Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pembina: Bapak Harmiyanto

Disusun oleh:

Ahmad Nuruzzaman NIM. 110521428585


Fitri Ani Fatma NIM. 110521428537
Mukhamad Luthfi K. NIM. 110521428510
Shela Destriana NIM. 110521428525

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan
perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke
dalam tahap kedewasaan. Penyesuaian diri remaja berkaitan dengan perubahan yang
sedang terjadi dalam dirinya. Kebutuhan pada masa remaja meningkat karena
perkembangan fisik, psikis, dan sosialnya. Remaja merasa perlu memperoleh status
dewasa dan pengakuan orang lain disekitarnya terutama terhadap kedewasaannya.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa
selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan.

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk


memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi,
minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih
akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui
persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan
orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan
perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti
luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak
bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan
lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti
kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi
baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan dengan


pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan
social remaja. Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa
sosial untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pada
jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan
pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya,
remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang
berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Sebelum
masa remaja, sudah ada saling hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang
sebaya. Pergaulannya yang dulu terbatas yaitu dengan keluarga, tetangga dan teman-
teman sekolah. Saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang
mereka meninggalkan rumah.

Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan


kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan
proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan
proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri
terhadap lingkungan kehidupan sosial .

Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling


membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks
dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat
kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung
maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial remaja adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan bagi remaja.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Perubahan yang Cenderung Terjadi pada Remaja


Perkembangann merupakan pemunculan hal-hal baru ada sifat baru yang berbeda.
Perkembangan terjadi pada bidang rohani/ psikis yaitu bertambahnya kemampuan,
kesanggupan untuk mengamati, kesanggupan untuk mengamati, mengingat terjadi
perubahan yang sangat drastis, yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain
(dependence) pada masa kanak-kanak menuju kepada keadaan mandiri
(independence) pada masa dewasa.

2. Kreatifitas Remaja
Dalam kehidupan sehari – hari sering kita mendengar kata “kreatif” kreatif itu sendiri
dalam arti sempit adalah menciptakan sesuatu hal yang baru. Dalam artian luas kreatif
adalah kemampuan seseorang untuk membuat hal yang baru dengan berdasar pada
ide – ide original hasil pemikirannya sendiri. Kreatifitas pada diri remaja biasanya keluar
dalam bentuk yang unik namun bila tidak diarahkan dengan benar kreatifitas ini akan
keluar dalam bentuk negatif yang cenderung melanggar hukum dan norma masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan yang Cenderung Terjadi pada Remaja

Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial
untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya
yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia
ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan
rumah. Menurut Otto Rank, pada diri remaja terjadi perubahan yang sangat drastis,
yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain (dependence) pada masa kanak-kanak
menuju kepada keadaan mandiri (independence) pada masa dewasa. Tahap-tahap
perubahan itu adalah sebagai berikut (Sarwono, 2001):

Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam sendiri maupun dari


lingkungannya (misalnya dari orang tuanya yang selama ini mendominasinya).
Pemilahan kepribadian (division in personality). Dalam tahap ini terjadi perpecahan
(discunity) antara kehendak (will) dan kontrak kehendak (counter will). Terjadilah
perjuangan moral antara dorongan-dorongan neurotik (kecenderungan untuk tetap
tertekan) dengan dorongan-dorongan kreatif (kecenderungan untuk mencipta,
mengatur). Akibat dari konflik moral itu timbullah perasaan bersalah, menyesali dan
menyalahkan diri sendiri (self criticism) dan perasaan rendah diri. Kalau proses ini
berkepanjangan remaja yang bersangkutan akan terlibat dalam gejala neurotik, tetapi
kalau ia bisa mengatasi tahap ini dengan baik, remaja yang bersangkutan akan masuk
ketahap berikutnya dimana ia akan menjadi manusia yang produktif kreatif.
Integrasi antara kehendak dan kontrak-kehendak menjadi pribadi yang harmonis.
Tahapan perkembangan dan konflik yang dikemumakan oleh Erikson menyebut fase
remaja ini sebagai fase identitas lawan kekaburan peran (role diffusion). Individu pada
tahap ini sudah ingin menonjolkan identitas dirinya, akan tetapi ia masih terperangkap
oleh masih kaburnya peran dia dalam lingkungan asalnya. Kaburnya peran remaja
dalam lingkungannya mengakibatkan remaja mulai membentuk kelompok-kelompok
atau dalam bahasa Kartini Kartono disebut sebagai gang. Penggabungan diri dengan
anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan
ingin berjuang mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab
remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang
ada dan sebagainya (Mulyono, 1995).

