Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PERILAKU REMAJA DI

DESA MULYA SUBUR KECAMATAN PANGKALAN LESUNG KABUPATEN


PELALAWAN

Oleh : Indah Riantari


indah.riantari@gmail.com
Pembimbing : Dr. Achmad Hidir,M.Si
achmad.hidir@lecturer.unri.ac.id
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jalan H.R. Soebrantas Km 12.5 Simpang Baru,
Pekanbaru, Riau

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku beragama remaja di Desa


Mulya Subur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan. Perilaku remaja
yang dimaksud adalah perilaku sholat dan puasa. Perilaku tersebut akan dilihat dalam 3
proposisi yaitu proposisi Sukses, proposisi stimulus dan proposisi nilai. Teori yang
digunakan adalah teori pertukaran sosial George C. Homans. Dalam penelitian ini yang
menjadi sampel adalah sebagian orang tua yang mempunyai anak remaja usia 12-21
tahun. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan sisitematik
rendom sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar kuesioner,
wawancara dan obsevasi langsung. Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif
deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel kemudian dijelaskan secara terperinci. Dari
hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa perilaku agama remaja di Desa Mulya
Subur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan masih tergolong cukup.
Pendidikan agama yang di peroleh remaja di Desa mulya Subur didapat dari orangtua
sendiri maupun dari TPA tempat ia belajar. Terkadang orang tua menyerahkan
sepenuhnya pendidian agama anak kepada guru di TPA karena kurangnya pemahaman
mereka terhadap agama. Namun, disisi lain, guru TPA hanya bisa memberikan
pendidikan tanpa bisa mengontrol perkembangan perilaku anak dirumah.

Kata Kunci : Pendidikan Agama , Perilaku Remaja

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 1


EFFECT OF RELIGIOUS EDUCATION ON THE BEHAVIOR OF ADOLESCENT
IN MULYA SUBUR VILLAGE PANGKALAN LESUNG DISTRIC PELALAWAN
REGENCY

By : Indah Riantari
indah.riantari@gmail.com
Supervisor : Dr. Achmad Hidir.M,Si
achmad.hidir@lecturer.unri.ac.id
Department of sociology
faculty of social and political sciences
Universitas Riau
Campus Bina Widya, Jalan H.R. Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru,
Riau

Abstract

This research has intention to determine effect of religious education on the


behavior of adolescent in mulya subur village pangkalan lesung distric pelalawan
regency. Tenagee behavior is prayer and fasting, the behavior will be seen in three
proportions namely the proportions of succes, the proportions of stimulus and the
proportions of value. The theory used is a social axchange theory of George C.
Humans. In this research the sample is some parents who have teenagers aged 12 – 21
years. The research design is descriptive quantitative with systematic random sampling
approach. Data collection method is questionnaire, interviews and direct obsevasion.
The analysis method is quatitative descriptive analysis presented in tables and then
described in detail. From the result of the research conducted it is know that religious
behavior in mulya subur village still enaogh. Religious education obtained by teenagers
from parents and from TPA. Sometimes parents submit full child religious aducation to
teacher at TPA, because of their look of understanding of religion. But with the teacher
TPA can only provide education without being able to control the development of
childrens nehavior at home.

Keyword :Religious Education, Teenage Behavior.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 2


PENDAHULUAN bahwa manusia hidup dalam
Pendidikan sangat menentukan kualitas masyarakat, maka tingkah laku tidak
suatu bangsa. Aset yang diperlukan saja merupakan penyesuaian dari fisik
dalam pendidikan adalah sumber daya lingkungannya, tetapi dipengaruhi oleh
manusia yang berkualitas. Sumber daya lingkungannya yang ada disekitarnya.
yang berkualitas dapat berupa dari Pada masa seorang masih bayi atau
siswa, masyarakat, maupun dari kanak-kanak orang tua memberikan
pendidik. Pendidikan merupakan suatu tuntunan terhadapanak-anak agar ia
usaha manusia untuk membina menerima nilai dan memiliki pola-pola
kepribadiannya agar sesuai dengan tingkah laku yang baik (Abu Ahmadi,
norma-norma atau aturan didalam 2002).
masyarakat. Orang tua sebagai Dalam mendidik anak, sebaiknya orang
lingkungan pertama dan utama dimana tua dapat melakukan pembinaan sesuai
anak berinteraksi sebagai lembaga dengan tugas-tugasnya sebagai orang
pendidikan yang tertua, artinya disinilah tua. Peran orang tua sangat
dimulai suatu proses pendidikan. Orang mempengaruhi sikap anak. Didalam
tua berperan sebagai pendidik untuk keadaan normal, aka lingkungan yang
anak-anaknya. berhubungan dengan anak adalah orang
Seperti yang diketahui, pembinaan tuanya, saudaranya serta kerabat-
mental tidaklah diawali dari institusi kerabatnya yang tinggal serumah.
formal saja seperti sekolah, akan tetapi Melalui itulah anak-anak mengenal
dimulai dari keluarga ( rumah tangga ). dunia sekitarnya dan pola pergaulan
Sejak si anak lahir kedunia, mulailah ia hidup sehari-hari (Soerjono Soekanto,
menerima didikan-didikan dan 1990 : 71).
perlakuan mula-mula dari ibu dan Orang tua atau pendidik dituntut untuk
bapaknya kemudian dari anggota mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang
keluarga lain. Semua ikut memberikan akan diupayakan kepada anak. Dengan
dasar-dasar pembentukan kepribadian, demikian bantuan mereka ditangkap
pembinaan dan pertumbuhan serta oleh anak secara utuh sehingga
ditambah dan disempurnakan oleh memudahkan anak untuk mengikutinya.
sekolah. Misalnya saja, sebelum menturuh anak-
Keluarga sebagai instusi informal anak untuk sholat, terlebih dahulu
mempunyai tugas mengembangkan mereka mengerjakan sholat. Teladan ini
kepribadian anak dan mempersiapkan menjadi dasar timbulnya kepercayaan
mereka menjadi anggota masyarakat dan kewibawaan orang tua atau
yang baik. Pendidikan agama dalam pendidik dalam diri anak-anak.
keluarga akan sangat berpengaruh Penanaman nilai-nilai agama merupakan
terhadap perkembangan emosi, sikap salah satu prioritas utama dalam
bahkan perkembangan keagamaannya, pembentukan perilaku anak. Menurut
adapun proses perkembangan adama pendapat yang dikemukakan Zakiah
pada anak sangat ditentukan oleh peran Dradjat menjelaskan bahwa proses
orang tuanya. sosialisasi nilai-nilai agama dalam
Karena itu keluarga harus dapat keluarga sangatlah menentukan dalam
mempersiapkan anak-anak mereka agar membentuk tingkah laku anak. Agama
dapat hidup dengan wajar dan mampu mempunyai peranan yang sangat
menjalankan fungsi sebagai anggota penting dalam perawatan dan
masyarakat. Abu ahmadi dalam ketentraman jiwa.
“sosiologi pendididkan” mengatakan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 3


