Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia saat ini tidak dapat dibendung. Dunia seolah telah
berubah fase menjadi semakin modern. Perkembangan ini telah banyak
menberikan dampak positif dan dampak negatif. Perkembangan ini telah banyak
mempengaruhi banyak aspek,salah satunya mempengaruhi pembentukan karakter.
Dalam proses pembentukan karakter ini ada agen yang sangat besar dan
penting sekali pengaruhnya. Agen ini dapat membawa seorang individu dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat.agen yang dimaksud adalah
keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan
sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).
Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus.
Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan
kepribadian sang anak.
Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan
yang sangat luas dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak.
Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-
lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi; ia berkaitan erat
dengan peradaban, transformasi warisan, dan pertumbuhan serta perkembangan
umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan sopan santun, sifat-
sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi
berikutnya.
Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana
jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk
itulah ia memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan
kepribadian anak dan remaja. Tentu saja pada status sosial dan ekonomi keluarga
di tengah masyarakat, berpengaruh pula pada berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
anak.
Oleh karena itu, keluarga merupakan modal utama agar kepribadian anak
menjadi baik. Keluarga yang harmonis atau tidak harmonis pun menjadi salah satu

1
penyebabnya,karena bisa dilihat saat ini anak-anak yang hidup dan berkembang
dikalangan keluarga yang disharmonis akan berbeda jauh dengan keluarga
harmonis lainnya.
B. Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu keluarga
 Untuk mengetahui agen keluarga dalam proses pembentukan kepribadian
 Untuk mengetahui apa itu keluarga disharmonis
 Untuk mampu mengetahui akibat dari keluarga disharmonis
 Untuk mampu mengaplkasikan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-
hari

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran keluarga dalam pembentukan kepribadian indiidu?
2. Adakah hubungan antara keluarga yang tidak harmois dengan pembentukan
kepribadian anak yang baik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran keluarga dalam pembentukan kepribadian individu


Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada
dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota
keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah
dan ibu.
Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai
macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada
pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak.
Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah
atau keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara
untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam
keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di
antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup
dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup
pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakkan
buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang
bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir
miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas
atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini
sangat berpengaruh pada jiwa anak.
Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi
anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk
kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku
anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan.

3
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya
memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak.
Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam
situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah
yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang
harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya
pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah
memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi
suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Perkembangan sosial
biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku dalam menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan
memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika
anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang
tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi
masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya
dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam
urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati
mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi
penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.

4
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan
pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya
keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi
hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini
bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua
orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami
dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik
dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka
serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang
bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang
terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap
tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan
terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha
serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya
sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan
kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan
kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa
keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka
selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah
memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta
pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka.

Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah
keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua
orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya

5
maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan
menyiapkan sarana penyelewengan anak.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya
teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu
juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh.

a. Hubungan antara keluarga yang tidak harmonis dengan pembentukan


kepribadian anak yang baik
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dalam kehidupan seorang
individu, maka pada masa ini rentan pula segala yang terjadi dalam kehidupan
individu dalam proses perkembangan pribadinya. Tidak terkecuali pula keadaan
dalam lingkungan keluarganya, terutama apabila individu berada dalam
lingkungan keluarga yang brokenhome atau tidak harmonis.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles
setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan
bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.
Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat anak cenderung melakukan hal-
hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosi yang disebabkan, akan
membuat anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi
alkohol hingga melakukan seks bebas.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun,
menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai,
sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak
yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan
secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always
Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap
bahwa seorang anak yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik,
cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya
putus sekolah. Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk
merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual.

6
Faktor-Faktor Penyebab Keluarga tidak harmonis
1. Terjadinya perceraian
Faktor pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun
mahligai rumah tangga, faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas,
emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah
keluarga, pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme
dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang
mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang
menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan
segala cara.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan.
Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di
kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan
uang.
4. Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari
Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga
jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran
dalam keluarga itu akan terjadi.
5. Adanya masalah ekonomi                                      
Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum.
Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat
memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
terjangkau.
6. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak
Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan
hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor

7
kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya
komunikasi.
7. Adanya masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika
pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang
kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.

B. Dampak Keluarga tidak sejahtera pada Perkembangan Anak


1. Perkembangan Emosi
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006: 96) “Emosi merupakan
situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat
dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah
suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak (Singgih,1995: 166).
2. Perkembangan Sosial Remaja
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006: 81) “Tingkah laku sosial
kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif
dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga Broken Home terhadap
perkembangan sosial remaja menurut Sunggih D Gunawan 1995: 108
adalah: Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan infenority
terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi
takut untuk meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.
3. Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan Haller (dalam
Syamsyu Yusuf 2001: 99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai
cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a. Berpilaku nakal.
b. Mengalami depresi.
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif.
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang

8
Dari semuanya diatas tidak semua anak yang menjadi korban keluarga yang
tidak harmonis dapat berkepribadian buruk. Bahkan ada anak yang berpikir bahwa
suatu saat nanti jika mereka telah dewasa semoga hal yang serupa terjadi pada
orang tua mereka tidak terjadi pada mereka dan bahkan ingin menunjukan kepada
khalayak umum bahwa mereka bisa lebih baik dari anak yang berada dikalangan
keluarga harmonis.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan
sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).
 Keluarga merupakan agen sosialisasi utama dalam pembentukan
kepribadian idividu
 Karakter atau kepribadian seorang anak merupakan gambaran dari kedua
orang tuanya
 Anak yang lahir dikalangan keluarga yang tidak harmonis akan bebeda
dengan anak yang lahir dikeluarga harmonis
 Perceraian sangat besar pengaruhnya terhadap karakter seorang anak

B. Saran
 Orang tua dalam mengambil keputusan untuk becerai sebaiknya dipikir
berulang-ulang karena dampak buruk dari perceraian ini ada di anak.
 Setiap anak yang ada dikalangan keluarga tidak harmonis hendaknya tidak
ikut terjerumus kedalamnya malah menunjukkan bahwa kelak dia bisa lebih
baik daripada kedua orang tuanya
 Jika ada kriti dan saran mohon diberitahu,untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya

10
DAFTAR PUSTAKA

http://rizkyfauzi19.blogspot.com/2011/11/pengaruh-keluarga-broken-home-
pada-anak.html
http://bbawor.blogspot.com/2009/03/pengaruh-broken-home.html
http://ditaariska.blogspot.com/2011/11/efek-keluarga-broken-home-
terhadap_10.html
http://rizkyfauzi19.blogspot.com/2011/11/pengaruh-keluarga-broken-home-
pada-anak.html
www.google.com/peran keluarga dalam pembentukan kepribadian

11

Anda mungkin juga menyukai