Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas
seorang anak, dari sejak lahir hingga anak tumbuh menjadi pribadi
yang dewasa. Orang tua mempunyai kewajiban dalam memelihara dan
menjaga keberlangsungan kehidupan anaknya.Orang tua mempunyai
kewajiban memenuhi kebutuhan dasar anak, peran orang tua sangatlah
penting dalam pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama
dimulai dari lingkungan keluarga dan orang tua menjadi kunci utama
terjadinya sebuah pendidikan dalam keluarga itu sendiri.

Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar


pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama,
budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar
untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan. Anak diibaratkan
sebagai kertas putih yang tidak ada noda sama sekali menurut teori
tabularasa, orang tualah yang akan menjadikan seorang anak itu menjadi
pribadi yang baik atau buruk.

Periode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama)


merupakan periode yang sangat genting dan paling penting. Periode ini
mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukkan
pribadinya baik dalam ranah kognitif, afektif maupun kognitifnya. Apapun
yang terekam dalam benak anak pada periode ini, nanti akan tampak
pengaruhnya dengan nyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa.

Potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun, peningkatan


30% berikutnya pada usia 4 hingga 8 tahun, dan 20% sisanya pada usia 8
hingga 18 tahun. Rasa ingin tahu anak yang tinggi akan tersalurkan apabila
mendapat stimulasi atau rangsangan dan motivasi yang sesuai dengan tugas

1
perkembangannya. motivasi ini terbagi menjadi dua yakni motivasi yang
timbul dari dalam diri, dan motivasi yang timbul dikarenakan oleh orang
lain. Motivasi diri tidak timbul dengan sendirinya melainkan ditimbulkan
karena adanya interaksi dengan orang lain. Motivasi dirilah yang sangat
berperan dalam menjalankan aktivitas kehidupan seseorang, namun jika
tidak didukung motivasi dari lingkungan maka motivasi ini lama
kelamaan akan berkurang kecenderungannya sehingga motivasi dalam diri
menjadi rendah, tentunya hal ini berpengaruh juga terhadap aktivitas
seseorang.

Sebagian besar orang tua di zaman sekarang lebih mempercayakan


anak untuk di didik di sekolah dan menyerahkan semua kebutuhan anak
dalam belajar kepada pihak sekolah, secara tidak sadar orang tua
menganggap bahwa ia telah mendidik anaknya bila memasukkan anaknya
ke sekolah, padahal kewajiban orang tua untuk mendidik itu belum cukup
dengan memasukan anaknya ke sekolah saja, karena orang tua
merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak.

Terkadang orangtua sering kali tidak mengizinkan anaknya untuk


tidak berkegiatan diluar sekolah atau bersosialisasi dengan teman-temanya.
Sehingga anak menjadi lebih sering berbohong ketika ingin berpergian dan
juga menjadi tertutup kepada orangtuanya, dan itu membuat anak merasa
terbatas dalam menjelajahi dunianya, dalam pergaulanya,dalam mengelola
dirinya sendiri, sehingga dapat membuat emosinya tidak stabil dan dapat
meledak sewaktu-waktu.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik mengadakan


penelitian yang berjudul: “Pengaruh pengekangan orangtua terhadap
perilaku sosial anak remaja di SMK Riksa Indrya”.

2
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa peranan orangtua bagi pendidikan anak?
1.2.2 Apa dampak positif dari adanya dukungan orang tua?
1.2.3 Apa yang terjadi jika orang tua selalu mengekang anaknya?
1.2.4 Apa sajakah yang dapat menghambat keberhasilan pendidikan
karakter anak?
1.2.5 Bagaimana pengaruh pengekangan orangtua terhadap perilaku sosial
anak remaja di SMK Riksa Indrya?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui peranan orang tua bagi pendidikan anak.
1.3.2 Untuk mengetahui dampak positif dari adanya dukungan orangtua.
1.3.3 Untuk mengetahui yang terjadi ketika orangtua mengekang
anaknya.
1.3.4 Untuk mengetahui penghambat keberhasilan pendidikan karakter
anak.
1.3.5 Untuk mengetahui pengaruh pengekangan orangtua terhadap
perilaku sosial anak remaja di SMK Riksa Indrya.
1.4 Kontribusi Penelitian
Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
pengekangan orangtua terhadap perilaku sosial anak remaja di SMK Riksa
Indrya, diharapkan juga agar siswa dan orangtua lebih terbuka satu sama
lain,dan bisa saling memahami.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian peranan orangtua terhadap pendidikan anak

A.Peranan

1
Peranan berasal dari kata “Peran” yang berarti pemain sandiwara .
Kemudian dari kata peran mendapat akhiran “an” menjadi peranan yang
berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang utama
(dalam sesuatu hal atau peristiwa).

