Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu: Euis Kusumarini, M.Pd

Disusun Oleh :
Amanda Aiko Muktiannisa (1986206156)
Eka Ayu Pratiwi (1986206083)
Indriani Pertiwi (1986206127)
Riena Augustin (1986206130)
Shabrina Damayanti (1986206154)

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Untuk menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Euis Kusumarini,
M.Pd selaku dosen pengampu.

Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi
maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh
sebab itu kami berharap kepada berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
2.3. STRATEGI DAN TEKNIK NON TES UNTUK PEMAHAMAN PESERTA DIDIK.4
1. Observasi (pengamatan).................................................................................................5
2. Wawancara (Interview)..................................................................................................8
3. Angket (kuesioner)........................................................................................................10
4. Catatan Anekdot...........................................................................................................13
5. Otobiografi (Riwayat atau Karangan Pribadi) dan Catatan Harian.......................13
6. Sosiometri......................................................................................................................14
7. Studi Kasus....................................................................................................................15
8. Konferensi Kasus...........................................................................................................15
9. Kunjungan Rumah (Home Visit).................................................................................17
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap peserta didik, aktif dan berkembang menurut polanya sendiri-sendiri karena setiap
mereka mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat pribadi yang disebut
sebagai individual defferences. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan
tantangan untuk dimengerti. Siapa saja yang perlu mengerti hal ini? Tentu saja peserta
didik itu sendiri, orang tua, guru, konselor, kepala sekolah dan sebagainya.
Untuk dapat menerima peserta didik sebagai individu, diperlukan pengertian tentang
peserta didik tersebut dan dunianya, di mana peserta didik merupakan pribadi yang
berinteraksi. Mengerti, menghormati, dan menerima para peserta didik adalah juga
merupakan tugas seorang guru. Pada dasarnya teknik pengenalan dan pemahaman
individu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: teknik tes dan teknik nontes. Pada bagian
ini, kita hanya akan membahas tentang teknik nontes sebagai teknik mengenal dan
memahami individu.
Teknik nontes merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa
dari guru dan sekolah. Adapun kegunaan teknik nontes ialah untuk mengumpulkan data
yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes, seperti kebiasaan belajar siswa baik di
sekolah maupun di rumah, keterangan orangtua dan lingkungannya mengenai diri siswa,
dan lainnya. Teknik nontes yang akan kita bahas bersama dalam unit 4 ini adalah:
observasi, angket, wawancara, dan sosiometri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi dan teknik non tes untuk peserta didik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi dan teknik non tes untuk peserta didik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.3. STRATEGI DAN TEKNIK NON TES UNTUK PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk
memahami pribadi murid, yang umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak
menggunakan alat yang bersifat mengukur tapi menggunakan alat yang bersifat
menghimpun atau mendskripsikan saja. Hasil penghimpunan data ini tidak
berbentuk skor atau angka- angka yang menunjukkan kualifikasi berdasarkan
standar tertentu tetapi berupa deskripsi atau gambaran tentang sifat-sifat,
karakteristik, tingkah laku,peristiwa yang dialami murid.

1. Observasi (pengamatan)
Teknik atau cara penghimpunan data untuk mengamati suatu kegiatan ,
perilaku, atau perbuatan murid yang diperoleh langsung dari kegiatan
yang sedang dilakukan murid. Data yang dikumpulkan berupa fakta-
fakta tentang perilaku dan aktivitas yang dapat diamati atau nampak dari
luar, sedangkan aktivitas yang tidak nampak dapat dilakukan dengan
melakukan observasi. Observasi sifatnya mengamati dan alat yang paling
pokok adalah panca indera terutama indera penglihatan.
Ciri- Ciri :
 Dilakukan sesuai tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
 Direncanakan secara sistematis
 Hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
 Perlu diperiksa ketelitiannya.

