Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elfa Suci Desinta Rahmadani

NIM : 12208193024

Kelas : T. Biologi 1-B

Semester/ jurusan : 1/ Tadris Biologi

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Elfa Suci Desinta R.

Penanaman Nilai Moral Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Bagi setiap guru pembentukan karakter terhadap peserta didik perlu ditanam sejak
sedini mungkin. Selain didapat dari lingkungan keluarga, tentu lingkungan sekolah dan
masyarakat memiliki pengaruh penting dalam menunjang pembentukan karakter seorang
anak. Seorang anak akan belajar bagaimana dia berperilaku melalui pembelajaran dan
pengamatan yang ia peroleh. Meski didalam lingkungan keluarga ia diberi penanaman nilai
yang baik, tetapi di dalam lingkungan sekolah dan masyarakatnya tidak mendukung. Tentu
hal itu juga akan mempengaruhi perilaku seorang anak. Apabila anak tersebut tidak diberi
stimulus secara terus menerus. Oleh karena itu, pembentukan karakter perlu ditanamkan sejak
dini mungkin.

Penanaman nilai – nilai sangat tepat diberikan kepada anak sejak mereka kecil.
Mereka akan mudah belajar dan mempraktikkannya. Saat dewasa nanti mereka akan berfikir
dan bertindak sesuai nilai yang diajarkan kepada mereka. Nilai – nilai yang dapat diajarkan
kepada anak berupa nilai agama. Nilai ini sangatlah penting bagi nilai spiritual anak. Kedua,
nilai sosial budaya yang menjadikan anak mudah untuk bertoleransi di lingkungan sosialnya.
Ketiga, nilai moral. Nilai moral merupakan nilai dasar atau nilai tingkah laku dari seorang
individu. Bentuk – bentuk nilai moral seperti, hubungan individu dengan dirinya sendiri dan
hubungan individe dengan orang lain.
Pendidikan moral dalam pembentukan karakter anak sangatlah penting. Penanaman
pendidikan moral kepada anak dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang bagaimana
bertingkah laku yang baik dan benar sesuai dengan norma – norma yang berlaku. Menurut
Handriani (2016)Shaffer (http://www.definisi-pengertian.com/2018/07/pengertian-moral-
definisi-menurut-ahli.html) moral merupakan kaidah norma yang dapat mengatur perilaku
suatu individu dalam menjalankan hubungan dan kerjasama di lingkungan masyarakat
berdasarkan aturan yang berlaku. Individu telah memahami nilai terpenting dalam
masyarakat dan secara tidak langsung mematuhinya sebagai aturan tentang baik dan buruk.

Lalu bagaimana penanaman nilai moral kepada anak yang berkebutuhan khusus
(ABK)?. Pada dasarnya anak ABK sama seperti anak normal lainnya yang sama – sam
membutuhkan perhatian dan pendidikan yang layak. Hanya saja ada beberapa perbedaan
dalam memberikan pembelajaran. Menurut Frieda Mangunsong dalam buku “Psikologi dan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”, 2009:4 (https://www.paud.id/2015/08/pengertian-
anak-berkebutuhan-khusus-abk.html) Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa
adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental,
kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional,
kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia
memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait
lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.
Anak – anak yang secara fisik, psikis, sosial, atau emosional terhambat dalam belajar
meliputi mereka yang tidak bisa mendengar (tunarungu), tidak bisa melihat (tunanetra),
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional, dan lain
sebagainya. Anak berkebutuhan khusus perlu dukungan dalam bentuk sosial, bantuan
fasilitas, pendidikan, terapi, dan pelayanan untuk membantu kehidupan nya seperti anak
lainnya.

Pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan pola tersendiri.


Karena setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda. Perlunya penanaman moral kepada
seorang ABK dimaksudkan agar mereka mampu berinteraksi dalam lingkungan sosialnya
sesuai kemampuannya dalam berperilaku dan tidak selalu bergantung kepada orang yang
berada di sekitarnya.

Kebanyakans setiap ABK memiliki perasaan minder dengan apa yang terjadi
kepadanya. Mengapa ia berbeda? Mengapa ia tidak seperti temannya yang lain? mengapa ia
selalu dianggap sebagai sesuatu yang berkekurangan? Disinilah peran penting orang tua dan
guru sebagai pendidik. Penanaman nilai moral kepada mereka dapat mengurangi rasa takut
dan membangun rasa percaya diri. Dengan nilai moral yang ditanamkan sejak dini kepada
mereka dapat membangun persahabatan, rasa kekeluargaan, menghargai orang lain, saling
perhatian dan memudahkan mereka dalam bertoleransi yang dapat mengurangi perasaan sakit
akibat penolakkan dalam masyarakat. Hal ini lebih efektif untuk mereka dalam menghadapi
kehidupan di lingkungan kerja setelah mereka selesai sekolah.
Menurut Superka (Ramli, 2001), ada beberapa pendekatan pendidikan nilai moral,
diantaranya:

a. penanaman nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) merupakan pendekatan yang
memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam peserta didik.
b. perkembangan moral kognitif
Pendekatan ini seringkali disebut dengan pendekatan perkembangan kognitif karena
karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.
c. analisis nilai,
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada
perkembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir logis, dengan cara
menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai- nilai sosial.
d. klarifikasi nilai,
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada
usaha untuk membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya
sendiri, serta meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri
dengan cara berpikir secara rasional dan juga menggunakan kesadaran emosional
secara bersama-sama.
e. pendekatan pembelajaran berbuat
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan
pada usaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama
dalam suatu kelompok.

Penanaman moral dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu dengan
memberikan contoh kepada mereka (ABK). Mereka dapat mecontoh dari lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat yang nantinya mereka akan membentuk dan menyusun
normanya sendiri. Misalnya memberikan contoh kepada anak untuk selalu peduli terhadap
sesama, menolong orang yang kesusahan. Maka saat mereka berada di posisi yang sama
tanpa berpikir mereka dengan mudah akan memberikan bantuan.

Bekerja sama dengan semua pihak, antara orang tua dan guru dilakukan guna
membantu anak dalam berkomunikasi dan memantau perkembangan anak. Selain nilai moral
yang perlu di ajarka penenanaman nilai agama juga diperlukan, karena pasti setiap agama
mengajarkan nilai kebaikan. Hal itu mengajarkan anak untuk tetap dekat kepada Sang
Pencipta nya agar mereka tetap merasa bersyukur kepada nikmat yang telah Tuhan berikan.

Setiap anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan kebutuhan yang berbeda dan
membutuhkan dukungan ekstra. Perlunya motivasi bagi mereka agar mereka terdorong untuk
belajar dan tidak merasa minder dengan dirinya. Peran orang tua begitu besar dalam hal ini,
karena orang tua dapat mendukung kesuksesan seorang anak. Selain motivasi dari orang tua,
motovasi guru dan orang – orang terdekat juga diperlukan. Jika di rumah mereka (AKB)
hanya mendapat dorongan motivasi dari orang tua saja maka itu tidak cukup. Perlunya
stimulus secara terus menerus yang mendorong mereka untuk berkembang. Setelah hal itu
menjadikan mereka menjadi percaya diri maka mereka dapat berpikir dan bertindak sesuai
dengan norma atau ajaran yang mereka dapatkan.

Orang tua dan guru dapat menjadi wadah untuk menyalurkan bakat minat seorang
anak. Khususnya bagi mereka (ABK), orang tua harus selalu mendampingi dan mendidiknya.
Orang tua dapat menjadi tempat untuk menyalurkan keterampilan yang dimiliki anak yang
dapat membantu kosentrasi anak. Sehingga orang tua dapat mengetahui potensi yang dimiliki
anak.

Anda mungkin juga menyukai