Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG AKHLAK DAN MORAL

OLEH

ARGHI ZULFIANSYAH SISWAYA

DONI AMANDA

ABIDIN

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA, SEKOLAH,


DAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN


INDRAMAYU

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.

Makalah ini berjudul“PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN


KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan
yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.

Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Sekolah

C. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Masyarakat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, semakin majunya peredaran zaman dan manusiapun beragam.
kemewahan di bidang harta tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang jika orang tersebut tidak bisa
menikmati kekayaan itu, apalagi bagi orang yang serba kekurangan atau merasa kurang cukup terus-
menerus. Banyak anak-anak yang tidak patuh lagi kepada orang tuanya, tentunya sangat dikhawatiran
yang mengakibatkan perasaan tidak tenang dan selalu gelisah, bahkan banyak orang yang mengalami
penyakit stress yang mereka sendiri tidak tahu obatnya, mencari tempat berpegang kepada siapa dan
bagaimana cara menenangkan perasaan yang stress itu, bahkan mereka sering bingung, dihinggapi rasa
takut dan rasa bersalah yang tidak tahu sebabnya.

Oleh karena itu, tentu sangat perlu dijelaskan bagaimana pendidikan anak sebelum lahir, masa bayi, masa
kanak-kanak, dewasa, bahkan sampai mereka tua. Pendidikan anak pada usia dini juga sangat dianjurkan,
hal ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena pendidikan agama islam
sejak dini sengat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik. Proses
belajar dan pembelajaran bisa dilakukan pada jalur formal maupun informal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini terinci sebagai
berikut.

1. Bagimana pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keluarga?

2. Bagaimanna pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam sekolah?

3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam masyarakat?


C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keluarga.

2. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam sekolah.

3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Agama Islam di lingkungan keluarga berlangsung antara orang-orang dewasa yang bertanggung jawab
atas terselenggaranya pendidikan agama, dan anak-anak sebagai sasaran pendidikannya. Sedang ibu
dalam kaitannya dengan pendidikan agama di lingkungan keluarga, maka kedudukannya sebagai pendidik
yang utama dan pertama, dalam kedudukannya sebagai pendidik, maka seorang ibu tidak cukup hanya
memanggil seorang guru agama dari luar untuk mendidik anaknya di rumah, dan bukan dalam pengertian
yang demikianlah yang dimaksud dengan pendidikan agama di lingkungan keluarga. Akan tetapi lebih
ditekankan adanya bimbingan yang terarah dan berkelanjutan dari orang-orang dewasa yang bertanggung
jawab di lingkungan keluarga untuk membimbing anak.

Pengertian yang jelas tentang pendidikan agama yang dilakukan di lingkungan keluarga interaksi yang
teratur dan diarahkan untuk membimbing jasmani dan rohani anak dengan ajaran Islam, yang berlangsung
di lingkungan keluarga. Dalam pelaksanaannya, maka proses pendidikan.

Pendidikan pada umumnya terbagi pada dua bagian besar, yakni pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Hal ini berdasar pada: “Maka proses belajar itu bagi seseorang dapat terus berlangsung dan tidak
terbatas pada dunia sekolah saja.
Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap
keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan
Yang Maha Esa dan agama masing-masing, di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.

Dalam kutipan yang pertama di atas dikemukakan bahwa lingkungan keluarga itu amat dominan dalam
memberikan pengaruh-pengaruh keagamaan terhadap anak-anak, sehingga dapat dikatakan bahwa
lingkungan keluarga dalam kaitannya dengan pendidikan agama sangat menentukan baik
keberhasilannya. Sehingga amat disayangkan kalau kesempatan yang baik dari lingkungan pertama yaitu
keluarga itu disia-siakan atau dilalui anak tanpa pendidikan agama dari pihak ibu dan bapak serta orang-
orang yang bertanggung jawab di sekitarnya.

Dalam hubungannya dengan kelanjutan pendidikan atau kehidupan anak di masa mendatang, maka
pendidikan di lingkungan keluarga, termasuk di dalamnya pendidikan agama, hal itu merupakan sebagai
tindakan pemberian bekal-bekal kemampuan dari orang tua terhadap anak-anaknya, dalam menghadapi
masa-masa yang akan dilaluinya.

Dalam hubungannya dengan pendidikan di sekolah maka sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan
atau sebagai pelengkap dari pendidikan yang berlangsung di bangku sekolah. Dan dalam hubungannya
dengan kehidupan bermasyarakat, maka sebagai upaya untuk mempersiapkan diri agar anak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Akan tetapi dorongan yang lebih mendasar lagi tentang pendidikan agama di lingkungan keluarga ini bagi
umat Islam khususnya adalah karena dorongan syara (ajaran Islam), yang mewajibkan bagi orang tua
untuk mendidik anak-anak mereka, lebih-lebih pendidikan agama.

