Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok

TINDAK LANJUT
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB)

DI SUSUN OLEH
KELAS 8.1 PENDIDIK
KELOMPOK 5 :

1. FITRIANA YUNI PERMANA SARI


2. FATMALA HARUM SAPUTRI
3. TITIS ANI FATHUROHMAH
4. CLARA SINTHA RIANES W.
5. WA ODE NINI ARNIATI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KADIRI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah yang membahas
tentang “Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar”.

Dalam penyusunan tugas atau makalah ini tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :Semua pihak yang telah membantu mengatasi berbagai kesulitan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pada isi atau materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.

Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan, wawasan, serta pengalaman bagi pembaca.

Kediri, September 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.............................................................................................. 3
2.2 Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran.......................................... 4
2.3 Program Pengayaan dalam Pembelajaran ........................................... 14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
3.2 Saran....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap siswa pada prinsipnya tentu  berhak memperoleh peluang untuk


mencapai kinerja akademik yang memuaskan.  Pencapaian dalam kinerja
akademik yang memuaskan tersebut bukan hanya diharapkan oleh siswa
yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat.
Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan
psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif.
Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat
mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Prestasi belajar yang
memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara
wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan.
Namun ancaman, hambatan dan gangguan tersebut di alami oleh siswa
tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut dapat menyebabkan ketidakberhasilan siswa, dengan
perwujudan perolehan nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata
pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian
akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu,
tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam
belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh
yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh
karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga
memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa
merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Dari paparan di atas, nampak
bahwa diagnosis kesulitan belajar memiliki peranan yang cukup penting di
dunia pendidikan.  Didasarkan oleh hal tersebut, maka makalah ini akan

1
membahas lebih lanjut mengenai Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar
(DKM).
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tindak lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)
2. Untuk mengetahui Pengajaran Remedia dalam Pembelajaran sebagai
tindak lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar
3. Untuk mengetahui Program Pengayaan dalam pembelajaran sebagai
tindak lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami akan esensi dari diagnosis kesulitan belajar


sehingga tidak menghadapi kendala yang berarti saat menghadi anak
atau peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
2. Pendidik mampu memahami dan mengatasi kesulitan belajar dengan
menindak lanjuti kesulitan yang didapatkan oleh peserta didik.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik
yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah
norma yang telah ditetapkan. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami
oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrumen
dan lingkungan belajar. Dan dari faktor-faktor terebut itu akan
mempengaruhi prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
tersebut.
Setelah kita memahami pengertian diagnosis dan kesulitan belajar, maka
diagnosis kesulitan belajar dapat diartikan sebagai proses menentukan
masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti
latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
kesuitan atau hambatan belajar yang nampak.  Syahril mengemukakan
bahwa “Diagnosis kesulitan belajar itu merupakan usaha untuk meneliti
kasus, menemukan gejala, penyebab dan menemukan serta menetapkan
kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar" .
Setelah menemukan siapa peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, langkah selanjutnya yaitu menemukan letak dimana kesulitan belajar
tersebut. Dapat dilakukan dengan membandingkan skor prestasi peserta
didik dengan nilai rerata masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk
mengetahui bagian mana dalam suatu mata pelajaran yang mengalami
kesulitan dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
Mengacu pada bahasan sebelumnya yaitu meneliti faktor internal dan
faktor eksternal peserta didik. Faktor internal bersumber pada aspek fisik
yaitu kesehatan ,atau kecacatan tubuh. Dan aspek psikologis yaitu,
kecerdasan, bakat,minat, kemampuan, kemauan,perhatian maupun
dorongan,konsentrasi dll. Sedangkan faktor eksternal bersumber pada aspek

3
lingkungan, yaitu lingkungan sosial dan non-sosial yang berupa alam, dan
aspek instrumen atau fasilitas dan juga pengajar yang terkait.
Langkah ini menentukan bantuan atau usaha penyembuhan apa yang
diperlukan peserta didik. Perlu pula dikomunikasikan atau didiskusikan
dengan berbagai pihak yang sekiranya akan terlibat dalam memberikan
bantuan. Program bantuan misalnya remedial atau pengajaran perbaikan,
layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimkan
peserta didik kepada ahli yang lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan
belajar. Langkah terakhir adalah tindak lanjut dengan kegiatan-kegiatan
seperti berikut :
a. Memberikan pertolongan
b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan
c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi
terhadap bantuan yang diberikan untuk memperbaiki kesalahan

