Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak termasuk individu unik yang mempunyai eksistensi dan
memiliki jiwanya sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang
khas. Masa kehidupan anak sebagian besar berada pada lingkungan
keluarga. Karena itu, keluargalah yang paling menentukan terhadap masa
depan anak, begitu pula corak anak dilihat dari perkembangan sosial, fisik,
dan relegiusitas juga di tentukan oleh keluarga.1
Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya: “tidaklah seorang anak
dilahirkan melaikan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang
tuanyalah yang membuatnya yahudi, nasrani, maupun majusi” (HR. Bukhari
Muslim). Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan putra-
putrinya untuk menjadi orang yang sukses dan bagi orang tua penting
memahami dan memperhatikan perkembangan anak-anaknya.2
Oleh karena itu anak harus diberikan bekal pendidikan agama
terutama pendidikan agama Islam sejak dini. Pendidikan agama telah
diajarkan disekolah dan dilingkungan keluarga, namun yang paling
berpengaruh pada anak adalah pendidikan agama yang diberikan
dilingkungan keluarga sejak dini. Penanaman pendidikan agama sejak dini
dapat mempengaruhi pandangan hidup anak saat mereka telah tumbuh
dewasa. Setiap anak dilahirkan adalah keadaan suci bersih dan tidak
berdosa.3
Pendidikan akhlak terhadap anak juga merupakan upaya yang
disengaja untuk membantu anak memahami, peduli dan menghargai nilai-
nilai etis atau susila dimana orang berpikir tentang macam-macam akhlak
yang diingankan untuk seseorang. Dalam pengembangan akhlak ini yang

1
https://id.wikipedia.org/wiki Anak
2
https://m.oase.id/read/qW0mVR
3
https://id.Wikipedia.org/wiki/Pendidikan
2

sangat berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi diri


manusia agar berpikir baik, berhati mulia dan berperilaku baik sesuai
dengan yang diajarkan oleh islam. 4
Adanya pengembangan pendidikan akhlak anak bertujuan untuk
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik. Dan
mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Tumbuh dan perkembangannya
karakter yang baik akan mendorong anak tumbuh dan komitmennya untuk
melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalnya dengan benar
dan memiliki tujuan hidup yang baik.
Serta dapat menjadikan pegangan hidup saat mereka bergaul di
lingkungan masyarakat yang lebih luas agar mereka tidak terpengaruh oleh
perbuatan-perbuatan yang negatif ada di luar sana. Jikalau orang tua sudah
memahami sifat anaknya secara baik maka itu semua akan menimbulkan
rasa untuk anaknya menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya, maka dari
itu orang tua harus belajar untuk menanamkan akhlak anak yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.5 Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
megadakan penelitian dengan judul “Pendidikan Keluarga Dalam
Islam”.

B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas pembahasan ini, maka penulis merumuskan
beberapa masalah, agar lebih terarah dan lebih jelas dan berdasarkan
permasalahan diatas, maka yang menjadi pokok penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam dalam keluarga?
2. Apa fungsi keluarga dalam mendidik anak?
3. Apa peran keluarga dalam mengasuh anak?

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
5
http://yudi-wiratama.blogspot.com/
3

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pendidikan Islam dalam keluarga
2. Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam mendidik anak
3. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mengasuh anak

D. Manfaat Penelitian
Penulis harapkan dengan karya tulis (Paper) ini yang berjudul
“Pendidikan Keluarga Dalam Islam” diharapkan dapat memberi manfaat
bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai motivasi bagi penulis agar selalu gemar melaksanakan atau
menjalankan akhlak anak dengan baik.
2. Sebagai masukan nasihat dan semangat kepada anak untuk gemar
melaksanakan atau menjalankan akhlak anak yang baik.
3. Agar dapat menjalankan akhlak anak dalam keluarga yang baik.
4. Secara teoritas hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran bagi keluarga, dalam melaksanakan peranannya
untuk membangun akhlak anak menjadi yang lebih baik lagi.
5. Secara praktis hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam mengatasi permasalahan dalam dunia
pendidikan keluarga yang berhubungan dengan akhlak.

