Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TA’RIF, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP AKHLAK SERTA


PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DENGAN ISTILAH LAIN.
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU AKHLAK
Dosen Pengampu :
Zainudin, S.Ag., M.Pd.I

Kelas : 3-D
Kelompok : 01

1. Lely Fitrotul Indana (126201202158)


2. Nelita Ritma Ratri (126201203314)
3. Lutfia Rahma (126201203351)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara
tepat waktu. Makalah ini kami beri judul “TA’RIF, TUJUAN DAN RUANG
LINGKUP AKHLAK SERTA PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DENGAN
ISTILAH LAIN.”
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari
dosen pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Zainudin, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen pengampu . Tidak lupa bagi rekan-
rekan mahasiswa lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami juga
mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah
dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.

Tulungagung, 28 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Ta’irif Akhlak........................................................................................................................4
2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Ilmu Akhlak.............................................................................6
3. Persamaan Dan Perbedaan Akhlak, Etika, Moral, Susila, Dan Budi Pekerti........................8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang
baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah SWT dan sesama makhluk.
Tak bisa dipungkiri betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim mengenal
akhlak dalam aplikasi kehidupan kita dalam hubungan dengan lingkungan, sesama
manusia, bangsa dan negara, hingga hubungan kita dengan Allah SWT.
Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita berakhlak
dengan benar sehingga kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kita
secara benar pula. Sebagaimana kenyataan saat ini, bangsa kita yang tercinta ini
tengah dilanda persoalan pelik yang sesungguhnya berakarkan terpuruknya akhlak
manusia-manusia kita, serta hilangnya dasar-dasar penanaman moral dan etika.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu akhlak?


2. Apa saja tujuan dan ruang lingkup ilmu akhlak?
3. Apa saja persamaan dan perbedaan ilmu akhlak dengan istilah lain?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu ilmu akhlak


2. Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup ilmu akhlak
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ilmu akhlak dengan istilah
lain

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. TA’RIF AKHLAK
Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa arab, bentuk jamak
dari kata “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kata khuluqun merupakan isim jamid lawan isim musytaq. Secara terminologi
akhlak merupakan sebuah sistem lengkap yang terdiri dari karakteristik akal atau
tingkah laku yang membuat seseorang menjadi lebih istimewa. Lebih ringkas lagi
tentang defenisi akhlak yang digagas oleh Hamid Yunus dalam Nasharuddin
yaitu: “akhlak iallah sifat-sifat manusia yang terdidik”.1
Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan oleh para ahli
dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun kontemporer. Berikut ini
beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Zahruddin AR dan Hasanuddin
Berpijak pada sudut pandang kebahasaan, Zahruddin AR dan Hasanuddin
Sinaga dalam Zubaedi mengemukakan bahwa defenisi akhlak dalam pengertian
sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan, sopan santun, tata
kerama (versi bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa Inggrisnya disamakan
dengan istilah molal atau ethic.2
Dengan demikian, maka kata akhlak adalah sebuah kata yang digunakan untuk
mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik atau
buruknya seseorang. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai baik
atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri (Al-Qur.an dan Al-
Hadist).3
b. Menurut Imam Al-Ghazali

1 Nasharuddin, Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, (Depok: PT. Raja Grapindi Persada, 2015), 206-
207.
2 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015),66.
3 Nipan Abdul Halim, Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset,2000),8-9.