2
Soekamto mengemukakan beberapa pendapatnya sebagai berikut :

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau


tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini.
2) merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan.
3) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi, peranan juga dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat.

3
Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
peranan adalah tindakan atau aktivitas atau serangkaian tingkah laku yang
berhubungan dengan norma-norma, peraturan-peraturan dalam
melaksanakan kewajiban sesuai dengan situasi dan kondisi serta posisi
seseorang dalam suatu tatanan kehidupan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Disisi lain peranan ini juga menuntut kesadaran seseorang agar
aktif dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya untuk mewujudkan
tujuan yang dicapai.

1
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991, hal 735
2
Soejono, Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : CV. Rajawali Press, 1990
3
Muhammad Uzer, Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995, hal
30

4
b. Orangtua

4
Orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya, karena orangtua lah yang paling banyak waktunya untuk
berkumpul bersama anaknya. Dengan demikian bentuk pertama dari
pendidikan terdapat dalam lingkungan keluarga.

Orangtua memegang peranan penting dan amat berpengaruh pada


keberhasilan pendidikan anak. Dengan demikian tanggung jawab pendidik
itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, sebab guru atau
pendidik lainnya dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah
merupakan keikutsertaan saja.

Di lingkungan keluarga orangtua adalah bertindak sebagai guru atau


pendidik. Segala tingkah lakunya menjadi contoh bagi anak-anaknya,
sedangkan di sekolah guru hanya melanjutkan dan mengembangkan
kepribadian anak sesuai bakat, minat dan pengalaman anak. Jelaslah
orangtua memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak. Baik dan buruknya pendidikan anak juga di tentukan pada
pendidikan orangtua.

c. Pengertian Pendidikan Anak

5
Pendidikan anak arti luas adalah semua perbuatan dalam usaha
manusia yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa untuk memberikan
pengaruh pada anak didiknya agar dapat meningkatkan kedewasaan dan
bertanggung jawab atas segala tindakan atau perbuatannya secara moril.

6
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-
anak untuk mencapai perkembangan jasmani dan rohani kearah kedwasaan
agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992, hal. 38
5
Soegarda Poerbakawadja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h
6
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2000), h 11

5
2.2 Pengertian dampak positif dari adanya dukungan orangtua

Menurut Slameto (2010: 61) “keluarga adalah lembaga pendidikan


yang pertama dan utama.” Orang tua (ayah dan ibu), menjadi pendidik
utama dan pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu sebagai orang tua
harus dapat membantu dan mendukung segala usaha yang dilakukan oleh
anak dalam proses belajar dan memberikan pendidikan informal untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua memberi
peranan penting dalam tahap belajar anak dan prestasi belajar anak, yaitu
berupa dukungan atau support. Perhatian orang tua dapat belajar dengan
tekun, karena anak memerlukan waktu maupun tempat dan keadaan yang
baik untuk belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dukungan orang tua


adalah kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara
terus menerus dengan memberikan bantuan oleh orang tua terhadap anak
untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dalam wujud pemberian perhatian,
perasaan aman dan nyaman, serta rasa kasih sayang.

2.3 Analisis orangtua yang selalu mengekang anaknya

7
Pola asuh orang tua dapat diartikan sebagai perlakuan orang tua
terhadap anak dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, mendidik,
membimbing, melatih yang terwujud dalam bentuk pendisiplinan, kasih
sayang, hukuman, ganjaran dan kepemimpinan dalam keluarga melalui
ucapan dan tindakan-tindakan orangtua.

setiap orang tua ingin selalu yang terbaik untuk anak-anaknya, akan
tetapi terkadang mereka tidak memahami apakah yang terbaik menurutnya
terbaik pula bagi anak-anaknya yang akhirnya sikap otoriter dijadikan
senjata oleh orang tua untuk menanamkan disiplin kepada anak.

7
Gordon, Parent Effective Traign: The Proven Program for Raising Responsible Children, (New
York: Random House Inc. 2000) h. 125.

6
Padahal terkadang sikap otoriter ini mengajarkan sikap pasif kepada
anak dan tidak mandiri pada anak, sehingga hal itu sangat mempengaruhi
kondisi psikologis anak.

Fenomenan kesalahan mengenai pola asuh anak saat ini sering sekali
terjadi seperti kekerasan fisik dan mental, terlalu bebas dan sebagainya.
Perlu diketahui oleh orang tua bahwa pola asuh mereka sangat
mempengaruhi psikologis anaknya.jika kita mengasuh dengan cara
memperhatikan anak, memberi mereka ruang untuk bercerita maka anakpun
akan lebih terbuka terhadap orangtuua.

Begitu pula sebaliknya, apabila dididik dengan kekerasan maka


anaknya akan menjadi anak yang krisis kepercayaan, kurang dalam
intelegensinya dan sebagainya. Pola asuh otoriter yang diterapkan orang tua
dapat memperlihatkan bagaimana orang tua mengekang anak, tidak
mendengarkan pendapat anak dan membiarkan anak untuk tidak
bersosialisasi dengan lingkungannya, sehingga membuat anak menjadi
pemalu, kurang percaya diri, malas dan stres.

2.4 Analisis faktor yang menghambat keberhasilan pendidikan karakter


anak remaja

Menurut Amri (2013, hal 167) ada beberapa faktor yang menghambat
dalam penanaman pendidikan karakter disiplin di sekolah meliputi: anak itu
sendiri,sikap pendidik,lingkungan,tujuan. Faktor anak itu sendiri karena
dalam penanaman pendidikan karakter faktor anak perlu di perhatikan pada
setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya, oleh sebab itu pemahaman anak secara cermat dan tepat akan
mempengaruhi dalam penanaman kedisiplinan.

Menurut Bahri (2009, hal 30- 33) (Herawati, 2017). (Rahayu, 2018)
disiplin dikelompikan menjadi 5 yaitu: 1) disiplin pribadi, 2) disiplin sosial,
3) disiplin nasional, 4) disiplin ilmu, 5) disiplin tugas. Kelima disiplin
tersebut sangatlah penting dalam penanaman disiplin pada siswa.

7
2.5 Pengaruh pengekangan orang tua terhadap perilaku sosial di SMK
Riksa Indrya

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan
yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya
(orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Pola
pendidikan demokratis adalah suatu cara mendidik atau mengasuh yang
dinamis, aktif dan terarah yang berusaha mengembangkan setiap bakat yang
dimiliki anak untuk kemajuan perkembangannya. Pola ini menempatkan
anak sebagai faktor utama dan terpenting dalam pendidikan. Hubungan
antara orang tua dan anaknya dalam proses pendidikan diwujudkan dalam
bentuk human relationship yang didasari oleh prinsip saling menghargai dan
saling menghormati.

secara psikologis masa remaja adalah masa individu yang dapat


berintegrasi dengan mayarakat dewasa, pada masa itu anak tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada
tingkatan sama (Hurlock, 1994:206). Masa remaja sering dianggap sebagai
masa paling rawan dalam proses kehidupan manusia (Hurlock, 1980:208).

Maka dengan itu terkadang siswa/siswi di SMK Riksa Indrya


seringkali kehilangan fous saat pelajaran berlangsung. Dikarenakan ada
pikiran yang mengganjal dan terbawa sampai ke sekolah, dan terkadang
siswa/siswi juga bisa menjadi anak yang pemurung, tidak mudah bergaul
dan juga emosi yang tidak stabil.

8
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Survei


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan mewawancarai siswa/siswi SMK Riksa Indrya. Menurut Muhiddin
Sirat, metodologi penelitian adalah suatu cara atau langkah untuk
menentukan dan memilih suatu topik permasalahan yang ditujukan untuk
dijadikan penentu untuk membuat judul penelitian.Berdasarkan pengertian
metodologi penelitian dari para ahli, dapat dikatakan bahwa metodologi
adalah suatu cara atau langkah ilmiah yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Penggunaan metode survei akan memudahkan peneliti untuk


memperoleh data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang
menjadi tujuan penelitian. Analisa ini akan digunakan dalam menguji
besarnya pengaruh psikologis terhadap siswa/siswi di SMK Riksa Indrya.
Objek Penelitiannya adalah siswa kelas XI di SMK Riksa Indrya.

3.2 Teknik Penambilan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting dalam langkah tepat dan


relevan, dengan jenis data yang akan digalinya dalam halmengumpulkan
data yang berhubungan dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan
metode angket.
Angket adalah suatu alat yang dignakan untuk mengumpulkan data
dengan cara membuat daftar pertanyaan secara tertulis dan lalu oleh
narasumber (responden) akan diisi dengan cara tertulis pula. Oleh
masyarakat luas, angket sering kali juga disebut dengan sebutan Quesioner.

9
Angket atau Quesioner terdir dari lima jenis, yaitu :
1. Angket tertutup
Angket tertutup yaitu angket yang didalamnya telah terdapat
alternative jawaban yang telah ditentukan oleh si pemuat angket. Jawaban
tertsebut bisa berupa jawaban yes or no, atau pilihan ganda sehingga
narasumber (read : Responden) tidak berkesempatan untuk mengisi dengan
jawaban sendiri.
2. Angket terbuka
Angket terbuka yaitu angket yang system menjawabnya tidak
menggunakan pilihan ganda maupun yes or no sehingga responden
(narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut dengan
jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternative
jawaban dari angket tersebut.
3. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup
Jenis angket ini yaitu gabungan dari kedua jenis angket
sebelumnya, maksudnya dalam angket ini terdapat pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disiapkan alternative jawabannya, namun terdapat pula pilihan
alternative bagi responden (narasumber) untuk membuat jawabannya
sendiri untuk mengemukakan pendapatnya apa bila didalam pilihan jawaban
yang disediakan oleh pembuat angket tersebut tidak terdapat jawaban
seperti yang responden inginkan.
4. Angket langsung
Angket langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan yang
berhubungan dengan respondens (jawaban tentang diri responden, missal
jumlah anak, jumlah penghasilan,dll)
5 Angket tidak langsung
Angket tidak langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan tentang
orang lain dan diisi oleh responden yang mengetahui tentang orang tersebut
(dimana responden menjawab pertanyaan tentang orang lain).

10
Langkah-langkah membuat angket sebagai berikut:
1. Menentukan tema/judul
2. Menentukan tujuan
3. Menentukan indikator
4. Menentukan subindikator
5. Menentukan items dan uji coba
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket berupa angket
tertutup. Angket digunakan untuk mengumpulkan data berupa pengaruh
pengekangan orangtua terhadap perilaku soial anak remaja di SMK Riksa
Indrya.
3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengertian sampling8
1. Mengambil sebagian kecil dari keseluruhan, diawali dengan pengembangan
konsep yang fokus pada hal yang telah ditetapkan.
2. Mengetes dan memastikan haruslah mengambil secara analitis dari
keseluruhan karakteristik yang sama.
3. Tujuan utama adalah memperkuat validitas studi didukung oleh
prosedur
3.3.2 Langkah-langkah pengambilan sampling9
Prosedur penarikan sampel dilakukan sebagai berikut:
1) Penarikan simple random sampling dengan pemulihan (with replacement).
Misalkan untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya
keseluruhan kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu NNc set sampel
yang masing-masing terdiri dari n elemen.
2) Penarikan simple random sampling tanpa pemulihan (without replacement).
Untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya keseluruhan
kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu Nn set sampel yang masing-
masing terdiri dari n elemen.

8
Dr.,dr.,H. Boy S. Sabarguna,MARS,2008,Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif,(Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia),hlm. 21
9
Ibid. hlm. 2211

11
3.3.3 Jenis sample

1) Bersifat random
Secara umum mempunyai hal yang secara jelas punya kesempatan yang
sama untuk dipilih.
2) Kriteria
Secara umum mempunyai patokan tertentu.
3) Keberuntungan
Adanya faktor keberuntungan mungkin timbul.
4) Kombinasi
Penggabungan antar berbagai perhatian dan kebutuhan.
5) Menyenangkan
Adanya penghematan waktu, uang, tenaga tetapi informasi tetap sesuai.