E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari berbagai macam masalah dan penafsiran yang
berbeda-beda dalam penelitian ini maka penulis menjelaskan beberapa
istilah secara keseluruhan untuk mempermudah istilah pokok dalam judul
paper ini.
Adapun penjelasan mengenai judul paper ini sebagai berikut :
4

1. Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan


tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara
susila.6
2. Keluarga adalah beberapa individu yang tergabung dalam satu rumah
tangga yang sama karena hubungan darah, ikatan perkawinan dan hal-hal
lainnya.7
3. Islam adalah agama yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.8

F. Alasan Memilih Judul


Mengenai alasan penulis memilih judul: “Pendidikan Keluarga Dalam
Islam” adalah sebagai berikut:
1. Alasan Objektif
a. Penulis memilih judul ini karena belum ada yang meneliti hal tersebut.
b. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia
karena tanpanya pendidikan manusia bagaikan seekor binatang.
2. Alasan Subjektif
a. Judul ini sesuai dengan fenomena yang terjadi dalam pendidikan
keluarga
b. Melalui penulisan paper ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya
pendidikan dalam keluarga

G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan paper ini, dipergunakan sistematika yang banyak dan
umum dipakai, dengan pembahasan masalah sebagai mana tertera pada
uraian berikut ini:

6
KH, Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, (Jakarta : Gaung Persada,
2016), hal. 5
7
Muhibbin syah, Pendidikan Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 2018), hal. 28
8
Budiono, Keluarga Dan Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1989),
hal. 8
5

Bab I : Pendahuluan, bab ini mengenai latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan masalah,
alasan memilih judul, dan sistematika pembahasan
Bab II : Landasan teori, membahas tentang tinjauan pendidikan dalam
keluarga, metode pendidikan, fungsi keluarga, pengertian pendidikan,
nilai-nilai pendidikan keluarga dalam islam, dan unsur perkembangan
pendidikan keluarga.
Bab III : Metode penelitian, yang membahas tentang jenis analisis, penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV : Bab ini akan membahan tentang hasil penelitian, dan pembahasan.
Bab V : Penutup, bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut H. Fuad Ihsan menjelaskan bahwa dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada
generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang
terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan hidupnya.9
Pendidikan karakter secara komprehensif barangkali perlu berangkat
dari dua kata: “pendidikan” dan “karakter.” Pertama, pendidikan
didefinisikan oleh para ahli dari berbagai sudut pandang, tergantung dari
sudut pandang apa para ahli didefiniskannya. Ki Hadjar Dewantara
menyatakan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya. 10
Doni Koesoema mengertiakan pendidikannya sebagai proses internalisasi
budaya kedalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.11
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang
berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut
mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang
menyangkut tata tertib. Disiplin memerlukan integritas emosi dalam
mewujudkan keadaan.

9
https://www.silabus.web.id/ (Diakses Tanggal 09 April 2021)
10
Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan. (Yogyakarta : Majelis Luruh Persatuan Taman Siswa),
hal. 14
11
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern,
(Jakarta : Gransindo, 2007), hal. 80
7

Pendidikan merupakan salah satu pembelajaran yang dimana


seseorang Berusaha belajar ilmu yang tidak diketahui mereka atau mencari
ilmu yang mereka belum ketahui. Pendidikan adalah salah satu usaha
manusia untuk mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudaya, dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan hidupnya.12
Bisakah kita belajar untuk lebih mampu menerapkan pendidikan diri
kita ataukah hal itu sudah merupakan sebuah karakter bawaan dari lahir?
Ya, tentu kita semua bisa belajar tentang pendidikan. Pendidikan bisa di
bina dan dikembangakan melalui metode pembelajaran. Marimba
menyebutkan pendidikan sebagai “bimbingan atau pembinaan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menuju teerbentuknya kepribadian yang utuh13
Menurut Martinus Jan Langeveld, pengertian pendidikan adalah upaya
menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri
supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha
manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju
kedewasaan. Jika kita tidak memiliki pendidikan, maka kita tidak akan ada
apa-apa! Bila kita berpendidikan dalam menjalankan rencana/bisnis itu pasti
dapat terwujud dengan apa yang kita harapkan/yang kita inginkan.
Pendidikan karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, ligkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,
dan adat istiadat. Orang yang perilakunya sesuai dengan norma-norma
disebut insan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu yang memiliki pengetahuan tentang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya
12
H. Fuad Ihsan, Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern, (Jakarta : Gransindo, 2007),
hal. 15
13
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hal. 19
8

diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, msndiri, hidup
sehat,bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati jani, adil, rendah hati, dan
nillai-nilai lainnya.14

