Disusun oleh:
NIM: B.2019.1.1.117
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun
ukhrawi. Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada
umatnya untuk melaksanakan pendidikan karena menurut ajaran Islam
pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi
demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri adalah
terwujudnya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-
aspeknya yakni baik tingkah lakunya luarnya, kegiatan- kegiatan jiwanya
mencerminkan nilai-nilai Islam.
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh
anak. Oleh karena itu keluarga disebut sebagai “Primary Community”, yaitu
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, (Alisuf: 1999) dan
orang yang pertama bertanggungjawab terhadap perkembangan anak adalah
orang tua.
Orang tua mempunyai posisi sebagai pemimpin keluarga atau rumah
tangga. Orang tua sebagai pembentuk pribadi utama dalam kehidupan anak.
“Kepribadian orang tua, sikap dan tata cara hidup mereka merupakan unsur-
unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam
pribadi anak yang sedang tumbuh” (Zakiah: 1996).
Perkembangan agama dengan sendirinya sangat bergantung pada
penghayatan orang tua terhadap norma-norma kesusilaan dan agama orang tua
tersebut. Hal ini berarti anak bukan mengalami perkembangan kesusilaan seperti
yang diharapkan, dianjurkan atau diperintahkan oleh orang tuanya, melainkan
anak akan mengalami perkembangan itu menurut bagaimana orang tua bersikap
sesuai dengan norma kesusilaan dan agama. Anak tidak akan bersungguh-
sungguh melakukan suatu peraturan kalau orang tuanya tidak melakukannya. Hal
ini terjadi karena pada diri anak terdapat kesangsian akan kebenaran dan
keharusan untuk mematuhi peraturan tersebut.
2
Suatu pendidikan yang baik bisa membantu untuk memberi batas-
batas tertentu. Sesungguhnya mendidik bertujuan untuk membimbing manusia
kearah kedewasaan, agar anak didik dapat memperoleh keseimbangan antara
perasaan dan akal budinya, serta dapat diwujudkan secara seimbang dalam
perbuatan secara konkret. Begitu pula pendidikan agama dapat membawa anak
kedalam kedewasaan iman yang seimbang antara rohani dan jasmani.
Pada kenyataannya, mendidik anak memang terasa berat, apalagi
ketika muncul masa-masa menentang pada diri anak. Banyak orang tua yang
dalam kesehariannya kurang mampu mengendalikan emosi dan menjaga
kesabarannya, sehingga tidak dapat membina anak secara baik. Seringkali orang
tua merasa paling tahu dan berkuasa, memaksakan kehendaknya sendiri kepada
anak dalam segala hal, sehingga anak merasa terkekang dan kehilangan
kemerdekaannya. Namun, sebaliknya ada juga orang tua yang memberikan
kebebasan seluas-luasnya pada anak bahkan terkesan berlebihan, sehingga
perilaku anak menjadi “liar” dan tidak terkendali di luar kontrol orang tua.
Remaja (umur 13 atau 14 sampai umur 21) adalah masa yang ditandai
oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada remaja
seringkali menimbulkan tanggapan yang berbeda-beda tentang mereka. Ada yang
berpendapat bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan persoalan
dan kesukaran, di lain pihak ada yang memandang masa remaja adalah masa
yang paling indah, menyenangkan, dan penuh dengan kebahagiaan. Hal tersebut
memang sulit untuk diukur secara pasti, karena berat ringannya masalah dan
kesulitan yang dihadapi remaja sebenarnya banyak tergantung pada tingkat
sosial, budaya, keluarga, dan lingkungan dimana remaja itu hidup.
Masa remaja juga identik dengan situasi psikologis yang tidak
seimbang, sehingga pada waktu melewati tahapan sosialisasi memungkinkan
mereka akan terbawa pada arus budaya dan norma-norma yang keliru. Perubahan
yang
berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadinya perubahan lain
pada segi sosial dan kejiwaan remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah,
tidak stabil dan mereka akan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan keinginan sendiri. Kadang-kadang ia penakut, ragu, cemas, dan sering
3
melontarkan kritikan, kadang-kadang berontak pada keluarga, masyarakat
atau terhadap adat kebiasaan bukan kepada agama. Semua hal di atas adalah
karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya.