5
Secara terminologis pengertian akhlak telah banyak dikemukakan oleh para
tokoh Ulama cerdik pandai. Diantaranya ialah ta‟rif yang dikemukakan oleh
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin:
“Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul
perbuatan-perbuatan dengan sangat mudah, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran (terlebih dahulu)”.4
Ta‟rif tersebut menjelaskan kepada kita bahwa akhlak itu merupakan
perbuatan yang membiasa pada diri seseorang. Ia merupakan refleksi dari
perbuatan bathinnya dan biasa dilakukan secara berulang-ulang, sehingga
perbuatannya tanpa memerlukan pertimbangan akalnya terlebih dahulu. Ibnu
Athur dalam bukunya An- Nihayah dalam Zubaedi menerangkan bahwa hakikat
makna khuluq tersebut adalah gambaran bathin manusia yang tepat (yaitu jiwa
dan sifat-sifatnya). Sedangkan khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut
muka, warna kulit, dan tinggi rendah tubuhnya).5
c. Menurut Abdul Hamid Yunus
Dalam tinjauan kebahasaan, Abd. Hamid Yunus dalam Zubaedi menyatakan
bahwa: “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”. Dari ungkapan tersebut
dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa setiap manusia sejak lahir:
Artinya, potensi ini sangat tergantung dari cara pembinaan dan pembentukannya.
Apabila pengaruhnya positif, maka hasilnya adalah akhlak yang mulia; sebaliknya
apabila pembinaannya negatif; maka yang terbentuk adalah akhlak yang tercela.6
d. Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani
Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-Ta’rifat sebagai berikut.
“Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu
berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang
indah menurut akal dan syariat, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan

4 Ibid,12.
5 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan,(Jakarta: Prenada Media Group, 2015),66.
6 Ibid.

6
dengan akahlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan
buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk.”7
e. Menurut Abdul Rasyid
Abdul Rasyid mendefinisikan akhlaqul karimah adalah tingkah laku yang
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah.
Akhlakul Karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. 8 Akhlak yang
baik akan lahir oleh sifat-sifat yang baik. Setiap kali seseorang menggunakan sifat
baiknya, misalnya tidak mudah untuk marah, maka orang tersebut mempunyai
akhlak terpuji, karena dalam dirinya mempunyai sifat sabar. Dalam hal akhlak
menurut subjeknya ada dua tidak berbeda dengan ruang lingkup ajaran islam yang
berkaitan dengan pola hubungannya dengan tuhan, sesama makhluk dan juga alam
semesta

B. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ILMU AKHLAK


a) TUJUAN
Dalam hal ini, ada dua tujuan utama Ilmu Akhlak, yaitu:

1. Tujuan ilmu Akhlak adalah untuk menyempurnakan prilaku manusia


dengan menyodorkan kebaikan.9

Dalam pembahasan Ilmu Akhlak dipaparkan tentang hal-hal yang baik


dan buruk, guna memahamkan kita dalam bertingkah laku agar tidak salah
mengambil langkah yang akan merugikan diri sendiri, maupun orang lain
dalam lingkungan bermasyarakat.

Pada dasarnya ada dua persoalan yang dibicarakan, yaitu pemaparan


tentang kebaikan dan keburukan. Namun terdapat perbedaan, mepelajari
kebaikan untuk mengerjakannya namun mempelajari keburukan untuk
meninggalkannya, serta memberikan kecenderungan untuk berperilaku
baik.

7 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 32.
8 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), 2.
9 M.T. Misbah Yazdi. Op.Cit. Hal. 6

7
2. Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.

Setelah kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk,
maka secara naluri kita akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan
berusaha menuju kepada kebaikan. Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu
Akhlak adalah sebuah peta perjalanan dalam menjalani kehidupan sehari-
hari kita.
Mungkin ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita
kepada tujuan akhir kita, yaitu untuk mencapai kebahagian. Namun tidak
ideal untuk dijadikan sebagai petunjuk  dan pedoman.10 Dengan adanya
Ilmu Akhlak maka jalan yang seharusnya ditempuh dengan begitu rumit
dan menjelemet, akan terasa nyaman dan penuh dengan kedamaian, karena
konsep ideal dari Ilmu Akhlak.

b) RUANG LINGKUP

Berdasarkan berbagai macam defenisi akhlak, maka akhlak tidak


memiliki pembatasannya, ia melingkup dan mencakup semua perbuatan
dan aktivitas manusia. Sebab apa saja perbuatan, amalan dan aktivitas
yang mencakup semua kegiatan, usaha dan upaya manusia, yaitu adanya
nilai-nilai perbuatan. Akhlak dalam Islam meliputi hubungan manusia
dengan Allah sebagai penciptanya, akhlak sesama manusia dalam satu
agama, akhlak antara umat beragama dan akhlak dengan alam semesta.
1. Akhlak kepada Allah Azza wa Jalla. Akhlak kepada Allah
merupakan akhlak yang paling tinggi derajatnya. Sebab akhlak yang
lainnya merupakan menjadi dasar akhlak kepada Allah terlebih
dahulu.
2. Akhlak kepada Rasulullah. Nabi Muhammad adalah Rasul utusan
Allah yang terakhir. Dialah imam “anbiya‟” dan rasul. Pada dirinya
melekat sumber keteladanan bagi ummat manusia, diaah yang pantas
induk akhlak islami.