Jenis Observasi :

 Observasi Sehari- hari (daily observation)


Observasi yang tidak direncanakan dapat dikerjakan sambil mengerjakan
tugas rutin guru (mengajar), juga tidak memiliki pedoman dan
dilaksanakannya secara insidental, juga tidak dipersiapkan kapan akan
dilakukan dan bagaimana prosesnya. Hasil pencatatan ini disebut catatan
anekdot (anecdotal record).Contoh: Guru mengamati perilaku murid pada
saat mengikuti pelajaran sehari- hari baik dikelas maupun diluar kelas.
 Observasi Sistematis (systematical observation)
Observasi yang direncanakan dengan seksama memiliki pedoman
yang berisi tujuan, tempat, waktu dan butir pertanyaan yang
menggambarkan tingkah laku murid yang sedang di observasi. Jmlah
murid yang di observasi idealnya seorang murid saja dan maksimal 3
murid.
 Observasi Partisipatif (Participative observation)
Observasi dimana seorang guru turut serta dalam melakukan apa
yang dikerjakan oleh para murid. Contoh : Guru mengamati perilaku
murid tertentu pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kegiatan
ekstra kurikuler, karyawisata,latihan olahraga, dll. Keuntungan
melakukan obervasi ini adalah murid tidak mengetahui kalau dirinya
sedang diobservasi sehingga menampilkan perilaku yang natural/
alamiah/ wajar.Kelemahannya diantaranya guru harus melakukan dua
kegiatan sekaligus, maka ketelitian observasi sedikit terganggu.
Pencatatan hasil observasi tidak dilakukan saat observasi dilaksanakan
dapat mengakibakan catatan menjadi tidak lengkap dan banyak
terlupakan.
 Observasi Non-Partisipatif (non paticipative observation)

Observasi dimana guru tidak ikut serta dalam kegiatan


murid.Contoh : guru mengamati tingkah laku murid yang sedang belajar
dengan guru lain, mengerjakan tugas, bermain di halaman sekolah.
Observasi ini dilengkapi dengan pedoman wawancara. Keuntungan
observasi ini adalah pengamatan dan pencatatan lebih teliti karena guru
tidakmengerjakan pekerjaan lain. Kelemahannya adalah mungkin murid
mengetahui jika sedang di observasi, mereka akan memperlihatkan
perilaku yang tidak sesungguhnya. Maka observasi ini sebaiknya
dilakukan dari jauh.

Kelebihan Observasi;

a. Dapat dipergunakan untuk memperhatikan berbagai gejala tingkah laku


murid
b. Observasi memungkinkan pencatatan serempak dengan kejadian yang
penting
c. Baik digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh
dari teknik lain.
d. Pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa utuk berkomunikasi
dengan objek yang ditelaah.

Kelemahan Observasi;

a. Banyak hal yang tidak bisa diamati secara langsung


b. Apabila murid mengetahui bila sedang di observasi cenderung
melakukan kegiatan yang dibuat- buat,
c. Timbulnya kejadian yang akan diobservasi tidak selalu dapat diramalkan
sebelumnya sehingga pengamat sukar menentukan waktu yang tpat untuk
melakukan obsrvasi.
d. Tergantung pada faktor- faktor yang tidak dapat dikontrol.

Data dari Observasi bagi kepentingan Bimbingan dan Konseling :

a. Kegiatan belajar dikelas: disiplin belajar, perhatian dalam belajar, cara


mengikuti pelajaran, cara bertanya dan menjawab pertanyaan, penyajian
hasil kegiatan, pengerjaan tugas, kejujuran pad saat ujian.
b. Kegiatan di luar kelas: belajar dan berlatih di perpustakaan, kunjungan
karyawisata.
c. Kegiatan ekstrakurikuler : keorganisasian, keolahragan, kesenian,
keagamaan, sosial.
d. interaksi sosial di sekolah: interaksi dengan guru, sesama murid,teman
dalam kegiatan khusus(upacara, piknik).
Penggunaan
a.    Sasaran
Sasaran obeservasi adalah tingkah laku konseli. Yang meliputi :
·         Ekspresi verbal/ non verbal
·         Aspek perilaku individu, kelompok dan situasinya
·         Waktu, lokasi, penampakan eksterior (cara berjalan, gaya pakaian),
gaya bahasa
b.    Cara Penggunaan observasi.
Agar observasi bisa dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan
perencanaan secara cermat dalam bentuk pedoman observasi
a.    Menetapkan tujuan observasi
b.    Memastikan dan memahami materi observasi
c.    Menggali variabel-variabel observasi yaitu bagian penting dari apa yang
akan diobservasi. Misal yang akan diobservasi adalah siswa maka
variabelnya misalnya gaya berpakaian, cara berjalan.
d.    Menggali sub variabel
e.    Menetapkan indikator, yang memaknai karakteristik yang ada pada
variabel yang dapay dijadikan bahan untuk menyusun panduan obervasi.
f.    Alat bantu obeservasi antaa lain dafta riwayat kelakuan, catatan anekdot,
daftar cek , skala penilaian, alat bantu mekanik (recorder)