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai


memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai
lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian,
remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-
anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja
lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus
memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga termasuk pemikiran adanya
kebutuhan masa depan.
• Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan
emosional . Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup
sehubungan dengan masalah yang dialaminya .
• Menurut “ Erick Erison ‘‘ Bahwa masa remaja terjadi masa krisis , masa pencarian jati
diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural .
• Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok , baik
kelompok besar maupun klelompok kecil.
Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga,
kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan
mental terutama emosi dan inteligensi.

a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga.

b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.

c. Status Sosial Ekonomi


Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu,
dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial
keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial
yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi”
dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan
normanya sendiri.

d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi


Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan
modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai
oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori – teori yang
menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain. Pengaruh sikap egois sering
terlihat pada pemikiran remaja, yaitu :
a) Cita-cita dan idealisme yang baik , terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
b) Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain
Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan perselisihan dalam menghadapi pendapat
oaring lain , maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang
semakin baik dan matang .
Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak
juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan
bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan
masyarakat menyediakan segala Hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan
minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah
mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.

B. Kreatifitas Remaja
Remaja kadang kala ingin menciptakan suatu hal yang baru yang ada dalam
pikirannya. Proses tertentu seorang remaja dengan melalui pendayagunaan
pemikiran,kemampuan imajinasi,sebagai stimulan dan individu yang mengelilingnya
yang berusaha menghasilkan produk baru,baik dari dirinya sendiri ataupun bagi
lingkungannya. Sehingga ada pengaplikasian dari hal yang ingin dia ciptakan tersebut.
Dia mengembangkannya berdasarkan apa yang ada dalam pikirannya ke dalam
kehidupan nyata.

Dalam buku Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, Utami


Munandar (1987) memberikan beberapa pengertian kreativitas menurut pendapat para
ahli, salah satunya merupakan pengertian dasar dari kreativitas yaitu merupakan
kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-
unsur yang ada. Hal inilah yang menjadikan kebanyakan orang mengartikan kreativitas
sebagai daya cipta seperti yang telah disebutkan di atas.

Pengertian lain mengenai kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan


kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengolaborasi (memperkaya, mengembangkan, dan memerinci) suatu gagasan.
Menurut konsep atau pendekatan 4P, yang merupakan suatu pendekatan yang melihat
kreativitas dari segi pribadi, pendorong (press), proses, dan produk kreativitas; sebagai
pribadi menunjukkan bahwa kreativitas dimiliki setiap orang namun dalam kadar yang
berbeda-beda. Sebagai pendorong (press) berarti lingkungan memiliki andil dalam
memberikan rangsangan agar kreativitas dapat terwujud. Proses adalah sesuatu yang
diperlukan, untuk melihat bagaimana suatu hasil kreatif dapat dicapai. Produk
menunjukkan bahwa setiap hasil kreatif seseorang diharapkan dapat dinikmati oleh
lingkungan, dan yang paling penting bahwa hasil kreatif seseorang juga harus
bermakna bagi yang bersangkutan (Utami Munandar, 1999 dan Rosemini, 2000).
Sebagaimana halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing anak
berbeda-beda. Ada yang kreatif dari segi ide verbal dan ada pula yang kreatif dengan
ide grafis. Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai kemampuan
daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Kreativitas tidak selalu harus
menciptakan sesuatu yang baru, tetapi dapat juga menggabungkan atau
mengkombinasikan apa yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal mencipta, dapat
digunakan sumber yang berasal dari pengetahuan maupun dari pengalaman hidup
anak, khususnya yang dialami di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarganya.

Suatu gagasan belum cukup dianggap kreatif hanya karena ia merupakan


gagasan yang baru. Karena sebuah gagasan kreatif itu harus memenuhi unsur
kesesuaian dengan kondisi objektif yang tercermin dalam dukungan terhadap nilai-nilai
kemanusian. Kreativitas remaja merupakan proses upaya remaja untuk membangun
dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas
kehidupan yang semakin baik.
BAB III
EVALUASI
Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih
bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda
menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingintahuan
tentang masalah asmara dan susila, hingga masalah-masalah yang bergesekan
tatanan sosial dan agama yang berlaku di sekitar remaja.