2. Metode Pendidikan
Dengan adanya kemampuan mempertahankan dan mempekuat
pendidikan, maka kita perlu beberapa hal yang dibawah ini:
a. Keterampilan organisasi
Langkah pertama, menuju ketampilan organisasi dan pengusaan
waktu, serta untuk benar-benar menjadi manusia yang berpendidikan adalah
memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan
hidupnya, menurut paham mereka manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan sendiri umtuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Paham
mereka dikenal dengan nama free well dan free act. Kaum Jabariyah
berpendapat sebaliknya. Manusia tidak memiliki kebebasan dan
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.15
b. Rancana tujuan
Langkah kedua, mencipkatan rencana tujuan yang terfokus kepada
hasil. Sebagai hasil atau tujuan rencanakan untuk jangka harian, mingguan,
maupun bulanan bahkan mungkin jangka yang lebih panjang seperti enam
bulan atau satu tahun. 16
c. Menerima tantangan
Langkah yang terakhir ini, merupakan di mana pendidikan diri anda
sangat penting. Dibutuhkan pendidikan karakter untuk berusaha mencapai
tujuan anda. 17
Dengan kita berusaha menerima segala tantangan yang kita hadapi di
dalam kehidupan kita sehari-hari maka akan mengajarkan kita bahwa
14
Dapartemen Pendidikan Nasional, Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-
2025, (Jakarta : Dapartemen Pendidikan Nasional, 2010), hal. 48
15
Ibid., hal. 35
16
Ibid., hal. 36
17
Ibid., hal. 36
9

pendidikan sangatlah perlu didalam hidup manusia. Umumnya, orang yang


tidak berpendidikan, kebanyakan orang memilih untuk membiarkan
kehidupannya mengalir hanya lewat saja seperti air yang mengalir. Sungguh
menakjubkan melihat betapa banyak orang yang hanya menjadi penonton
kehidupan mereka sendiri. Tanpa fokus, tanpa semangat, tanpa impian,
tanpa tujuan, tanpa ambisi apapun.18

3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan yaitu pendidikan karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemampuan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter disekolah,
semua komponen (pemangku pendidikan) harus terlibat dan dilibatkan,
termasuk konponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan saran prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan.19
Dengan mengawali hari dengan tindakan positif yang produktif
merupakan salah satu hal pertama yang paling mendasar untuk membentuk
pendidikan karakter manusia. Jikalau kita berpendidikan dengan baik maka
semua impian yang kita inginkan akan tercapai dan sangat berguna bagi
kehidupan kita sehari-hari. Dan kita sebagai manusia yang pasti mempunyai
impian didalam kehidupan ini, agar menjadi yang lebih baik lagi, dengan
penanaman pendidikan inilah yang akan menjadikan semua impian kita
tercapai.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta
18
Ibid., hal. 37
19
Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam (Jakarta : Dapartemen Pendidikan
Nasional, 2010), hal. 114
10

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.20
Seorang pakar pendidikan, Darmawan Iskandar menyatakan bahwa
pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusian dari manusia.21

4. Dasar-dasar Pendidikan Islam


Dasar pudamental adalah bagian-bagiannya dari bangunan yang
menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya suatu bangunan
itu. Pada suatu pohon dasar atau pundamennya adalah akarnya.Fungsinya
yaitu mengkokohkan berdirinya pohon itu. Menurut zuhairini dkk, yang
dimaksud dengan dasar pendidikan Islam adalah “Dasar-dasar yang
bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al –Qur’an dengan tegas
beliau mengatakan bahwa:
 Dasar pendidikan Islam adalah Firman Tuhan dan Sunnah
Rasullullah SAW. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam.
 Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Sunnah
Rasullullah adalah prilaku, ajaran -ajaran dan perkenan-perkenan
 Rasullullah sebagai pelaksaan hukum -hukum yang terkandung
dalam Al-Qur’an. Inipun tidak dapat diragukan lagi. 22

20
Undang-Undang Sisdiknas Tahun Nomor 20 Tahun 2003
21
Ibid., hal. 17
22
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.., hal. 41
11

Begitu juga menurut pendapat Ramayulis Bahwa, dasar ideal


Pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri.
Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu, Al -Qur’an dan Hadits.
Kemudian dari dasar keduanya dikembangakan dalam pemahaman
Ulama ”. Allah berfirman dalam Surat Al -Baqarah ayat 2 yaitu;
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa (QS.Al-Baqarah 2: 2)23
Bila penjelasan di atas dicermati lebih lanjut, maka akan dapat
terlihat dengan jelas, bahwa eksistensi sumber dasar pendidikan Islam, baik
Al -Qur’an maupun Hadits Rasulullah, merupakan mata rantai yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya secara integral. Dengan dua dasar
pedoman pendidikan Islam ini maka, keteguhan berdirinya pendidikan Islam
tidak dapat digoyahkan dengan apapun juga. Sedangkan menurut H.
Abuddin Nata, dasar pendidikan Islam adalah “Berdasarkan konsepsi ajaran
tauhid.
Dengan dasar ini maka orientasi pendidikan Islam diarahkan pada
upaya mensucikan diri dan memberi penerangan jiwa, sehingga tiap diri
manusia mampu meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ketingkat ikhlas
yang melandasi seluruh bentuk kerja kemanusiaannya (amal shaleh)”24.
Pendidikan merupakan bagaian dari upaya untuk membantu manusia
memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagian
hidup. Dengan demikian, pendidikan dilaksanakan secara teratur dan tertuju
secara sadar, dengan suatu dasar yang kokoh dan kuat, yaitu berpedoman
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Pengertian pendidikan telah banyak
dikemukan oleh para ahli, termasuk Imam Al-Ghazali yang mengatakan
bahwa pendidikan karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas
manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu
dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.25

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…hal. 8
24
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hal. 190
25
Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara,
1991), hal. 102-203
12

Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa karakter atau tabiat adalah


fitrah manusia. Fitrah tersebut menjadi bahasan pokok dalam pendidikan.
Bahasan pokok tersebut mengenai dimensi ibadah untuk mentauhidkan
Allah Swt. agar menjadi kebutuhan. Sehingga sumber kekuatan,
kebahagian (sa’adah), dan islah kepribadian adalah iman. 26 Sementara itu
sebagian para ahli mendefiniskan pendidikan sebagai proses dimana sebuah
bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan,
dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efktif dan efisien. Misalnya yang
dinyatakan oleh Sudirman N bahwa pendidikan adalah usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi
seseroang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.27

5. Pengembangan Pendidikan karakter


1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan telah banyak dikemukan oleh para ahli,
termasuk Imam Al-Ghazali yang mengatakan bahwa pendidikan karakter itu
lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.28
Ibn Taimiyah juga berpendapat bahwa karakter atau tabiat adalah
fitrah manusia. Fitrah tersebut menjadi bahasan pokok dalam pendidikan.
Bahasan pokok tersebut mengenai dimensi ibadah untuk mentauhidkan
Allah Swt. agar menjadi kebutuhan. Sehingga sumber kekuatan,
kebahagian (sa’adah), dan islah kepribadian adalah iman.29
Sementara itu sebagian para ahli mendefiniskan pendidikan sebagai
proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk
menjalankan kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan hidup secar efktif dan
efisien. Misalnya yang dinyatakan oleh Sudirman N bahwa pendidikan
26
Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam...hal. 142
27
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal. 4
28
Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, hal... 102-203
29
Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam... hal. 142
13

adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
memengaruhi seseroang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa
atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mantap.30
Individu yang berpendidikan baik dan unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap dirinya sendiri, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya
dengan mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya.
Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yag mengarah
pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi pekerti yang
selalu mengajarkan, membinmbing, dan membina setiap manusia untuk
memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan penampilan menarik.31
Definisi-definisi di atas memperhatikan bahwa pendidikan adalah
sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani
anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari definisi-definisi uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua
hal penting tentang pendidikan antara lain yaitu.
1. Pendidikan merupakan suatu yang sangat diperlukan/dibutuhkan
manusia.
2. Dengan pendidikan manusia tahu mana jalan yang benar dan mana
jalan yang salah.
Pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah
pendidikan dalam keluarga yang berperspektif Islam. Pendidikan dalam
keluarga yang berperspektif Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada
tuntunan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan
untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika,

30
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, hal. 4
31
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta : Pelangi
Publishing, 2010), hal. 34
14

moral, budi pekerti, spiritual atau pemahaman dan pengalaman nilai-nilai


keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.32
Pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika rasional antara
peserta didik dengan berbagai ragam dimensi, baik dari dalam maupun dari
luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasan dririnya
sehingga ia semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sebagai
pribadi dan pertumbuhan orang lain dalam hidup mereka 33

2. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Manusia


Nilai-nilai luhur yang diinternalisasikan dalam pendidikan karakter
berpijak pada karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut), bersumber dari agama yang seringkali di sebut
sebagai the golden rule. Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti,
apabila berpijak dari niali-nilai katakter dasar tersebut. 34
Selanjutnya kemendiknas merumuskan bahwa berdasarkan kajian
nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan, atau hukum, etika
akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah terindentifikasi 80 butir nilai
karakter yang dikelompokan menjadi lima, yaitu:
1. Nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan sesama
manusia.
3. Nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan diri sendiri.
4. Nilai-nilai prilaku manusia yang beruhubungan dengan lingkungan.
5. Nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan kebangsaan.

6. Keluarga Dalam Pandangan Islam


1. Pengertian Keluarga

32
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/ 02/04/2021
33
Ibid., hal. 23
34
Ibid., hal. 21
15

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga


“kulawarga” yang berarti “anggota, kelompok dan kerabat”. Keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah, bersatu. Menurut Whall dalam Friedman (1998),
keluarga adalah sebagai kelompok yang mengidentifikasi diri dengan
anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih, asosiasinya di cirikan oleh
istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah
atau hukum, tapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.
Sedangkan menurut pandangan sosiologis, keluarga dalam arti luas
meliputi semua pihak yang mempunyai hubungan darah atau keturunan,
sedangkan dalam arti sampit keluarga meliputi orang tua dengan anak-
anak.35 Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia
yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil
dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinanatau ikatan
lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang
kepala keluarga dan makan dalam satu periuk.
Dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nashl, ali, dan
nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui dari keturunan (anak, cucu),
perkawinan (suami, istri), persusuan dan pemerdekaan. Dalam pandangan
antropologi keluarga (kawula dan warga) adalah suatu kesatuan sosial
terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi,
berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Intinya
keluarga adalah ayah, ibu, dan anaknya.36
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah

35
Rahmat dan M. Gandaatmaja, Keluarga dan Masyarakat Modern, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 1989), hal. 20
36
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006),
hal. 226
16

tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing


dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.37
Sedangkan menurut Ali Qaimi, keluarga atau rumah tangga
merupakan suatu organisasi atau komunitas sosial yang terbentuk dari
hubungan abash anatara pria dan wanita, dimana para anggota rumah
tangga itu (suami, istri dan anak-anak yang terkadang ditambah kakek,
nenek, cucu, paman, atau bibi) hidup bersama berdasarkan rasa saling
menyayangi, mencintai, toleransi, tolong-menolong dan bekerja sama.38
Berdasarkan bahwa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga itu ada dua, yakni keluarga inti yang terdiri dari suami,
istri dan anak dan keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek,
nenek, paman, bibi, dan seterusnya.39
Sedangkan yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah
keluarga yang berdasarkan aktifitasnya pada pembentukan keluarga yang
sesuai dengan syari‟at Islam, yang berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mendirikan syari‟at Allah SWT
b. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis
c. Mewujudkan sunnah Rasul
d. Memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anaknya
e. Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-
penyimpangan.40
Tujuan tersebut akan mudah tercapai apabila kebutuhan keluarga
selalu terjaga. Karena kebutuhan orang tua (ayah, ibu) dalam sebuah
keluarga sangat dibutuhkan anak untuk memiliki dan mengembangkan
dasar-dasar pendidikan. Keluarga yang utuh. memberikan peluang besar
bagi anak-anak untuk membangun kepercayaan dari orang tua.

37
Baron, R. A dan Donn Byrne, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Erlangga2003), hal. 44
38
Ali Qaimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak, (Bogor : Cahaya, 2002), hal. 2
39
Ibid, hal. 6
40
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prisip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung :
CV. Diponegoro, 1992), hal. 194-200
17

Keluarga dikatakan utuh, apabila disamping lengkap anggotanya,


juga dirasakan lengkap oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Jika
dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, maka perlu diimbangi
dengan lualitas dan intensitas hubungan, sehingga ketidakadaan ayah atau
ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis.
Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan dan system nilai yang
direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan
pola prilaku anak-anaknya.41

6. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (orang tua) adalah merawat,
memelihara serta melindungi, lebih spesifik lagi menurut H. Djuju
Sudjana sebagaimana yang dikutip oleh Jalaludin Rahmad, orang tua
mempunya fungsi berikut:
a. Fungsi Biologis
Keluarga sebagai suatu organisme fungsi biologis, fungsi ini
memberi kesempatan hidup pada setiap anggotanya. Keluarga disini
menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang
pangan, dan papan dengan syarat teryentu sehingga keluarga
memungkinkan makhluk seperti ini dapat hidup.
Tugas biologis lain dan masih merupakan kebutuhan dasar adalah
kebutuhan untuk memenuhi hubungan seksual dan mendapatkan
keturunan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan biologis atau
seksual, dalam keluarga perlu diikat oleh suatu perkawinan suami istri
memenuhi kebutuhan dasar tersebut dan tanggung jawab.

BAB III

METODE PENELITIAN
41
Muhammad Shohib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 18
18

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini
merupakan penelitian tentang riset yag bersifat deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sesuai dengan
fakta dilapangan. Dimana peneliti akan melihat secara langsung bagaimana
strategi memberikan kemampuan dasar menggunakan dasar kecakapan
santri.
Penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif, berasal dari latar
belakang alamiah sebagai kebutuhan, ia mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, ia memanfaatkan metode kualitatif, analisa data secara induktif,
yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan khusus untuk diperlakukan
secara umum.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data
penelitian. Dikalangan penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian atau
responden sering disebut dengan informasi, yaitu orang yang memberikan
informasi tentang data yang sedang dilaksanakan.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Azhaar, Jln. Pelita
Kel. Pelita Jaya Kec. Lubuklinggau Barat I Sumatera Selatan dan penelitian
ini dilakukan selama kami menjalani program Niha’ie.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah mengunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Dokumentasi
19

Dokumentasi adalah catatn peristiwa yang sudah berlalu, dokumen


bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari
seseorang.42
Pengumpulan data terkait dengan dokumen ini diperoleh dari objek
penelitian seperti, dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan sebagian yang terkait
dengan strategi kemampuan dasar Penddikan Keluarga Dalam Islam.
E. Teknik Analisa Data
Analisis adalah menyusun dan menggabungkan data kedalam pola,
tema, kategori. Analisis data dan pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah selesai bersamaan
data.43 Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang
diberikan oleh Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengungkapkan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas.44
1. Reduksi Data, berarti merangkup, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal penting mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak
perlu.
2. Display (Penyajian Data), setelah data direduksi maka selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasanya
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori dan
sejenis. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutya selain
melakukan display selain dengan teks yang bersifat naratif, juga dapat
berupa grafik, network (jejaring kerja) dan chart. Denga mendisplay data
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2010), hal. 204
43
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skrifsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : Alfabeta,
2014), hal. 288
44
Miles Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta : UIPress, 1992), hal. 57
20

3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat


sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya karena dalam
kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yabg sebelumnya belum
pernah ada.
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Dalam penguji keabsahan data penelitian memilih metode triangulasi,
dimana penelitian memilih triangulasi teknik, mengunakan observasi
parstisipatif, wawancara mendalam, dan dokumtasi.45 Penelitian juga
mengecek data dengan wawancara yang sama dan teknik yang berbeda,
wawancara yang dapat dilakukan dengan mengali informasi yaitu pihak-
pihak yang berhubungan dengan kegiatan Konsep Pendidikan Keluarga
Dalam Islam.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

45
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2018), hal. 125
21

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM


Pendidika keluarga sangatlah penting bagi anak karena pendidikan
anak yang pertama kali yaitu dari orang tua, dengan melalui pendidikan
karakter yang baik terhadap peran konsep pendidikan dalam meningkatkan
skills anak didalam masyarakatnya nanti, anak sangat memilki peran
penting dalam pendidikan karakter karena anak merupakan penerus orang
tuanya maka dari pada itu orang tua harus mendidik anaknya dengan sebaik-
baiknya jikalau orang tua tidak mendidik anaknya dengan baik maka anak
tersebut tidak akan dapat berkembang dengan baik.
Untuk mendefinisikan pendidikan karakter dalam keluarga (kecakapan
hidup) anak secara komprehensif barang kali perlu berangkat dari kata
“pendidikan” dan “karakter”. Pendidikan didefinisikan oleh para ahli dari
berbagai sudut pandang, tergantung dari sudut pandang apa para ahli
mendefinisikan. Ki Hadjar Dewantara menyatakan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras
dengan alam dan masyarakatnya.46 Doni Koesoema A. Mengartikan
pendidikan sebagai proses internalisasi budaya kedalam diri individu dalam
masyarakat menjadi beradab.47 Marimba menyebutkan pendidikan sebagai
“bimbingan dan pembinaan” seara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan anak untuk meningkatkan skills anak didik enuju
terbentuknya kepribadian yang utuh.48
Sementara sebagian para ahli mendefinisikan pendidikan sebagai
proses dimana bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk
menjalankan kehidupannya, dan untuk memenuhi tujuan hidup secara
efektif dan efision. Misalanya yang dinyatakan oleh Sudirman N bahwa
pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk memengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar

46
Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luhur Taman Persatuan
Siswa, 1990), hal. 14
47
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Taman Modern
(Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 80
48
Marimba D, Pengantar Filsifat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’rif, 1989), hal. 19
22

menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mantap.49
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.,
masyarakat, bangsa, dan negara.50
Para ahli berbeda pendapat dalam mengemukakan pendapatnya
tentang pendidikan keluarga dalam Islam. Diantaranya Lickona yang
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya-upaya yang sungguh-
sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak
dengan landasan nilai-nilai etis.51 Pendidikan karakter menurutnya
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan
(doing the good).52 Ratna Megawangi menjelaskan pendidikan karakter
sebagai sebuah usaha sadar untuk mendidik peserta didik agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.53

BAB V
PENUTUP

49
Sudirman N. Ilmu Pengetahuan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal 4
50
Undang-undang RI Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, hal 74
51
Lickona, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011),
hal. 61-62
52
Thomas Lickona, Educating For haracter, How Our Can School Can Teach Respect and
Responsibility, (Jakarta : Batam Buku, 1992), hal. 12
53
Drs. Dharma Kesuma, M.pd, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Disekolah,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 5
23

A. Kesimpulan
Dalam pembahasan tentang “pendidikan keluarga dalam Islam” dilihat dari
hasil dokumentasi dengan berbagai pihak, maka dapat penulis simpulkan:
1. Bahwasanya orang tua mempunyai cara untuk mendidik anaknya yakni
dengan cara memberikan contah yang baik dan senantiasa memberikan
nasihat yang baik memberikan hukuman bagi setiap anak yang melanggar,
dengan tujuan sebagai pendidik dalam membentuk akhlak yang baik, dan
juga orang tua harus mengadakan kegiatan-kegiatan rutin baik harian,
mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan sehingga memberikan kesan positif
bagi anak yang mengikuti kegiatan tersebut.
2. Bahwasanya anak memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
akhlak yang mulia yaitu sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diselesaikan oleh peneliti, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada para orang tua yang mendidik anaknya disarankan agar selalu
memberikan contoh prilaku yang baik terhadap anaknya supaya apa
yang diajarkan orang tuanya menjadi pengaruh yang baik untuk
kehidupnya dimasa yang akan datang.
2. Didiklah anak dengan lemah lembut jikalau bisa jangan gunakan
kekerasan karena jika anak sudah merasa tertekan maka pikirannya tidak
akan stabil, dan ia juga berprilaku tidak sesuai dengan apa yang kita
inginkan, maka dari pada itu didiklah anak menurut ajaran agama.
3. Kepada anggota keluarga agar selalu memberikan contoh yang baik
kepada anak-anaknya dan juga bermanfaat bagi orang lain apa yang
ajarkan kepada anak-anak tersebut, tidak ada yang lebih penting
melainkan pendidikan anak untuk masa depan mereka.

DAFTAR ISI
https://id.wikipedia.org/wiki Anak
24

https://m.oase.id/read/qW0mVR

https://id.Wikipedia.org/wiki/Pendidikan

https://m.oase.id/read/qW0mVR

KH, Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, (Jakarta : Gaung Persada,
2016), hal. 5

Muhibbin syah, Pendidikan Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 2018), hal. 28

Budiono, Keluarga Dan Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1989), hal.
8

https://www.silabus.web.id/ (Diakses Tanggal 09 April 2021)

Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luruh Persatuan Taman Siswa),


hal. 14

Doni Koesoema, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern,


(Jakarta : Gransindo, 2007), hal. 80

H. Fuad Ihsan, Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern, (Jakarta : Gransindo, 2007), hal.
15

Marimba D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hal. 19

Dapartemen Pendidikan Nasional, Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-


2025, (Jakarta : Dapartemen Pendidikan Nasional, 2010), hal. 48

Ibid, hal. 35

Ibid, hal. 36

Ibid, hal. 37

Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Jakarta :Dapartemen Pendidikan


Nasional, 2010), hal. 114

Undang-Undang Sisdiknas Tahun Nomor 20 Tahun 2003

Ibid, hal. 17

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1980),


Cet. Ke 4., hal. 41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Niaga Swadaya. 1990),
hal. 8

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hal. 190

Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
hal. 102-203

Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam, (Jakarta : Al-Ma’arif,1980), hal. 142
25

Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal. 4

Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
hal. 102-203

Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam, (Jakarta : Pelangi Publishing, 1998), hal. 142

Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal. 4

Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta : Pelangi


Publishing, 2010), hal. 34

http://jurnalpai.uinsby.ac.id/ 02/04/2021

Ibid, hal. 23

Ibid, hal. 21

Rahmat dan M. Gandaatmaja, Keluarga dan Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja


Rosda Karya, 1989), hal. 20

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006),
hal. 226

Baron, R. A dan Donn Byrne, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Erlangga2003), hal. 44


Ali Qaimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak, (Bogor : Cahaya, 2002), hal. 2

Ibid, hal. 6

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prisip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung :


CV. Diponegoro, 1992), hal. 194-200

Muhammad Shohib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 18

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2010),
hal. 204

Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skrifsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : Alfabeta, 2014),
hal. 288

Miles Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta : UIPress, 1992), hal. 57

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2018), hal. 125

Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luhur Taman Persatuan Siswa,


1990), hal. 14

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Taman Modern,


(Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 80
Marimba D, Pengantar Filsifat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’rif, 1989), hal. 19

Sudirman N. Ilmu Pengetahuan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal 4


26

Undang-undang RI Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, hal 74

Lickona, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011),


hal. 61-62

Thomas Lickona, Educating For haracter, How Our Can School Can Teach Respect and
Responsibility, (Jakarta : Batam Buku, 1992), hal. 12

Drs. Dharma Kesuma, M.pd, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Disekolah,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 5

Anda mungkin juga menyukai