3.3.4 Jadwal Pelaksanaan

No Nama Kegiatan Bulan


1 Persiapan : Penyusunan proposal, penyusun Januari 2023
instrumen dan studi dokumentasi.
2 Seminar proposal atau desain penelitian Januari 2023
3 Pelaksanaan penelitian Februari 2023
4 Analisis data Februari 2023
5 Penyusunan laporan Februari 2023
6 Seminar hasil penelitian, penyerahan laporan Maret 2023

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan pada hari Rabu, 9


November 2022, berlokasikan di SMK kesehatan Riksa Indrya.

4.2 Proses Penelitian

Kami melakukan penelitian di SMK Kesehatan Riksa Indrya kelas


XI jurursan Keperawatan dan Kefarmasian. Kami melakukan penelitian
dengan menyebarkan angket kepada siswa yang semuanya adalah remaja.
Setelah angket tekumpul, kami memisahkan jawaban dari responden untuk
menghitung presentase masing-masing pertanyaan yang ada di dalam
angket.

4.3 Hasil Penghitungan Angket

Dari 20 responden, 8 orang menjawab sangat setuju dan 9 orang


menjawab setuju bahwa dalam keluarga anak harus memenuhi peraturan
orangtuanya dan tidak boleh membantah, 1 orang menjawab ragu-ragu dan
2 orang menjawab tidak setuju.

Dari 20 responden, 3 orang menjawab sangat setuju dan 2 orang


menjawab setuju bahwa orangtua tidak pernah meminta anaknya untuk
melakukan apapun, 10 orang menjawab ragu-ragu, 4 orang menjawab tidak
setuju dan 1 orang menjawab sangat tidak setuju.

Dari 20 responden, 4 orang menjawab sangat setuju dan 6 orang


menjawab setuju bahwa anak tidak munngkin menolak perintah orangtua
dikarenakan pasti akan dihukum,4 orang menjawab ragu-ragu, 5 orang
menjawab tidak setuju dan 1 orang menjawab sangat tidak setuju.

13
Dari 20 responden, 4 orang menjawab sangat setuju dan 13 orang
menjawab setuju, bahwa anak harus menuruti perintah orangtua bila tidak
ingin dimarahi,2 orang menjawab ragu-ragu dan 1 orang menjawab tidak
setuju.

Dari 20 responden, 15 orang menjawab sangat setuju dan 4 orang


menjawab setuju, bahwa orangtua harus memberikan setiap anak perhatian
dan cinta yang khusus dan istimewa dan 1 orang menjawab rada-rada.

Dari 20 orang responden, 6 orang menjawab sangat setuju dan 7


orang menjawab setuju, bahwa orangtua tidak harus berkomentar tentang
anak memiliki keugggulan atau tidak, 5 orang menjawab rada-rada, 1 orang
tidak setuju dan 1 orang sangat tidak setuju.

Dari 20 responden, 15 orang menjawab sangat setuju dan 2 orang


menjawab setuju, bahwa memberi kesempatan pada anak untuk bercerita
tentang masalahnya atau apapun dan memberikanya solusi, 2 orang
menjawab rada-rada dan 1 orang menjawab tidak setuju.

Dari 20 orang responden, 2 orang menjawab sangat setuju dan 4


orang menjawab setuju, bahwa terus membela anak tanpa megetahui duduk
permasalahanya dan membiarkan orangtua yang membereskan masalah
yang dihadapi,1 orang menjawab ragu-ragu, 10 orang menjawab tidak
setuju dan 3 orang menjawab sangat tidak setuju.

Dari 20 orang responden, 6 orang menjawab setuju, bahwa


membiarkan anak berkehendak dengan sesuka hati, 4 orang menjawab ragu-
ragu,8 orang menjawab tidak setuju dan 2 orang menjawab sangat tidak
setuju.

Dari 20 responden, 4 orang menjawab sangat setuju, dan 3 orang


menjawab setuju, bahwa menuntut anak harus lebih berprestasi pada
keunggulanya, 12 orang menjawab tidak setuju dan 1 orang menjawab
sangat tidak setuju.

14
4.4 Laporan Hasil Penelitian

Beberapa remaja berpendapat bahwa pelarangan terhadap aktivitas


anak sebetulnya bukanlah sesuatu yang buruk. Akan tetapi, jika orang tua
tersebut terus-menerus melarang sang anak, hal itu akan memunculkan
sebuah kesadaran bahwa "anak hanyalah boneka" yang bisa dikendalikan,
dimiliki, dan dimanipulasi oleh keinginan orang tua. Pada umumnya, hal ini
sangat sering terjadi di dalam konteks budaya kekeluargaan masyarakat
Timur.

Ketika sang anak terus-menerus dilarang, maka akan muncul


sebuah kesadaran untuk ingin berontak dan melawan orang tua, serta
melakukan hal-hal yang baru termasuk yang buruk. Pikir sang anak, "Saya
akan membuktikan bahwa saya bisa mengendalikan dan mengatur hidupku
sendiri, entah itu berbuat baik atau buruk, dan saya tidak butuh arahan dari
orang tua saya". Kira-kira seperti itu yang mungkin dibayangkan oleh anak,
apalagi saat dia menjajaki usia remaja. Di saat seperti ini, saya melihat
bahwa orang tua yang memberi ruang kebebasan untuk berdialog dan
berdikusi akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menjalin
hubungan dengan anaknya.

4.5 Tabel Presentase Hasil Angket

NO PERTANYAAN SS S RR TS STS
1 Dalam keluarga anak harus memenuhi
peraturan-peraturan orangtua dan tidak 1,6% 1,8% 0,2% 0,4% 0%
boleh membantah.
2 Orangtua tidak pernah meminta anak
untuk melakukan apapun. 0,6% 0,4% 2% 0,8% 0,2%

3 Anak tidak mungkin menolak perintah


orangtua karena pasti akan dihukum. 0,8% 1,2% 0,8% 1% 0,2%

15
4 Anak harus menuruti perintah
orangtua bila tidak ingin dimarahi. 0,8% 2,6% 0,4% 0,2% 0%

5 Memberi setiap anak perhatian dan


cinta yang khusus dan istimewa. 3% 0,8% 0,2% 0% 0%

6 Tidak berkomentar tentang anak


memiliki keunggulan atau tidak. 1,2% 1,4% 1% 0,2% 0,2%

7 Memberi kesempatan pada anak untuk


bercerita tentang masalahnya ataupun 3% 0,2% 0,4% 0,4% 0,2%
temanya dan memberi solusi
8 Terus membela anak tanpa mengetahui
duduk permasalahanya dan 0,4% 0,8% 0,2% 2% 0,6%
membiarkan orangtua yang
membereskan masalah yang dihadapi.
9 Membiarkan anak berkehendak
dengan sesuka hati 0% 1,2% 0,8% 1,6% 0,4%

10 Menuntut anak harus lebih berprestasi


pada keunggulannya. 0,8% 0,6% 0% 2,4% 0,2%

16
4.6 Pengaruh Pengekangan Orangtua Terhadap Perilaku Sosial Anak
Remaja

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan


bahwa penyebab utama terjadinya hyper-parenting adalah peristiwa
traumatik masa lalu yang dialami oleh orangtua. Mereka juga menemukan
sejumlah dampak negatif dari penerapan pola asuh anak ini.

“Hyper-parenting juga akan membuat anak kurang percaya diri,


kurang mandiri, mudah menyerah, mudah cemas dan takut menghadapi
dunia luar. Selain itu anak menjadi kurang terampil dalam bersosialisasi,”.
Pola asuh hyper-parenting yang cenderung mendikte anak ini akan
menyebabkan anak mempunyai emosi yang kaku dan sulit dikontrol. Selain
itu, anak yang terlalu terbebani dengan aturan dan tugas juga akan membuat
tenaga dan pikirannya terkuras, yang bukannya tidak mungkin akan
berujung pada masalah kesehatan si anak itu sendiri.

Kebiasaan orangtua mengarahkan anaknya akan membuat anak


menjadi terlalu penurut dan kurang bisa mengembangkan bakat dan
potensinya sendiri. Banyaknya tugas dari orangtua dan aturan-aturan yang
membatasi gerak mereka berpotensi membuat anak tertekan, terbebani, dan
rentan depresi.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Kesimpulan berdasarkan karya tulis “pengaruh pengekangan orangtua


