MAKALAH
Disusun oleh:
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan
perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke
dalam tahap kedewasaan. Penyesuaian diri remaja berkaitan dengan perubahan yang
sedang terjadi dalam dirinya. Kebutuhan pada masa remaja meningkat karena
perkembangan fisik, psikis, dan sosialnya. Remaja merasa perlu memperoleh status
dewasa dan pengakuan orang lain disekitarnya terutama terhadap kedewasaannya.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa
selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan.
B. PERUMUSAN MASALAH
2. Kreatifitas Remaja
Dalam kehidupan sehari – hari sering kita mendengar kata “kreatif” kreatif itu sendiri
dalam arti sempit adalah menciptakan sesuatu hal yang baru. Dalam artian luas kreatif
adalah kemampuan seseorang untuk membuat hal yang baru dengan berdasar pada
ide – ide original hasil pemikirannya sendiri. Kreatifitas pada diri remaja biasanya keluar
dalam bentuk yang unik namun bila tidak diarahkan dengan benar kreatifitas ini akan
keluar dalam bentuk negatif yang cenderung melanggar hukum dan norma masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial
untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya
yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia
ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan
rumah. Menurut Otto Rank, pada diri remaja terjadi perubahan yang sangat drastis,
yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain (dependence) pada masa kanak-kanak
menuju kepada keadaan mandiri (independence) pada masa dewasa. Tahap-tahap
perubahan itu adalah sebagai berikut (Sarwono, 2001):
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga.
b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori – teori yang
menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain. Pengaruh sikap egois sering
terlihat pada pemikiran remaja, yaitu :
a) Cita-cita dan idealisme yang baik , terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
b) Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain
Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan perselisihan dalam menghadapi pendapat
oaring lain , maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang
semakin baik dan matang .
Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak
juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan
bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan
masyarakat menyediakan segala Hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan
minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah
mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
B. Kreatifitas Remaja
Remaja kadang kala ingin menciptakan suatu hal yang baru yang ada dalam
pikirannya. Proses tertentu seorang remaja dengan melalui pendayagunaan
pemikiran,kemampuan imajinasi,sebagai stimulan dan individu yang mengelilingnya
yang berusaha menghasilkan produk baru,baik dari dirinya sendiri ataupun bagi
lingkungannya. Sehingga ada pengaplikasian dari hal yang ingin dia ciptakan tersebut.
Dia mengembangkannya berdasarkan apa yang ada dalam pikirannya ke dalam
kehidupan nyata.
Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain
oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang
dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.
Konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada
masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar remaja dapat
mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri
dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena itu ia tahu dengan tepat saat-saat
yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau
dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
Agama merupakan pegangan hidup kita didalamnya sudah tercantum bagaimana hidup
bersosialisasi dengan masyarakat maupun membimbing dalam kehidupan sehari - hari
yang menjadi identitas moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga
perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara
psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan-
santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Setuju pada aturan dan harapan masyarakat dan penguasa, hanya karena
memang sudah demikianlah keadaannya. Terjadi pada remaja dan sebagian
besar orang dewasa.
1. Tahap III (tingkat 5 dan 6) : Tahap Pasca Konvensional
Terjadi pada sebagian orang dewasa. Tahap ini mendasarkan penilaian mreka
terhadap aturan dan harapan masyarakat pada prinsip-prinsip moral umum.
Kesimpulan
Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi – Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.