 1972, melalui evolusi dan kesepakatan bersama, organisasi yang bernama DAVI berubah menjadi Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT (Januszewski dan Persichitte, dikutip oleh Yaumi, 2016), dan pada waktu tersebut juga mengeluarkan definisi ketiga oleh AECT 1972 yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. ““Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam indetifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”. Definisi ketiga bahwa teknologi pendidikan adalah suatu bidang ilmu yang bertujuan memfasilitasi belajar dalam proses pembelajaran AECT membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang dipimpin oleh dr Kenneth H. silber dengan jumlah anggota 26 orang yang kemudian muncul rumusan definisi keempat oleh AECT 1977 yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia (Miarso,2011). Suatu proses terintegrasi yang kompleks, yang melibatkan orang, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola solusi untuk masalah-masalah tersebut, yang terdapat pada semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, solusi untuk masalah mengambil bentuk semua sumber belajar yang dirancang dan/atau dipilih dan/atau dimanfaatkan untuk kebutuhan pembelajaran; sumber daya ini diidentifikasi sebagai pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan pengaturan. Proses untuk menganalisis masalah, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi solusi diidentifikasi oleh fungsi pengembangan pendidikan tentang teori penelitian, desain, produksi, evaluasi seleksi, logistik, pemanfaatan, dan diseminasi pemanfaatan. Proses mengarahkan atau mengkoordinasikan satu atau lebih dari fungsi- fungsi ini diidentifikasi oleh fungsi manajemen pendidikan dari manajemen organisasi dan manajemen personalia. Pada definisi diatas, Teknologi Pendidikan adalah suatu proses (menganalisis (identifikasi), manajemen dan mengembangkan) dimana seluruh komponen yang dikelola secara system untuk memecahkan masalah dalam belajar pembelajaran dengan 4 ruang lingkup komponen yaitu: pembelajar, sumber belajar/komponen sistem pembelajaran, pengembangan dan pengelolaan. Definisi AECT 1997 oleh Miarso (2011) terdapat beberapa kelemahan dianataranya adanya penjelasan apa yang dimaksud dengan proses integrasi dan kompleks, penggunaan istilah pendidikan akan meluas dan merambah objek formal ilmu pendidikan dimana menjelaskan tentang pendidikan yang mengarah pada proses pendidikan di sekolah dan meragukan statu keilmuannya yang menyatakan “dapat membentuk teori” dan tidak adanya ketentuan akan pengawasan dan pengelolaan pada semua komponen agar system beroperasi secara efektif dan efisien. Hal-hal ini mempersulit pengakuan dan komunikasi dengan bidang kajian atau disiplin keilmuan lain. Definisi kelima oleh AECT 1994 (dalam Miarso 2011) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “Teknologi Pembelajaraan adalah teori dan pratik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,pengelolaan,serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Definisi diatas memiliki beberapa komponen yaitu 1) Teori dan praktik 2) Kawasan Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Penilaian. 3) Proses dan sumber 4) tujuan keperluan belajar. Setiap kawasan memberikan pengaruh yang signifikan dan kontribusi pada teori dan praktik yang menjadi keilmuan landasan keilmuan. Teori dan praktik menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan pengembangan setiap kawasan yang dapat berdiri sendiri tetapi salin berkaitan satu sama lain secara sistematis. Definisi Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2004 (Januszewski & Molenda, dikutip oleh Yaumi, 2016). “Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological process and resources”. Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatakan performance melalui menciptakan, menggunakan, dan manajemen dengan teknologi proses dan sumber yang tepat. pada definisi ini lebih menekankan pada memfasilitasi pembelajaran Sehingga bisa didapatkan definisi Teknologi Pendidikan adalah sebuah bidang kajian ilmu dan etika praktek (kode etik) yang bertujuan memfasilitasi dan meningkatkan performance (kinerja) dalam menunjang belajar-mengajar melalui metode creating, using, managing berpedoman pada kajian ilmu (study) dan etika praktek (kode etik) dengan konteks proses-proses dan sumber-sumber yang disesuaikan dengan orang dan kondisi di mana terjadinya pembelajaran. Daftar pustaka Miarso, Yusufhadi, (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yaumi, Muhammad. 2016. Terminologi Teknologi Pembelajaran: Suatu Tinjauan Historis. Jurnal Inspiratif Pendidikan V (1): 191-208 diakses pada tanggal 20 April 2019 pada http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/viewFile/3471/3259 Yuberti. 2016. Dinamika Teknologi Pendidikan. Bandar Lampung: LP2M. diakses pada tanggal 20 April 2019 pada laman http://repository.radenintan.ac.id/1703/1/Dinamika_Teknologi_Pendidikan.pdf.