Oleh karena itu benih-benih potensial yang mampu mendorong anak untuk mengembangkan pribadinya
dalam alternatif pemilihan lapangan hidup manusia di masa dewasanya sesuai bakat dan kemampuan.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akhlak mulia
menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan Agama. Peningkatan
potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta
pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah
SWT.
Pendidikan Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan
visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif, baik personal maupun social.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar pelaksanaan pendidikan agama di lingkungan keluarga
adalah karena didorong oleh beberapa hal yaitu:

1. Karena dorongan cinta kasih terhadap keturunan

2. Karena dorongan atau tanggung jawab sosial

3. Karena dorongan moral

4. Karena dorongan kewajiban agamis

Dan dorongan agama inilah yang membuat kedudukan orang tua lebih besar tanggung jawabnya dalam
pendidikan karena dorongan kewajiban ini langsung diperintahkan Allah.

Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang diproses oleh seseorang di dalam lingkungan rumah tangga
atau keluarga. Sistem pendidikan ini merupakan unsur utama dalam pendidikan seumur hidup, terutama
karena sifatnya yang tidak memerlukan formalitas waktu, cara, usia, fasilitas, dan sebagainya. Pada
dasarnya, masing-masing orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas pendidikan bagi
anak-anaknya. Mereka tidak hanya berkewajiban mendidik atau menyekolahkan anaknya ke sebuah
lembaga pendidikan. Akan tetapi mereka juga diamanati Allah SWT untuk menjadikan anak-anaknya
bertaqwa serta taat beribadah sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam mendidik dan menumbuh kembangkan anak-anak, orang tua atau tokoh ibu dan bapak sangat
memegang peranan yang sangat penting, baik-buruknya kelakuan anak, orang tualah yang memegang
peranan. Pendidikan rumah tangga ini disebut juga dengan pendidikan informal. Peranan ibu dan bapak
antara lain:

1. Ibu bapak sebagai pengatur kebersihan anak

2. Ibu bapak sebagai teladan bagi anak

3. Ibu bapak sebagai pendorong dalam tindakan anak

4. Ibu bapak sebagai teman bermain

5. Ibu bapak sebagai pengayom jika anak merasa takut


6. Ibu sebagai penjaga utama kesehatan anak dan sebagai teman bermainan kepribadian

Dalam hubungan ini orang tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan agama bagi anggota
keluarga. Khususnya anak, karena akan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan budi pekerti dan anak. Oleh sebab itu orang tua berkewajiban untuk memberikan
bimbingan dan contoh konkrit berupa suri tauladan kepada anak agar mereka dapat hidup selamat dan
sejahtera.

Sasaran Pendidikan Agama ditujukan kepada semua manusia sesuai dengan misi nabi Muhammad SAW
yaitu untuk seluruh alam. Ditujukan mulai kepada anak usia dini, remaja, dewasa dan lanjut usia dalam
istilah pendidikan disebut Long Live Education (pendidikan seumur hidup).

Pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dimulai dari anak dilahirkan sampai berumur 6 tahun dengan
tahapan sebagai berikut :

1. Masa bayi (0-2 tahun), di telinga sebelah kanan bagi anak laki-laki dan diqamatkan di telinga sebelah
kiri bagi perempuan.

2. Aqiqah, pada hari ke tujuh kelahiran seorang bayi disunnahkan bagi orang tua atau walinya untuk
melakukan aqiqah yakni menyembelih satu ekor kambing bagi anak perempuan dan dua ekor kambing
bagi anak laki-laki.

3. Khitanan, peranan ibu sangat dominan dalam menanamkan pendidikan agama kepada anak di usia ini.
Setiap hari seorang ibu perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada anaknya baik secara
biologis maupun psikisnya. Perkembangan anak sesuai dengan tahap-tahap umur tertentu yang perlu
diketahui orang tua agar bisa memperlakukan anak dengan benar. Anak berumur 6 tahun tidak disebut
bayi lagi, tetapi sudah disebut anak-anak masanya pun disebut masa kanak-kanak.

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Sekolah

Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan
moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi
dengan kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur paksaan dari luar, datangnya dari
keyakinan beragama. Pendidikan agama di sekolah mendapat beban dan tanggung jawab moral yang tidak
sedikit apalagi jika dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Usia remaja ditandai dengan
gejolak kejiwaan yang berimbas pada perkembangan mental dan pemikiran, emosi, kesadaran sosial,
pertumbuhan moral, sikap dan kecenderungan serta pada akhirnya turut mewarnai sikap keberagamaan
yang dianut (pola ibadah).
Pada sekolah-sekolah yang menyiapkan peserta didiknya menjadi ahli agama atau pemimpin agama
seperti di madrasah atau seminari, seluruh kegiatan pembelajaran umumnya benar-benar diarahkan untuk
mendukung tujuan pendidikan yang ada.

Terdapat tiga karakter sekolah yang terkait dengan pendidikan agama di sekolah. Pertama sekolah negeri,
kedua sekolah swasta umum non yayasan agama dan sekolah swasta yayasan agama dan sekolah calon
ahli atau pimpinan agama seperti madrasah dan seminari. Varian karakter ini awalnya terbentuk karena
perbedaan sumber pembiayaan, pengawasan dan otonomi sekolah, serta misi dan intervensi pada
kurikulum. Dalam perkembangannya dinamika sekolah juga turut mempengaruhi karakter sekolah. Tiga
karakter ini pada akhirnya juga terkait dengan persoalan multikulturalisme dalam masyarakat.

Pada sekolah negeri dan sekolah swasta umum non yayasan keagamaan, pada jam pelajaran agama siswa
dipisah menurut agama yang berbeda-beda. Selama puluhan tahun praktek pendidikan agama di sekolah
seperti ini belum ada yang memberikan perhatian secara serius bahwa pemisahan siswa pada jam
pelajaran agama adalah sebuah pembiasaan dan penanaman kesadaran bahwa agama adalah sesuatu yang
memisahkan (kebersamaan) manusia.

Di kalangan peserta didik di sekolah Negeri pelajaran agama berlangsung lebih teratur dan siswa beragam
agama hampir selalu mendapatkan guru pelajaran agama sesuai dengan keyakinan para siswa karena
secara umum pemerintah mengusahakan guru agama bagi semua peserta didik. Sebagai milik pemerintah,
semua aktifitas pembelajaran di sekolah negeri mengikuti secara penuh apa yang menjadi kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan.

Pada sekolah-sekolah yang menyiapkan peserta didiknya menjadi ahli agama atau pemimpin agama
seperti di madrasah atau seminari, seluruh kegiatan pembelajaran umumnya benar-benar diarahkan untuk
mendukung tujuan pendidikan yang ada. Sayangnya keseriusan pada satu bidang ini menyebabkan
kecenderungan kurang terbuka bagi pergaulan yang lebih luas, yang dengan demikian membatasi
pengalam dengan keragaman juga. Minimnya pengalaman akan keragaman perlu dikaji apakah ada
kaitannya dengan sensitivitas pada yang berbeda. Sensitivitas pada yang berbeda hanya akan berkembang
ketika ada pengalaman dengan yang berbeda dan menggerti adanya perspektif yang berbeda juga.

Menurut teori pendidikan Islam, teori pendidikan anak dimulai jauh sebelum anak diciptakan. Dalam
hubungan ini orang tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan agama islam setiap anggota
keluargakhususnya bagi anak-anak. Pendidikan agama yang ditanamkan sedini mungkin kepada anak-
anak akan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan
kepribadian mereka.
Oleh sebab itu orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan contoh konkrit berupa suri
tauladan kepada anak-anak bagaimana seseorang harus melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat, agar mereka dapat hidup selamat dan sejahtera. Jadi, keluarga mempunyai
fungsi sebagai berikut :

1. Keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan

2. Pembentukan Keluarga

3. Keluarga ialah masyarakat terkecil sekurang kurangnya terdiri dari pasangan suami isri sebagai sumber
intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Agar tujuan terlaksana maka perlu meningkatkan
tentang bagaimana membina kehidupan keluarga sesuai dengan tuntutan agama dan ketentuan hidup
bermasyarakat .

4. Pembinaan Keluarga

5. Maksudnya adalah segala upaya pengelolaan atau penanganan berupa merintis, meletakkan dasar,
melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan suami istri untuk mencapai tujuanmewujudkan keluarga bahagia sejahtera
dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki.

C. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Masyarakat

Dalam kacamata multkulturalisme, kewajiban bagi setiap siswa untuk mengikuti salah satu dari lima
macam pendidikan agama, bagi para penganut agama dan kepecayaan di luar agama resmi adalah
memutus generasi penerus penganut agama dan kepercayaan tersebut. Dampak dari pendidikan agama
yang dibatasi berdasarkan agama yang dianggap resmi oleh pemerintah ini terasa setelah beberapa
generasi. Namun hingga saat ini belum ada pihak penganut agama yang termarjinalkan secara sistematis
mempersoalkan pelajaran agama yang pada masa pemerintahan Soeharto menjadi salah satu syarat
kenaikan kelas.
Saat ini ketika generasi yang mengalami pendidikan agama yang memisahkan siswa karena berbeda
agama telah menjadi dewasa, sekat antaranggita masyarakat pun makin terasa. Para orang tua yang tidak
puas dengan pendidikan agama di sekolah yang dua jam mengirim anak-anaknya ke sekolah terpadu yang
jam pelajaran agamanya jauh lebih banyak. Anak-anak makin berkurang pengalaman bermainnya dan
berkurang juga kesempatan bertemu dan mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang berbeda.