2. Wawancara (Interview)
Teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung
dengan responden( orang yang dimintai informasi).
Kelebihan :
 Teknik yang paling tepat untuk mengugkapkan keadaan pribadi murid
secara mendalam
 Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
 Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
 Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Kekurangan :

 Tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara singkat


 Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
 Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewanwancara.

Macam- macam wawancara :

a. Wawancara pengumpulan data( informational interview)


Merupakan tanyajawab yang dilakukan antara guru dengan murid dengan
maksud untuk mendapatkan data atau fakta murid
b. Wawancara konseling (counseling interview)
Dialog antara guru dengan murid dengan maksud membantu murid
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
c. Wawancara disiplin (diciplinary interview)
Proses wawancara yang dilakukan seorang guru untuk menegakkan
disiplin
d. Wawancara penempatan (placement interview)
Wawancara yang diadakan dengan maksud membantu dalam penempatan
di kelas, dalam kelompok, ekstrakurikuler, latihan, dll.

Data yang menggunakan teknik wawancara hendaknya dibatasi


karena bersifat individual, maka tidak mungkin melakukan wawancara
dalam waktu terlalu lama.

Penggunaan Wawancara
a.    Sasaran
Sasaran terkait subjek yang akan diwawancarai adalah Konseli dan klien,
selain itu juga guru mata pelajaran, wali kelas siswa, orang tua atau
narasumber yang terkait permasalahan siswa.
Sasaran terkait objek yang didapat antara lain :
·  Latar belakang keluarga (data org tua, suasana keluarga)
·  Riwayat sekolah (jenjang pendidikan yang pernah diikuti)
·  Minat terhadap suatu bidang
·  Pengalaman diluar sekolah (organisasi)
·  Kesehatan jasmani (penyakit, gangguan alat indra dsb)
b.    Cara menggunakan teknik wawancara
·  Persiapan pertanyaan
·  Tujuan dan maksud wawancara harus disampaikan kepada konseli
·  Berpegang pada urutan fase dalam wawancara (fase pembukaan
mencptakan suasana yang menyenakgan, fase inti diajukan pertanyaan
sesuai informasi, fase pentutup ucapan terima kasih
·  Menunjukan sikap yang serasi
·  Bertidak asertif selama proses wawancara berlangsung
·  Merumuskan pertayaan dalam corak bahasa yg jelas dan mudah
ditangkap
·  Tidak memaksa siswa untuk yang sulit berbicara atau lambat bicara
untuk memberikan penjelasan yang terlalu panjang lebar.
·  Membatasi lamanya wawncara
·  Menghindari perumusan pertanyaan yang sugestif (pertanyaan tetutup )
yang jawabannya ya / tidak
·  Waspada tentang informasi yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya
·  Mencatat seperlunya

3. Angket (kuesioner)
Alat pengumpul data (informasi) melalui komunikasi tidak langsung
yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan
mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
responden (murid).

Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :

 Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap


 Susunlah kalimat sederhana tapi jelas
 Hindarkan pemakaian kata –kata yang sulit dipahami
 Hindarkan pertanyaan- pertanyaan yang tidak perlu
 Pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
 Hindarkan kata- kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan
responden(murid)

 jenis-jenis Angket
Ada berbagai macam angket. Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu:
1.Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung diberikan kepada orang yang
dimintai pendapat atau jawabannya atau responden yang ingin diselidiki. Jadi, kita
mendapatkan data dari sumber pertama (first resource), tanpa menggunakan perantara
untuk memperoleh jawaban. Misalnya: angket siswa.
b) Angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan kepada orang lain yang
dimintai pendapat tentang keadaan seseorang. Jenis angket ini membutuhkan perantara
untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari sumber pertama
Misalnya: angket orangtua tentang anaknya, angket guru tentang siswanya, dan lain-lain
2. Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Angket berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya
yang jelas, singkat, dan konkret
b) Angket tidak berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.

3. Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan sebagai berikut.


a) Pertanyaan terbuka (open questions), yaitu angket yang memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya.
Biasanya jenis angket ini digunakan apabila ingin mendapatkan opini. Contoh:
”Menurut pendapat Anda, ciri-ciri kepribadian manakah yang cocok sebagai profil ketua
kelas?”
b) Pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaan-pertanyaan yang membuat 
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan di dalam angket itu. Jadi,
jawabannya terikat. Responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas seperti
yang mungkin dikehendaki oleh responden. Biasanya jika masalah yang hendak dicari
jawabannya sudah jela,s maka orang akan menggunakan jenis angket ini.
Contohnya: 
“Pernahkah Anda menjadi ketua kelas?”
 a. Pernah 
b. Tidak pernah
c. Kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed questionaire), yaitu jika
jawabannya sudah ditentukan, kemudian disusul pertanyaan terbuka.
Contoh: 
Pernahkah Anda mendapat penjelasan tentang jenis-jenis gaya belajar?
a. Pernah 
b. Tidak pernah
Jika pernah, gaya belajar Anda sekarang termasuk gaya belajar yang mana?

4.  Menurut bentuk jawabannya, angket dibedakan sebagai berikut.


a. Jawaban tabuler, yaitu responden diminta menjawab dengan mengisi kolom-kolom pada tabel
yang sudah tersedia.
b. Jawaban berskala, yaitu jawaban terhadap pertanyaan disusun berjenjang di mana responden
diminta menyatakan pembenaran atau penolakan terhadap setiap pertanyaan sikap, sehingga
diperoleh gambaran tentang derajat kecakapan, keadaan sikap dan keadaan diri responden. 
Contoh: 
”Penguasaan berhitung dalam pelajaran matematika saya adalah:”
Baik    Cukup    Kurang 
c.  Jawaban dengan cek, yaitu responden menjawab dengan cara memilih salah satu dari pilihan-
pilihan yang tersedia. Pertanyaan diurai dalam bentuk daftar, dan tugas responden hanyalah
membubuhkan tAnda-tAnda cek sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jenis jawaban ini
disebut juga dengan jawaban pilihan gAnda.
Contoh: 
”Apakah alasan Anda masuk Kuliah?”
a.untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
b.disuruh oleh orangtua
c. disuruh oleh kakak/ saudara
d.  karena ajakan teman
e.untuk memperoleh pekerjaan
f.atas nasihat guru
g. tidak tahu

d. Jawaban kategorikal, yaitu responden diminta memilih satu diantara dua pilihan yang tersedia.
Dapat juga dikatakan bahwa jawaban kategorikal ini bentuk jawaban benar-salah.
Contoh: 
“Apakah Anda mengikuti les?”
Ya   Tidak
“Orangtua saya sangat memperhatikan kebutuhan belajar saya”
Benar   Salah
4. Catatan Anekdot
Merupakan catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah
laku murid dalam situasi khusus.

Dengan anekdot guru dapat;

 Memperoleh pemahaman yang lebih tepat terhadap perkembangan murid


 Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku
murid
 Memudakan dalam menyesuaikan diri dengan kebuthan murid.

Catatan anekdot yang baik memiliki syarat, diantaranya:

 Objektif, catatan dibuat secara rinci tentang perilaku murid.


Untuk mempertahankan objektivitas catatan sebaiknya dibuat sendiri
oleh guru, pencatatan dilakukan segera setelah peristiwa terjadi, deskripsi
dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
 Deskriptif, catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap
tentang suatu peristiwa mengenai murid.
 Selektif, situasi yang dicatat dalah situasi yang relevan dengan tujuan
dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru dengan situasi kondisi
murid.
5. Otobiografi (Riwayat atau Karangan Pribadi) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid yang sifat
nya rahassia tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan
keluarganya, dsb. Karangan pribadi ini merupakan cara untuk memahami
keadaan pribadi murid yang pada umumnya bersifat rahasia.
Penggunaan Otobiografi mempunyai beberapa kelemahan :
• Seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti
bagi murid sendiri tetapi belum tentu berarti untuk guru dalam
kepentingan layanan bimbingan dan konseling

• Peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan

• Ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai


dengan harapan murid dan menggantinya dengan hal yang sesuai.

• Seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya dibaca oleh


orang lain

Karangan pribadi dalam pembuatannya dibagi menjadi dua, yaitu :


• Terstruktur

Karangan pribadi yang disusun berdasarkan tema (judul) yang telah


ditentukan sebelumnya.
Contoh : Cita-citaku, Keluargaku, Liburanku.
• Tidak Terstruktur

Karangan pribadi yang dibuat secara bebas, tidak ditentukan kerangka


karangan sebelumnya.
6. Sosiometri
Teknik ini bertujuan memperoleh informasi tentang hubungan atau
interaksi social (saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam
suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstra kurikuler, organisasi
kesiswaan,dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang :
• Murid yang popular (banyak disenangi teman)

• Yang terisolir ( tidak dipilih/ tidak disenangi teman)


• Klik ( kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid)

Sosiometri dapat digunakan untuk:


• Memperbaiki hubungan insani (humam relation) diantara anggota-
anggota kelompok tertentu (murid-murid di kelas).

• Menentukan kelompok belajar atau kerja

• Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dalam


kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

7. Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang
murid secara menyeluruh dan mendalam serta mengungkap seluruh aspek
pribadi murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak , seperti dari
setiap guru, ornga tua, dokter, atau pihak yang berwenang.
Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memahami pribadi murid dengan
lebih menyeluruh, dan membantunya agar murid dapat menegembangkan
dirinya secara optimal.
Dalam pelaksanaan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
• Menemukan murid yang bermasalah

• Memperoleh data

• Menganalisis data

• Memberikan layanan bantuan.

8. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap
dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa
(konseli) dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang
dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan siswa (konseli).

Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus


dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong
pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat
penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses
penyelesaian masalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya
mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan
secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap
kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi
siswa (konseli).

Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas


dan tertutup. Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi
kasus, hanya mereka yang dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan
langsung dengan permasalahan siswa (konseli) yang boleh dilibatkan
dalam konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul
dalam konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh
para peserta konferensi.

Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan” yang akan


menentukan hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensi kasus untuk
membahas kasus narkoba yang dialami siswa X. Keputusan yang diambil
dalam konferensi bukan bersifat “mengadili” siswa yang bersangkutan,
yang ujung-ujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan
tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana
cara terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.

Tujuan Secara umum, tujuan diadakan konferensi kasus yaitu


untuk mengusahakan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang
dialami siswa (konseli) dan secara khusus konferensi kasus bertujuan
untuk:

1.Mendapatkan konsistensi, kalau guru atau konselor ternyata menemukan


berbagai data/informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang
serasi satu sama lain (cross check data)
2.Mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan
data yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut diri siswa
(konseli) guna memudahkan pengambilan keputusan

3.Mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari komitmen peran


dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa
(konseli) beserta upaya pengentasannya.

9. Kunjungan Rumah (Home Visit)


Home Visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan
mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang
diperoleh dengan tehnik lain (WS.Winkel, 1995).

Tujuan Home Visit.

1.Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah dan


masyarakat.

2.Mengumpulkan data yang berharga tentang latar belakang kehidupan


anak dan keluarganya, mengumpulkan data dapat berarti mendapat data
baru atau mengecek betul tidaknya data yang diperoleh melalui metode
lain.

3.Lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yan


dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket dan wawancara informasi.

4.Untuk membicarakan kasus seorang siswa bila memerlukan kerjasama


dengan orang tua.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Keberhasilan proses bimbingan belajar di sekolah antara lain ditentukan oleh ketepatan
penahaman bimbingan terhadap karakteristik perkembangan murid yang datanya diperoleh
dengan menggunakan teknis tes dan non tes.

Teknis tes merupakan upaya pembimbingan untuk memahami murid dengan menggunakan alat-
alat yang sifatnya mengukur. Yang dikategorikan kedalam: tes kecerdasan, tes bakat dan tes
prestasi belajar.

Teknis non tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami murid
bersifat kualitatif, menggunakan alat yang bersifat mendeskripsikan saja. Yang dikategorikan
kedalam: Observasi, Wawancara, Angket, Catatan Anekdot, Otobiografi, Sosiometri dan Studi
Kasus.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/18669556/Strategi_tes_dan_non_tes_untuk_peserta_didik_dan_pema
haman_peserta_didik

Anda mungkin juga menyukai