• Perkembangan Sosial dari sudut pandang kemasyarakatan

Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain
oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang
dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.
Konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada
masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar remaja dapat
mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri
dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena itu ia tahu dengan tepat saat-saat
yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau
dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.

• Perkembangan Sosial dari sudut pandang agama

Agama merupakan pegangan hidup kita didalamnya sudah tercantum bagaimana hidup
bersosialisasi dengan masyarakat maupun membimbing dalam kehidupan sehari - hari
yang menjadi identitas moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga
perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara
psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan-
santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.

Kohlberg membagi perkembangan moral dalam 3 tahap yang masing-masing dibagi


lagi dalam 2 tingkatan :
1. Tahap I (tingkat 1 dan 2) : Tahap Prakonvensional

Tingkat 1  pedoman mereka hanyalah hindari hukuman

Tingkat 2  sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri,


seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain.

1. Tahap II (tingkat 3 dan 4) : Tahap Konvensional

Setuju pada aturan dan harapan masyarakat dan penguasa, hanya karena
memang sudah demikianlah keadaannya. Terjadi pada remaja dan sebagian
besar orang dewasa.
1. Tahap III (tingkat 5 dan 6) : Tahap Pasca Konvensional

Terjadi pada sebagian orang dewasa. Tahap ini mendasarkan penilaian mreka
terhadap aturan dan harapan masyarakat pada prinsip-prinsip moral umum.

Tingkat 1  kontak sosial atau hak individu

Tingkat 2  prinsip etika universal

(Lickona, 1975, hlm. 32-33)

Kesimpulan

Perkembangan sosial remaja merupakan berkembangnya tingkat hubungan


antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Pergaulan
dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit,
karena harus memperhatikan pergaulan sesama remaja.

Perkembangan remaja meningkat sejalan dengan perkembangan hubungan


sosial. Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga,
kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan
mental terutama emosi dan inteligensi. Perkembangan bahasa terkait dengan kognitif,
yang berarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan
tingkat sosial keluarganya, baik itu dari keluarga dan masyarakat berpendidikan rendah
atau buta huruf, atau dari yang memiliki status sosial yang lebih baik dan masyarakat
terdidik.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. Saikhul . 2010. Makalah Dunia Remaja . http://elearning.unesa.ac.id/myblog/m-


saikhul-arif/makalah-dunia-remaja . 8 Maret 2012

Kurnia, Rani . 2011 . Psikologi Remaja Mentoring Agama Islam.http://Psikologi


%20Remaja%20%C2%AB%20Mentoring%20Agama%20Islam%20Weblog.htm.15
Maret 2012

Marzuki, Rachmad. 2010 . Tugas Perkembangan Sosial


Remaja.http://kamudaponti.blogspot.com/2010/04/tugas-perkembangan-sosial-remaja-
awal.html.10 Maret 2012

Rafki, M. 2010. Makalah Tentang Perkembanga Hubungan.http://prince-


mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html.10
Maret2012

Suhadianto . 2008. Perkembangan Sosial


Remaja.http://suhadianto.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosial-remaja.html.10
Maret 2012

Kadir, Abdullah. Perkembangan Sosial RemajaDalam Aspek


Kemandirian.http://jurnal.upi.edu/insight/view/477/perkembangan-sosial-remaja-dalam-
aspek-kemandirian.html.10 Maret 2012
Aprilia, Linda. Makalah Perkembangan Social Remaja.
http://elearning.unesa.ac.id/tag/makalah-perkembangan-sosial-remaja. 10 Maret 2012

Novianto, Aryes. 2011. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial.


http://www.aryesnovianto.com/2011/04/faktor-faktor-perkembangan-sosial.html. 10
Maret 2012

Sudarmanto, A. 2011. Perkembangan Sosial Remaja.


http://wanipintar.blogspot.com/2011/05/perkembangan-sosial-remaja.html. 10 Maret
2012

Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi – Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Mu’in, Idianto. 2005. Sosiologi Jilid III. Jakarta : PT. Erlangga.

Samsudin. 2006. Kewarganegaraan. Surakarta : PT. Widya Duta Grafika.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo.

Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai