Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK

DI KELAS VII DI MTS CIWARINGIN KAB. CIREBON


BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah


Seorang anak merupakan amanah yang Allah berikan, di mana
seorang anak tersebut harus dibina, dipelihara, dan diurus dengan baik
sehingga kelak dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga,
bangsa, dan Negara. Semua pengharapan tersebut tidaklah dapat
terpenuhi tanpa adanya bimbingan, tuntunan, serta suri tauladan dari
orang tuanya.
Banyak orang tua berpikir bahwa kewajiban mereka terhadap anak
hanya sekedar menyediakan dan memenuhi fasilitas dan kebutuhan fisik
belaka. Sehingga banyak dari orang tua yang akah bekerja dan
mengurusi karir mereka saja, untuk memenuhi kebutuhan jasmani anak,
sehingga anak tercukupi secara lahir. Di lain sisi, banyak dari orang tua
yang menuntut anaknya untuk bekerja sedari dini, sekedar untuk mencari
rumput, menjajakan makanan di sekitar rumah, atau mengurusi adik yang
masih kecil karena ibu sibuk bekerja yang menyebabkan mereka tak
memiliki waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman
sebayanya. Atau yang lebih ironi, kita sering melihat anak yang setiap
harinya dibesarkan oleh bentakan, cacian, bahkan pukulan oleh orang
tuanya.
Sikap orang tua yang cenderung tidak memperhatikan anak,
biasanya akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Keadaan anak yang
tidak mendapat perhatian orang tua dengan baik mempunyai akhlak
yang berbeda daripada anak yang mendapat perhatian penuh dari orang
tua. Padahal Al-Quran telah berpesan akan pentingnya tanggung jawab
dalam pendidikan anak, Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. [Q.S. At-Tahrim (66) : 6]

1
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari
kakeknya bahwa Rasulullah saw, bersabda: Tidaklah suatu pemberian
yang diberikan oleh seseorang ayah (orang tua) kepada anaknya yang
lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik. Ibnu Majah juga
meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda:
Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti
yang baik.
Berdasarkan dalil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua
memiliki peranan yang dominan dalam membina akhlak. Orang tua dalam
mengasuh anak bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan
dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan
akhlak anak.
Menurut Zakiah Daradjat, perilaku orang tua, sikap, dan tata cara
kehidupan yang orang tua lakukan merupakan unsur-unsur pendidikan
yang secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam
perilaku anak yang sedang dalam pertumbuhan.
Sungguh orang tua memiliki peranan yang mendasar dalam
mendidik anak hingga kepada persoalan sekecil-kecilnya. Oleh karennya,
orang tua harus mengajarkan anak cara bicara yang baik, duduk,
memandang, dan berhubungan dengan orang lain di rumah, sekolah, dan
masyarakat. Dalam hal ini orang tua memberikan dasar pembentukan
tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Pendidikan yang
diberikan harus dengan penuh kasih akah dan nilai-nilai kehidupan.
Perawatan orang tua yang penuh kasih akah dan pendidikan tentang
nilai-nilai kehidupan baik agama maupun akah budaya yang
diberikannya merupakan akah yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Sehingga
pendidikan yang harus diberikan lebih mengarah pada proses pengaturan
sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan pada aspek materi saja.
akah al itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dalam jiwa anak-
anak.
Perlakuan-perlakuan yang tidak semestinya terhadap anak, dapat
menyebabkan anak malu karena merasa tak sama dengan anak
kebanyakan atau dengan melampiaskan kekesalannya pada temannya di

2
kelas. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya tindakan bullying di sekolah,
ini akibat dari salah seorang yang merasa lebih baik secara moril maupun
materiil, di sisi lain ada siswa yang merasa rendah diri atas apa yang ada
dalam dirinya. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena seperti yang
dikemukakan Kartini Kartono bahwa keluarga dalam hal ini orang tua
memberikandasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan
pendidikan anak.
B Identifikasi Masalah
1Masih rendahnya sopan santun siswa dalam berbicara terhadap
guru.
2Perilaku siswa yang kurang baik terhadap guru.
3Rendahnya penghayatan siswa terhadap perilaku-perilaku yang baik
di lingkungan sekolah.
4Adanya bullying terhadap teman.
5Adanya siswa yang kurang dalam bersosialisasi dengan teman.