2.2 Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran


Pengajaran remedial merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
keseluruhan program pembelajaran. Melalui program  pengajaran remedial,
guru atau konselor berusaha membantu peserta didik untuk mencapai
kesuksesan belajar secara optimal. Karena itu guru bidang studi harus
mampu melaksanakan program pengajaran remedial, karena bagaimana
pun juga setiap proses pembelajaran di kelas pasti ada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar.
Pemahaman tentang pengajaran remedial bagi guru atau konselor
adalah mutlak, maka berikut ini akan di bahas mengenai:
a. Pengertian pengajaran remedial
Remedial yaitu bentuk pengajaran yang bersifat kuratif
(penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Jadi pengajaran
remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk
menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi

4
penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan
dalam belajar bagi peserta didik. Apabila peserta didik yang tidak
mampu menguasai bahan belajar ini dibiarkan saja, maka akan
mempengaruhi penguasaan bahan belajar berikutnya, sehingga
pembelajaran berikutnya akan semakin banyak mengalami kesulitantan
belajar dalam proses pembelajarannya.
Pelaksanaan pengajaran remedial harus disesuaikan dengan
karakteristik kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Bantuan yang
diberikan lebih menekankan pada usaha perbaikan cara belajar, cara
mengajar, penyesuaian materi pelajaran dengan karakteristik peserta
didik, dan usaha untuk mengatasi hambatan atau permasalahan yang
dihadapi peserta didik. Jadi, pengajaran remedial adalah pengajaran
khusus yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengatasi semua
faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik.
Dengan demikian dalam pengajaran remedial guru atau konselor
harus mampu menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik
lebih mampu mengembangkan dirinya. Dalam arti peserta didik dapat
meningkatkan prestasi belajarnya seoptimal mungkin, sehingga dapat
memenuhi kriteria minimal melalui proses interaksi yang berencana,
terorganisasikan, dan terkontrol dengan memperhatikan kondisi
peserta didik serta daya dukung sarana dan lingkungannya.

b. Tujuan dan fungsi pengajaran remedial


Setelah memahami pengertian pengajaran remedial, maka berikut
ini akan dikemukakan pembahasan tentang tujuan dan fungsi
pengajaran remedial.
1) Tujuan pengajaran remedial
Secara umum pengajaran remidial bertujuan membantu siswa
pencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.  Jadi tujuan pengajaran remedial sama

5
dengan tujuan pengajaran regular. Secara khusus, tujuan pengajaran
remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses
penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar
mengajar.
2) Fungsi pengajaran remedial
Pengajaran remedial merupakan bagian penting dari
keseluruhan proses pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam
proses membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
antara lain fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan,
akselerasi, dan terapeutik. Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut
ini:
a) Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau
kembali sesuatu yang dianggap keliru. Pengajaran remedial
memiliki fungsi korektif, karena dalam pengajaran remedial
dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran berkaitan dengan aspek perumusan tujuan,
penggunan metode mengajar, materi, alat pelajaran, cara
belajar, evaluasi dan kondisi pribadi pesert didik.
b) Fungsi pemahaman. Dalam proses pengajaran remedial terjadi
proses pemahaman terhadap pribadi peserta didik baik dari
pihak guru, pembimbing maupun peserta didik itu sendiri. Dalam
pengajaran remidial guru berusaha membantu peserta didik
untuk memahami dirinya dalam hal jenis dan sifat kesulitan yang
dialami semua. Kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
c) Fungsi penyesuaian. Dalam pengajaran remedial peserta didik
dibantu untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan
yang dimilikinya sehingga tidak merupakan beban bagi peserta
didik. Penyesuaian beban belajar memberikan peluang kepada
peserta didik untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.

6
d) Fungsi pengayaan. Dalam pengajaran remedial guru berusaha
membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dengan
menyediakan atau menambah berbagai materi pengajaran yang
tidak atau belum disampaikan dalam pengajaran biasa.
e) Fungsi akselerasi. Akselerasi adalah usaha untuk mempercepat
pelaksanaan proses pembelajaran dalam arti menambah waktu
dan materi pengajaran untuk mengejar kekurangan yang dialami
peserta didik.
f) Fungsi terapeutik. Pengajaran remedial mengandung unsur
terapeutik karena secara langsung atau tidak langsung berusaha
menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan
kepribadian peserta didik.

c. Pendekatan dan metode pengajaran remedial


Pengajaran remedial merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
keseluruhan program pembelajaran, maka kita perlu memahami
berbagai pendekatan dan metode pengajaran remedial.
1) Pendekatan pengajaran remedial
Pendekatan pengajaran remedial dibedakan menjadi 3, yaitu
pendekatan yang bersifat kuratif, preventif, dan pengembangan.
a) Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial. Pendekatan ini
dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai
dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa
bagian dari peserta didik yang tidak mampu menguasai seluruh
bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif
dilakukan dengan pengulangan, pengayaan, dan pengukuhan,
serta percepatan.
(1) Pengulangan (repeatation), dapat dilakukan setiap akhir
jam pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok
bahasan. Pelaksanannya secara individual atau kelompok.

7
(2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan
reinforcement) Layanan pengayaan ditujukan kepada
peserta didik yang mempunyai kelemahan ringan dan
secara akademik mungkin peserta didik tersebut cerdas.
(3) Percepatan(acceleration)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik
yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan psikososial.
Pelaksanaan percepatan ini ada dua macam. Pertama, bagi
peserta didik yang berbakat dapat dinaikkan pada kelas
yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuannya, tetapi
status atau tingkat kelasnya tetap sama dengan teman
seangkatannya.
b) Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial.
Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang
diduga akan mengalami kesulitan program yang akan
ditempuh. Pendekatan reventif ini bertolak dari hasil pretest
atau evaluasi reflektif. Berdasarkan hasil pretest ini guru dapat
mengklasifikasikan kemampuan peserta didik menjadi 3
golongan, yaitu peserta didik yang diperkirakan mampu
menyelesaikan program sesuai waktu yang disediakan, peserta
didik yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program
lebih cepat daripada waktu yang ditetapkan, dan peserta didik
yang diperkirakan akan terlambat atau tidak dapat
menyelesaikan program sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan penggolongan tersebut maka teknik
layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
(1) Kelompok belajar homogen: Dalam kelompok ini peserta
didik diberi pelajaran, waktu dan tes yang sama.

8
(2) Layanan Individual: pengajaran disesuaikan dengan
keadaan peserta didik, sehingga setiap peserta didik
mempunyai program tersendiri.
(3) Layanan pengajaran dengan kelas khusus: peserta didik
mengikuti program pembelajaran yang sama dalam satu
kelas. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Dan
bagi yang cepat belajarnya disediakan paket program
pengayaan. Setelah selesai, mereka kembali ke dalam
kelompok semula untuk mengikuti pembelajaran bersama
dengan teman-teman sekelasnya.
c) Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial
Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan
upaya diagnostic yang dilakukan guru selama berlangsungnya
pembelajaran. Sasarannya agar peseta didik dapat segera
mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti
pembelajaran.

2) Metode Pengajaran Remedial


Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan
dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari
langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut.
Metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran
remedial yaitu:
b) Metode pemberian tugas
Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Jenis dan sifat tugas yang diberikan harus
disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan
belajar yang dihadapi peserta didik.

9
c) Metode diskusi
Diskusi digunakan dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki
kesulitan belajar dengan memanfaatkan interaksi antarindividu
dalam kelompok. Dalam kelompok itulah peserta didik saling
membantu dalam mengenal dirinya, kesulitan yang dialami,
memecahkan masalah, mengembangkan kerjasama antar pribadi,
menumbuhkan kepercayaan diri dan memupuk rasa tanggung
jawab.
d) Metode Tanya jawab
Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk
dialog antara guru dengan peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Keuntungan metode Tanya jawab ini ialah
terciptanya hubungan yang akrab antara guru dan peseta didik,
meningkatkan pemahaman diri bagi peserta didik, meningkatkan
motivasi dan menumbuhkan harga diri peseta didik.
e) Metode kerja kelompok
Kerja kelompok sebaiknya hiterogen artinya dalam satu kelompok
terdiri dari pria dan wanita, pesrta didik yang tidak berkesulitan
dan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Metode kerja
kelompok ini dpat meningkatkan pemahaman dari masing-masing
anggota, minat belajar dan rasa tnggung jawab peserta didik.
f) Metode tutor sebaya
Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu
temannya atau peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan
belajar. Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
peserta didik yang akan dijadikan tutor sebaya:
(1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti
proram perbaikan, sehingga peseta didik tidak merasa takut
atau enggan bertanya kepadanya.

10
(2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif dan dapat
menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang mengikuti program perbaikan.
(3) Tidak sombong, saar, telaten, hubungan sosialnya bagus,
tidak pelit, dan sukan menolong sesame teman.
g) Metode pengajaran individual
Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses
pembelajaran yang hanya melibatkan seorang guru dan seorang
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Metode ini sangat
intensif karena pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan
kesulitan dan kemampuan peserta didik. Dengan demikian
metode pengajaran indibidual, pelayanan pembelajarannya akan
berbeda-beda diantar peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.
d. Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Seperti yang telah dikemukan oleh warkiti dkk. (1990) bahwa untuk
melaksanakan pengjaran remedial harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penelaahan kembali kasus
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang kasus yang dihadapi dan kemungkinan pemecahannya.
Dalam langkah ini guru diharapkan memperoleh gambaran tentang
peserta didik yang perlu mendapatkan layanan, tingkat kesulitan
yang dialami peserta didik, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah
yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar pesrta didik.
2) Pemilihan alternative tindakan
Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka
dapat disimpulkan karakteristik kasus atau permasalahan dan
alternative pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan

11
yang dihadapi peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang
berat, cukup berat dan ringan. Selanjutnya atas dasar karakteristik
kasus yang ada, maka guru harus memikirkan alternative tindakan
pemechannya.
a) Apabila kasusnya ringam, tindakan yang ditempuh adalah
pemberian pengajaran remedial.
b) Apabila kasusnya cukup berat atau berat, maka sebelum
melaksanakan pengajaran remedial, peserta didik harus diberi
layanan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang
mempengaruhi kegiatan belajarnya.
3) Pemberian layanan khusus
Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling, yang
berutujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau
permasalan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat
mengikuti pembelajaran secara wajar.
Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara
mengatasi yang dapat ditangani oleh guru bidang studi:
a) Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya:
menghindarkan peserta didik dari pertanyaan-pertanyaan
negative yang dapat melemahkan semangat belajar, termasuk
memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang
lain yang lebih sukses.
b) Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya
dengan cara menciptakan hubungan yang akrab antar guru
dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta
didik lainnya, memberikan pengalaman yang menyenangkan
dan menciptakan iklim atau suasana social yang sehat dalam
kelas.
c) Kasus kebiasaan belajar yang salah, cara mengatasinya
menunjukkan cara belajar  yang salah, memberikan

12
kesempatan untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola
belajar yang baru.
d) Kasus ketidakcocokan antara keadaan pribadi dengan
lingkungan dan program studinya, cara mengatasinya dengan
cara memberikan layanan informasi tentang pemilihan
program studi dan cara belajarnya serta prospek dari program
studi yang dipilih oleh peserta didik.
Untuk menilai keberhasilan langkah ketiga ini dapat dilihat
indikator-indikator berikut ini:
1) Menunjukkan minat mencari pemecahan masalahnya.
2) Menunjukkan kesediaan kerja sama dengan pembimbing atau
konselor.
3) Adanya sikap terbuka karena ketegangan mulai berkurang.
4) Mulai menyadari masalahnya secara realistic.
5) Menunjukkan sikap positif dalam memilih langkah pemecahan
berikutnya.
6) Menujukkan kesediaan untuk mengadakan  penyesuaian
terhadap lingkungan.

4) Pelaksanaan pengajaran remedial


Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan
pengajaran remedial. Adapun sasaran pokok langkah ini adalah
meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
guru.
5) Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan
pengukuran terhadap perubahan pada diri peserta didik yang
bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara
rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.

13
6) Re-avaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan
menggunakan cara dan kriteria seperti pada proses pembelajaran
yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan
tiga kemungkinan sebagai berikut:
a) Peserta didik menujukkan peningkatan prestasi dan
kemampuan penyesuaiannya mencapai krteria keberhasilan
minimum seperti yang diharapkan.
b) Peserta didik menujukkan peningkatan prestasi dan
kemampuan penyesuaian dirinya, tetapi belum sepenuhnya
memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.
c) Peserta didik menujukkan peerubahan yang berarti, baik dalam
prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.

Sebagai tindak lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga


kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru yaitu:
a. Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan
ke program pembelajaran utama tahap berikutnya.
b. Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya
dilakukan rediagnosis untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan
atau kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga
mungkin perlu adanya ulangan alternative yang sama atau alternative
yang lain.

2.3 Program Pengayaan dalam Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran guru disamping menemukan peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar dalam arti kurang menguasain bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, akan menjumpai pula peserta didik yang
cukup menguasai bahan, tetapi ada pula peserta didik yang mampu
menguasi bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

14
Bagi pesera didik yang mengalami kesulitan belajar atau kurang
menguasi bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru cara
mengatasinya dengan pengajaran remedial seperti yang telah dibahas di
atas, namun bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik
yang tinggi yang berarti tidak mengalami kesulitan belajar juga perlu
mendapat penanganan tersendiri, yang dikenal dengan program
pengayaan dengan harapan peserta didik akan memperoleh kepuasan
intelektual. Karena itu pada bagian ini akan dibahas mengenai program
pengayaan dalam pembelajaran.
a. Pengertian Program Pengayaan
Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan
yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan
akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang
tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Peserta didik
yang tergolong cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini berarti akan
banyak mempunyai waktu kosong. Waktu kosong ini apabila tidak
dimanfaatkan atau diisi dengan kegiatan yang konstruktif, pelajaran
dapat memaka peserta didik ini akan melakukan kegiatan yang
distruktif misalnya mengganggu teman-temannya yang belum
menyelesaikan tugas belajarnya, keluar kelas dengan berbagai alasan,
bahkan sering mbolos atau tidak masuk sekolah.
Mereka beranggapan bahwa tidak ikut pelajaran dapat mengejar
ketertinggalannya, tetapi apabila hal ini berlarut-larut akan merugikan
meereka sendiri, akhirnya mereka akan mengalami kesulitan belajar
pula. Oleh karena itu peserta didik yang mempunyai kemampuan
akademik yang tinggi ini, waktu kosong yang mereka miliki harus diisi
dengan kegiatan yang konstruktif misalnya membantu mengajari
temannya yang mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, disuruh
mencari beerita dalam Koran yang penting diketahui oleh peserta didik,

15
atau memberikan bacaan yang menunjang pelajaran atau mempelajari
bab berikutnya.
Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang
cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini disebut dengan program
pengayaan.
b. Tujuan Program Pengayaan
Dalam proses pembelajaran, bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya akan mempunyai kelebihan waktu ini
apabila tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya justru akan
merugikan diri sendiri, seperti pepatah atau ajaran agama mengatakan
“Waktu bagaikan pedang, apabila mereka mampu menggunakannya
maka mereka akan selamat, tetapi apabila mereka tidak mampu
menggunakannya maka pedang itu akan melukai dirnyai sendiri”.
Memperhatikan ajaran ini maka pemanfaatan waktu kosong harus
diperhatikan dalam proses pembelajaran maupun diluar proses
pembelajaran. Karena itu peserta  didik yang cepat menyelesaikan
tugas belajarnya, akan banyak waktu bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya ini dimaksudkan agar peserta didik:
1) Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik
disuruh membuat ringkasan tentang materi mata pelajaran yang
telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari
temanya yang belum selesai tugasnya.
2) Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu
temannya yang belum selesai tugas belajarnya.
3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar,
atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar
lainnya yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang diikuti.
4) Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik dengan cara
melaporkan atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui

16
membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau
sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.

c. Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Program Pengayaan


Untuk melaksanakan program pengayaan, guru harus menentukan
kegiatan pengayaan yang tepat bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya, karena itu guru harus
mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor anak atau peserta didik
Bagi guru atau pendidik harus menyadari dan memahami bahwa
peserta didik disamping mempunyai beberapa kesamaan tetapi
juga mempunyai perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual.
Karena itu dalam memberikan kegiatan pengayaan harus
memperhatikan sifat-sifat individual peserta didik misalnya bakat,
minat, hobbi dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik.
2) Faktor kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus menunjang
pengembangan peserta didik secara optimal. Dalam hal ini
kegiatan pengayaan jangan sampai merugikan, menyusahkan,
memberatkan, dan menimbulkan kesulitan peserta didik. Tetapi
kegitan pengayaan harus bermanfaat bagi peserta didik dalam
menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pembentukan .
3)        Faktor waktu
Kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang dimiliki peserta
didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya sangat bervariasi,
ada yang 25 menit, ada yang yang 15 menit dan sebagainya. Dalam
hal ini guru harus memilih kegiatan pengayaan yang tepat sesuai
dengan waktu yang tersedia bagi setiap peserta didik. Kenyataan
ini menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam
memersiapkan kegiatan pengayaan.

17
d. Pelaksanaan Program Pengayaan
Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan
pengayaan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya, karena mereka mempunyai kelebihan
waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi
bersamaan dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit
kesulitan dan yang mengalami kesulitan belajar. Apabila peserta didik
yang sedikit kesulitan belajarnya dan yang mengalami kesulitan
belajarnya sesuai dengan yang diharapkan, maka kegiatan pengayaan
dihentikan.
Selanjutnya seluruh peserta didik mengikuti pelajaran berikutnya
secara bersama-sama. Agar kegiatan pengayaan terlaksana dengan
baik, maka materi yang akan diberikan dan bentuk kegiatannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan
pokok bahasan yang sedang dibicarakan di kelas, karena merupakan
kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran bukan untuk
menambah konsep baru.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran guru akan menjumpai peserta didik yang
cepat, cukup dan lamban menangkap materi pembelajaran.  Untuk itu guru
harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar
dapat membantu peserta didik secara optimal sesuai potensi yang dimiliki
peserta didik.
Kenyataan dalam praktik pembelajaran guru sering menjumpai peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar.  Karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
mencari faktor penyebab kesulitan belajar, yang selanjutnya memahami
teknik untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta
didik.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar.  Ciri-cirinya adalah prestasi belajarnya rendah, lamban dalam
mengerjakan tugas, terlambat menyelesaikan tugas, sikapnya acuh dan tidak
terarah,  berperilaku menyimpang dan emosional.  Kesulitan belajar juga
akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar.
Setelah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar, diharapkan guru mampu membantu mengatasi kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dengan program pengajaran remedial dan program
pengayaan bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar.
3.2. Saran
1. Bagi para pendidik diharapkan agar memahami secara matang mengenai
diagnosis kesulitan belajar, sehingga dapat membantu anak didiknya
dalam menghadapi berbagai kesulitan belajar yang tentu saja akan
berpengaruh pada proses dan hasil belajar

19
2. Bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa pendidik sebaiknya lebih
memahami akan esensi dari diagnosis kesulitan belajar sehingga tidak
menghadapi kendala yang berarti saat menghadapi anak atau peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar.
3. Diharapkan bagi para pendidik untuk menciptakan komunikasi yang
harmonis dengan anak didiknya, sehingga pendidik dapat segera
mengetahui kesulitan belajar yang terjadi pada anak, sebelum menjadi
sebuah masalah yang serius dan sulit untuk ditangani.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Khotimah. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar (DKM). http://nunung-


kyeopta.blogspot.co.id/2012/05/dkm-diagnosis-kesulitan-belajar.html.
[Diakses, 20 September 2015.

Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan


Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Slameto (2010). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta

Wijaya, cece (2007) Pendidikan Remedial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Yuriadi (2008). Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah


Menengah Pertama Luar Biasa Bhakti Luhur Malang. Skripsi. Malang:
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN).

21

Anda mungkin juga menyukai