TINJAUAN PUSTAKA
1
dasar - dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan yang baik dan benar, melalui
penanaman disiplin dan kebebasan secara serasi.
Menurut Miami dalam Zaldy Munir ( 2010 : 2 ) dikemukakan bahwa “Orang
tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk
memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak - anak yang dilahirkannya”.
Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah Pertiwi ( 2010 : 15 ) menyatakan
bahwa “orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah - ibu yang bertanggung
jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik
berupa tubuh maupun sifat - sifat moral dan spiritual”. Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab
yang berat dalam memberikan bimbingan kepada anak - anaknya, tokoh ayah dan ibu
sebagai pengisi hati nurani yang pertama harus melakukan tugas yang pertama adalah
membentuk kepribadian anak dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih
sayang antara orang tua dengan anak.
2
anak, sebisanya orang tua memberi persyaratan untuk memacu anak berusaha,
menunda keinginan anak, bukan berarti harus menghalangi semua keinginannya, tapi
menentukan prioritas kebutuhannya. Biasakan orangtua mengajak anak untuk
berdialog dalam upaya menyelesaikan masalah seraya menunjukkan kerugian dari
rasa amarah yang berlebihan. Orangtua yang mampu menahan dan mengelola
amarahnya dapat menjadi teladan bagi anak, sehingga anak juga dapat menahan rasa
amarah mereka jika menemui masalah yang bertentangan dengan kehendaknya.
Orang tua hendaknya mengajarkan anak untuk mendengar aktif sehingga ia
terbiasa memahami perasaan orang lain. "Ini penting, karena setiap orang pasti ingin
didengar perasaannya. Rasa empati wajib diajarkan kepada anak dengan
mempergunakan berbagai kesempatan untuk melihat orang lain dalam beragam
keadaan. "Memelihara binatang kesayangan juga dapat memotivasi anak memahami
perasaannya dan ini dapat menjadi bekal baginya untuk belajar memahami orang lain.
3
hendaknya lebih memfokuskan perhatian pada kelebihan yang dimiliki anak dan
mengarahkannya ke arah yang tepat.
Menurut Shapiro (Arya, 2008) peran orang tua dalam memotivasi bakat dan
minat anak antara lain dapat dilakukan dengan cara : Pertama : Mengajarkan anak
untuk mengharapkan keberhasilan. Kedua : Sesuaikan pendidikan anak dengan
minat dan gaya belajarnya. Ketiga : Anak harus belajar bahwa diperlukan keuletan
untuk mencapai keberhasilan.Keempat : Anak harus belajar bertanggung jawab dan
belajar menghadapi kegagalan.
2.1.6 Faktor penentu sikap orang tua dan dampaknya terhadap perkembangan anak.
Beberapa faktor penentu bagaimana sikap orang tua secara langsung yang
mempengaruhi perkembangan anaknya adalah : Pertama : Kebebasan, orangtua
yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai
anak kreatif. Tidak otoriter, tidak membatasi kegiatan anak dan mereka tidak
cemas mengenai anak mereka. Kedua : Respek, biasanya anak yang cerdas dan
kreatif mempunyai orangtua yangmenghormati mereka sebagai individu, percaya
4
akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak. Anak-anak ini secara
alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang
original. Ketiga : Kedekatan emosi yang sedang, kreativitas anak dapat dihambat
dengan suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa
terpisah. Tetapi keterikatan emosi yang berlebih juga tidak menunjang
pengembangan kreativitas anak. Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan
disayangi tetapi seyogyanya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orangtua.
Keempat : Prestasi, bukan angka, orang tua menghargai prestasi anak, mereka
mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya - karya
yang baik. Bagi mereka mencapai angka tertinggi kurang penting dibandingkan
imajinasi dan kejujuran. Kelima : Orang tua aktif dan mandiri, sikap orangtua
terhadap diri sendiri amat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi
anak. Orang tua merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak mempedulikan
status social, dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial. Keenam :
Menghargai kreativitas, anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari
orangtua untuk melakukan hal-hal yang kreatif. Charles Dickens, penulis buku
cerita anak yang ternama, sering mengunjungi teater ketika ia masih anak; ayahnya
sering bercerita kepadanya, dan pengasuhnya sering menceritakan cerita yang
seram sebelum tidur.
5
2.1.8 Sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan potensi anak.
Sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan potensi anak, adalah :
Pertama : Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah. Kedua :
Tidak memperbolehkan anak marah kepada orang tua. Ketiga : Tidak boleh
mempertanyakan keputusan orang tua. Keempat : Tidak memperbolehkan anak
bermain dengan anak lain yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda
dari keluarga anak. Kelima : Anak tidak boleh berisik. Keenam : Orang tua ketat
mengawasi kegiatan anak. Ketujuh : Orangtua tidak memberi saran-saran yang
spesifik tentang penyelesaian tugas. Kedelapan : Orangtua kritis terhadap anak
dan menolak gagasan anak. Kesembilan : Orangtua tidak sabar dengan anak.
Kesepuluh : Orangtua dengan anak adu kekuasaan. Kesebelas : Orangtua menekan
dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.
6
rinci Mubin dan Cahyadi (2006) menyatakan anak pada usia 2-3 tahun memiliki
beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya yaitu : Pertama : Secara
fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat serta Mempelajari keterampilan
motorik. Kedua : Perkembangan kognitif yang meliputi tahapan sensorimotor, tahapan
pra operasional, tahapan konkret operasional dan formal operasional. Tahapan-tahapan
tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak. Ketiga :
mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang
lain.
Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 - 3 tahun antara lain :
Pertama : Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya ia
memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa.
Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda apa saja yang ditemui merupakan
proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati
grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari
lingkungannya. Kedua : Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan
emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia, karena emosi
bukan ditentukan oleh bawaan, namun banyak pada lingkungan.
7
Menyatakan perasaan terhadap anak lain (suka dengan teman karena baik hati, tidak
suka karena nakal, dll), mentaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan,
menunjukkan rasa percaya diri dan menghargai orang lain. pada periode ini anak juga
mengalami perubahan dalam aspek social emosi. Identitasnya mulai tampak, ia
memiliki karakter kepribadian sendiri. Sudah mulai tampak kekuatan dan kelemahan
kemampuannya, serta pola hubungannya. Ia pun sudah menunjukkan kemandiriannya
dan berusaha mengatur dirinya sendiri. Beberapa area utama dari perubahan aspek
emosi yang berlangsung pada diri anak adalah : Pertama : Pertemanan, anak ingin
disukai oleh teman-temannya, iaingin bisa bermain dengan banyak teman. Anak mulai
memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi,
member dukungan, bergantian, dan sebagainya. Kedua : Kemandirian, anak
meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan
kegiatannya sehari-hari. Peran ibu dan bapak sebagai orangtua sangat penting. Anak
membutuhkan kesempatan untuk berlatih mandiri agar pekerjaannya menjadi lebih
baik. Ketiga : Moralitas, anak mulai mengenali yang salah dan benar. Ia mulai
memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong. Meski beberapa
kali anak masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya dengan berbohong. Karakter
yang ditampilkan oleh anak pada rentang usia ini membuat ibu dan bapak dapat melihat
tipe kepribadian anak. Tantangan yang dihadapi adalah bukanlah untuk mengubah.
8
pendidikan, stimulan dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap
seluruh aspek perkembangan anak termasuk kecerdasan emosional anak.
9
Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional adalah seseorang yang
menyadari emosinya sendiri dan emosi orang lain dan menyesuaikan perilakunya
berdasarkan pengetahuannya.Tentang kecerdasan emosional tersebut, Dulewicz dan
Higgs. McCluskey juga menyatakan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan
keterampilan emosi, ada enam keterampilan emosi yang esensial, yaitu memahami
diri sendiri (selfawareness), mengelola emosi (managing emotions), empati
(emphaty), komunikasi (communicating), kerjasama (co-operation), mengatasi konflik
(resolving conflicts). Sampai saat ini belum ada paper and pencil test yang sudah
tervalidasi dengan baik untuk mengukur kecerdasan emosional sebagaimana halnya
IQ.
Ada beberapa dimensi dari kecerdasan emosional menurut Mayer & Salovey
lebih dikenal dengan sebutan four branch model of emotional intelligence. Pertama :
Persepsi Emosi (Emotional Perception) artinya adalah kemampuan individu untuk
mengenali emosi, baik yang dirasakan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.
Kedua : Integrasi Emosi (Emotional Integration) artinya adalah kemampuan individu
dalam memanfaatkan sensasi emosi yang dirasakan untuk menghadapi
masalahmasalah yang berkenaan dengan sistem kognisi. Ketiga : Pemahaman Emosi
(Emotional Understanding) artinya adalah kemampuan individu untuk memahami
emosi yang dirasakan dan dapat menggunakan pengetahuan mengenai emosi yang
dirasakan untuk mengetahui bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat : Pengaturan Emosi (Emotional Management) yang artinya adalah
kemampuan individu dalam memadukan data-data mengenai emosi yang dirasakan
oleh diri sendiri maupun orang lain untuk menentukan tingkah laku yang paling
efektif yang akan ditampilkan pada saat berinteraksi dengan orang lain.
10
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar
pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini,2004).
11
Keempat : Ciri Kognitif : Anak prasekolah umumya sudah terampil berbahasa,
sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaiknya
anak di beri kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.
Pada usia 2-4 tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan
kejadian yang simultan dan anak mampu menampilkan pemikirn yang egosentrik,
pada usia 4-7 tahun anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan
menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuifif (anak
menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya ),
anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang memahami makna
sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang oran lain ( Muscari,
2005 ).
12
sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lai-lain. Pada
pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5
centimeter setiap tahunnya (Hidayat, 2005).
Kedua : Perkembangan Motorik : Perkembangan motorik meliputi
perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompok otot - otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering
menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemamfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek.
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan
oordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau
seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Nursalam, 2007).
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat melompat
dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar, mengembangkan kekmampuan
olah raga seperti meluncur dan berenang anak usia prasekolah dapat mengendarai
sepeda roda 3, menaiki tangga dengan kaki bergantian berdiri satu kaki selama
beberapa menit, melompat dengan satu kaki, menuruni tangga dengan kaki bergantian
pada usia 4 tahun melompati tali, dan berdiri seimbang dengan satu kaki dan mata
tertututp pada usia 5 tahun. Keterampilan motorik halus dapat merekatkan sepatu,
dapat membuat jembatan dengan 3 balok, menggambar tanda silang, mengancingkan
baju sendiri, makan sendiri, dapat makan dengan menggunakan sendok dan garpu,
mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan pisau, menuangkan air minum ke
dalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat mandi, dan dapat ke toilet
sendiri, (Muscari, 2005).
Sedangkan menurut Hidayat (2005), perkembangan motorik kasar pada anak
usia 3-4 tahun yaitu, anak dapat melompat, berjalan mundur, menendang bola.
Sedangkan motorik halus anak sudah daot mencoret-coret dengan satu tangan,
mengambil pinsil, belajar menghitung, dapat ke toilet sendiri, dapat mengontrol buang
air besar dan buang air kecil, meletakan gelas di atas meja, memasukkan kaki ke
dalam sepatu. Pada usia 4-5 tahun perkembangan motorik kasar yang di capai adalah
dapat menuruni tangga dengan cepat, seimbang berjalan saat mundur, melempar dan
menangkap bola, melambungkan bola. Sedangkan untuk perkembangan motorik halus
anak sudah dapat mengikat sepatu sendiri, mengguting dengan cukup baik, mencuci
13
tangan sendiri, dapat membersihkan area genital setelah buang air besar dan buang air
kecil, dapat makan sendiri, membawakan gelas tanpa tumpah, mandi sendiri, memakai
baju sendiri, mandi sendiri, membuka pakaian sendiri.
Anak dapat menggosok gigi pada usia 2 tahun hal ini dapat diajarkan sejak usia
hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan pada gigi, radang gusi, dan penyakit
lainya. Dengan cara selalu mengajarkan menggosok gigi ingatkan untuk anak
menggosok minimal 2 kali dalam sehari terutama setelah makan dan sebelum tidur
(Roper, 2002).
Anak sudah dapat ke toilet sendiri pada usia 2-3 tahun, anak mulai terbiasa pada
usia 3-4 tahun untuk membersihkan kotoran setelah buang air besar dan buang air
kecil dan tidak lupa untuk mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil
(Iwang, 2008).
Usia 4-5 tahun anak mulai memegang peralatan makan dengan benar inilah
saatnya belajar makan dengan memberikan sendok dan garpu yang tidak mudah
pecah, anak mampu memasukan makanan dalam mulut meskipun masih berantakan.
Anak usia 5 tahun mengikuti kebiasaan makan orang lain antara lain percakapan di
meja makan, sikap di meja makan dan kemauan untuk mencoba makanan baru,
mengambil makanan sendiri dari tempat saji ke tempat makannya, serta membantu
menyiapkan dan membersihkan makanan (Muscari, 2005).
Ketiga : Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah : Perkembangan bahasa
mampu menyebutkan hingga empat gambar, hingga empat warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung, menggunakan bunyi untuk mengidentifiasi objek, orang
dan aktivitas, meniru berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap
panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat (Hidayat, 2005).
Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat dengan 3-
4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia anak 4 tahun mengucapkan 1500
kata, mengatakan cerita yang berlebih lebihan, dan bernyanyi yang sederhana. Rata-
rata usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100, mengetahui 4 warna atau lebihdan dapat
menamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muscari, 2005).
Keempat : Perkembangan Adaptasi Sosial : Perkembangan adaptasi sosial dapat
bermain dengan permainan sederhana. Menangis jika di marahi, membuat permainan
sederhana, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Hidayat,
2005).
14
15