Dari beberapa perubahan yang terjadi jelas akan menjadi kendala besar
bagi pertumbuhan remaja. Hal itu berimplikasi pada sikap dan tingkah lakunya
dalam pergaulan di masyarakat. Bagi setiap remaja, lingkungan sudah barang
tentu menjadi landasan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya,
sehingga dari lingkungan mereka dapat belajar bagaimana cara berperilaku
sesuai dengan tatanan dan norma yang ada.
Pada perkembangannya, semua perubahan jasmani yang cepat pada
masa remaja akan menimbulkan kecemasan terhadap agama yang telah tumbuh
pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan karena kecewa
pada dirinya, dimana kepercayaan remaja kepada tuhan kadang-kadang sangat
kuat dan kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang. Hal ini terlihat pada
pelaksanaan ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan terkadang malas.
Ditinjau dari segi pendidikan formal, usia 13 sampai 15 tahun adalah
usia remaja dimana anak memasuki bangku SMP. Usia ini merupakan usia yang
pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan anak, oleh
karena itu, dalam rangka membina dan mengembangkan seluruh potensi,
baik potensi jasmani maupun rohani diperlukan kerjasama yang baik antara
sekolah, orang tua di rumah, dan siswa itu sendiri, sehingga potensi anak didik
dapat berkembang secara optimal. Tetapi jika tidak ada kerjasama yang baik
antara orang tua, sekolah, dan siswa, maka akan muncul banyak masalah, seperti
siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak menghormati guru, tidak
menghargai orang lain, bersikap acuh terhadap kegiatan keagamaan di sekolah,
berkelahi dan lain-lain.
Dengan demikian jelaslah bahwa perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak dirumah memiliki fungsi penting dalam mencapai tujuan pendidikan
agama yaitu kepribadian muslim, muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apabila seorang anak tidak mendapat perhatian dalam
hal pendidikan agama di rumah dari orang tuanya maka kelak akan bersikap acuh
4
terhadap ajaran agamanya, begitu juga sebaliknya, apabila seorang anak
mendapat perhatian yang baik dari orang tuanya maka sikap keagamaan yang
terbentuk akan baik pula.
Sikap keagamaan siswa yang dimaksud adalah siswa melaksanakan
danmenghayati ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupannya termasuk
sikap keagamaannya di sekolah seperti memahami hukum-hukum yang berlaku
dalam Islam dan dapat merealisasikannya dalam kehidupannya, taat pada
peraturan sekolah, berperilaku sopan santun terhadap guru dan orang tua, dan
bersikap baik pada teman.
Namun yang ideal ini terkadang belum nampak dalam realitas, hal ini
dapat dijelaskan dengan memperhatikan keadaan siswa-siswi di SMPN 1
Jatinunggal, kenyataan menunjukkan masih terdapat siswa yang berperilaku
tidak baik, seperti tidak mengikuti sholat berjamaah, perilaku kurang sopan
terhadap guru dan rendahnya tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan-kegiatan
yang bersifat keagamaan dan sebagainya.
Fenomena ini tentunya harus menjadi perhatian orang tua khususnya,
dan sekolah sebagai lembaga formal umumnya. Orang tua diharapkan
memberikan perhatiannya terhadap putra-putrinya di rumah dengan
memperhatikan kebutuhannya dan memberikan teladan yang baik bagi anak,
karena setiap pengalaman yang dilalui anak dalam hidupnya melalui penglihatan,
pendengaran, perlakuan yang diterimanya dan sebagainya ikut menjadi bagian
yang membentuk pribadinya. Anak yang sering melihat orang tuanya atau siapa
saja yang dikenalnya menjalankan ibadah, maka hasil penglihatannya itu akan
terekam dalam jiwanya.
Pendidikan dan pembinaan kepribadian anak-anak yang telah dimulai
dari rumah tangga juga harus dapat dilanjutkan dan disempurnakan oleh
sekolah.
Karenanya dalam hal ini sekolah SMPN 1 Jatinunggal sebagai lembaga
pendidikan formal tidak hanya sekedar tempat untuk menuangkan ilmu
pengetahuan ke otak murid, tetapi sekolah juga harus dapat mendidik dan
membina kepribadian si anak, di samping memberikan pengetahuan kepadanya,
karena menurut para ahli jiwa, proses dari pendidikan dan pengajaran itu sendiri
5
bukan hanya memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum
mereka ketahui, tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa
fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka menjadi manusia yang ikhlas dan jujur (Nur: 2005).
Sejalan dengan visi dari SMP itu sendiri yaitu terwujudnya SMPN 1 Jatinunggal
sebagai madrasah kebanggaan masyarakat Islam Jakarta dan sekitarnya yang
dikembangkan dengan menanamkan ruhul Islam dalam setiap aktivitasnya yang
bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak
mulia, beriman, bertakwa, jujur, cerdas dan terampil.
Selain itu metode pendidikan dalam keluarga dalam membentuk anak
menjadi seorang manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia juga
penting untuk dilakukan, karena orang tua sebagai individu sekaligus anggota
keluarga sangat berperan dalam pembentukkan pribadi anak, dan karena orang
tua adalah panutan dan cermin yang pertama kali mereka lihat dan mereka tiru
sebelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya.
Metode pendidikan dalam keluarga tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan contoh, misalnya membiasakan menjalankan ibadah shalat, berdoa,
membaca Al-Quran, dan menjauhi hal-hal yang munkar. Demikian pula
penanaman sifat jujur, menghargai waktu, disiplin, senang membaca, cinta kerja,
cinta ilmu pengetahuan, dan menghargai orang lain, sehingga hal tersebut dapat
membentuk persepsi positif terhadap pengenalan, pengetahuan, pemahaman, dan
keyakinan akan agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangannya, dan
menimbulkan kesadaran beragama dan menumbuhkan nilai-nilai agama terhadap
anak dalam perilaku sehari-hari, dan pada gilirannya dapat merubah kesalahan
sikap dengan cara mengembalikan kepercayaan akan identitasnya sebagai
remaja yang dapat berpikir dan atau untuk membiasakan perilaku sesuai dengan
ajaran yang berlaku dalam Islam. Kondisi tersebut menarik bagi penulis untuk
diteliti lebih lanjut dengan judul: “Pengaruh metode Pendidikan dalam
keluarga dengan sikap Keagamaan Siswa di kelas VII smpn 1 jatinunggal
”.
6
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1) Metode pendidikan dalam keluarga di rumah
2) Wujud perhatian orang tua dalam mendidik anak di rumah
3) Sikap Keagamaan Siswa
4) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap keagamaan siswa
5) Korelasi perhatian orang tua terhadap pendidikan dengan sikap keagamaan
siswa
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, diketahui banyak variabel yang diduga
kuat berkorelasi dengan sikap keagamaan, dan mengingat
keterbatasan kemampuan penulisan dan luasnya permasalahan, maka penelitian
ini hanya dibatasi pada
1) Metode pendidikan dalam keluarga.
2) Sikap Keagamaan Siswa
3) Hubungan metode pendidikan dalam keluarga terhadap sikap keagamaan
siswa
Yang dimaksud dengan metode pendidikan dalam keluarga, dalam
penelitian ini adalah metode pendidikan dalam keluarga baik ayah maupun ibu
terhadap pendidikan agama anak di rumah. Pendidikan dalam penelitian ini
adalah penanaman nilai-nilai agama ke dalam diri anak. Sikap keagamaan dalam
penelitian ini adalah kondisi keimanan atau keyakinan seseorang terhadap ajaran
agamanya yang menyangkut aqidah, ibadah, dan akhlak yang kemudian
diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku hidupnya sehari-hari.
3. Perumusan Masalah
7
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Bagaimana perhatian orang tua terhadap pendidikan anak?
2) Bagaimana sikap keagamaan siswa?
3) Apakah ada hubungan yang signifikan antara metode pendidikan dalam
keluarga terhadap sikap keagamaan siswa?
C. Tujuan Penelitian
Dari Perumusan Masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui perhatian orang tua terhadap pendidikan anak di rumah.
2) Untuk mengetahui sikap keagamaan siswa.
3) Untuk mengetahui hubungan metode pendidikan dalam keluarga terhadap
pendidikan dengan sikap keagamaan siswa
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pengaruh perhatian orang tua terhadap pendidikan
dengan sikap keagamaan siswa telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian
8
yang dilakukan oleh Affah Mumtaza (2018) menunjukkan bahwa perhatian
orang tua terhadap pendidikan agama anak dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Semarang
dan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif antara perhatian orang tua
terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Cicih Sukaesih (2012) menunjukkan bahwa
perhatian orang tua dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pendidikan
agama Islam. Penelitian ini dilakukan pada siswa SDN Limusnunggal 01
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor dan menunjukkan bahwa perhatian
orang tua dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa pada pendidikan agama
Islam.
F. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian Orang Tua
Terhadap Pendidikan dengan Sikap Keagamaan Siswa.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian Orang Tua Terhadap
Pendidikan dengan Sikap Keagamaan Siswa.
G. Kerangka Berpikir
9
Keberhasilan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya
sistem yang baik dan berkualitas, dan tidak akan terwujud bila unsur-unsur dari
sistem tersebut tidak berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing.
Dalam dunia pendidikan ada tiga unsur yang saling menunjang satu sama
lain dalam upaya menghasilkan pendidikan yang baik dan bermutu. Yang
pertama adalah keluarga atau orang tua di rumah yang bertugas memberikan
pendidikan yang baik sekaligus menjadi pendidik pertama bagi anak. Kedua,
sekolah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang lebih lanjut, yang
bertugas mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, ketiga, masyarakat
yang berperan sebagai fasilitator.
Rumah, sekolah, jalan dan lingkungan merupakan pilar pendidikan yang
utama, akan tetapi, rumah dan keluarga merupakan institusi paling pertama yang
dapat memberikan pengaruh kepada anak. Rumah juga merupakan pilar yang
paling kuat dibandingkan dengan pilar-pilar lainnya, anak lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah dibandingkan dengan tempat lainnya,
sehingga orang tua menjadi sosok yang paling dominan mempengaruhinya dan
paling berperan dalam mengembangkan berbagai potensi pendidikan yang
dimiliki anak, salah satu potensi tersebut adalah sikap keagamaan pada diri anak.
Hal ini menjadi suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan oleh orang tua demi
tercapainya cita-cita pendidikan yang berkualitas, baik kualitas intelektualnya
maupun kualitas keimanannya.
Perhatian orang tua dapat mempengaruhi sikap keagamaan siswa. Orang
tua yang memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam
anak dapat membantu membentuk sikap keagamaan anak. Orang tua juga dapat
memberikan contoh dan teladan dalam beribadah dan berakhlak yang baik,
sehingga anak dapat meniru dan mengembangkan sikap keagamaan yang positif.
Selain itu, perhatian orang tua juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa
dalam pendidikan agama Islam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, perhatian orang tua terhadap pendidikan
dengan sikap keagamaan siswa sangat penting dan dapat mempengaruhi
pendidikan dan perkembangan anak.
10
Adapun penamaan terkait dengan variable ini adalah:
X: (Pendidikan dalam keluarga)
Y: (Sikap Keagamaan Siswa)
Dengan demikian diduga terdapat pengaruh yang sinifikan antara
Variabel X dan Variabel Y, semakin tinggi perhatian orang tua maka akan
semakin baik sikap keagamaannya, sebaliknya, semakin rendah perhatian orang
tua maka akan semakin buruk sikap keagamaannya.
11
BAB II
ISI
A. Pendekatan Penelitian
12
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto. 2005). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Combined Sampling yaitu Proporsional Random Sampling. Proporsional
Sampling digunakan untuk menarik sampel secara berimbang pada kelas VII
yang dibagi ke dalam empat kelas (kelas A, B, C, dan D) yang ada di SMPN 1
Jatiunggal. Sedangkan random sampling digunakan untuk pemilihan subjek
sampel dari tiap-tiap proporsi yang telah ditetapkan. Atas pertimbangan
kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga dan dana, maka besarnya
sampel dalam penelitian ini adalah 35 siswa atau 25% dari total populasi.
1). Angket
2). Abservasi
13
Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dalam rangka
memperoleh data sekolah, dan data-data faktual lainnya yang dapat mendukung
penelitian, selain itu observasi dilakukan juga kepada siswa untuk memperoleh
informasi tentang perilaku siswa dalam kesehariannya di lingkungan sekolah.
3. Interview
E. Instrumen Penelitian
Tabel 1
2. Meluangkan Waktu
3.Menyediakan Fasilitas Keagamaan.
14
4. Memberi Teladan
2. Dimensi Peribadatan (Syariah).
3. Dimensi Penghayatan
4.Dimensi Pengetahuan.
5.Dimensi Pengamalan (Akhlak)
Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap, maka tahap selanjutnya
adalah tahap pengolahan data. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut:
1) Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2) Scoring, setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya adalah memberikan
skor terhadap item-item pertanyaan yang terdapat pada angket dalam bentuk
pilihan ganda. Untuk memudahkan perhitungan masing-masing diberi bobot
nilai yang bergerak dari 4 sampai 1 sesuai dengan kualitas jawabannya yang
disusun sebagai berikut:
15
a. Alternatif jawaban Sangat Setuju/Selalu, dengan bobot nilai 4
b. Alternatif jawaban Setuju/Sering, dengan bobot nilai 3
c. Alternatif jawaban Tidak Setuju/Kadang-kadang, dengan bobot nilai 2
d. Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah, dengan bobot nilai
1
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari proposal penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa orang tua seharusnya
memperhatikan pendidikan keagamaan anak-anak mereka, terutama pada usia
remaja yang merupakan masa-masa penting dalam pembentukan karakter dan
sikap keagamaan. Selain itu, sekolah juga dapat memainkan peran penting dalam
meningkatkan sikap keagamaan siswa dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung pembentukan karakter dan sikap keagamaan siswa. Diharapkan
rencana proposal penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam hal pembentukan
karakter dan sikap keagamaan siswa.
B. Saran
Saran penelitian yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil sampel siswa
kelas VII di beberapa sekolah yang berbeda di wilayah yang sama dengan SMPN
1 Jatinunggal. Penelitian ini dapat menggunakan metode survei dengan
menyebarkan kuesioner kepada siswa dan orang tua siswa untuk mengumpulkan
data tentang perhatian orang tua terhadap pendidikan dan sikap keagamaan
siswa. Selain itu, penelitian ini juga dapat menggunakan metode observasi untuk
mengamati langsung interaksi antara orang tua dan anak dalam hal pendidikan
dan keagamaan. Data yang terkumpul dapat dianalisis menggunakan teknik
statistik untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perhatian orang tua dan
sikap keagamaan siswa. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
berguna bagi orang tua dan sekolah dalam meningkatkan perhatian terhadap
pendidikan dan keagamaan siswa, serta memberikan kontribusi bagi
pengembangan pendidikan di Indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ilva Izanatun Najah. 2019. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa MI Darul Hikmah Pikatan Wonodadi Blitar. Tulungagung:
UIN SATU Tulungagung.
18