Anda di halaman 1dari 9

PENULISAN HASIL BACA ARTIKEL

Artikel 1 : Pengaruh Pendidikan Islam Dalam Keluarga Terhadap Pengembangan


Karakter Anak.
Karya : [ CITATION Arb18 \l 1033 ]
Hasil Baca :
Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang begitu penting dan sangat perlu
ditanamkan sejak dini kepada anak. Hal yang harus diperhatikan untuk perkembangan anak
adalah lingkungan yang sesuai dengan ajaran agama, dalam hal ini ajaran agama Islam.
Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Khaldun dalam bahasa asing “a good environment is
necessary to produce good morals (akhlaq) and good morals must occur from the self based on
observation of surrounding factors which can influence the living habits”. Pernyataan tersebut
mengartikan bahwa lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi nilai dan moral
seseorang, sehingga hal ini menunjukkan bahwa lingkungan yang baik bisa membentuk akhlak
dan prilaku seorang anak.
Pendidikan Islam mewajibkan kita untuk selalu ingat bahwa kita tidak butuh ilmu
pengetahuan semata-mata tapi yang paling kita butuhkan adalah pengetahuan akhlak yang terpuji
dan kesopanan. Sehingga, dalam konteks seperti ini peran orang tua sangat dibutuhkan sedini
mungkin untuk menanamkan ajaran Islam (pendidikan keimanan) karena pendidikan tersebut
sangat penting sekali. Jika seorang anak telah dibekali iman sejak kecilnya, maka jika dewasa
kelak ia tidak akan terjerumus pada tindakan-tindakan yang bertentangan dengan agama Islam.
Agama atau jalan hidup anak yang benar tergantung kepada orang tuanya dan bagaimana cara
didikannya oleh sebab itu orang tua di tuntut untuk membimbing.
Peneliti tertarik melakukan penelitian di salah satu Rukun Tetangga, yaitu RT.17 yang
berada di kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu. Dalam melakukan penelitian,
peneliti melakukan obsevasi untuk melihat sejauh mana pendidikan Islam yang di ajarkan oleh
orang tua terhadap pembentukan karakter anaknya dan hasil observasi mengatakan bahwa sifat
atau perilaku keagamaan remaja yang berada di RT.17 dalam keadaan kurang baik. Banyak
remaja melakukan tindakan yang kurang terpuji, kurang sopan dan patuh kepada orangtua,
melakukan pergaulan bebas dengan seseorang yang bukan mahromnya,perkelahian antar remaja
bahkan hal yang lebih sering terjadi ialah banyak anak yang dewasa sebelum usianya, dimana
hal tersebut mengakibatkan kurangnya sifat ta’zim terhadap lingkungan keluarga maupun
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Subyek dari penelitian ini
menggunakan sampel dengan teknik Nonprobabilty sampling dan jenis sampling jenuh, Adapun
populasi di Rukun Tetangga (RT.17) tedapat 207 kepala keluarga dan berjumlah 737 penduduk,
namun yang dibutuhkan didalam penelitian ini berfokus kepada keluarga yang hanya memiliki
anak usia11-15 tahun dan peneliti hanya menemukan 33 kepala keluarga yang memiliki anak
usia 11-15 tahun yang mana terdiri dari 19 perempuan dan 14 orang laki-laki yang dibutuhkan
didalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitin ini menggunakan teknik
obsevasi, dokumetasi dan angket.
Keluarga merupakan sentral utama bagi anak. Sehingga, pendidikan Islam dalam
keluaraga sangat mempengaruhi bagaimana karakter seorang anak terhadap lingkungannya.
Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi (r) yang memperlihatkan angka sebesar 0,553 dan
berada dalam interval antara nilai 0,40-0,599, mengartikan bahwa angka tersebut “cukup
signifikan” dalam skala interprestasi. Sedangkan pada perhitungan koefisien penentu (KP), dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan islam dalam keluarga
dengan pengembangan karakter anak di RT.17 kelurahan bukit pinang kecamatan samarinda ulu
sebesar 30,59% dan sisanya 69,40% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan Islam dalam keluarga ada dua macamnya
yaitu faktor intern dnn faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang datangnya dari dalam diri
anak itu sendiri baik keturunanya, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi dan merubah
prilaku seorang anak dan jika orang tua mempunyai sifat-sifat fisik maupun mental psikologis,
sedikit banyaknya akan terwariskan pada anaknya.
Kemudian, faktor yang kedua adalah faktor ekstern yaitu hal yang datang dari luar diri
seorang anak seeperti faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
teman-teman bermain yang juga ikut mempengaruhi kepribadian dan prilaku seorang anak itu
sendiri.
Artikel 2 : Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak
Karya : [ CITATION Jum10 \l 1033 ]
Hasil Baca :
Dalam perspektif pendidikan, terdapat tiga lembaga utama yang sangat berpengaruh
dalam perkembangan kepribadian seorang anak yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan.
Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima pendidikan dan
pembinaan.
Revolusi informasi menyebabkan dunia terasa semakin kecil, semakin mengglobal dan
sebaliknya privacy seakan tidak ada lagi. Berkat revolusi informasi itu, kini orang telah terbiasa
berbicara tentang globalisasi dunia dengan modernitas sebagai ciri utamanya. Dengan teknologi
informasi yang semakin canggih, hampir semua yang terjadi di pelosok dunia segera diketahui
dan ketergantungan (interdependensi) antar bangsa semakin besar
Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak
dini ketika masih muda. Hal tersebut mengingat bahwa pribadi anak pada usia kanak-kanak
masih muda untuk dibentuk dan anak didik masih banyak berada di bawah pengaruh lingkungan
rumah tangga.
Inti pendidikan agama sesungguhnya adalah penanaman iman kedalam jiwa anak didik.
Harun Nasution menyebutkan bahwa pendidikan agama, dalam arti pendidikan dasar dan konsep
Islam adalah pendidikan moral.
Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan pembinaan iman dan
akhlak. Secara umum para pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu
mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Kepribadian
terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhannya,
terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke
dalam pembentukan kepribadian seseorang, tingkah laku orang tersebut akan diarahkan dan
dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan
agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak dalam keluarga, dapat memberikan implikasi-
implikasi sebagai berikut :
1. Anak Memiliki Pengetahuan Dasar-dasar Keagamaan
Kenyataan membuktikan bahwa anak-anak yang semasa kecilnya terbiasa dengan
kehidupan keagamaan dalam keluarga, akan memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan kepribadian anak pada fase-fase selanjutnya. Pengetahuan agama dan
spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh
oleh keluarga terhadap anak-anaknya.
Dirumah, ayah dan ibu mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar keagamaan
kepada anak-anaknya, termasuk di dalamnya dasar-dasar kehidupan bernegara,
berprilaku yang baik dan hubungan-hubungan sosial lainnya.
Apabila latihan-latihan keagamaan diterapkan pada waktu anak masih kecil dalam
keluarga dengan cara yang kaku atau tidak benar, maka ketika menginjak usia dewasa
nanti akan cenderung kurang peduli terhadap agama atau kurang merasakan
pentingnya agama bagi dirinya dan begitu pula dengan sebaliknya.
2. Anak Memiliki Pengetahuan Dasar Akhlak
Keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar akhlak bagi anak, yang
biasanya bercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sebagai teladan yang dapat
dicontoh anak. Tampak jelas bahwa tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan
ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, melahirkan gejala identifikasi positif, yakni
penyamaan diri dengan orang yang ditirunya. Perlu disadari bahwa sebagai tugas
utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah peletak dasar bagi pendidikan anak
ialah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Pendidikan agama sangat terkait dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian islam adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Oleh sebab itu, tujuan tertinggi pendidikan
islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
Dasar-dasar kelakuan anak tertanam sejak dini dalam keluarga, sikap hidup serta
kebiasaan. Bagaimana pun adanya pengaruh luar, pengaruh keluarga tetap terkesan
pada anak karena di dalam keluargalah anak itu hidup dan menghabiskan waktunya.
Jadi penerapan pendidikan keluarga, khususnya dalam pendidikan, akhlak harus
dibina dari kecil dengan pembiasaan-pembiasaan dan contoh teladan dari keluarga
terutama kedua orang tua. Dengan demikian anak akan memiliki pengetahuan tentang
dasar-dasar akhlak.
3. Anak Memiliki Pengetahuan Dasar Sosial
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak,
atau dapat dikatakan bahwa seorang anak. Kehidupan keluarga dibangun atas
hubungan-hubungan sosial yang diatasnya terletak tanggung jawab penting terhadap
orang perorang dan terhadap masyarakat umum.
Lingkungan sosial yang pertama bagi anak ialah rumah. Di sanalah terdapat
hubungan yang pertama antara anak dengan orang-orang yang mengurusnya. Hal
yang penting diketahui bahwa lingkungan keluarga itu akan membawa perkembangan
perasaan sosial yang pertama misalnya, perasaan simpati yaitu suatu usaha untuk
menyesuaikan diri dengan perasaan orang lain. Demikian pula, perasaan simpati itu
menjadi dasar untuk perasaan cinta terhadap sesama manusia.
Sebagai akibat dari pengalaman sosialnya, anak yang sedang berkembang
menerima sejumlah besar ilmu tentang dunia dan bagaimana dunia beroperasi. Ia juga
akan mengembangkan nilai-nilai tentang bagaimana ia harus berinteraksi dengan
dunia itu. Pendidikan informal adalah semua pengajaran dan pelajaran yang
dilakukan atau dialami manusia sepanjang hidupnya. Selain itu, keluarga juga
merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan
dan membentuk diri dan fungsi sosialnya serta tempat belajar bagi anak dalam segala
sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan hidup yang tertinggi
Artikel 3 : Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam ( Kajian Penerapan Pendidikan
Karakter Anak dalam Keluarga )
Karya : [CITATION Pen17 \l 1033 ]
Hasil Baca :
Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas mengakses informasi maupun membandingkan kehidupan dengan
negara lain. Teknologi yang semakin canggih dan akses informasi yang semakin mudah banyak
mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Akibatnya, masyarakat kita saat ini terhiasi dengan
maraknya tawuran antar pelajar, perilaku remaja yang menyimpang, seks bebas dan masih
banyak lagi kejadian yang jauh dari nilai-nilai karakter Islami.
Dalam kondisi ini banyak orang tua yang kurang menyadari apa penyebab dari tingkah
laku anak mereka. Orang tua lebih melempar tanggungjawab pembinaan anak sepenuhnya
kepada pihak sekolah. Padahal penanaman karakter pada diri anak bukan hanya tanggung jawab
guru di sekolah, artinya tidak harus melalui jalur pendidikan formal. Namun orang tua sebagai
pemilik anak yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan utama dalam
hal ini. Banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh anak lebih banyak disebabkan karena
kondisi orang tua sendiri, seperti kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua, kurangnya
pendidikan yang diberikan kepada anak di rumah, kondisi keluarga yang tidak harmonis hingga
di dalam keluarga pun tidak berlangsung proses penanaman karakter pada diri anak.
Adanya kenyataan tersebut mengindikasikan perlunya pengembangan pendidikan
karakter pada anak, pendidikan yang tidak sekedar pengetahuan atau kecerdasan intelektual
semata, tetapi juga menjangkau dalam wilayah moral atau kepribadian sesuai ajaran Islam.
Pendidikan karakter memiliki sifat bidireksional (dua arah) dimana arahannya adalah anak
mampu memiliki ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter
kuat.2
Salah satu tuntunan Rasulullah SAW tentang metode pendidikan pada anak, dengan
langkah mengajarkan ibadah sholat kepada anak, sebagaimana sabda beliau yang artinya,
"Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah
mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut
mereka" (HR. Abu Daud)
Dalam hal ini Rasulullah SAW mengajarkan pada kita tentang implikasi penerapan yang
sangat berperan penting dalam menanamkan karakter anak. Maka dari itu, kita perlu menggali
lebih dalam bagaimana penerapan dan panduan Rasulullah dalam hal mendidik anak, karena
sesungguhnya setiap apa yang Rasulullah ajarkan adalah sebagai solusi dalam setiap problem
yang kita temui di kehidupan kita.
1. Konsep tentang Karakter
Karakter cenderung disamakan dengan personalitas atau kepribadian. Orang yang
memiliki karakter berarti memiliki kepribadian. Keduanya diartikan sebagai totalitas nilai
yang dimiliki seseorang yang mengarahkan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Totalitas nilai meliputi tabiat, akhlak, budi pekerti dan sifat-sifat kejiawaan lainya.
Pendidikan karakter berarti sebagai usaha sengaja untuk mewujudkan kebajikan,
yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya baik untuk individu
perseorangan tapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter
ini harus dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam pikiran, penghayatan
dalam bentuk sikap dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai
luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan daam interaksi terhadap Tuhannya, diri
sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.
Pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan. Pertama,
mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga
Negara yang memiliki karakter bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan prilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya
bangsa yang religious. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab
peserta didik sebagai penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan peserta
didik menjadi manusia yang mandiri, kratif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima,
mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreativitas dan persahabatn, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
2. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan Islam untuk Anak
Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, „ali, dan nasb. Keluarga
dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, istri), persusuan, dan
pemerdekaan.
Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban dan memiliki
bentuk yang berbeda karena keduanya berbeda kodrat. Ayah berkewajiban mencari
nafkah untuk mencukupi kebutuhaan keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah
SWT di muka bumi (QS. Al-Jumu‟ah: 10) dan selanjutnya dinafkahkan pada anak
istrinya (QS. al-Baqarah: 228, 233). Kewajiban ibu adalah menjaga, memelihara dan
mengelola keluarga di rumah suaminya, terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya.
Dalam sabda Nabi SAW. dinyatakan: “Dan perempuan adalah pemimpin di rumah
suaminya dan akan ditanyai dari pimpinannya itu” (HR. Bukhari-Muslim).
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat
mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam
lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak
diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan
mengombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan
lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren dan sekolah merupakan tempat
peralihan dari pendidikan keluarga.
3. Penerapan Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama Rasulullah
Muhammad (SAW) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak lahir sampai tujuh
tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab ketika mereka berusia tujuh sampai
empat belas tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun jadikanlah anak
sebagai mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal,
dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki watak yang baik
biasanya memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara
intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient sudah terformat dengan
baik.
Menurut Ratna Megawangi, sembilan pilar karakter mulia yang selayaknya
diajarkan kepada anak, yaitu: 1) Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence,
loyalty); 2) Tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence,
self reliance, discipline, orderliness); 3) Amanah (trustworthiness, reliability, honesty);
4) Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience); 5) Kasih sayang, kepedulian, dan
kerjasama (love, compassion, caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation); 6)
Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (confidence, assertiveness, creativity,
resourcefulness, courage, determination and enthusiasim); 7) Keadilan dan
kepemimpinan (justice, fairness, mercy, leadership); 8) Baik dan rendah hati (kindness,
friendliness, humility, modesty); 9) Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility,
peacefulness, unity).
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan,
akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Rumah tangga dan keluarga
sebagai lingkungan pembentukan watak dan pendidikan karakter pertama dan utama
mestilah diberdayakan kembali. Sebagaimana disarankan Phillips, keluarga hendaklah
menjadi “school of love”, sekolah untuk kasih sayang. Dalam perspektif Islam, keluarga
sebagai “school of love” dapat disebut sebagai “madrasah mawaddah wa rahmah, tempat
belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang.
Daftar Pustaka
Arbain, Syeh Hawib Hamzah, Imron Atul Musfirah. (2018). Pengaruh Pendidikan Islam Dalam
Keluarga Terhadap Pengembangan Karakter Anak. Tarbiyah Wa Ta'lim : Jurnal
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 1-14.
Jakaria Umro. (2017). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam ( Kajian Penerapan
Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga ). Jurnal Al-Makrifat, 99-115.
Jumri Hi. Tahang Basire. (2010). Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak. Jurnal Hunafa, 163-178.

Anda mungkin juga menyukai