C Batasan Masalah
Melihat identifikasi masalah di atas, permasalahan yang diteliti
dibatasi dua faktor saja yang berhubungan dengan akhlak anak,
yakni sikap anak yang kurang baik dan peran orang tua dan guru
dalam mendidik anak di MTSN Ciwaringin
D Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut:
1 Bagaimana pola asuh orang tua dalam mendidik anak?
2 Bagaimana akhlak anak dalam kehidupan sehari-harinya?
3 Sejauhmana pola asuh orang tua berpengaruh terhadap akhlak
anak?
E Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis memiliki
tujuan yang ingin dicapai yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya sikap yang benar yang
orang tua terapkan dalam mendidik anak.
2. Untuk mengetahui sejauh mana akhlak siswa sehari-hari di Kelas
VII Mts N Ciwaringin Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon
3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh sikap orang tua
terhadap akhlak siswa di kelas VII Mts N Ciwaringin Kec.
Ciwaringin Kab. Cirebon

3
F Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah:
1 Bagi Peneliti:
Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah
ilmu pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan pendidikan pada
umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan
penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau
pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih
diri dalam research ilmiah.
2 Bagi Obyek Penelitian
a Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan
khususnya di MTs. Ciwaringin Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon
Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan sekaligus peningkatan akhlak siswa di MTs.
Ciwaringin Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon
b Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja guru dalam mendidik
di MTs. . Ciwaringin Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon
BAB II

A. Deskripsi teori
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya kekuatan yang datang keadaan atau sesuatu
(orang, benda,dsb.) yang berkuasa atau berkekuatan ghaib".
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari
pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh
adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain.
Sedangkan yang dimaksud pengaruh dalam skripsi ini adalah daya
kekuatan yang datang dari sikap orang tua yang dapat mengubah dan
mempengaruhi akhlak anak, sehingga mengakibatkan anak berprilaku
sesuai dengan apa yang ia terima dari orang tua.

4
2. Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu pola dan asuh. Pola
memiliki arti sistem atau cara kerja. Sedangkan kata asuh memiliki arti
menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,
melatih, dan sebaginya), dan memimpin (mengepalai dan
menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.
Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Danny I. Yatim Irwanto, pola
asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Yulia Singgih D Gunarsa mengungkapkan bahwa pola asuh merupakan
cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak
sebagi suatu aktivitas yang melibatkan banyak prilaku tertentu secara
individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk
mengarahkan anak.
Jadi pola asuh adalah serangkaian usaha orang tua dalam mendidik,
membimbing, mengarahkan anak agar memiki akhlak yang baik,
berpengetahuan, serta memiliki nilai. Hal ini dilakukan sebagai
perwujudan rasa tanggung jawab selaku orang tua.
Pola asuh diberikan orang tua pada anak dalam bentuk perlakuan
fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan
tindakan yang diberikan.
Pola asuh orang tua akan mempengaruhi anak ketika dewasa,
karena sikap seseorang erat kaitannya dengan apa yang ia dapat sedari
dini.
3. Orang Tua
Menurut Kamus Indonesia orang tua dapat diartikan sebagai berikut:
Ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan
sebgainya) orang yang dihormati, disegani di kampung, tetua.
Orang Tua menurut M Arifin adalah orang yang menjadi pendidik
dan membina yang berada di lingkungan keluarga. Orang tua merupakan
pendidik pertama dan utama dalam hal pembentukan akhlak bagi
anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya serta

5
pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anak-
anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang di undang ke rumah
hanyalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu
anaknya.
Dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan
sebutan Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat
Lukman ayat 14 yang berbunyi:
dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Lukman [31]: 14)

4. Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, jama dari

khuluqun ( ) yang menurut lughah diartikan sebagai budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata
akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq
yaitu khuluq, sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Qalam (68): 4:
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. al-Qalam [68]: 4)
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan
baik dan buruk, lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktikkan
dalam perbuatan, sedang yang buruk di benci dan dihilangkan.
Menurut Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu kebiasaan
kehendak atau menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan berlangsung
berturut-turut. Dengan kata lain, kemenangan keinginan atas keinginan lainnya dalam jiwa
manusia tersebut berlangsung secara berturut-turut atau berulang-ulang, sehingga hal tersebut
menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan tersebut membentuk satu watak yang lekat dalam
jiwanya.
Sedangkan menurut imam Al Ghozali, akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan.
Menurut konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin-
nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan.

6
Keadaan atau sikap jiwa ini ada dua, yaitu ada yang berasal dari watak
(temperamen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan
kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur, yaitu unsur watak
naluri dan unsur usaha melalui kebiasaan dan latihan.
Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang
setara maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini
sering disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata krama atau
sopan santun. Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral
mempunyai pengertian serupa, yakni sama-sama membicarakan
perbuatan dan perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan
buruk. Akan tetapi dalam aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis
sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai, sedang moral bersifat praktis
sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu kondisi
yang terbentuk dalam jiwa manusia, yang lekat dan mendalam di dalam lubuk hati manusia,
sehingga dari kondisi yang telah terbentuk tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku
baik berupa ucapan maupun tindakan dengan mudah dan gampang tanpa berpikir panjang
lebar. Terbentuknya kondisi jiwa tersebut atau yang disebut sifat ataupun watak manusia
tersebut bukan terjadi atau ada dengan begitu saja, tetapi didahului dengan suatu proses. Dan
watak manusia yang merupakan hasil bentukan suatu proses tersebut bukanlah merupakan
hasil yang final atau harga mati.
5. Anak
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa, Anak adalah
manusia yang masih kecil atau Anak-anak yang masih kecil (belum
dewasa). Anak dalam pengertian bahasa sangat banyak yaitu keturunan
yang kedua, manusia yang masih kecil, binatang yang masih kecil, pohon
kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuhan-tumbuhan yang
besar, orang yang termasuk dalam satu golongan pekerjaan (keluarga dan
sebagainya), bagian yang kecil (pada suatu benda), yang lebih kecil dari
pada yang lain.
Pengertian anak dalam Islam disosialisasikan sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT yang arif dan berkedudukan mulia yang keberadaanya

7
melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak
Allah SWT. Secara rasional, seorang anak terbentuk dari unsur gaib yang
transcendental dari proses ratifiksi sain (ilmu pengetahuan) dengan unsur-
unsur ilmiah yang diambil dari nilai-nilai material alam semesta dan nilai-
nilai spiritual yang diambil dari proses keyakinan (tauhid Islam).
Dalam Hadis lain Rasul bersabda: Anak-anak adalah setengah dari
harum-haruman surga (Turmidzi). Peliharalah anak-anakmu dan
perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya anak-anak itu adalah
hadiah Allah kepadamu.(Dirawikan Oleh Bukhari).
Anak dalam Islam adalah amanah Allah SWT dan tidak bisa
dianggap sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati
oleh orang tuanya. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik mungkin
oleh orang tua yang mengasuhnya. Anak adalah manusia yang memiliki
nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apapun.
Dalam kamus bahasa Arab Anak disebut juga dengan walad, satu
kata yang mengandung penghormatan, sebagai makhluk Allah yang
sedang menempuh perkembangan kearah abdi Allah yang shaleh.
Pendapat Ibnu Abbas salah seorang ahli tafsir dikalangan sahabat Nabi
Muhammad SAW dalam penafsiran kata-kata walad pada ayat 176 surat
an-Nisa yang mempunyai pengertian mencakup baik anak laki-laki
maupun anak perempuan. Pandangan ini sangat berbeda dengan ijma
para fuqaha dan ulama yang di anut selama ini, bahwa yang dimaksud
dengan walad dalam ayat tersebut hanya anak laki-laki saja, tidak
termasuk anak perempuan. Namun demikian, pengertian walad dalam
nash bisa berarti laki-laki dan juga bisa berarti perempuan.

Kata al-Walad dipakai untuk menggambarkan adanya hubungan


keturunan, sehingga kata al-walid dan al-walidah diartikan sebagai
ayah dan ibu kandung. Berbeda dengan kata ibn yang tidak mesti
menunjukan hubungan keturunan dan kata ab tidak berarti mesti ayah
kandung. Dan menurut Prof.Dr. Hamka anak ialah aliran dari air dan darah
sendiri.
B. Kerangka Berfikir
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada
anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat
dirasakan anak baik dari segi positif maupun negatif. Pola asuh yang baik
akan memicu seseorang untuk melakukan tindakan yang positif terhadap

8
orang di sekitarnya. Dalam pola asuh orang tua ini, dapat dilihat dari
pemikiran dan penilaian tentang sesuatu sehingga terdorong untuk
melakukan, bertindak, dan menyikapi sesuatu.
Orang tua hendaknya dapat memberikan pengasuhan sebaik
mungkin, karena ini akan membentuk akhlak baik pada diri anak,
sebaliknya jika pola asuh orang tua cenderung kurang baik akan sangat
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Tentu saja dalam hal ini
dibutuhkan sekali kebijaksanaan orang tua dalam bersikap.
Anak secara kontinu berkembang baik secara fisik maupun secara
psikis untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi
apabila orang tua dalam memberi pengasuhan dapat mengerti,
memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat
perkembangan psikis anak, disamping menyediakan fasilitas bagi
pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan
oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap tersebut
diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga.
Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku moral
pertama diperoleh anak dari dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses
pengembangan melalui pendidikan di sekolah tinggal hanya melanjutkan
perkembangan yang sudah ada. Jadi dalam hal ini, penulis melihat pola
asuh orang tua menjadi faktor penentu dalam proses pembentukan akhlak
anak di kelas .
Melihat besarnya kaitan antara pola asuh dengan pembentukan
akhlak anak, sehingga pengaruh pola asuh orang tua terhadap akhlak
anak ini menjadi tema yang akan diangkat dalam skripsi ini. Adapun
kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah
ini adalah sebagai berikut:
C.
Indikator
D. Variabel Indikator Variabel Y
Pola E. X Orang
Asuh
F.Tua: Akhlak Anak:
1 Otoriter 1 Akhlakul
2 G.
Demokratis karimah
3 Permisif
H. 2 Akhlakul
4 Penelantar majmumah
Peserta Didik
9
Bagan 1.1 Skema Kerangka Berfikir

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap


masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji
secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah
dan thesayang berarti kebenaran). Hipotesis berarti pendapat yang
kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum
meyakinkan. Kebenaran tersebut perlu diuji atau dibuktikan. Pembuktian
atau pengujian dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yakni melalui
data atu fakta-fakta di lapangan. Ini berarti kebenaran hipotesis harus
didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah pengaruh
sikap orang tua terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Ciwaringin
Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Variabel yang akan diteliti
terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Sikap orang tua) dan variabel Y
(Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.). Penelitian ini
mengambil hipotesa sebagai berikut:
Ho = rxy = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y, artinya tidak terdapat pengaruh antara sikap orang tua
dengan akhlak anak di kelas VII MTS Ciwaringin.

Ha = rxy 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap orang tua
dengan akhlak anak di kelas VII MTS Ciwaringin.
Dengan demikian sesuai dengan tujuan penelitian di atas,
hipotesisnya adalah semakin baik sikap orang tua maka semakin tinggi
baik pula akhlak anak di kelas. Sebaliknya, jika sikap orang tua kurang
baik, maka semakin kurang baik pula sikap anak di kelas.

10
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode

Untuk memperoleh data yang diperlukan tentang pengaruh sikap


orang tua terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Ciwaringin Kecamatan
Ciwaringin Kabupaten Cirebon, diperlukan metode yang tepat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi penulis. Karena itu penulis
menggunakan metode deskriptif dan penelitian lapangan (File Research)
yang didasarkan pada objek yang ada di lapangan.
Penggunaan metode deskriptif ini dipandang sesuai dengan
permasalahan yang sedang diteliti karena berhubungan dengan masalah
yang dihadapi penulis. Penelitian deskriptif ditujukan untuk menjelaskan

11
suatu masalah yang bersifat teoritik dengan cara mengembangkan teori-
teori yang ada.
B. Lokasi

Penulis mengambil lokasi penelitian di MTS Ciwaringin Kabupaten


Cirebon. Alasan pengambilan lokasi tersebut antara lain karena lokasi
berdekatan dengan domisili penulis, adanya kesediaan dari seluruh unsur
objek penelitian serta adanya adanya aktualisasi permasalahan yang
diteliti dengan fenomena yang sedang terjadi.
C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek


darimana data diperoleh.(arikunto suharsimi,2013:172).
Sumber data yang digunakan oleh penulis terdiri dari dua kategori,
yaitu : Data Primer dan Data Sekunder. Pengambilan data yang dihimpun
langsung oleh peneliti disebut data primer, sedangkan apabila melalui
tangan kedua disebut data sekunder. Dengan kata lain, data primer
adalah pernyataan (kata-kata) dan tindakan dari orang-orang yang
diminta atau orang yang diwawancara. Sedangkan data sekunder berupa
buku-buku dan majalah ilmiah, arsip dan sebagainya yang ada
hubungannya dengan pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun populasi
penelitian ini adalah seluruh peserta didik MTS Ciwaringin Kecamatan
Ciwaringin Kabupaten. Cirebon. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Populasi dan Sampel Peserta didik MTs Ciwaringin

12
N Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
o L P
1 VII 38 51 89
2 VIII 36 36 72
3 IX 24 23 47
Jumlah 98 110 208
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Berdasarkan tabel 1 di atas sampel dari penelitian ini adalah peserta didik
kelas VII MTS Ciwaringin yang berjumlah. Berdasarkan pendapat
Suharsimi Arikunto : Apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik
diambil semuanya dan jika subjeknya lebih besar 100 orang dapat diambil
10%, 15% atau 20% - 25%.

E. Instrument Penelitian

1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan
sistematis dari fenomena-fenomema yang diselidiki. Observasi dilakukan
untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena
(kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan
didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan. Observasi
ini dilakukan untuk memperoleh data gambaran umum mengenai
pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat
atau direkam. Wawancara akan dilakukan dengan sumber data yang
berkaitan dengan permasalahan judul skripsi ini. Sumber data tersebut
antara lain Kepala Madrasah, para Guru, dan tenaga administrasi serta
peserta didik MTs Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon
dalam rangka mengetahui kondisi objektif lokasi penelitian.
3. Angket
Kuesioner (Questionnaire), juga disebut angket atau daftar
pertanyaan merupakan salah satu alat pengumpul data. Angket adalah

13
pengumpul data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden. Bentuk angket ini terstruktur,
berisi pernyataan yang disertai sejumlah alternatif jawaban. Sedangkan
alternatif yang dikembangkan akan disusun secara berjenjang ke dalam 5
option. Jika angka berorientasi positif maka penyekorannya : a = 5, b = 4,
c = 3, d = 2, e = 1 dan jika item berorientasi negatif maka penyekorannya
: a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, e = 5.
Bentuk angket ini di samping menghemat waktu juga dapat menarik
data jawaban dari seluruh sampel pada saat bersamaan dan memberikan
keleluasaan kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan. Teknik angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh pola asuh orang tua terhadap akhlak siswa di MTs Ciwaringin
Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah, yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode
dokumentasi ini merupakan proses yang diarahkan

5. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui
buku-buku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang
sedang penulis teliti. Penggunaan teknik ini diharapkan akan terangkat
data teoritik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, terutama
menyangkut pengaruh sikap orangtua terhadap akhlak anak baik dari
segi pengertian, ciri-ciri serta segi faktor yang dapat mempengaruhinya
dengan mencari referensi penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur penelitian, adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan


penelitian. Mulai dari proses pencararian data sampai menemukan, dan menganalisisnya.
Baik data-data tersebut diperoleh dari hasil riset pustaka, maupun yang berasal dari lapangan.
Adapun prosedur dalam hal pengumpulan data dari kepustakaan, penelitian menggunakan

14
studi research dengan jalan membaca tulisan-tulisan yang ada relevansinya dengan obyek
yang diteliti.

Di samping kepustakaan, adalah pengumpulan data-data dari lapangan yang dalam hal
ini prosedurnya adalah mengumpulkan data-data dengan cara melihat, dan mengamati obyek
yang diteliti. Dalam prosedur pelaksanaannya maka peneliti mengutamakan penggunaan
dokumentasi, wawancara, dan mengedarkan angket kepada responden yang telah dipilih.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan


sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau
menguji hipotesis yang telah di rumuskan dalam proposal. Karena
datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode
statistik yang sudah tersedia (Sugiyono,2016:333).
Setelah data terkumpul, yang berupa data-data kuantitatif dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik. Adapun cara pengolahannya
dengan memberikan skala penilaian mengenai pengaruh sikap orang tua
terhadap akhlak anak. Sebelum dilakukan melalui angket adapun untuk
analisisnya dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis parsial dan analisis
korelasi.
a Analisis Parsial
Analisis parsial adalah analisis yang digunakan untuk mendalami
dua variabel dilakukan analisis parsial tiap indikator dengan langkah
sebagai berikut. Analisis Parsial tiap indicator.
Interhasil atau penafsiran Variabel X dan variabel Y
1 Untuk angket variabel X
0,5 1,5 = sangat rendah
1,6 2,5 = rendah
2,6 3,5 = cukup
3,6 4,5 = tinggi
4,6 5,5 = sangat tinggi
Untuk interval uji statistic
10 18 = sangat rendah
18 26 = rendah

15
34 34 = sedang
34 42 = tinggi
42 50 = sangat tinggi
2 Untuk variabel Y
0 49 = sangat rendah
50 59 = rendah
60 69 = sedang
70 79 = tinggi
80 100 = sangat tinggi
Kemudian melanjutkan perhitungan-perhitungan:
1 Membuat Distribusi Frekuensi
Langkah-langkahnya :
a Menentukan Range (jangkauan data) : r = data terbesar - data
terkecil
b Menentukan banyaknya kelas interval (K)
Untuk menentukan banyak kelas interval dapat dilakukan dengan dua
cara :
1 Memilih antara 5 sampai dengan 15 kelas interval
2 Menggunakan aturan Sturgess yaitu :
K=1 + 3,3 log n, dengan n adalah banyak data
c Menentukan panjang kelas (p)
r
p r
k p=
k

d Menentukan batas bawah kelas pertama, dengan mengambil data


terkecil.
e Menentukan nilai frekuensi tiap kelas dengan sistem turus
2 Menentukan Ukuran Pemusatan
a Menentukan Rata-rata hitung dengan rumus
xi fiXi
X= n atau X = fi

b Kuartil dan Median (Nilai Tengah)


Dihitung dengan :

16
1
n F
Q1 tb 4 p
f


Kuartil ke 1=
1
n F
tb 2 p
f


Kuartil ke 2 = Q2 = Me =

3
n F
tb 4 p
f


Kuartil ke 3 Q3 =
c Modus (kejadian nilai yang paling banyak muncul)

d1
d1 tb p

Dihitung dengan Mo =
( d 1+ d 2
P) d1 d 2

Desil (data dibagi menjadi 10 bagian yang sama)


i n 1
10
dengan : Di =
Dihitung

d Persentil Data dibagi menjadi 100 bagian Dihitung dengan :

in
Fi
Pi tb Pi 100 p
fi

3 Ukuran Penyebaran

n x x 2


2
n
i
S=
( Xi+ X ) n
i=1 n i 1
Simpangan Baku (Deviasi Standar)

17
a Simpangan Rata-rata

x x x x n fi

n i
S
i

i 1 n f
i 1 i
atau SR=

b Analisis Korelasi
Analisis korerasi ini digunakan untuk menghitung peranan Model
Pembelajaran Quantum Teaching melalui metode TANDUR (variabel X)
terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Arab
(variabel Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Regresi Linier Sederhana
Persamaan koefisien regresi

Y X 2
X XY
( X ) ( Y )( X )( XY ) a
2
n X X
2 2
2
n X 2( X )

n XY X Y
b
n X 2 X
2

2 Kesalahan Baku dari Penaksiran Y

S y,x
Y 2
a Y b XY
n

3 Koefisien Korelasi
n XY ( X ) (Y )

{n X ( X ) }{n Y ( Y ) }
2 2 2 2

n XY X Y
r
n X 2
X
2
n Y 2
Y
2

Arti Koefisien korelasi r :
0,90 < r 1,00 hubungan yang sangat kuat
0,70 < r 0,90 hubungan yang kuat
0,50 < r 0,70 hubungan yang moderat

18
0,30 < r 0,50 hubungan yang lemah
r 0,30 hubungan yang sangat lemah
4 Koefisien Determinasi
2
Kd = r x 100 %

Arti Koefisien Determinasi r2 :


90 % < r2 100 % berpengaruh sangat kuat
70 %< r2 90% berpengaruh kuat
50 %< r2 70% berpengaruh moderat
30 % < r2 50 % berpengaruh lemah
r2 30% berpengaruh sangat lemah

r2 30 % berpengaruh sangat lemah.

DAFTAR PUSTAKA
Al Ghozali. 1997. Mutiara Ihya Ulumuddin. Yogyakarta: Mizan
Amin, Ahmad.1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. ke-
2,
Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Quran dan
Terjemahnya. Jakarta: Diponegoro
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak
dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

19
Gunarsa, Yulia Singgih D. 2002. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Hamka.1988. Tafsir Al-Azhar Juz XXI-XXII. Jakarta: Pustaka Panji Mas
Ulwan, Abdullah Nasih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam
Islam. Semarang: Asy-Syifa
Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1995),
Cet. Ke-3, hlm. 15
Irwanto, Danny I. Yatim. 1991. Kepribadian Keluarga Narkotika. Jakarta:
Arcan. Cet. ke-1
Ismail, Faisal. 1988. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan
Ilahi Press
Kartono, Kartini.1992. Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1. Jakarta :
Rajawali Press. Cet. 2
Khallaf, Abdul Wahab.1990. Ilmu Ushul al-Fiqh. Kairo: Maktabah al-
Dakwah al-Islamiyah Shabab al-Azhar.
Mazhahiri, Husain. 2001. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera
Basritama, 2001. Cet. ke-4
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Riyanto, Theo. 1996. Mengajarkan Disiplin kepada Anak. Jakarta: Mitra
Utama
Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi.
Jakarta: Gramedia Widiasarana
Sekolah Tinggi Siliwangi Garut, Pedoman Penyusunan Skripsi Dan Karya
Tulis Ilmiah Maha peserta didik. (2012
Shihab, M. Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian
Al-Quran, Jilid XV. Lentera Hati.
Suryana, Yaya dan Priatna, Tedi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : TsaBita
Tafsir, Ahmad. 2000. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

20
Yusuf, Syamsu.2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya

21

Anda mungkin juga menyukai