Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. tujuan
1 Assegaf, Abd. Rahman. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1
BAB II
Pembahasan
2
Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama
yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam
kehidupan agama.
Lingkungan ini memberikan motivasi yang kuat kepada anak untuk
memeluk dan mengikuti pendidikan yang ada. Apabila lingkungan ini
diitunjang dengan pimpinan yang baik dan kesempatan yang memadai,
maka kemungkinan besar hasilnya pun baik pula.
4. Pengaruh lingkungan positif.
Lingkungan yang memberikan dorongan atau motivasi dan
rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta
mengamalkan ajaran Islam.
5. Pengaruh lingkungan negatif
Lingkungan yang menghalangi anak untuk menerima, memahami,
meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.
6. Lingkungan netral,
Lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk meyakini atau
mengamalkan agama, dan juga tidak melarang anak-anak untuk
meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.3
Ada beberapa juga dalam pendidikan yang berlangsung seumur hidup dan di
lakukan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat:
a. Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga
utama. Karena itu peran dan pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi
perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh keluarga
akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi
pembentukan karakteristik perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa
awal kehidupan anak yang terjadi dalam keluarga sangat memegang peran
kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.
3
Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika
kesempatan yang banyak diisi dengan hal-hal yang positif, maka akan
memberikan kontribusi yang positif pula untuk anak. Karakteristik
hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-
pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua, selain si anak memiliki
ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan psikologis tertentu
yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang
dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-
anak mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak
seperti hubungan anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu
menekankan formalitas karena terikat oleh posisi guru yaitu sebagai
pendidik yang harus selalu bisa membangun keadaan yang wajar dengan
nasihat-nasihat baiknya. Sedangkan Pengaruh keluarga akan sangat
bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang
terjadi serta pada kondisi anak itu sendiri. Namun prinsip-prinsip yang
dimiliki orang tua untuk bahan rujukan dalam membimbing anak tersebut
tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak yang unik. Peran
keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam hal
penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sedangkan Dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan,
penanaman nilai, dan perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga
sangatlah kuat dan bersifat langsung. Keluarga berfungsi sebagai
lingkungan kehidupan nyata dalam pengembangan aspek-aspaek perilaku
tersebut. Enam hal yang dimungkinkan bisa dilakukan orang tua dalam
mempengaruhi anak, yaitu:
1. Peneladanan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung
2. Memberiakan ganjaran atau hukuman, seperti pujian dan teguran
3. Perintah langsung
4. Menyatakan peraturan-peraturan
5. Penalaran, dan
4
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahna dan adegan suasana, seperti
membeliakn buku-buku yang diminati anak untuk proses belajarnya.
Keenam cara tersebut juga bisa dilakukan oleh guru dan teman-teman,
namun bagaimanapun hubungan orang tua dan anak berbeda dari guru atau
orang lain di sekitarnya. Pada umumnya setiap orang tua memiliki gaya
atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi anak-anaknya. Orang
tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan bagi anaknya
secara ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif akan cenderung
memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan
kontrol. Sedangkan orang tua yang otoritatif akan memberikan
seperangkat peraturan yang jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman,
bukan paksaan. Sehingga peraturan-peraturan yang diberikan akan
dimengerti si anak dengan pengontrolan orang tua dalam suasana
hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.
b. Sekolah
Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak
berada di sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga
mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah. Dengan
demikian, sekolah memiliki konribusi yang sangat berarti dalam hal
perkembangan anak. Pengalaman interaksi anak dengan gurunya di
sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan orang dewasa
lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan
manusia lainnya semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam
mendidik anaknya.
Mengikuti kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan proses
penegembangan kognisi anak merupakan kegiatan utama mereka di
sekolah. Perkembangan kognisi anak yang bersekolah akan berbeda
dengan mereka yang tidak bersekolah . Interaksi pendidikan di sekolah
tidak hanya berkenaan dengan perkembangan kognisi anak, namun juga
berkenaan dengan perkemangan aspek-aspek pribadi lainnya. Sekolah
akan membatasi dan mendefinisikan perilaku, perasaan, dan sikap anak. Di
5
sekolah, mereka akan menemukan perkembangan identitas, keyakinan atau
kemampuan diri, image tentang kehidupan dan kemungkinan karir,
hubungan-hubungan sosial, serta standar perilaku yang benar dan salah.
Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan-
harapan anak, maka akan semakin positif dampak sekolah terhadap
perkembangan anak.
Jelaslah fungsi dan tujuan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang
memfasilitasi proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga
mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta berperan dalam hal
pengembangan aspek sosiomoral dan emosi anak dengan kemampuan guru
dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik pribadi yang sesuai dalam
lingkungan pendidikan dan masyarakat.
c. Masyarakat
Anak-anak bergaul dalam masyarakat, di sana mereka menyaksikan
berbagi peristiwa, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di
sana pula mereka akan selalu menemukan sejumlah aturan dan tuntutan
yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-
pengalaman yang didapat anak-anak dalam masyarakat tersebut akan
memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan
perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung apa
yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan
begitu sebaliknya. Jika rumah dan sekolah telah mengembangkan suatu
budaya atau nilai yang relevan dengan apa yang dikembangkan di
mayarakat maka sangat mungkin akan muncul pengaruh yang saling
mendukung, sehingga peluang pencapaiannyapun akan sangat besar.
Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan
anak, sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik
untuk membicarakan dan memahami berbagai persoalan yang terjadi di
masyarakat. Karena pada akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali
6
pada keluarga masing-masing. Baik tidaknya suatu masyarakat akan
sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang membangun masyarakat
tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam hal pergaulan
anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh negatif
media informasi yang akhir-akhir ini perannya sangat dominan dalam
masyarakat.
C. Pengertian Lembaga dalam Islam Pandangan Islam
Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang
memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan
mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.
Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu
wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu
mengandung pengertian konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian secara abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-
peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.4
3. Pola tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial
yang mempunyai hubungan tertentu.
7
berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses
pembudayaan.
Dalam ajaran islam, perbuatan manusia disebut dengan amal, yang telah
melembaga dalam jiwa seorang muslim, baik amal yang berhubungan dengan
Allah SWT maupun amal yang berhubungan dengan manusia dan alam
semesta. Sedangkan Mahmud Syaltut mengemukakan bahwa ajaran Islam
mencakup aspek aqidah, syariah dan muamalah yang dapat membimbing
manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
8
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pengertian lingkungan Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim
dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan, dan alam.
Dengan kata lain lingkungan ialah: segala sesuatu yang tampak dan terdapat di
dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Lingkungan merupakan
sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya.
Macam-macam dalam pendidikan islam:
- Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin.
-Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan
agama.
9
makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun
dan pembaca. keilmuan kita. Kritik dan Saran yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah ini.
Daftar Pustaka
Assegaf, Abd. Rahman. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
10