PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam dunia ini merupakan salah satu unnsur terpenting yang memberntuk
unsur manusia seutuhnya. Manusia merupakan makhluk social dimana tak biasa hidup
tanpa adanya manusia lainnya, guna memenuhi kebutuhannya manusia mau tidak mau
akan melakukan interaksi dengan leingkungan sekitarnya, disinilah proses belajar
menunjukkan bahwa eksistensinya sangat tinggi dalam membentuk manusia yang
beradab. Hakikat manusia tak hanya makhluk social pun juga memiliki hak sejak ia ada
yang mana hak tersebut didalamnya terdapat interaksi/ proses belajar untuk mencapai
haknya. Semakin menyukai hal seorang manusia maka semakin ingin tahu pula manusia
pada hal itu, ini pun menjadi hakikat manusia dalam psikologi belajar
Manusia interaksi pertama ia dapat dari keluarganya, seorag individu terutama ibu
merupakan madrasah pertama (dalam istilah islam) bagi seorang anak, diamana dalam
keluarga ini seorang individu melakukan interaksi dengan keluargnya dari lahir sampai
meninggal, ini bisa disebut proses belajar seumur hidup (long life education). Dalam
keluarga seorang anak mempunyai waktu yang lebih banyak jika disbanding dengan
penedidikan sekolah dimana pendidikan keluarga bertugas untuk membina, membimbing
anak terkait aspek-aspek selain ilmu formal yang tidak terlalu maksimal di lembaga
pendidikan, terutama kebutuhan kasih sayang terhadap seorang anak.
Melihat pentingnya pendidikan keluarga dalam kehidupan individu maka kami hendak
mengkaji mengenai pendidikan keluarga lebih dalam melalui kajian filsafat pendidikan
keluarga.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah daripada makalah FILSAFAT PENDIDIKAN KELUARGA
sebgai berikut:
1. Pengertian Pendidikan Keluarga ?
2. Bagaimana Ontologis PendidikanKeluarga?
3. Bagaiamana Epistemologis Pendidikan Keluarga?
4. Bagaimana Aksiologis Pendidkan Keluarga?
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar “didik”. Dengan
memberi awalan ”pe” dan akhiran “kan”, maka mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara, dan sebagainya).1 Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.2 Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian
secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya. Selanjutnya para pakar ilmu pengetahuan mengemukakan
beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
1. Menurut Hoogeveld yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati,
mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan
tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
2. Menurut S. Brojonegoro yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati,
mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti
rohani dan jasmani. 3Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai
usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaanya
1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), 702.
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), cet. Ke-2, 1.
3
Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 70.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,
1996), 471.
5
Safruddin Azziz, PENDIDIKAN KELUARGA; KONSEP DAN STRATEGI, (Yogakarta, GAVA MEDIA;2015), 15.
B. Ontologis Filsafat Pendidikan Keluarga
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret atau ke-realitasan dari keberadaan.
Konsep keluarga sudah setua sejarah kehidupan manusia. Dimana ada manusia
pastilah ada keluarga yang melahirkan, merawat serta mendidiknya meskipun dalam
waktu yang amat singkat.
Pendidikan bagi setiap individu merupakan sebuah kebutuhan yang harus
dipenuhi guna meningkatkan taraf hidupnya dan mengankat derajatnya dimana itu
dilakukan oleh keluarga, sekolah ataupun masyarakat. 7
Pendidikan pertama individu berlangsung dalam keluarga dimana ini menjadi
dasar yang juga menetukan keberlangsunngan pendidikan individu kedepannya. Jika
dilihat dari fungsi keluarga dalam bidang sosial sebagai sarana pertama dalam proses
intreksi sosial dan menjalin hubungan yang erat baik dalam satu keluarga ataupun
secara luas.8 Tentunya disini proses belajar individu pertama kali terjadi dalam
lingkup keluarga.
Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua
memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya
sejak lahir. Manusia diciptakan manusia mempunyai sifat mencintai anaknya.
6
Muhaimin Abd Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filososfis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya,
(Bandung: Trigenda Karya, 1993), 289.
7
Hasan Baharuddin, PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA; TELAAH EPISTEMOLOGIS, Pedagogik; Jurnal
Pendidikan, Vol. 3, No. 2, 2016. 106.
8
Safruddin Azziz, PENDIDIKAN KELUARGA; KONSEP DAN STRATEGI, 18.
Dalam UU tentang Sitem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 13-
14, dijelaskan bahwa pendidikan keluarga merupakan upaya pembinaan yang
ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsanagna pendidikan untuk memebantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki Pendidikan lebih lanjut. 9Disebutkan juga bahwa
Pendidikan keluarga merupakan jenis pendidikan informal.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang tokoh pendidikan
Indonesia, juga menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang (anak)
adalah alam pendidikan permulaan. Untuk pertama kalinya, orang tua (ayah
maupun ibu) berkedudukan sebagai penuntun (guru), sebagai pengajar,
sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang utama diperoleh
anak. Maka tidak berlebihan kiranya manakala merujuk pada pendapat para
ahli di atas konsep pendidikan keluarga. Tidak hanya sekedar tindakan
(proses), tetapi ia hadir dalam praktek dan implementasi, yang dilaksanakan
orang tua (ayah-ibu) degan nilai pendidikan pada keluarga.10
9
Kemendikbud, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003, UNDANG-UNDANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, 2.
10
M. Syahrani jailani, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak,
Nadwa; Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, no. 2, Oktober 2014, 248.
11
Admin, Mengenal Teori Belajar: Hereditas, Tabularasa, Nativisme, Behaviorisme, Konvergensi Dan Fitrah,
Mengenal Teori Belajar: Hereditas, Tabularasa, Nativisme, Behaviorisme, Konvergensi Dan Fitrah | Fikroh.com,
diakses pada 3 Desember 2021.
2. Teori Nativisme
Nativus (latin) berarti karena kelahiran. Aliran nativisme berpendapat bahwa
tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan
berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaan anak-anak itu
ada baik dan ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
Aliran Nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan
bakatnya sejak lahir sehingga pengalaman tak berpengaruh apa – apa. Jadi anak
harus diberi kebebasan mencari apa yang mereka perlukan
.
3. Teori Konvergensi
Dalam teori ini berpendapat bahwa potensi anak berdasar pembawaan dan
lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa
pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan
melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu
tugas pendidik adalah menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin
potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga,
masyarakat, nusa, dan bangsanya.
Selain daripada ini fungsi keluarga ada banyak yang digunakan secara umum adalah 8
fungsi keluarga menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional), yakni14:
1. Fungsi Keagamaan
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan cinta kasih. Dengan
cinta dan kasih sayang yang terjadi dengan baik di keluarga, maka rumah tangga
akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi Perlindungan
Fungsi ini menekankan bahwa keluarga merupakan pelindung yang pertama dan
utama dalam memberikan kebenaran, keteladanan, serta tempat bernaung kepada
anak dan keturunan.
13
Hasan Baharuddin, “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA; TELAAH EPISTEMOLOGIS”, 104.
14
BKKBN Kalimantan Tengah, 8 Fungsi Keluarga Modal Mencapai Kesejahteraan Keluarga, 8 Fungsi Keluarga,
Modal Mencapai Kesejahteraan Keluarga – BKKBN | KALTENG, 2020, diakses pada 3 Desember 2021.
5. Fungsi Reproduksi
7. Fungsi Ekonomi
8. Fungsi Lingkungan
Kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman perlu
ditanamkan sejak dini. Hal ini bertujuan agar mendorong sikap dan perilaku
peduli lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan
kegiatan penghijauan, hemat energi, dan sebagainya.
Guna melaksanakan fungsi serta tanggung jawab dalam Pendidikan keluarga orang
tua atau pelaku harulah menempuh berbagai cara, antara lain15:
1. Adanya kesadaran orang tua akan tanggung jawab pendidikan dan membina
anak terus menerus.
2. Orang tua perlu dibekali dengan teori-teori pendidikan atau bagaimana cara-
cara mendidik anak.
3. Orang tua perlu juga meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, dengan cara belajar terus
menerus.
15
Hasby Wahy, “KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN YANG PERTAMA DAN UTAMA”, Jurnal Ilmiah
Didaktika, 247.
meminimalisir maka orang tua harus memperhatikan pola asuh apa yang akan
digunakan pada sang anak, berikut pola asuh keluarga, yakni;16
Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak.
Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis
dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka, bijaksana karena adanya
komunikasi dua arah. Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian, dan
memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini
mendorong
Penggunaan pola asuh pada anak tergantung pada keluarganya, setiap pola asuh
tentunya ada kelemahan dan kelebihan masing – masing pun juga pengaruhnya pada
terbentuknya individu, diharapkan bijaknya orang tua dalam menggunakan pola asuh
yang cocok terhadap anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
17
Elfira,Dian dkk, “ONTOLOGI EPITEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER”, Oktober 2021, Vol.
4, No. 5, 310.
18
Safruddin Azziz, PENDIDIKAN KELUARGA; KONSEP DAN STRATEGI, 22.
Ramayulis. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. cet. Ke-2.
Ahmadi, Abu, Nur Ubhiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mujib, Muhaimin Abd. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filososfis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya.
Jailani, M. Syahrani. 2014. “Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang
Tua dalam Pendidikan Anak”. Nadwa; Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, no. 2.