10 Athoullah Ahmad. Op.Cit. Hal.63

8
3. Akhlak kepada diri sendiri. Cakupan akhlak kepada diri sendiri
adalah semua yang menyangkut persoalan yang melekat pada diri
sendiri, semua aktivitas, baik secara rohaniyah maupun secara
jasadiyah. Selain dari pada itu, Yunahar Ilyas dalam bukunya
membagi pembahasan akhlak kepada lima bagian yaitu:
1) Akhlak terhadap Allah SWT
2) Akhlak terhadap Rasulullah SAW
3) Akhlak pribadi
4) Akhlak dalam keluarga. Yaitu terdiri dari; kewajiban timbale
balik antara orang tua dan anak, kewajiban suami istri, dan
kewajiban terhadap kerabat
5) Akhlak bermasyarakat. Yaitu terdiri dari; apa-apa yang
dilarang, apa-apa yang diperintahkan, dan kaedah-kaedah adab.
6) Akhlak bernegara. Yaitu terdiri dari; hubungan antara
pemimpin dan rakyat

C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AKHLAK, ETIKA,


MORAL, SUSILA, DAN BUDI PEKERTI.
Sebelum membahas tentang persamaan dan perbedaanya, berikut
ini pengertian Etika, Moral, Susila dan Budi Pekerti.
Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ”ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. Akal pikiranlah yang menentukan apakah perbuatan itu baik
atau buruk.
Moral

9
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa
latin "mores" yang merupakan bentuk jamak dari perkataan "mos" yang
berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-
batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar,
salah, baik, buruk, layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral
dan etika juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral dan etika berkaitan
dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan
perbuatan yang salah. Dengan demikian moral dan etika merupakan
kendali dalam bertingkah laku.
Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat
awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip,
peraturan hidup atau norma. Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti
sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang
berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk.
Budi Pekerti
Budi Pekerti berasal dari bahasa Sanskerta berarti “tingkah laku
atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat”. “Budi Pekerti” yang
berasal dari bahasa Sanskerta, yang memiliki kedekatan istilah dengan tata
krama. Perbuatan yang sesuai dengan akal sehat itu yang sesuai dengan
nilai-nilai moralitas masyarakat dan jika perbuatan itu menjadi kebiasaan
dalam masyarakat, maka akan menjadi tata krama dalam pergaulan warga
masyarakat. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
persamaan dan perbedaan Akhlak, Etika, Moral, Susila dan Budi Pekerti
yburuk
1. Persamaan

10
Akhlak, Etika, Moral, Susila dan Budi Pekerti secara
konseptual memiliki makna yang berbeda, namun sisi praktis,
memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-sama berkaitan
dengan nilai perbuatan manusia. Seringkali kita mengatakan bahwa
orang yang berkelakuan baik mempunyai akhlak yang baik, etika
yang baik, moral yang baik, jiwa kesusilaan yang baik dan budi
pekerti yang baik. Sebaliknya, orang yang berkelakuan buruk
mempunyai akhlak, etika, moral, jiwa kesusilaan dan budi pekerti
yang buruk. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat
bergantung pada sifat positif dan negatif dari suatu perbuatan
manusia sebagai makhluk individual dalam komunitas sosialnya.
Selain itu, persamaannya adalah bahwasannya akhlak, etika, moral,
susila dan budi pekerti bersifat relatif atau bisa dibilang subyektif.
Akhlak yang baik menurut orang di daerah tertentu belum tentu hal
itu juga dinilai baik oleh orang-orang di daerah lain.
2. Perbedaan
A. Dari segi tolok ukur
1) Akhlak tolok ukurnya dominan pada norma-norma agama
yang berlaku dalam suatu masyarakat, atau adat-adat
yang bersifat religius.
2) Etika tolok ukurnya berdasarkan akal pikiran atau rasio.
3) Moral tolok ukurnya adalah norma-norma yang berlaku
pada masyarakat.
4) Susila tolok ukurnya adalah berdasarkan bentuk kearifan-
kearifan lokal.
5) Budi Pekerti tolok ukurnya berdasarkan pada pendidikan
yang dimiliki seseorang, baik itu formal maupun
informal.

B. Dari segi ruang lingkup

11
1) Akhlak memiliki ruang lingkup antara Tuhan, Individu,
dan Masyarakat.
2) Etika, Moral, Susila dan Budi Pekerti lebih dominan pada
ruang lingkup Individu dan Masyarakat. Meskipun juga
seringkali di sandingkan dengan keagamaan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari kata-kata tersebut lebih sering
digunakan dalam bentuk umum.

C. Dari segi Penggunaan


1) Istilah Moral, kesusilaan dan akhlak digunakan untuk
memberikan citra perbuatan yang dinilai. Untuk itu ketiga
istilah itu bukan termasuk ilmu.
2) Istilah Etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang
ada. Karena itu, etika merupakan suatu ilmu.
3) Istilah Budi Pekerti digunakan untuk memberikan citra
tentang pengetahuan tentang berperilaku baik individu
maupun dalam masyarakat.

D. Dari segi sumber pokoknya


1) Etika bersumber dari filsafat yunani
2) Akhlak sumber pokoknya adalah Al-Qur’an, hadits dan
pengembangan filsafat.

E. Dari segi istilah


1) Akhlak bersifat teosentris
2) Moral, Etika, Susila dan Budi Pekerti bersifat
antroposentri

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa:Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan
mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak
pertimbangan dan pemikiran yang lama. Ruang lingkup akhlak pun dalami
islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan
kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap
Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk.
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral),
Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Adapun apabila moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat
praktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat
umum. Susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang
a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Budi pekerti adalah
perbuatan yang sesuai dengan akal sehat itu yang sesuai dengan nilai-nilai
moralitas masyarakat dan jika perbuatan itu menjadi kebiasaan dalam
masyarakat.
Secara garis besar akhlak lebih dominan pada ruang lingkup yang
bersifat religius meliputi tuhan, individu dan masyarakat serta bersumber
dari Alquran. Sedangkan istilah-istilah lain lebih dominan pada ruang
lingkup Individu dan Masyarakat. Akhlak bersifat teosentris sedangkan
Moral, Etika, Susila dan Budi Pekerti bersifat antroposentri. Dari segi
tolak ukur, akhlak dominan pada norma-norma agama dalam masyarakat,
etika berdasarkan akal rasio, moral berdasarkan norma-norma dalam
masyarakat, susila tolok ukurnya adalah berdasarkan bentuk kearifan-
kearifan lokal, sedangkan budi pekerti tolak ukurnya berdasarkan pada
pendidikan yang dimiliki seseorang, baik formal maupun informal.
Persamaan etika, moral , susila, budi pekerti dan akhlak adalah sama-sama

13
menentukan hokum atau dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman,
damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniyah dan lahiriyah.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan
langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu, kami
selaku pemakalah sangat membutuhkan tanggapan, saran, dan kritik yang
membangun demi sempurnanya makalah kami selanjutnya. Atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nasharuddin, Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, (Depok: PT. Raja Grapindi


Persada, 2015), 206-207.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam


Lembaga pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015),66.

Nipan Abdul Halim, Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar Offset,2000),8-9.

Ibid,12.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam


Lembaga pendidikan,(Jakarta: Prenada Media Group, 2015),66.

Ibid.

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 32.

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,


2007), 2.

M.T. Misbah Yazdi. Op.Cit. Hal. 6

Athoullah Ahmad. Op.Cit. Hal.63

15

Anda mungkin juga menyukai