Anda di halaman 1dari 6

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA KELAS IV DI SD NEGERI


CIRANJI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Pelabuhanratu Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah “ Tekhnik Pembuatan Proposal ”

Disusun oleh:

FIRA WALYANI
NIM:20.0011 PAI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAI PELABUHANRATU


SUKABUMI 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah proses internalisasi budaya kedalam diri seseorang dan masyarakat
sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan
sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dalam Pasal 1 Ayat 1 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri ,keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Akhlak secara historis dan teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan
umat Islam agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad saw. adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah nabi itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, sehingga
Allljljjah swt. sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad saw. dan menjadikannya
sebagai uswatun hasanah atau teladan dalam berbagai hal agar manusia bisa selamat di
dunia dan di akhirat.
Jadi penjelasan diatas dapat di simpulkan pendidikan mendorong munculnya
paradigma baru dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih menekankan kepada proses
pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas merupakan
suatu proses yang dipersiapkan sedemikian rupa sehingga guru mampu mengembangkan
seluruh kemampuan siswa sebagai peserta didik termasuk pengembangan karakter dan
cara untuk berpikir. Tujuan pendidikan Nasional juga dalam kaitannnya dengan
pendidikan agama Islam adalah mengembangkan manusia seutuhnya yakni manusia yang
beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berbudi pekerti yang luhur. Bahwa
jelas sekali ini telah menunjukan bahwa pendidikan agama merupakan bagian yang amat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, keimanan dan ketaqwaan.
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung

2
didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan
pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang
telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangakan
keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.
perekonomian bangsa menjadi ambruk, korupsi, kolusi, nepotisme dan perbuatan
perbuatan yang merugikan bangsa merajalela.Perbuatan-perbuatan yang merugikan
dimaksud adalah perkelahian, perusakan, perkosaan, minum-minuman keras, dan bahkan
pembunuhan. Jadi terpuruknya bangsa dan Negara Indonesia ini tidak hanya disebabkan
oleh krisis ekonomi melainkan juga oleh krisis akhlak. Oleh karena itu, Keadaan seperti
itu, terutama krisis akhlak terjadi karena kesalahan dunia pendidikan atau kurang
berhasilnya dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda bangsanya.
Sementara itu, dampak arus globalisasi yang semakin berkembang pada saat ini
membawa peserta didik memiliki perilaku dan budi pekerti yang kurang baik dan
memprihatinkan, perilaku peserta didik tidak lagi mencerminkan sikap dari seorang
peserta didik. Beberapa orang diantara peserta didik ketika makan dan minun sering
berdiri bahkan berjalan,terkaang berperilaku tidak sopan, tidak patuh terhadap orang tua
maupun gurunya, Dan sering mengeluarkan kata-kata yang kurang baik untuk didengar.

Hal ini tentunya dipengaruhi oleh tidak efektifnya pendidikan akhlak dan budi pekerti
yang mereka dapatkan baik dari lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Fira walyani di SD Negeri Ciranji,
bahwa masih ada beberapa orang siswa yang tidak mengetahui adab makan dan minum,
melanggar peraturan disekolah, seperti berkata kasar kepada sesama teman, dll.

Dari beberapa masalah yang dialami peserta didik di beberapa sekolah, maka mereka
memerlukan bimbingan, pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam
lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

1. Orang tua

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Karena kelurga adalah madrasah
pertama bagi anak anaknya. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik,
melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan
alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya

3
pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua
dan anak.

Orang tua/ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada
disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak
lebih cinta terhadap ibunya, apabila ibu itu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ibu
merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya
dan yang mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat
dimanfaatkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan.

Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika
anak telah mulai sedikit dewasa , disertai kasih sayang dan peratian, dapatlah ibu
mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya. Adapun ayah dimata anaknya ia
seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya.
Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari dapat memeberikan pengaruh pada
cara pekerjaan anaknya.Maka dari itu pengaruh ayah terhadap pendidikan anak sangat
besar. Ayah merupakan penolong utama, lebih lagi pada anak yang mulai meranjak
dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan mengambil hati
anaknya. dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung
jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan pada orang lain, sebab guru
dan peminpin umat umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah
merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul
oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggung jawab
orang tua yang karena satu dan lain tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya
secara sempurna.

2. Guru

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan


dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di
pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus
berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.

Hal itupun menunjukan bahwa orang tua tidak akan mungkin menyerahkan
anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat

4
guru. Di Negara-negara timur sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh masyarakat. Di
jepang, guru disebut sensei, artinya “yang telah dahulu lahir”, “yang lebih tua”. Orang
india dahulu, menganggap guru itu sebagai orang suci dan sakti, di inggris, guru itu
dikatakan “teacher” dan di jerman “der teacher”, keduanya berarti “pengajar”. Akan
tetapi kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti “pengajar”, melainkan juga
“pendidik”, baik di dalam maupun di luar sekolah dan Ia harus menjadi penyuluh
masyarakat yang bisa menjadikan peserta didik terarah kealur yang lebih baik.

3. Masyarakat

Masyarakat besar pengaruhya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak,


terutama para peminpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Peminpin
masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota
yang taat dan patuh dalam menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya,
anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar
diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga
Negara.

Dalam hal ini diantaranya melalui perhatian dan kasih sayang , perhatian beserta
penerapan budi pekerti yang baik dari orang tua terhadap anaknya.oleh karena itu,
sekolah juga sangat berperan dalam membentuk karakter dan akhlak seorang anak
melalui pengajaran.

Berdasarkan asumsi yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian yang akan dijadikan sebuah skripsi dengan judul: “EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan berbagai
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV SD Negeri


Ciranji?
2. Bagaimana adab makan dan minum siswa kelas IV Di SD Negeri Ciranji kelas?

5
C. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam kelas
IV di SD Negeri Ciranji
2. Untuk mengetahui bagaimana adab makan dan minum siswa kelas IV Di SD Negeri
Ciranji

D. Manfaat penelitian
Dengan dilakukannya penelitian kualitatif ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak
yang terkait, diantaranya berguna untuk:
a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan wawasan serta pengalaman
penelitian mengenai pemembinaan akhlak siswa.
b. Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan dan dorongan agar dapat terus memotivasi
dan membimbing guru melaksanakan pendidikan agama Islam dalam membina akhlak
siswa di SD Negeri Ciranji.
c. Bagi guru sebagai bahan masukan dan dorongan agar dapat lebih meningkatkan
pemahaman dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembinaan akhlak siswa
di SD Negeri Ciranji.
d. Bagi orang tua siswa sebagai bahan masukan dan dorongan agar dapat membina anak
dengan baik.
e. Bagi siswa sebagai bahan masukan agar menyadari betapa pentingnya akhlak sehingga
siswa memiliki akhlak yang baik dan lebih giat lagi belajar.

Anda mungkin juga menyukai