Pendidikan agama yang dibutuhkan dalam masyarakat multikultur adalah pendidikan agama yang
senantiasa menghadirkan kehidupan yang penuh keragaman, baik latar belakang manusia maupun
keragaman sudut pandang. Untuk itu pelajaran agama sebaiknya berbasis pengalaman akan memecah
kebekuan ajaran agama yang tertutup dan tidak melihat realitas secara hitam putih. Di sekolah yang
melakukan pemisahan siswa beda agama pada jam pelajaran agama perlu ada antisipasi agar pemisahan
tidak berpengaruh buruk pada rasa aman dan nyaman dengan penganut agama yang berbeda. Hilangnya
rasa aman dan nyaman akan merusak saling percaya antar anggota masyarakat yang mana saling percaya
ini merupakan modal sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama yang adil dan beradab.

Pendidikan agama berbasis pengalaman meniscayakan perubahan paradigma dalam melihat relasi guru-
peserta didik maupun dalam melihat sumber belajar serta proses pembelajaran. Pengalaman hanya
mungkin menjadi sumber belajar ketika guru dan murid merasa setara, masing-masing merasa
mempunyai kelebihan dan kekuarangan untuk mengkaji bersama dengan berbagai sudut pandang. Dalam
menilai keberhasilan atau kegagalan belajar, pendidikan agama membutuhkan model evaluasi yang tidak
menggunakan angka, tetapi harus didasarkan pada praktek hidup yang partisipatif dan bertanggungjawab
pada diri sendiri dan lingkungan. Penilaian bukan dengan angka tetapi narasi yang menunjuk pada
kualitas.

Pelajaran agama untuk siswa dari beragam agama bisa dilakukan dengan saling berbagi pengalaman
penghayatan keimanan, berbagi informasi dan pengetahuan siswa tentang agamanya. Cara belajar seperti
ini mendorong siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab dalam mendalami agamanya dan pada saat
bersamaan membiasakan sikap hormat dan simpati bagi penganut agma yang berbeda.

Masyarakat merupakan kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda yang menyatu dan mematuhi
peraturan yang ditetapkan, mempunyai hubungan kekerabatan yang baik, baik antar suku maupun antar
bangsa. Untuk memberikan pendidikan agama pada masyarakat, bisa dengan cara mendirikan majlis
taklim atau pengajian-pengajian di desa masing-masing. Pengajian ini dilaksanakan dari satu tempat ke
tempat lain dengan mendatangkan narasumber yang diminta untuk memberikan suatu materi pendidikan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam pendidikan agama Islam ada 3 istilah umum yang digunakan, yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-
Ta’dib. Tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamnya sudah
termasuk makna mengajar atau allama. Berangkat dari pengertian ini maka tarbiyat didefinisikan sebagai
proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh, dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi
bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.

Alasan penyebab manusia (remaja) sebagai makhluk sosial memerlukan pendidikan yaitu:

1) . Dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua ke
generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara. Dalam hal ini
PAI di masyarakat di harapkan dapat memberikan substansi dalam pembentukan akhlak remaja.

2). PAI di masyarakat merupakan agen sosial yang penting setelah sekolah dalam penanaman nilai, norma
serta harapan-harapan dari masyarakat terhadap pembentukan dan penerapan akhlak remaja.

3). PAI di masyarakat merupakan tempat konflik dan solusi dalam keragaman terutama dari aspek
keagamaan. Dengan adanya sinergi antara pemahaman konsep PAI dari masyarakat dengan media PAI di
masyarakat dapat mengimbangi antara konflik dengan solusi tersebut. Contoh: Perbedaan agama antara
sesama remaja, dengan adanya pemahaman PAI di masyarakat oleh para remaja diharapkan mereka dapat
menghormati perbedaan tersebut tanpa harus ikut-ikut menyamakan dengan tradisi agama lain di antara
teman sebayanya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap
perilaku dan perkembangan anak didik. Keluarga adalah wadah yang pertama dan utama dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam.

2. Sekolah adalah lanjutan dari pendidikan keluarga yang mendidik lebih fokus,teratur dan terarah.

3. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah. Peran yang dapat
dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan suasana
yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik.

B. SARAN

Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik dan
saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga
makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

http_://www.jamaahmuslimin.com/risalah/114/

http_://www.al-shia.com/html/id/books/Pendidikan%20Anak/

http_://wbumuadz.wordpress.com/2007/05/05/pendidikan-anak-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai