BAB I
PENDAHULUAN
1
https://id.wikipedia.org/wiki Anak
2
https://m.oase.id/read/qW0mVR
3
https://id.Wikipedia.org/wiki/Pendidikan
2
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas pembahasan ini, maka penulis merumuskan
beberapa masalah, agar lebih terarah dan lebih jelas dan berdasarkan
permasalahan diatas, maka yang menjadi pokok penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam dalam keluarga?
2. Apa fungsi keluarga dalam mendidik anak?
3. Apa peran keluarga dalam mengasuh anak?
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
5
http://yudi-wiratama.blogspot.com/
3
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pendidikan Islam dalam keluarga
2. Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam mendidik anak
3. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mengasuh anak
D. Manfaat Penelitian
Penulis harapkan dengan karya tulis (Paper) ini yang berjudul
“Pendidikan Keluarga Dalam Islam” diharapkan dapat memberi manfaat
bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai motivasi bagi penulis agar selalu gemar melaksanakan atau
menjalankan akhlak anak dengan baik.
2. Sebagai masukan nasihat dan semangat kepada anak untuk gemar
melaksanakan atau menjalankan akhlak anak yang baik.
3. Agar dapat menjalankan akhlak anak dalam keluarga yang baik.
4. Secara teoritas hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran bagi keluarga, dalam melaksanakan peranannya
untuk membangun akhlak anak menjadi yang lebih baik lagi.
5. Secara praktis hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam mengatasi permasalahan dalam dunia
pendidikan keluarga yang berhubungan dengan akhlak.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari berbagai macam masalah dan penafsiran yang
berbeda-beda dalam penelitian ini maka penulis menjelaskan beberapa
istilah secara keseluruhan untuk mempermudah istilah pokok dalam judul
paper ini.
Adapun penjelasan mengenai judul paper ini sebagai berikut :
4
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan paper ini, dipergunakan sistematika yang banyak dan
umum dipakai, dengan pembahasan masalah sebagai mana tertera pada
uraian berikut ini:
6
KH, Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, (Jakarta : Gaung Persada,
2016), hal. 5
7
Muhibbin syah, Pendidikan Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 2018), hal. 28
8
Budiono, Keluarga Dan Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1989),
hal. 8
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut H. Fuad Ihsan menjelaskan bahwa dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada
generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang
terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan hidupnya.9
Pendidikan karakter secara komprehensif barangkali perlu berangkat
dari dua kata: “pendidikan” dan “karakter.” Pertama, pendidikan
didefinisikan oleh para ahli dari berbagai sudut pandang, tergantung dari
sudut pandang apa para ahli didefiniskannya. Ki Hadjar Dewantara
menyatakan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya. 10
Doni Koesoema mengertiakan pendidikannya sebagai proses internalisasi
budaya kedalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.11
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang
berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut
mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang
menyangkut tata tertib. Disiplin memerlukan integritas emosi dalam
mewujudkan keadaan.
9
https://www.silabus.web.id/ (Diakses Tanggal 09 April 2021)
10
Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan. (Yogyakarta : Majelis Luruh Persatuan Taman Siswa),
hal. 14
11
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern,
(Jakarta : Gransindo, 2007), hal. 80
7
diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, msndiri, hidup
sehat,bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati jani, adil, rendah hati, dan
nillai-nilai lainnya.14
2. Metode Pendidikan
Dengan adanya kemampuan mempertahankan dan mempekuat
pendidikan, maka kita perlu beberapa hal yang dibawah ini:
a. Keterampilan organisasi
Langkah pertama, menuju ketampilan organisasi dan pengusaan
waktu, serta untuk benar-benar menjadi manusia yang berpendidikan adalah
memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan
hidupnya, menurut paham mereka manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan sendiri umtuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Paham
mereka dikenal dengan nama free well dan free act. Kaum Jabariyah
berpendapat sebaliknya. Manusia tidak memiliki kebebasan dan
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.15
b. Rancana tujuan
Langkah kedua, mencipkatan rencana tujuan yang terfokus kepada
hasil. Sebagai hasil atau tujuan rencanakan untuk jangka harian, mingguan,
maupun bulanan bahkan mungkin jangka yang lebih panjang seperti enam
bulan atau satu tahun. 16
c. Menerima tantangan
Langkah yang terakhir ini, merupakan di mana pendidikan diri anda
sangat penting. Dibutuhkan pendidikan karakter untuk berusaha mencapai
tujuan anda. 17
Dengan kita berusaha menerima segala tantangan yang kita hadapi di
dalam kehidupan kita sehari-hari maka akan mengajarkan kita bahwa
14
Dapartemen Pendidikan Nasional, Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-
2025, (Jakarta : Dapartemen Pendidikan Nasional, 2010), hal. 48
15
Ibid., hal. 35
16
Ibid., hal. 36
17
Ibid., hal. 36
9
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan yaitu pendidikan karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemampuan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter disekolah,
semua komponen (pemangku pendidikan) harus terlibat dan dilibatkan,
termasuk konponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan saran prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan.19
Dengan mengawali hari dengan tindakan positif yang produktif
merupakan salah satu hal pertama yang paling mendasar untuk membentuk
pendidikan karakter manusia. Jikalau kita berpendidikan dengan baik maka
semua impian yang kita inginkan akan tercapai dan sangat berguna bagi
kehidupan kita sehari-hari. Dan kita sebagai manusia yang pasti mempunyai
impian didalam kehidupan ini, agar menjadi yang lebih baik lagi, dengan
penanaman pendidikan inilah yang akan menjadikan semua impian kita
tercapai.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta
18
Ibid., hal. 37
19
Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam (Jakarta : Dapartemen Pendidikan
Nasional, 2010), hal. 114
10
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.20
Seorang pakar pendidikan, Darmawan Iskandar menyatakan bahwa
pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusian dari manusia.21
20
Undang-Undang Sisdiknas Tahun Nomor 20 Tahun 2003
21
Ibid., hal. 17
22
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.., hal. 41
11
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…hal. 8
24
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hal. 190
25
Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara,
1991), hal. 102-203
12
adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
memengaruhi seseroang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa
atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mantap.30
Individu yang berpendidikan baik dan unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap dirinya sendiri, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya
dengan mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya.
Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yag mengarah
pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi pekerti yang
selalu mengajarkan, membinmbing, dan membina setiap manusia untuk
memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan penampilan menarik.31
Definisi-definisi di atas memperhatikan bahwa pendidikan adalah
sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani
anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari definisi-definisi uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua
hal penting tentang pendidikan antara lain yaitu.
1. Pendidikan merupakan suatu yang sangat diperlukan/dibutuhkan
manusia.
2. Dengan pendidikan manusia tahu mana jalan yang benar dan mana
jalan yang salah.
Pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah
pendidikan dalam keluarga yang berperspektif Islam. Pendidikan dalam
keluarga yang berperspektif Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada
tuntunan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan
untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika,
30
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, hal. 4
31
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta : Pelangi
Publishing, 2010), hal. 34
14
32
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/ 02/04/2021
33
Ibid., hal. 23
34
Ibid., hal. 21
15
35
Rahmat dan M. Gandaatmaja, Keluarga dan Masyarakat Modern, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 1989), hal. 20
36
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006),
hal. 226
16
37
Baron, R. A dan Donn Byrne, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Erlangga2003), hal. 44
38
Ali Qaimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak, (Bogor : Cahaya, 2002), hal. 2
39
Ibid, hal. 6
40
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prisip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung :
CV. Diponegoro, 1992), hal. 194-200
17
6. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (orang tua) adalah merawat,
memelihara serta melindungi, lebih spesifik lagi menurut H. Djuju
Sudjana sebagaimana yang dikutip oleh Jalaludin Rahmad, orang tua
mempunya fungsi berikut:
a. Fungsi Biologis
Keluarga sebagai suatu organisme fungsi biologis, fungsi ini
memberi kesempatan hidup pada setiap anggotanya. Keluarga disini
menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang
pangan, dan papan dengan syarat teryentu sehingga keluarga
memungkinkan makhluk seperti ini dapat hidup.
Tugas biologis lain dan masih merupakan kebutuhan dasar adalah
kebutuhan untuk memenuhi hubungan seksual dan mendapatkan
keturunan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan biologis atau
seksual, dalam keluarga perlu diikat oleh suatu perkawinan suami istri
memenuhi kebutuhan dasar tersebut dan tanggung jawab.
BAB III
METODE PENELITIAN
41
Muhammad Shohib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 18
18
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini
merupakan penelitian tentang riset yag bersifat deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sesuai dengan
fakta dilapangan. Dimana peneliti akan melihat secara langsung bagaimana
strategi memberikan kemampuan dasar menggunakan dasar kecakapan
santri.
Penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif, berasal dari latar
belakang alamiah sebagai kebutuhan, ia mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, ia memanfaatkan metode kualitatif, analisa data secara induktif,
yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan khusus untuk diperlakukan
secara umum.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data
penelitian. Dikalangan penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian atau
responden sering disebut dengan informasi, yaitu orang yang memberikan
informasi tentang data yang sedang dilaksanakan.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Azhaar, Jln. Pelita
Kel. Pelita Jaya Kec. Lubuklinggau Barat I Sumatera Selatan dan penelitian
ini dilakukan selama kami menjalani program Niha’ie.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah mengunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Dokumentasi
19
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2010), hal. 204
43
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skrifsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : Alfabeta,
2014), hal. 288
44
Miles Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta : UIPress, 1992), hal. 57
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2018), hal. 125
21
46
Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luhur Taman Persatuan
Siswa, 1990), hal. 14
47
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Taman Modern
(Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 80
48
Marimba D, Pengantar Filsifat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’rif, 1989), hal. 19
22
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mantap.49
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.,
masyarakat, bangsa, dan negara.50
Para ahli berbeda pendapat dalam mengemukakan pendapatnya
tentang pendidikan keluarga dalam Islam. Diantaranya Lickona yang
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya-upaya yang sungguh-
sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak
dengan landasan nilai-nilai etis.51 Pendidikan karakter menurutnya
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan
(doing the good).52 Ratna Megawangi menjelaskan pendidikan karakter
sebagai sebuah usaha sadar untuk mendidik peserta didik agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.53
BAB V
PENUTUP
49
Sudirman N. Ilmu Pengetahuan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1987), hal 4
50
Undang-undang RI Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, hal 74
51
Lickona, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011),
hal. 61-62
52
Thomas Lickona, Educating For haracter, How Our Can School Can Teach Respect and
Responsibility, (Jakarta : Batam Buku, 1992), hal. 12
53
Drs. Dharma Kesuma, M.pd, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Disekolah,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 5
23
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan tentang “pendidikan keluarga dalam Islam” dilihat dari
hasil dokumentasi dengan berbagai pihak, maka dapat penulis simpulkan:
1. Bahwasanya orang tua mempunyai cara untuk mendidik anaknya yakni
dengan cara memberikan contah yang baik dan senantiasa memberikan
nasihat yang baik memberikan hukuman bagi setiap anak yang melanggar,
dengan tujuan sebagai pendidik dalam membentuk akhlak yang baik, dan
juga orang tua harus mengadakan kegiatan-kegiatan rutin baik harian,
mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan sehingga memberikan kesan positif
bagi anak yang mengikuti kegiatan tersebut.
2. Bahwasanya anak memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
akhlak yang mulia yaitu sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diselesaikan oleh peneliti, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada para orang tua yang mendidik anaknya disarankan agar selalu
memberikan contoh prilaku yang baik terhadap anaknya supaya apa
yang diajarkan orang tuanya menjadi pengaruh yang baik untuk
kehidupnya dimasa yang akan datang.
2. Didiklah anak dengan lemah lembut jikalau bisa jangan gunakan
kekerasan karena jika anak sudah merasa tertekan maka pikirannya tidak
akan stabil, dan ia juga berprilaku tidak sesuai dengan apa yang kita
inginkan, maka dari pada itu didiklah anak menurut ajaran agama.
3. Kepada anggota keluarga agar selalu memberikan contoh yang baik
kepada anak-anaknya dan juga bermanfaat bagi orang lain apa yang
ajarkan kepada anak-anak tersebut, tidak ada yang lebih penting
melainkan pendidikan anak untuk masa depan mereka.
DAFTAR ISI
https://id.wikipedia.org/wiki Anak
24
https://m.oase.id/read/qW0mVR
https://id.Wikipedia.org/wiki/Pendidikan
https://m.oase.id/read/qW0mVR
KH, Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, (Jakarta : Gaung Persada,
2016), hal. 5
Budiono, Keluarga Dan Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1989), hal.
8
H. Fuad Ihsan, Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern, (Jakarta : Gransindo, 2007), hal.
15
Ibid, hal. 35
Ibid, hal. 36
Ibid, hal. 37
Ibid, hal. 17
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hal. 190
Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
hal. 102-203
Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam, (Jakarta : Al-Ma’arif,1980), hal. 142
25
Zaninuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
hal. 102-203
Abbuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Islam, (Jakarta : Pelangi Publishing, 1998), hal. 142
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/ 02/04/2021
Ibid, hal. 23
Ibid, hal. 21
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006),
hal. 226
Ibid, hal. 6
Muhammad Shohib, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 18
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2010),
hal. 204
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skrifsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : Alfabeta, 2014),
hal. 288
Miles Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta : UIPress, 1992), hal. 57
Undang-undang RI Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, hal 74
Thomas Lickona, Educating For haracter, How Our Can School Can Teach Respect and
Responsibility, (Jakarta : Batam Buku, 1992), hal. 12
Drs. Dharma Kesuma, M.pd, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Disekolah,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 5