Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK BROKEN HOME TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

1. LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat tetapi menempati


kedudukan primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti muclear
family yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Menurut S. Bogardus  menyatakan
bahwa keluarga adalah kelompok terkecil yang biasanya terdiri dari seorang
ayah dan seorag ibu serta satu atau lebih anak-anak. Dimana ada keseimbangan,
keselarasan kasih sayang dan tanggung jawab serta anak menjadi orang yang
berkepribadian dan berkecenderungan untuk bermasyarakat (S. Bogardus,
1982:57). Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah dari bahu-membahu dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas
sebagai pendidik, dan setiap eksponen keluarga melaksanakan fungsinya
masing-masing. Dimana keluarga mempunyai banyak fungsi sebagai sistem
sosial yang luas yakni fungsi reproduksi bahwa Keluarga pada hakekatnya
mempunyai fungsi sebagai generasi penerus, yang dalam arti bahwa
sesungguhnya setiap keluarga mempunyai keinginan untuk mempunyai anak
dalam mempertahankan kelangsungan keturunan keluarga tersebut. Fungsi
sosialisasi, Sosialisasi ialah proses belajar, bersikap, berperilaku, dan
berkehendak mengenai aturan-aturan, norma-norma dan tata nilai di dalam
kelompoknya. Dengan kata lain sosialisasi ini merupakan proses
memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai, norma-norma baru di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga
terutama anak, karena pertama kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga
yang merupakan lembaga pertama dan utama. Pertama kali anak mengenal
akan aturan, norma, dan tata nilai adalah di dalam keluarga. Bagaimana si anak
mengetahui peran dan statusnya di masyarakat, keluargalah yang mengajarinya.
Hal ini diajarkan oleh keluarga kepada anak agar anak dapat memainkan peran
dan statusnya dengan benar di dalam masyarakat. Fungsi afeksi: keluarga
memberikan cinta dan kasih, dalam arti bahwa di dalam keluarga ada rasa kasih
sayang dan cinta kasih antar

sesama anggota keluarga. Sehingga terdapat ikatan batin yang kuat di dalam
keluarga. Karena pada dasarnya dalam kehidupan manusia, tidak hanya
kebutuhan lahiriah saja yang harus dipenuhi tetapi kebutuhan rohani juga
sangat penting karena akan berpengaruh pada perilaku. Fungsi proteksi atau
perlindungan, keluarga juga sebagai lembaga yang memberikan perlindungan
bagi anggota keluarganya, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan tentram.
Fungsi ekonomi, keluarga mempunyai fungsi sebagai alat ekonomi untuk
mencari nafkah dan mengatur keluarganya. Di dalam keluarga juga terdapat
kegiatan ekonomi, seperti kegiatan produksi dan konsumsi. Fungsi  religius,
keluarga mempunyai fungsi untuk meletakkan dan menanamkan dasar-dasar
agama bagi anak dan anggota keluarga. Fungsi pendidikan, keluarga mempunyai
fungsi untuk mendidik anak-anak sebelum masuk sekolah secara formal. Fungsi
ini juga untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga
terbentuk personality-nya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat
berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-
norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat.
Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-
nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut,
dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya
dengan menguasai sarana-sarananya. Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan
segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya,
sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga
merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui
bahwa kepribadian seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan
yang berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga,
khususnya seorang ibu. Fungsi reaksi, keluarga mempunyai fungsi untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anggota keluarganya. Fungsi
penentuan status, Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar,
maka keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu
sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan
status ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa keluarga, misalnya
menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya. Jadi, status dapat
diperoleh melalui assign status maupun ascribed status. Assign Status adalah
status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang
bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat. Contohnya seseorang yang dijadikan kepala suku,
ketua adat, sesepuh, dsb. Sedangkan Ascribed Status adalah tipe status yang
didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, keturunan, suku, usia, dan
lain sebagainya. Fungsi pemeliharaan, keluarga pada dasarnya berkewajiban
untuk memelihara anggotanya yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi
pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian
masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap
anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan
perkembangan masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari
pelaksanaan fungsi pemeliharaan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh
lembaga-lembaga masyarakat, misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus
melayani orang-orang jompo

Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua
orang tua  dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja
dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak
memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah
sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak
ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari
pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – temannya yang
secara tidak langsung memberikan efek/pengaruh bagi perkembangan mental
anak.
Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya :
mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh
agar mendapat perhatian orang lain.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju kedewasaan. Pada masa ini adalah remaja mencari jati diri.
Pencaharian jati diri merupakan proses dari perkembangan pribadi anak.
Menurut Erickson (dalam Kartini kartono, 2003 : 8) “Masa remaja merupakan
masa pencaharian suatu identitas menuju kedewasaan”. Untuk membantu
remaja pada masa transisi ini yang sangat berperan disini adalah keluarga,
seperti diungkapkan Satiadarma (2001 : 121) “Keluarga merupakan tempat
pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial”. Jadi di sini keluargalah
yang bertanggung jawab dalam perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya
keluargalah wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak
remaja yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya,
selain sebagai pembentukan masing-masing anggota terutama anak peranan
terpenting dalam keluarga memenuhi kebutuhan anak baik kebutuhan fisik
maupun psikis. Maslow (dalam Syamsu Yusuf, 2001: 38) “Tahap perkembangan
psikologi dalam kehidupan seseorang individu dan itu semua bergantung
pengalaman dalam keluarga”. Jadi dari keluargalah semua itu berasal, kalau
anak remaja dibesarkan dari keluarga yang utuh atau tidak broken home maka
perkembangan anaknya akan mengarah kearah yang baik atau sebaliknya,
menurut Kartini Kartono (2003 : 57) “Keluarga merupakan unit sosial terkecil
yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak”.

Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi,
brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental
seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai
minat untuk berprestasi.

  2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah
sebagai brikut:

A.Jelaskan penyebab keluarga broken home?

B.Bagaimana pengaruh keluarga broken home terhadap anak?

3. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan proposal bertujuan supaya orang tua lebih memperhatikan
perkembangan anak dan tidak hanya meningkakan egoisnya masing-masing
seperti berpisah atau bercerai, karna sikap orang tua itu sangat berpengaruh
pada perkembangan anak terutama remaja. Menurut Kartini Kartono
(1986:45) sikap dan perilaku orang tua dalam hubungan dengan anak-anak
mempengaruhi setiap pertumbuhan dan perkembangan.

4. Konstribusi Penelitian

Dalam pembuatan proposal kali ini diharapkan untuk semua elemen


masyarakat menyadari bahwa bahaya dari sifat broken home itu sendiri agar
anggota keluarga kita tidak terkena atau terpengaruh dari sifat itu. Oleh
karena itu diharapkan agar semua masyarakat memperhatiakan satu sama lain
antara anggota keluarga jika ingin keluarga kita sendiri lepas atau tidak
berhubungan sekali dengan yang namanya broken home.

5. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam judul “Bimbingan dan Konseling
Islam dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Remaja Broken Home, maka
peneliti menegaskan beberapa istilah yang ada sebagai berikut:8

A. Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan


terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses memberikan bantuan
kepada siswa-siswi dalam mengatasi masalah tidak hanya dalam sekolah,
pondok akan tetapi masalah-masalah pribadi biak itu menyangkut masalah
keluarga, teman, karir dan masalah yang lain.

B. Prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya.10

C. Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana


individu berkembang dari pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual 11. Remaja
disini adalah anak yang sudah berusia 13 tahun dimana anak ini dari
keluarga broken home.

D. Broken Home adalah broken home bisa juga diartikan dengan kondisi
keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang
rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta
perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada

3. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Broken Home
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi
frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada
mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak
mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa
anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di
dalam kelas, mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan
karena mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan
pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu
memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan
mau berprestasi.

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga


yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan
keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik
masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-
anaknya di masyarakat.

Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama
pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan
karakter yang terdekat. Jika remaja dihadapkan pada kondisi “Broken Home”
dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan
berdampak besar pada perkembangan dirinya.

Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home,
remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan.
Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika orang tua
sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di lingkungan
pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup
kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.

Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera
karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan
pertengkaran dan berakhir pada perceraian  yang menimbulkan dampak yang
sangat besar terutama bagi anak-anak.

Penyebab Keluarga Broken Home


Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua
orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan
ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki
keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya
akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang
yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan
diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak
langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.  Maka
dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi
sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya : mencari
perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar
mendapat perhatian orang lain, dll.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

Orang tua yang bercerai


Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang
tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah
terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan
kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri
antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau
salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus
sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan keterpisahan
yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada
pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa
ada rasa kebertautan yang intim lagi.

Kebudayaan bisu dalam keluarga


Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut
justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin.
Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi
diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan
yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan
menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang
tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang
sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu
atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-
masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja.

Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan
pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting.
Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-
kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri
sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan.
Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya.
Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum
mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan
kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti
melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

Perang dingin dalam keluarga


Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu.
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh
rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin
dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan
pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan
kehendaknya sendiri.

Adanya Masalah Ekonomi


Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar
makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas,
hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung yang
sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan
anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka
timbullah pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.

Adanya Masalah Pendidikan


Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab
terjadinya brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka
wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.
Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat
memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi
persoalan dikeluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin
akan menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan
mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan diatasi. Artinya suami
istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran
dapat dihindari.

juga memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam mendidik
dan membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan formal harus
berjalan maksimal.
Berbasis Masyarakat atau Sosial Masyarakat adalah tempat dimana orang-
orang dengan berbagai latar belakang membentuk sebuah sistem. Mereka
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Pencerahan berbasis
masyarakat ini diharapkan dapat menggugah, mendorong dan menggerakkan
masyarakat untuk sadar, peduli, dan aktif terhadap remaja yang mengalami
broken home.

4. METODE PENELITIAN

 
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Desa Langkoroni Kecamatan Maligano Kabupaten
Muna dengan petimangan bahwa di daerah ini terdapat kasus keluarga
broken home yang mengakibatkan anak menjadi frustasi namun pada
akhirnya anak menjadi nakal dan meresahkan masyarakat di sekitarnya.

B. INFORMEN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian survei dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan
kuesioner. Metode analisis yang digunakan dengan teknik analisis kualitatif
regresi sederhana.

C. TEKNIK PNGUMPULAN DATA


Untuk memperoleh data informasi dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunkan teknik penelitian lapangan (field research) yaitu pengumpulan
data secara langsung di lokasi peneliti dengan menggunakan teknik
1. Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab secara
langsung (face to face) dengan informan guna melengkapi data dala
penelitian.
2. Pengamatan (observation) yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung
dilokasi penelitian.
3. Dokumentasi yaitu untuk memperoleh data dengan dokumen atau keterangan
yang ada dilokasi penelitian.
 
TEKNIK ANALISIS DATA

Peneliti ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif  yaitu memberikan gambaran


secara jelas tentang dampak keluarga broken home terhadap perkembangan
anak di Desa Langkoroni Kecamatan Maligano Kabupaten Muna kemudian
dihubungkan dengan teori atau konsep yang ada.

5. Jadwal pelaksanaan

Jadwal penelitian yang meliputi persiapan,pelaksanaan dan laporan hasil


penelitian.jadwal maksimal 2 minggu

6. Rencana anggaran

7. Daftar Pustaka

A. (2003). Dampak perceraian pada pembentukan nilai pernikahan remaja


akhir putri : suatu penelitian kualitatif terhadap remaja akhir putri dari
keluarga bercerai dengan keluarga utuh. (Skripsi). Jakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.

Asrfiyati. (2003). Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak (pdf


version). Retrieved July 30,2009 from http://anharifamily.files.wordpress.co
m/2007/ 09/fkm-asfriyati1.pdf. Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap
psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Dagun, M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Daniel, B &


Wassell, S. (2002)
PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIZKY JUWITA FIRMAN
KELAS :XI. IPA I

Anda mungkin juga menyukai