Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Tafsir Pendidikan
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan, baik dalam
lingkungan masyarakat muslim maupun non muslim. Keluarga merupakan tempat pertama
pertumbuhan anak. Tentu pertumbuhan dan perkembangan perilaku dan kepribadian anak
sangan dipengaruhi oleh pola pendidikan dalam keluarga, terutama pada periode pertama
dalam kehidupannya sebagai masa pembentukan karakter. Pada masa tersebut perilaku
anggota keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak dan berimplikasi
pada karakter mereka mendatang.
Pendidikan Islam dalam keluarga jika ditinjau perspektif Esposito yang berpijak pada
makna al-Qurān merupakan usaha keluarga dalam pembentukan identitas keagamaan
sekaligus memperkenalkan anak-anaknya dengan semua pengetahuan sebagai sarana untuk
memahami parameter-parameter konstruksi hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan
alam semesta. Berdasarkan diktum al-Qurān, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakanmu,......yang telah mengajar (manusia) dengan pena” 2 – yang berarti bahwa
membaca adalah belajar dan beramal dengan petunjuk kitab suci pendidikan Islam
berkembang dari pelatihan komprehensif seperti dalam komunitas Islam pertama (sekitar
623 M) ke studi agama atau penanamannya dalam adat istiadat sosial.
1
Sulistyowati Khairu, Kesalahan Fatal Orang Tua dalam Mendidik Anak Muslim (Jakarta selatan: Dan
Idea,2014), 33.
2
Q.S. Al Alaq (96): 1-4
2
B. Rumusan Masalah:
3.
C. Tujuan:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan sudah tidak asing lagi ditelinga, karena semua manusia yang
hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan hidupnya tercapai dan dapat
menghilangkan kebodohan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pendidikan
secara berasal dari kata “didik” dengan mendapatkan imbuhan “pe” dan akhiran “an”,
yang berarti cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa
berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” yang berarti anak dan “agogos” yang
berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam membimbing anak. Sedangkan
secara istilah definisi pendidikan ialah suatu proses pengubahan sikap dan perilaku
3
seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Ada juga yang memberikan pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Secara
etimologi atau asal asul kata, kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education
yang berasal dari bahas latin yaitu ‘educatum’ yang tersusun atas dua kata yaitu ‘E’
dan “Duco”. Kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit
menjadi banyak, sementara ‘Duco’ berarti perkembangan atau sedang berkembang.
Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau
bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu.
Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak
kepada tujuan dan citacitanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang
bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat,
bangsa, negara dan agamanya. Dengan pendidikan seorang manusia terbina menuju
kedewasaan, tanggung jawab, kematangan, dan berperan dalam masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-
tingginya. Secara yuridis, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Undang-undang Nomo 20 Tahun 2003) mendifinisikan pendidikan merupakan suatu
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang
ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang
baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.
Secara kronologis keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama,
karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan
bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari
kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak
diterima oleh anak adalah dalam keluaga. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan
4
anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan, nilai-nilai moral, dan budaya. Sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
Berikut beberapa penjelasan tentang isi pendidikan yang perlu dikembangkan dalam
keluarga :
Bagi keluarga beragama islam, anak-anak dibiasakan ikut serta ke mesjid bersama
sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khotbah atau ceramah-ceramah
keagamaan, menghadiri atau mengikuti kegiatan keagamaan, tableq, dan kegiatan
seperti ini besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Karena dalam hal ini
nantinya ketika anak sudah terbiasa dengan kegiatan tadi, maka pengaruh atau
penanaman nilai-nilai keagamaan yang kita lakukan akan mudah masuk kepada
anak-anak.
5
Penanaman moral bagi anak tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat di contoh oleh anak dan segala nilai yang dikenal anak akan
melekat pada orang-orang yang disenangi dandikaguminya, dan melalui inilah
salah satu proses yang ditempuh anak dalam mengenal nilai-nilai etis dalam
kehidupan. Perilaku etis mencerminkan keluhuran dan kemuliaan kemanusiaan
yang bersumber dari filsafat, kearifan lokal, nilai-nilai agama, kebudayaan. Cara
yang bisa dilakukan antara lain melalui keteladaanan, petuah-petuah, penyediaan
buku-buku bacaan, penyediaan film-film, dan lingkungan hidup yang merangsang
tumbuhnya moralitas yang baik. Isi pendidikan moral itu bermacam-macam,
tentang ketuhanan, kasih sayang, kesetiaan, nasionalisme, patriotisme, charity
(kebaik dan kelembutan hati), kejujuran, keadilan, kebenaran, kebijakan,
keindahan, dan sebagainya. Dengan kepemilikan moral yang baik manusia akan
memiliki perilaku yang sinkron dengan sifat-sifat kemanusiaan yang luhur dan
beradab mulia. Keluarga adalah tempat paling baik penyemaian sifat dan karakter
moral yang baik.
3.
6
D. Asbabun Nuzul Surat At Tahrim ayat 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa kami (penyusun) tunggu
agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi sehingga mendekati sempurna. Dalam penulisan
makalah ini penulis masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengigat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik atau saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Chamalah, E., Wardani, O. P., & Gunarto, H. (2013). Model dan metode
pembelajaran. In Semarang: UNISSULA. UNISSULA PRESS U.
DePorter, B., Reardon, M., & Nourie, S. S. (2010). Mempraktikkan quantum learning
di ruang-ruang kelas. In Bandung: Kaifa. arragement.
DePorter, B., Reardon, M., & Singer-Nourie, S. (2010). Quantum teaching:
mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Kaifa.
Djalil, M. B. (2015). Paradigma, prinsip, dan aplikasi quantum learning dan
quantum teaching dalam pembelajaran. Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan
Teknologi, 1(2), 172–180.
Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79–
96.
Faj, N. A., Fakhri, J., & Yusandika, A. D. (2018). Efektifitas Model Pembelajaran
Quantum Teaching dengan Metode Praktikum terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 1(2), 135–141.
Maesaroh, S. (2013). Peranan metode pembelajaran terhadap minat dan prestasi
belajar
pendidikan agama Islam. Jurnal Kependidikan, 1(1), 150–168.
Mahmud, S., & Idham, M. (2017). Strategi Belajar-Mengajar.
Mudlofir, A. (2016). Pendidikan Karakter: Konsep dan Aktualisasinya dalam Sistem
Pendidikan Islam. Nadwa, 7(2), 229–246.
Mukaffan, M. (2013). Urgensi Kompensasi Terhadap Motivasi Guru (Perspektif
Desentralisasi Pendidikan). Jurnal TADRIS, 5(1), 128–141.
8
Novita, D. (2018). Implementasi metode quantum teaching dalam pembelajaran mata
pelajaran pendidikan agama islam di SMAN-1 Palangka Raya. IAIN Palangka Raya.
Widiasworo. (2017). Quantum Teaching dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 6(2), 180