Pendidikan agama islam diberikan faktor ekstern yaitu faktor-faktor yang
dengan mengikuti tuntunan bahwa datang dari luar diri anak.
agama diajarkan kepada manusia 1. Faktor intern
dengan visi untuk mewujudkan manusia Faktor intern adalah faktor-faktor
yang bertaqwa kepada Allah SWT dan yang berasal dari diri anak itu
berakhlak mulia, serta bertujuan untuk sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah
menghasilkan manusia yang jujur, adil, :
berbudi pekerti, etis, saling menghargai, a. Faktor Bawaan (genitas)
disiplin, harmonis dan produktif, baik Sebagai faktor yang berasal dari
personal maupun sosial (Puskur diri anak maka dalam proses
Balitbang Diknas, 2006). pertumbuhan dan perkembangan
Para ahli psikologi agama pada anak memang tidak dapat kita
umumnya berpendapat bahwa dalam pungkiri adanya beberapa faktor
diri manusia terdapat religious instinct, yang mempengaruhi perilaku
yaitu potensi yang secara alamiah anak. Baik dalam proses
membawa manusia dalam kehidupan pertumbuhan (biologis) ataupun
beragama. Pengaruh lingkungan, proses perkembangan (psikis)
terutama keluarga, memang sangat dari seorang anak.
dominan bagi perkembangan b. Faktor Pertumbuhan Dan
keberagamaan seseorang. Seorang anak Perkembangan
yang dibesarkan dalam keluarga yang Faktor pertumbuhan dan
religius akan lebih besar perkembangan merupakan
kemungkinannya berkembang menjadi kelanjutan dari faktor bawaa.
lebih religius dibandingkan dengan yang Yang dimiliki oleh anak yabng
tidak (M.A. Subandi, 2013 : 40). dibawa sejak lahir dan
Baik buruknya anak sangat mengalamai pertumbuhan dan
tergantung pada orang tuanya. Peranan perkembangan setelah ia lahir.
dan tanggung jawab kita sebagai orang 2. Faktor Ekstern
tua haruslah dimulai sejak terbentuknya Faktor ektern adalah faktor-faktor
anak yang baru itu, lebih-lebih sejak itu yang datang dari luar diri anak, yang
dilahirkan karena sejak itu si anak mulai juga sangat berpengaruh terhadap
menerima pengaruh atau rangsangan pembentukan perilaku anak.
dari luar. Ia mulai mempelajari Seorang anak mampu mengembangkan
bagaimana menerima dan bertindak perilaku beragama adalah melalui
terhadap rangsangan tersebut. Disatu pendidikan agama yang diberikan orang
pihak anak memperhatikan faktor-faktor tua. Keterlibatan seorang anak dalam
individualitasnya dalam menghadapi ketaatan beragama diwujudkan dengan
rangsangan ini, tetapi dilain pihak ia kegiatan-kegiatan yang berkaitan
menanamkan pola-pola khusus akibat dengan agama. Orang tualah yang
rangsangan tersebut. Pola-pola inilah mengajak dan mendorong anak. Oleh
kemudian menjadi dasar dari karena itu keluarga sangat berperan
perkembangan kepribadiannya lebih penting dalam proses pembentukan
lanjut ( Singgih D. Gunarsa, 1982 : 2 ). nilai-nilai dan norma agama namun
Ada faktor lain yang sangat berpengaruh dalam kenyataan yang peneliuti amati
terhadap peran pembentukan perilaku dan temukan di Desa Mulya Subur
faktor-faktor lain yang dimaksud adalah sebagian orang tua masih ada yang
faktor intern yaitu faktor-faktor yang memberikan kepercayaan untuk
datang dari dalam diri anak itu sendiri, memberikan pendidikan agama anak

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 4


kepada guru TPA, dengan alasan Pendidikan Agama Terhadap
mereka tidak terlalu banyak memahami Perilaku Remaja di Desa Mulya
tentang nilai-nilai agama. Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
Penulis tertarik melakukan penelitian di Kabupaten Pelalawan”
Desa Mulya Subur karena didesa
tersebut menunjukan bahwa masih Rumusan Masalah
kurangnya ketaatan nilai-nilai beragama Beradasarkan latar belakang diatas,
terhadap perilaku remaja. Para orang tua maka rumusan masalah dalam penelitian
berusaha keras agar anak mendapat ini adalah :
perilaku beragama yang sesuai aturan. 1. Bagaimana perilaku beragama yang
Oleh karena itu para orang tua sampai dilihat dari sholat dan puasa remaja
saat ini selalu memberikan ilmu di Desa Mulya Subur Kecamatan
tambahan tentang agama dengan Pangkalan Lesung Kabupaten
mamasukkan anak ke Madrasah dan Pelalawan ?
taman pengajian Al-qu’an supaya anak 2. Bagaimana perilaku beragama
mendapat ilmu agama yamg cukup remaja jika dilihat dari ketaatan
sehingga anak akan berperilaku sesuai sholat dan puasanya Didesa Mulya
norma agama yaitu melaksanakan sholat Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
dan puasa tanpa ada tekanan dari Kabupaten Pelalawan ?
lingkungan.
Di Desa Mulya Subur Kecamatan Tujuan Penelitian
Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Berdasarkan rumusan masalah diatas,
ditemukan adanya fenomena sosial yang maka tujuan penelitian ini adalah untuk
berkaitan dengan proses pendidikan :
agama terhadap perilaku remaja. 1. Untuk mengetahui perilaku
Perilaku remaja yang dimaksudkan beragama remaja di Desa Mulya
disini adalah lebih kepada peilaku Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
beragama yang meliputi ketaatan Kabupaten Pelalawan
beragama sholat dan puasa. Dimana ada 2. Untuk mengetahui perilaku
beberapa anak yang sekolah MDA tapi beragama remaja jika dilihat dari
kenyataannya dia tidak selalu memiliki sholat dan puasa Didesa Mulya
perilaku beragama yang baik padahal Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
anak yang mengikuti MDA seharusnya Kabupaten Pelalawan
memiliki perilaku beragama atau
ketaatan yang baik. Sedangkan anak Manfaat Penelitian
yang tidak mengikuti MDA cenderung Berdasarkan tujuan penelitian diatas,
memiliki perilaku beragama atau maka manfaat penelitian ini adalah
ketaatan yang baik. sebagai berikut :
Melihat gejala diatas , terlihat bahwa 1. Melalui penelitian ini, penulis
dalam hal ini peran orang tua memang memberikan sumbangan pemikiran
sangat penting dalam memberikan nilai- bagi masyarakat, dan orang tua
nilai agama, karena jika hanya dalam melakukan pendidikan
mengharapkan dari pendidikan MDA agama terhadap anak sebagai
saja itu tidak akan menjamin anak selalu penuntun hidupnya.
taat dalam perilaku agama yaitu sholat 2. Melalui penelitian ini, semoga bisa
dan puasa. Berdasarkan fenomena diatas memperluas wawasan dan
penulis tertarik untuk melakukan pengetahuan dalam melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 5


pendidikan agama terhadap perilaku Pendidikan agama tidak hanya berarti
anak. memberikan pelajaran agama kepada
KAJIAN TEORITIS anak-anak yang belum lagi mengerti dan
Pendidikan Agama Dalam Keluarga dapat menangkap pengertian-pengertian
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 : yang abstrak. Pendidikan agama harus
pengertian pendidikan berdasarkan UU dimulai dari rumah tangga, sejak si anak
No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar masih kecil. Yang paling pokok dalam
dan terencana untuk mewujudkan penanaman nilai ini adalah penanaman
suasana belajar dan proses pembelajaran jiwa percaya kepada tuhan,
agar peserta didik secara aktif membiasakan mematuhi dan menjaga
mengembangkan potensi dirinya untuk nilai-nilai dan kaidah yang ditentukan
memilki kekuatan spiritual keagamaan, ajaran islam.
pengendalian diri, kepribadian, Cara penanaman jiwa itu adalah si anak
kecerdasan, akhlak mulia, serta sebaiknya diperlakukan dengan lemah
keterampilan yang diperlukan dirinya, lembut, dengan selalu mengenang
masyarakat, bangsa, dan negara. kebesaran tuhan dan membiasakan
Dalam pelaksanaan pendidikan, bersyukur kepada tuhan.
khususnya pendidikan agama yang Pendidikan agama dalam keluarga
objeknya adalah pribadi anak yang adalah usaha memberikan pemahaman
sedang berkembang, maka adanya dan bimbingan yang dilakukan oleh
hubungan timbal balik antara orang tua (ayah-ibu) tentang agama
penanggung jawab pendidikan yaitu kepada anak dengan maksud agar anak-
yang didalamnya terdiri dari kepala anak dapat memahami sekaligus
sekolah, para guru, orang tua dan mengamalkan ajaran agama dengan
anggota keluarga lainnya mutlak baik.
diperlukan. Hal ini bukan hanya karena Proses sosialisasi nilai-nilai agama
peserta didik masih memerlukan dalam keluarga sangatlah menentukan
perlindungan dan bimbingan sekolah dalam membentuk tingkah laku anak.
dan keluarga tersebut, tetapi juga Pelaksanaan sosialisasi nilai agama
pengaruh pendidikan dan perkembangan yang baik oleh orang tua terhadap anak
kejiwaan yang diterima peserta didik (remaja) akan memberikan hasil yang
dan kedua lingkungan tersebut tidak terbaik pula terhadap perilaku anak-
boleh menimbulkan pecahnya anaknya(Zakiah Dradjat, 2000).
kepribadian anak (Abdul Rachman Oleh karena itu pendidikan agama harus
Shaleh, 2005 : 19). dimulai dalam keluarga. Dalam hal ini,
Pendidikan agama harus diberikan yang melakukan pendidikan agama
kepada anak sejak ia masih kecil. Hal dalam keluarga adalah kedua orang tua
ini dapat dilakukan dengan jalan yaitu ayah dan ibu. Kedua orang tua
membiasakan mereka untuk bertingkah merupakan kelompok kecil yang
laku yang sesuai dengan ajaran agama. anggota-anggotanya berinteraksi face to
Kiranya orang tua harus memberikan face secara tetap. Pendidikan agama
contoh yang baik karena anak dalam yang diberikan orang tua haruslah
umur ini hanya dapat meniru. Oleh dimulai sejak kecil. Hal ini dapat
karena itu orang tua harus dilakukan dengan jalan membiasakan
menumbuhkan kepribadian anak pada anak untuk bertingkah laku yang sesuai
pribadi yang baik, dan selalu dengan ajaran agama. Dalam
memberikan contoh yang baik. menumbuhkan kebiasaan berakhlak
baik, seperti bersifat jujur, adil, dan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 6


memiliki rasa kasih sayang terhadap dan persepsi. Berntuk perilaku dilihat
sesama.oleh karena itu orang tua harus dari sudut pandang respon terhadap
memeberikan contoh-contoh yang stimulus, maka perilaku dapat
baiuk, nilai-nilai moral yang tinggi serta dibedakan menjadi dua yaitu :
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan 1. Perilaku tertutup, perilaku tertutup
ajaran agama. adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung
Pengertian Perilaku Dan Remaja atau tertutup. Respon atau reaksi
Menurut Loree perilaku adalah proses terhadap stimulus ini masih terbatas
individu melatih kepekaan terhadap pada perhatian / kesadaran, dan
rangsangan-rangsangan terutama sikap yang terjadi belum bisa
terhadap tuntutan-tuntutan kelompok diamati secara jelas oleh orang lain.
perilaku disebut juga sebagai segenap 2. Perilaku terbuka, perilaku terbuka
manifestasi hayati individu dalam adalah respon seseorang terhadap
berinteraksi dengan lingkungan, mulai stimulus dalam bentuk tindakan
dari perilaku yang paling nampak, nyata atau terbuka. Respon
perilaku yang tidak tampak dan yang terhadap stimulus tersebut sudah
dirasakan samapai yang tidak dirasakan jelas dalam bentuk tindakan atau
(Syamsuddin, 2002 :79) praktek.
Perilaku adalah “Tanggapan atau reaksi Pola yang diterapkan dalam keluarga
individu dalam gerakan atau sikap oleh orang tua sangat menentukan pola
(Zakiah Darajat, 1984 :190). Perilaku perilaku dan sikap anak yang dalam
adalah aktivitas berupa perbuatan dan peneltian ini dilihat pada perilaku
penampilan diri dan seseorang yang agama anak remaja. Menurut Henry S.
dapat diamati, dilihat, dan dinilai oleh Siahaan ada beberapa faktor penyebab
orang lain yang timbul karena adanya mengapa kesadaran beragama perlu
rangsangan dari luar. ditanamkan sedini mungkin kepada
Pengertian perilaku dapat dibatasi anak yaitu :
sebagai keadaan jiwa untuk 1. Agama memberikan bimbingan
berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain dalam kehidupan manusia sejak
sebagainya yang merupakan refleksi masih anak-anak sampai dewasa
dari berbagai macam aspek, baik aspek agar bermoral luhur dan
fisik maupun non fisik. Perilaku juga berkeprimanusiaan.
dapat diartikan sebagai suatu reaksi 2. Agama dapat menolong manusia
psikis seseorang terhadap sejak masih anak-anak agar
lingkungannya, reaksi yang dimaksud menjadi orang yang tabah,
digolongkan menjadi dua, yakni : seseorang yang sabar mempunyai
a. Bentuk pasif ( tanpa tindakan nyata pikiran terbuka dalam menghadapi
atau konkrit) problem.
b. Dalam bentuk aktif ( dengan 3. Agama dapat membimbing anak-
tindakan konkrit ) anak untuk hidup lebih tentram dan
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat terhindar dari godaan dan cobaan.
diamati melalui sikap dan tindakan, Remaja berasal dari kata latin
namun demikian tidak berarti bahwa adolensence yang berarti tumbuh atau
bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat tumbuh menjadi dewasa. Istilah
dari sikap dan tindakan saja. Perilaku adolensence mempunyai arti yang
dapat pula bersifat potensial, yakni sangat luas lagi yang mencakup
dalam bentuk pengetahuan, motivasi kematangan mental, emosional sosial

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 7


dan fisik. Pada masa ini sebenarnya diukur secara empirik. Keadaan-
tidak mempunyai tempat yang jelas keadaan internal (perasaan dan sikap
karena tidak termasuk golongan anak subyektif, dan lain-lain) harus
tetapi tidak juga golongan dewasa atau didefenisikan dalam istilah-istilah
tua. perilaku untuk keperluan pengukuran
Remaja adalah waktu manusia berumur empiris (Doyle Paul Johnson, 1986 :
belasan tahun. Pada masa remaja 55).
manusia tidak dapat disebut dewasa Teori-teori pertukaran sosial
tetapi tidak pula disebut anak-anak. dilandaskan pada prinsip transaksi
Masa remaja adalah masa peralihan ekonomis yang elementer dalam artian
manusia dari anak-anak menuju dewasa. pilihan rasional. Ahli teori pertukaran
Masa remaja berlangsung antara umur memiliki asumsi sederhana bahwa
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi interaksi sosial itu mirip dengan
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 transaksi ekonomi. Akan tetapi, mereka
tahun bagi pria. mengakui bahwa pertukaran sosial tidak
Batasan usia remaja yang umum selalu dapat diukur dengan uang, sebab
digunakan oleh para ahli adalah antara dengan berbagai tramsaksi sosial
12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia dipertukartkan juga hal-hal yang nyata
remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, dan tidak nyata. Imbalan yang tidak
yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, nyata dapat berupa penghargaan dan
15 – 18 tahun = masa remaja penerimaan atas nilai yang dianut
pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa bersama, sihingga individu yang
remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, melakukan mendapatkan kepuasan. Dari
dan Hadinoto membedakan masa beberapa asumsi teoritisnya, tampak
remaja menjadi empat bagian, yaitu memiliki kesamaan tentang hakikat
masa pra-remaja 10-12 tahun, masa interaksi sosial dengan interaksi
remaja awal 12-15 tahun, masa remaja ekonomi. Tentu saja tidak
pertengahan 15-18 tahun, dan masa mengherankan, karena teori pertukaran
remaja akhir 18-21 tahun ( Deswita, sosial dibangun atas dasar asumsi
2006 : 192 ). individualistik yang diperoleh oleh
Definisi remaja yang dipaparkan diatas psikolog perilaku dan ilmu ekonomi
menggambarkan bahwa masa remaja elementer.
adalah masa peralihan dari masa anak- Teori pertukaran tidak hanya berlaku
anak dengan masa dewasa dengan pada dunia ekonomi yang berbicara
rentang usia antara 12 – 21 tahun, mengenai barang dan jasa, namun teori
dimana pada masa tersebut terjadi ini juga berlaku pada penididikan atau
proses pematangan baik itu pematangan penanaman nilai-nilai agama dimana
fisik, maupun psikologis. orangtua atau keluarga bertindak
sebagai nilai pertukaran dengan
Pengaruh Pendidikan Agama kesuksesan anak dalam perilaku
Terhadap Perilaku Remaja Dalam beragama.
Perspektif Pertukaran Sosial George C. Homans yang terkenal
Teori pertukaran Homans terutama dengan teori pertukaran sosial. Teori
melihat perilaku nyata, bukan proses- pertukaran sosial lahir dalam tradisi
proses subyektif. Homans sosiologi merupakan teori yang bersifat
mengemukakan bahwa penjelasan mikroskopis dan lahir sebagai reaksi
ilmiah harus dipusatkan pada perilaku terhadap teori fungsionalisme yang
yang nyata yang dapat diamati dan menafikan otoritas dan otonomi

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 8


individu dalam posisinya dimasyarakat Menurut Homans (dalam Margaret
(Sindung Haryanto, 2011:96). M.Poloma 2003 :61) menjelaskan
George C. Homans berpendapat bahwa bahwa proses pertukaran dapat
pertukaran yang berulang-ulang dijelaskan lewat lima pernyataan
mendasari hubungan sosial yang proposional yang saling berhubungan
berkesinambungan anatara orang-orang dan berasal yaitu :
tertentu. Pandangan Homans ini 1. Proposisi Sukses
dituangkan dalam sejumlah propsisi, Dalam setiap tindakan, semakin
salah satu diantaranya berbunyi sering suatu tindakan tertentu
demikian : for all actions taken by memperoleh ganjaran, maka kian
persons, the more often a particular kerap ia akan melakukan tindakan
actions is rewaded, the more likely the itu. Dalam proposisi ini Homans
person is to perfom that actions. menyatakan bahwa seseorang
Menurut proposisi ini seseorang akan berhasil memperoleh ganjaran maka
semakin cenderung melakukan suatu ia akan cenderung untuk mengulangi
tindakan manakala tindakan tersebut tindakan tersebut.
makin sering disertai imbalan. Dari Jika dikaitkan dengan pendidikan
proses pertukaran semacam inilah, agama oleh orang tua terhadap
menurut pendapat Homans muncul perilaku remaja yaitu orang tua
organisasi sosial, baik yang bertupa memberikan pengajaran tentang
kelompok, intitusi, maupun masyarakat. sholat, mengaji, puasa dan berzakat
Teori pertukaran Homans itu bertumpu kepada anak, lalu anak
pada asumsi bahwa orang yang tetlibat mengerjakannya. Contohnya puasa
dalam perilaku untuk memperoleh pada bulan ramadhan, anak
ganjaran atau menghindari hukuman mengerjakan puasa penuh satu bulan,
(Margaret M. Poloma, 2003 :58) karena terbiasa melaksanakan puasa
Keluarga atau orang tua memberikan penuh maka anak akan cenderung
pengajaran atau pendidikan agama mengulanginya lagi karena sudah
kepada anak agar anak memilki perilaku terbiasa dan bukan menganggapnya
beragama yang baik dalam hal sholat sebagai suatu paksaan.
dan puasa. Dengan perilaku tersebut 2. Proposisi Stimulus
anak akan meraih kesuksesan, dorongan Jika dimasa lalu terjadi stimulus
dan nilai dalam perilaku beragamanya, yang khusus, atau seperangkat
maka tindakan tersebut merupakan stimuli, merupakan peristiwa dimana
suatu nilai pertukaran sosial bagi tindakan seseorang memperoleh
keluarga atau orang tua. ganjaran, maka semakin mirip
Teori pertukaran ( exchange theory ) stimuli yang ada sekarang ini dengan
Homans juga dikenal dengan teori yang yang lalu, akan semakin mungkin
mengkaji antarpribadi. Antarpribadi seseorang melakukan tindakan
terjadi pertukaran karena keadaan serupa.
internal, dan keadaan eksternal. Dasar Jika di kaitkan dengan pendidikan
psikologis pertukaran, karena dukungan agama oleh orang tua yaitu adanya
sosial dan faktor penguat, sehingga dorongan tertentu yang
terjadi transaksi atau saling memberi, menyebabkan suatu tindakan yang
timbal balik, memperoleh dilakukan akan memperoleh hadiah.
keseimbangan emosional atas dasar Begitu pula jika seorang anak
pribadi. melaksanakan sholat seperti yang
diajarkan orang tua dan ia

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 9


mendapatkan hadiah maka semakin suatu determinan pilihan-pilihan
besar bersemangat ia melaksanakan tersebut. Teori pertukaran
ibadah yang lainya lagi karna pasti memandang relasi sosial yang
akan mendapatkan hadiah seperti membentuk struktur hanya pada
sebelumnya. pertukaran aktual.
3. Proposisi Nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, METODE PENELITIAN
maka kian senang seseorang Tempat penelitian
melakukan tindakan itu. Seorang Penelitian ini dilakukan di Desa Mulya
anak mengerjakan sholat, mengaji, Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
puasa dan zakat harus mengerti Kabupaten Pelalawan.
manfaat apa yang di dapat dari Populasi dan sampel
mengerjakan ibadah tersebut, jangan a. Populasi
hanya semata mata karna paksaan Populasi adalah keseluruhan objek
orang tua. Contohnya puasa, anak yang diteliti (Suyanto dan Sutinah,
melaksanakan puasa dengan ikhlas 2005 : 139). Populasi pada penelitian
dan sesuai dengan sunnah Rasulullah ini adalah sebagian orang tua yang
maka akan mendapat manfaat yaitu mempunyai anak remaja usia 12 – 21
anak dapat mengendalikan hawa tahun di Desa Mulya Subur
nafsu, terhindar dari akhlak yang Kecamatan Pangkalan Lesung
hina dan melatih diri untuk Kabupaten Pelalawan.
senantiasa merasa diawasi oleh Allah b. Sampel
swt. Sampel merupakan objek penelitian
Dalam penelitian ini akan melihat yang dipilih dan ditetapkan untuk
perilaku nyata yang akan ditemukan diteliti lebih jauh sesuai dengan yang
pada remaja. Pengaruh pendidikan diperlukan sebagai wakil dari
agama secara positif akan terlihat populasi yang ada sesuai dengan
pada anak yang melaksanakan sholat, kebutuhan dan kematangan dalam
puasa, Anak yang melaksanakan memperoleh data (Agung & Eko,
sholat, dan puasaberarti dia telah 2012 : 238). Dalam penelitian ini
mengamalkan nila-nilai agama dalam sampelnya adalah sebagian orang tua
kehidupannya. yang mempunyai anak remaja usia
Keterlibatan seorang anak dalam 12 – 21 tahun di Desa Mulya Subur
ketaatan beragam diwujudkan Kecamatan Pangkalan Lesung
dengan kegiatan-kegiatan yang Kabupaten Pelalawan. Teknik
berkaitan dengan agama. Orang tua pengambilan sampel yang digunakan
yang mengajak, mendorong, adalah secara simple random
mengajarkan dan membimbing orang sampling. Simple random sampling
tua menjalankan ibadah agama adalah penarikan sampel dengan
dijadikan contoh untuk anaknya. memberikan kesempatan yang sama
Teori pertukaran sosial mempunyai pada setiap elemen untuk terpilih.
keunggulan karena memiliki model Untuk menentukan sampel diambil
aktor tunggal yang membuat pilihan secara proporsional, dengan cara
berdasarkan manfaat yang mungin mengambil 25 % dari jumlah
diraih, namun mempunyai populasi yaitu sebagian orang tua
kekurangan karenaia melihat struktur yang memiliki anak remaja yang
sosial terutama sebagai hasil dari berjumlah 260 yaitu sebanyak 65
pilihan individu ketimbang sebagai sampel.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 10


Teknik pengumpulan data Pembahasan
Untuk memperoleh data yang Pendidikan agama dalam sistem
diperlukan dalam penelitian ini, maka pendidikan nasional terdapat konsistensi
penulis menggunakan teknik sebagai dan keterkaitan langsung antara
berikut : rumusan fungsi pendidikan agama
a. Teknik Kuesioner dengan tujuan pendidikan nasional yang
Kuesioner atau angket bertujuan tertuang pada pasal 3 UUD RI Nomor
untuk memperoleh data mengenai 20 tahun 2003 yaitu: pendidikan
Pengaruh Pendidikan Agama nasional berfungsi mengembangkan
Terhadap Perilaku Remaja Didesa kemampuan dan membentuk watak
Mulya Subur Kecamatan Pangkalan serta peradaban bangsa yang
Lesung Kabupaten Pelalawan. bermartabat dalam rangka
b. Teknik Observasi mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
Penelitian ini peneliti menggunakan bertujuan untuk perkembangan potensi
obsevasi langsung. Obsevasi anak agar menjadi manusia yang
langsung yang dimaksud peneliti beriman dan bertakwa, berakhlak mulia
adalah pengumpulan data yang serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dilakukan melalui peninjauan dan menjadi warga negara demokrasi
langsung kelapangan untuyk serta bertanggung jawab.
mendapatkan informasi. Dalam upaya membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa
Jenis Data maka pendidikan agama memiliki
1. Data primer yang diperoleh penulis peranan yang sangat penting untuk
secara langsung dari responden itulah maka pendidikan agama wajib
meliputi gambaran dari responden diberikan kepada semua satuan, jenjang
tentang pendidikan agama pada dan jenis pendidikan baik melalui jalur
keluarga. dalam sekolah maupun jalur luar
2. Data sekunder yaitu yang diperoleh sekolah.
secara langsung ataupun tidak Remaja merupakan masa pelatihan
langsung dari instansi yang terkait antara massa anak-anak dan massa
atau dari pihak yang berwenang dewasa yakni antara umur 12-21 tahun.
saperti dari kantor kepala desa yang Remaja yang merupakan masa dimana
berhubungan dengan objek masa individu dalam proses
penelitian. pertumbuhan terutama fisik, telah
mencapai kematangan, pada masa lain
Analisis Data perubahan-perubahan jasmaniah yang
Metode analisis data adalah dengan berkaitan dengan kematangan jenis
menggunakan metode deskriptif dengan kelamin, terlihat dari perkembangan
analisis data kuantitatif. Metode psikososial yang berhubungan dengan
deskriptif yaitu merupakan cara fungsi seseorang dalam lingkungan
merumuskan dan menafsirkan data yang sosial, yakni kebanyakan para
ada sehingga memberikan gambaran remaja,melepaskan diri dari
yang jelas mengenai data penelitian ketergantungan dengan orang tua,
secara umum.Analisis data kuantitatif pembentukan rencana hidup dan
adalah pengolahan data dengan kaidah- pembentukan sistem nilai-nilai.
kaidah matematik terhadap data angka Masa remaja merupakan operasi mental
atau numerik. tingkat tinggi, anak-anak remaja sudah
dapat berhubungan dengan peristiwa-

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 11


peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak demikian, remaja-remaja yang
halnya dengan objek-objek kongkrit, mengikuti TPA cenderung dalam
remaja juga dapat berpikir abstrak dan kategori tinggi dari ketiga proposisi ini.
dapat memecahkan masalah melalui Hal ini disebabkan, mereka memperoleh
pengujian alternatif yang ada. pendidikan agama bukan hanya dari
Bagi remaja sangat diperlukan adanya orang tuanya saja, melainkan juga dari
pemahaman, pendalaman, serta ketaatan guru di TPA. Guru di TPA mampu
terhadap ajaran-ajaran agama yang memberikan pengaruh terhadap perilaku
dianggap masing-masing dari kenyataan remaja dalam beragama menjadi lebih
sehari-hari sudah banyak anak remaja baik. Pengujian hipotesis yang
yang menunjukan bahwa sebagian besar dilakukan diperoleh hasil bahwa
anak-anak remaja yang melakukan pendidikan agama berpengaruh
kejahatan, penyimpangan, dan lain- terhadap perilaku remaja di Desa Mulya
lain.Yang di akibatkan karena Subur Kecamatan Pangkalan Lesung
kurangnya mempelajari dan memahami Kabupaten Pelalawan. Semakin baik
agama, bahkan mungkin saja lalai pendidikan agama maka perilaku remaja
dalam menunaikan ibadah-ibadah serta akan semakin baik dan sebaliknya,
perintah-perintah agama. semakin buruk pendidikan agama maka
Dari hasil penelitian yang dilakukan perilaku remaja juga akan semakin
diketahui bahwa pendidikan agama buruk.
remaja di Desa Mulya Subur
Kecamatan Pangkalan Lesung Kesimpulan
Kabupaten Pelalawan masih tergolong Dari hasil penelitian dan
cukup. Pendidikan agama yang di pembahasan yang telah diuraikan pada
peroleh remaja di Desa mulya Subur bab sebelumnya, maka dapat ditarik
didapat dari orangtua sendiri maupun kesimpulan sebagai berikut:
dari TPA tempat ia belajar. Terkadang 1. Pendidikan agama berpengaruh
orang tua menyerahkan sepenuhnya terhadap perilaku remaja di Desa
pendidian agama anak kepada guru di Mulya Subur Kecamatan Pangkalan
TPA karena kurangnya pemahaman Lesung Kabupaten Pelalawan.
mereka terhadap agama. Namun, disisi Semakin baik pendidikan agama
lain, guru TPA hanya bisa memberikan maka perilaku remaja akan semakin
pendidikan tanpa bisa mengontrol baik dan sebaliknya, semakin buruk
perkembangan perilaku anak dirumah. pendidikan agama maka perilaku
Dalam hal ini, orang tua memiliki remaja juga akan semakin buruk.
peranan peting dalam memberikan Besarnya pengaruh pendidikan
pendidikan agama bagi anak- agama teradap perilaku remaja di
anaknya.Kemudian diketahui bahwa Desa Mulya Subur Kecamatan
perilaku remaja di Desa Mulya Subur Pangkalan Lesung Kabupaten
Kecamatan Pangkalan Lesung Pelalawan adalah sebesar 44,7%
Kabupaten Pelalawan belum 2. Perilaku remaja di Desa Mulya
sepenuhnya baik (cukup). Hal ini dilihat Subur Kecamatan Pangkalan
dari perilaku beragama remaja yaitu Lesung Kabupaten Pelalawan belum
sholat lima waktu dan puasa di bulan sepenuhnya baik (cukup). Kondisi
ramadhan masih terdapat remaja-remaja ini dapat tercermin dari remaja yang
yang enggan untuk melaksanakan. melaksanakan sholat lima waktu dan
Dilihat dari tiga proposisi yang terdiri puasa dibulan ramadhanbelum
dari, sukses, stimulus dan nilai. Namun sepenuhnya dilaksanakan.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 12


3. Pengaruh pendidikan agama saja atau kewajiban guru disekolah
terhadap perilaku remaja di Desa saja. Karena remaja adalah penerus
Mulya Subur Kecamatan Pangkalan bangsa dan itu menjadi kewajiban
Lesung Kabupaten Pelalawan bagi semua pihak.
khususnya sholat lima waktu dan
puasa bulan ramadhan dilihat dari 2. Perlu dilakukan penelitian
proposisi sukses, stimulus dan nilai. selanjutnya untuk mengetahui
Dari ketiga proposisi ini, Perilaku faktor-faktor yang mempengaruhi
beragama remaja khususnya sholat perilaku remaja. Dengan
lima waktu, proposisi tertinggi mengetahui faktor-faktor tersebut
adalah stimulus yaitu 44,6%. maka akan dapat membantu
4. Pengaruh pendidikan agama mengantisipasi perilaku negatif atau
terhadap perilaku remaja di Desa menyimpang remaja.
Mulya Subur Kecamatan Pangkalan
Lesung Kabupaten Pelalawan DAFTAR PUSTAKA
khususnya puasa di bulan ramadhan Abin, Syamsuddin Makmun. 2002.
dilihat dari proposisi sukses, Psikologi Kependidikan. Bandung :
stimulus dan nilai. Dari ketiga Rasda.
proposisi ini, Perilaku beragama Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi
remaja khususnya puasa di bulan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
ramadhan, proposisi tertinggi adalah Deswita. 2006. Psikologi
sukses yaitu 44,6%. Perkembangan. Bandung : Remaja
5. Perilaku beragama Remaja di Desa Rosdakarya
Mulya Subur Kecamatan Pangkalan Dradjat, Zakiah. 2000. Kesehatan
Lesung yang terdiri dari sholat lima Mental. Jakarta : Hasil Mas Agung
waktu dan puasa di bulan ramadhan Gunarsa, Singgih. 2004. Psikologi
dilihat dari tiga proposisi yang Perkembangan Anak dan Remaja.
terdiri dari, sukses, stimulus dan Jakarta : Gunung Muliya
nilai, remaja-remaja yang mengikuti Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi
TPA cenderung dalam kategori Ekonomi. Jogjakarta : Ar-Ruzz
tinggi dari ketiga proposisi ini. Hal Media.
ini disebabkan, mereka memperoleh Johnson Paul Doyle. 1986. Teori
pendidikan agama bukan hanya dari Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II.
orang tuanya saja, melainkan juga (Alih Bahasa Robet M.Z. Lawang)
dari guru di TPA. Jakarta : PT gramedia
Saran Poloma, Margaret M. 2003. Sosiologi
Dari hasil penelitian dan kesimpulan Kontemporer. Jakarta : PT
diatas, maka penulis memberikan Rajagrafindo Persada
masukan sebagai berikut: Puskur Balitbang Diknas. 2006. Standar
1. Sangat diperlukannya koodinasi Kompetensi Dan Kompetensi Dasar
antara orang tua, guru mengaji dan Mata Pelajaran PAI SMP/MTS.
guru sekolah dalam memberikan Jakarta : Balitbang Diknas
pendidikan agama kepada remaja Shaleh, Rachman, Abdul. 2005.
adanya pelepasan tanggungjawab Pendidikan Agama & Pembangunan
dalam memberikan pendidikan Watak Bangsa. Jakarta : PT. Raja
agama kepada remaja, seolah-olah Grafindo Persada
itu hanyalah kewajiban orang tua
saja atau kewajiban guru mengaji

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 13


Subandi M.A. 2013. Psikologi Agama
Dan Kesehatan Mental. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar

JOM FISIP Vol. 6: Edisi I Januari – Juni 2019 Page 14

Anda mungkin juga menyukai