terhadap perilaku sosial anak remaja SMK RIKSA INDRYA”, Sikap orang
tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan
mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap
mereka dan perilaku mereka. Kebanyakan orang yang berhasil setelah
menjadi dewasa berasal dari keluarga dengan hubungan orang tua yang
bersikap positif, dan hubungan mereka dan orang tua sehat.
Terkadang orangtua sering memperlakukan anaknya dengan
seenaknya tanpa memikirkan apa yang dirasakan oleh anaknya, semisal
anak tidak diperbolehkan untuk bergaul atau bersosialisasi dan harus terus
menerus dirumah saja, itu akan mempengaruhi mental anak yang akan
cenderung pendiam, tidak jujur dan juga memendam emosinya sendiri.
Untuk itu sebagai orangtua juga harus lebih dekat dengan anak dan
mencoba mengajaknya untuk berdiskusi, agar kita sebagai anak dan
orangtua bisa saling bertukar pendapat dan menjadi lebih dekat lagi.
5.2 Saran
Sebagai orangtua cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mendekatkan diri kepada anak agar anak bisa lebih terbuka, mengajak
anak untuk becerita tentang apa yang dialaminya tanpa menghakiminya,
dan jangan lupa untuk memberikanya semangat atau perhatian kecil.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Asrori. Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV.


Wacana Prima
2. Bahri, S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, Jakarta :
Rineka Cipta
3. Bastable. Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. EGC : Jakarta
4. Devi & Yanti. 2005. Hubungan kekerasan pada anak terhadap gangguan
perilaku.
5. Donna L.Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. edisi 6.
Jakarta : EGC
6. Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rusdakarya
7. Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

19
BIODATA PENELITI

Hai, namaku Siti Rohmah. Biasa dipanggil


Siti. Aku lahir di Pandeglang Banten, 08 Desember
2005. Aku menyelesaikan pendidikanku di SDN
Klu 03 Pagi pada tahun 2018, SMP Insan Rabbany
pada tahun 2020 dan sekarang aku bersekolah di
SMK Kesehatan Riksa Indrya. Cita-citaku ingin
menjadi seorang Apoteker. Aku memiliki hobi
bernyanyi dan berolahraga dan motivasiku adalah
"Semakin keras kamu bekerja untuk sesuatu,
semakin besar kamu merasakannya ketika
mencapainya"

Hai, namaku zahra amellia biasa di panggil


Amel. Umurku 16 tahun aku lahir di Jakarta 19
Januari 2006, aku menyelesaikan pendidikanku di
Mi Nurul falah Suradita pada tahun 2018, Mts Nurul
Islam cisauk pada tahun 2020 dan sekarang aku
bersekolah di SMK kesehatan Riksa Indrya. cita
citaku menjadi seorang apoteker. Aku memiliki hobi
berenang dan motivasi ku adalah " Semakin keras
kamu bekerja untuk sesuatu, semakin besar kamu
merasakannya ketika mencapainya"

20
LAMPPIRAN

21
ANGKET PENGARUH PENGEKANGAN ORANGTUA
TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI SMK RIKSA
INDRYA

I. PENGANTAR:
1. Angket ini diedarkan kepada anda dengan maksud untuk mendapatkan
informasi sehubung dengan penelitian tentang pengaruh pengekangan
orangtua terhadap perilaku social anak remaja di SMK Riksa Indrya
tahun pelajaran 2023/2024
2. Partisipasi anda memberikan informasi sangat kami harapkan.
II. PETUNJUK PENGISIAN:
1. Sebelum mengisi pernyataan, bacalah petunjuk pengisian dengan
cermat.
2. Angket ini terdiri dari 10 pernyataan.
3. Berikan tanda (X) pada kolom sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-
ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
4. Semua jawaban benar tidak ada yang salah, oleh karena itu
jawablah semua pertanyaan sesuai dengan keadaan yang kamu alami
dengan jujur.

NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Dalam keluarga anak harus memenuhi
peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh
membantah.
2 Orangtua tidak pernah meminta anak untuk
melakukan apapun.
3 Anak tidak mungkin menolak perintah
orangtua karena pasti akan dihukum.

22
4 Anak harus menuruti perintah orangtua bila
tidak ingin dimarahi.
5 Memberi setiap anak perhatian dan cinta yang
khusus dan istimewa.
6 Tidak berkomentar tentang anak memiliki
keunggulan atau tidak.
7 Memberi kesempatan pada anak untuk
bercerita tentang masalahnya ataupun
temanya dan memberi solusi
8 Terus membela anak tanpa mengetahui duduk
permasalahanya dan membiarkan orangtua
yang membereskan masalah yang dihadapi.
9 Membiarkan anak berkehendak dengan
sesuka hati
10 Menuntut anak harus lebih berprestasi pada
keunggulannya.

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai