Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh:

Ira Kurnia Putri, Lutfi Abrari, dan Sri Wati Putri

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Irakurniaputri21@gmail.com lutfiabrari24@gmail.com sriwatiputri2@gmail.com

ABSTRAK: Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dialami anak


manusia ketika dilahirkan ke dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, keluarga
juga merupakan lingkungan utama tempat terbentuknya kepribadian anak
manusia. Tahun-tahun formatif lebih banyak dihabiskan dalam lingkungan
keluarga. Dengan demikian, dalam keluargalah anak manusia menjalani proses
pendidikan dasar. Berbagai bentuk perilaku keluarga, terutama perkataan dan
perbuatan kedua orang tua, baik itu pendidikan, demonstrasi atau penerapan
kebiasaan dalam kehidupan sosial keluarga, akan mempengaruhi perkembangan
pola perilaku anak selanjutnya. Oleh karena itu, orang tua hendaknya dapat
menanamkan pendidikan yang baik dan benar kepada anaknya sejak dini,
sehingga perilakunya dapat lebih berkembang dan mencerminkan kepribadian
yang luhur, yang baik bagi dirinya, agama, keluarga, masyarakat, dan masyarakat.
bangsa.

Kata Kunci: Pendidikan, Pernikahan, Keluarga, Anak, Orangtua, Sakinah,


Mawaddah, Warahmah

ABSTRACT: The family is the first environment experienced by human children


when they are born into the world. In subsequent developments, the family is also
the main environment in which the human child's personality is formed. Most of
the formative years are spent in a family environment. Thus, it is in the family that
human children undergo the basic educational process. Various forms of family
behavior, especially the words and actions of both parents, be it education,
demonstrations, or the application of habits in family social life, will influence the
development of the child's subsequent behavior patterns. Therefore, parents
should be able to instill good and correct education in their children from an early
age so that their behavior can be more developed and reflect a noble personality,
which is good for themselves, their religion, their family, and society nation.

KEYWORDS: Education, Marriage, Family, Children, Parents, Sakinah,


Mawaddah, Warahmah

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang


pertama dan utama dialami oleh anak-anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati titik orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat
melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. 1 Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam surat At Tahrim ayat 66:

      \

"Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu".

Dalam wahana keluarga orang tua terutama ayah sebagai kepala keluarga
dengan bantuan anggotanya harus mampu mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan sebuah keluarga. Seperti bimbingan, ajakan, pemberian contoh,
kadang saksi yang khas dalam sebuah keluarga, baik dalam wujud pekerjaan ke
rumah tanggaan keagamaan maupun kemasyarakatan lainnya yang dipikul atau
seluruh anggota keluarga, atau secara individual, termasuk interaksi dalam
pendidikan keluarga. Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga adalah kumpulan
individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh
individu yang bernaung di dalamnya. Begitu pentingnya keluarga dari kehidupan
manusia bagi individu maupun kelompok orang.2

1
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Prrsada, 2006), hal. 38
2
Ki Hajar Dewantara, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1961), hlm. 250.
Abdullah dan berns juga memperkuatkan argumen, bahwa keluarga adalah
suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama ekonomi dan
reproduksi.3 di sisi lain, dalam konteks pengertian psikologis keluarga dimaknai
sebagai kumpulan orang yang hidup bersama dengan tempat tinggal bersama dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling memperhatikan, saling membantu, bersosial dan
menyerahkan diri.4

Manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan agar dapat saling


menyayangi, saling menerima dan memberi antara satu dengan yang lainnya.
Kepada Allah subhanahu wa ta'ala melaksanakan pernikahan adalah
melaksanakan perintah agama dan sekaligus mengikuti jejak dan Sunnah para
rasul Allah karena itu, jika seseorang sudah mencukupi persyaratan untuk
menikah maka dia diperintahkan untuk melaksanakannya, karena dengan menikah
hidupnya akan lebih.5

Dalam pandangan Alquran salah satu tujuan pernikahan adalah untuk


menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, istri
dan anak-anaknya .6

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Keluarga


1. Pengertian Pendidikan
Dalam arti sederhana pendidikan sering sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.7

3
M. Imron Abdullah, Pendidikan Keluarga Bagi Anak, (Cirebon: Lektur, 2003), hlm. 225.
4
Robert M. Berns, Child, Family, School, Community Socilization and Support, (United State:
Thomson Corporation, 2007), hlm. 87.
5
Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta:TERAS, 2010), 130
6
Quraish Shihab, Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam, Vol. 4 N0.1, Tahun 2011, 4
7
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Kependidikan, (Jakarta : PT: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 1
Secara Etimologi, kata pendidikan berasal dan kata dasar “didik” yang
berarti “memelihara (ajaran)”.8 Dalam kamus bahasa Inggris disebut
education berasal dan kata to educate berarti “mendidik”. 9 Jadi, mendidik
adalah pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai
gejala-gejala pendidikan.
Secara Terminologi berdasarkan beberapa pakar pendidikan, diantaranya
sebagai berikut:
a. George F. kneller
Mengutip Wiji Suwarno (2009) kneller menyatakan bahwa
pendidikan memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas, pendidikan
diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi
perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Dalam
arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan
pengetahuan nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang
dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti
sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga lainnya
b. John S. Brubacher
Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan
kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian
disempurnakan dengan kebiasaan kebahasaan yang baik, didukung
dengan alat. Media yang disusun disedemikian rupa sehingga pendidikan
dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan potensi manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya. Ahmad tafsir melihat ada dua hal
penting dalam pengertian pendidikan di atas yaitu : 1) orang yang dapat

8
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hIm.
156.
9
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : Gramedia, 1991), Hlm.
207.
membantu mengembangkan potensi manusia dan 2) orang yang dibantu
agar menjadi manusia.10
2. Pengertian Keluarga
Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi.
Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak,
menolong, melindungi atau merawat orang-orang tua. Diferensi peranan ialah
fungsi solidaritas, alokasi ekonomi, alokasi kekuasaan, alokasi integrasi
(sosialisasi), dan ekpresi menyatakan diri.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986). 11
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan keluarga merupakan
tanggungjawab orang tua kepada anak. Anak merupakan amanah dan Allah
SWT. yang harus dijaga, dirawat, dan diperhatikan segala kebutuhannya, baik
kebutuhan jasmani atau rohani.
B. Hakikat keluarga dalam Islam
a. Pengertian keluarga menurut Islam
1. Pengertian keluarga menurut Islam
Menurut Ulfatmi, keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari
beberapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan
tertentu titik keluarga itu dibina oleh sepasang manusia yang telah sepakat
untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia didasari keyakinan
yang dikukuhkan melalui pernikahan, dipateri dengan kasih sayang, yang
bertujuan untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju
ridho Allah.12

10
Helmawati, Pendidian Keluarga, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 22.
11
Yufridawati, dll. Pendidikan keluar di satuan Pendidikan. ( Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang, Kemendikbud, 2017), hlm. 9

12
Ulftami, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kemenag RI, 2011), hlm. 19
Pengertian keluarga menurut William goode dirumuskannya sebagai
berikut:13
a) keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari
ayah ibu dan anak.
b) Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan berdasarkan
atas ikatan darah perkawinan atau adopsi.
c) Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan
rasa tanggung jawab.
d) Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam
rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dari
berjiwa sosial.
Berdasarkan pengertian keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga adalah segenap stimuli, interaksi, dan kondisi dalam
hubungannya dengan perilaku ataupun karya orang lain yang berada di sekitar
sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga
menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk
karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah
tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya
lebih dari itu kemak keluarga merupakan contoh tanaman bagi anak. Berawal
dari keluarga segala sesuatu berkembang kemampuan untuk bersosialisasikan
diri, berpendapat hingga perilaku yang menyimpang.14

Dalil tentang keluarga : Q.s az zariyat surah ke 51 ayat 49

       

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat


kebesaran Allah.”

13
William Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 3
14
Syafrial, dkk., Pendidikan Keluarga Menurut Islam dalam Budaya Adat Minangkabau,
(Paaang: FK INSTITUTE, 2018), hlm. 27
2. Syarat terbentuknya keluarga dalam Islam
Keluarga merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang dibentuk melalui
perkawinan yang sah dalam rangka untuk melestarikan kebudayaan titik
sedangkan perkawinan itu sendiri memiliki definisi tersendiri sesuai dengan
terminologi masing-masing. Berdasarkan undang-undang nomor 1 tahun
1974 yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa
(pasal 1). Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agama atau kepercayaan (pasal 2a) tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 2b). Perkawinan
harus didasarkan persetujuan kedua calon mempelai, keduanya sebaiknya
sudah berusia 21 tahun ke atas (pasal 6).
Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan
perempuan dalam suatu hubungan suami istri yang diberikan kekuatan sanksi
sosial. Dengan demikian perkawinan adalah tuntutan sosial setiap individu
yang berlaku umum dalam masyarakat untuk membina ketertiban dan
kelangsungan dalam kehidupan bermasyarakat.
Proses terbentuknya keluarga harus melewati tahap-tahap yang harus
dilalui oleh orang yang akan membentuk lembaga keluarga titik tentunya
tahap-tahap itu harus sesuai dengan karakteristik hukum dan adat yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan titik secara umum tahap-tahap
dalam membentuk lembaga keluarga adalah sebagai berikut.15
a) Tahap pre-nuptual, tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum
dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan adat kebiasaan tata nilai dan
aturan dalam masyarakat yang bersangkutan titik bentuknya misalnya kan
berupa pelamaran pertunangan, penentuan hari perkawinan, dan lain-lain.
Orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memenuhi segala
persyaratan baik material maupun nonmaterial. Material misalnya

15
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S, Family Health Nursing: The Process, (Philiphines: UP College
on Nursing Diliman, 1997), hlm. 67
berkaitan dengan mas kawin, dan sebagainya sedangkan non material
biasanya berkaitan dengan kesiapan psikis individu yang akan
melangsungkan pernikahan.
b) Tahap nupual stage, tahap ini merupakan tahap inti dilangsungkannya
perkawinan yang berupa kesepakatan hidup bersama untuk membina
sebuah keluarga sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
c) Tahap child rearing stage, merupakan tahap pemeliharaan anak-anak
sebagai tanggung jawab dari sebuah keluarga untuk membesarkan dan
mendewasakan anak-anak sehingga tercapai tujuan keluarga yang bahagia
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
d) Tahap muturity stage, merupakan tahap lanjut di mana anak-anak mereka
dari buah perkawinannya sudah melangkah dewasa dan siap untuk
melangsungkan perkawinan membentuk keluarga baru.
Kesimpulannya adalah bahwa keluarga terbentuk dari adanya sebuah
pernikahan antar individu titik yaitu penyatuan komitmen seorang laki-laki
dan perempuan titik oleh dasar itulah mereka berani melangkah ke jenjang
yang dinamakan dengan pernikahan untuk membentuk sebuah keluarga.
Setelah menikah dan mengucapkan ekor janji sumpah setia, sepasang suami
istri memberanikan diri untuk menambah satu atau lebih anggota keluarganya
dengan memiliki seorang anak atau lebih.
3. Tujuan pembentukan keluarga dalam Islam
Untuk merealisasikan keluarga yang ideal sesuai dengan apa yang
dikehendaki tuntunan Alquran dan hadis, sebelumnya diperlukan proses
pembentukan keluarga itu sendiri titik secara khusus berupa pembinaan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Seorang muslim
hendaklah memiliki motivasi berkeluarga adalah untuk beribadah kepada
Allah, menjaga kesucian diri gema dan merealisasikan amal bahwa
berkeluarga adalah bagian dari sebuah pengimplementasian pesan-pesan
Allah dalam Alquran dan petunjuk Rasulullah SAW. Membangun keluarga
yang sakinah mawaddah warahmah adalah sasaran yang ingin dicapai seorang
muslim, keluarga dalam arti kehidupan rumah tangga diawali dari adanya
ikatan pernikahan yang disebut sebagai mitsaqan ghaliza(ikatan yang
kokoh).16 Allah SWT menganjurkan pernikahan lewat firmannya:

        


          

Artinya : dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan


orang-orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba saya-mu yang perempuan (Quran surat an-nur ayat 32.)

Berangkat dari tuntunan agama, setidaknya dapat dipahami bahwa tujuan


perkawinan antara lain:17
1. Untuk memperoleh ketenangan hidup dan penyalur hasrat biologis pada
jalan yang benar
2. Untuk menjaga kesucian diri kehormatan, dan pandangan mata
3. Untuk mendapatkan keturunan dan generasi penerus.

C. Fungsi keluarga dalam Islam


Keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan
kesinambungan, serta adaptasi reprokal antara keluarga dengan anggotanya,
dengan lingkungannya dan dengan tetangganya. Kemampuan berfungsi
sebagai secara positif dan negatif bagi sebuah keluarga salah satunya jika
berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan peranan dan fungsinya
terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.18
Keluarga terbentuk dari ikatan pertemuan antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang pada akhirnya akan hidup dalam satu atap yaitu
rumah tangga keluarga. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut.
1. Fungsi religius, keluarga berfungsi religius artinya keluarga berkewajiban
dalam memperkenalkan dan mengajak anaknya untuk hidup beragama
sesuai keyakinan yang dianut sehingga bekal agama yang mereka dapat
16
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan; Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Qur’an dan al-
Sunnah, (Jakarta: Akademik Pressindo, 2003), hlm. 6
17
Ibid., hlm. 14
18
Amstrong, Thomas, Setiap Anak Cerdas, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 57
dari orang tuanya ini akan mampu menuntun mereka menjalani hidup
yang lebih baik serta tidak menyesal di kemudian hari. Rasulullah
mengatakan :
2. Fungsi biologis keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak. Fungsi
ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
3. Fungsi afeksi, dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan
kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat
hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan.
4. Fungsi sosialisasi fungsi ini menunjuk peranan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak titik melalui interaksi ini anak akan
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-
nilai di kehidupan masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya.19 Dalil al Furqon ayat 54:
           
 
“dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa.”
5. Fungsi edukasi, keluarga dalam hal ini adalah satu-satunya lingkungan
yang mampu mendidik anak menjadi sosok muslim yang sholeh.
Keluarga adalah lahan istimewa untuk menyelamatkan rasa cinta kepada
Allah dan Rasul, juga perasaan cinta kasih dan gotong royong.

D. Keluarga sakinah mawadah dan warohmah


Manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan agar dapat saling
menyayangi, saling menerima dan memberi antara satu dengan yang lainnya
untuk memperoleh ketentraman jiwa dalam rangka menunjang penghambaan
kepada Allah SWT melaksanakan pernikahan adalah melaksanakan perintah
agama dan sekaligus mengikuti jejak dan Sunnah para rasul Allah. Karena itu,
jika seseorang sudah mencukupi persyaratan untuk menikah maka dia

19
William Goode, Op.Cit., hlm. 48
diperintahkan untuk melaksanakannya karena dengan menikah hidupnya akan
lebih sempurna. Dalam pandangan Alquran salah satu tujuan pernikahan
adalah untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawadah warahmah antara
suami sama istri dan anak-anaknya.20 Hal ini ditegaskan dalam Q.s Ar -
Rum:21

         
           

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”

Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ditulis dalam Alquran


dan tafsinya departemen agama.dalam penjelasan tafsirnya, diuraikan bahwa
tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu kehidupan bersama antara laki-laki dan
perempuan dalam sebuah perkawinan. Manusia mengetahui bahwa mereka
mempunyai perasaan tertentu terhadap jenis yang lain. Perasaan dan pikiran-
pikiran itu ditimbulkan oleh daya tarik yang ada pada masing-masing mereka,
yang menjadikan yang satu tertarik kepada yang lain sehingga antara kedua
jenis, laki-laki dan perempuan itu terjalin hubungan yang wajar. Mereka
melangkah maju dan berusaha agar perasaan-perasaan dan kecenderungan-
kecenderungan bisa tercapai.21
Kata sakinah, dalam Quran surah ar-rum ayat 21 di atas, dalam Alquran
dan tafsirnya departemen agama ditafsirkan dengan cenderung dan tentram.
Penafsiran ini tidak jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh
mufasir lainnya. Mufassir Indonesia Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata
sakinah yang tersusun dari huruf-huruf sin, kaf dan nun mengandung makna

20
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Tafsir (Edisi yang disempurnakan): Sambutan Kepala
badan Litbang dan Diklat, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hlm. 481
21
Ibid.
ketenangan atau antonim kegoncangan dan pergerakan. Menurutnya pakar-
pakar bahasa menegaskan bahwa kata-kata itu tidak digunakan kecuali untuk
menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya ada
gejolak.22
Di samping sakinah, Alquran menyebut dua kata lain dalam konteks
kehidupan rumah tangga, yaitu mawaddah dan rahmah. Dalam Alquran dan
tafsirnya departemen agama diterjemahkan dengan rasa kasih dan sayang.
Dalam penjelasan kosakatanya, mawaddah berasal dari fi'il wadda-yawaddu-
waddan yang artinya cinta, kasih, dan suka. Sedangkan Rahmah berasal dari
fi'il rahima yarhamu rahmatan wa marhamatan yang berarti sayang, menaruh
kasihan.23
Dalam penjelasan tafsirnya, Alquran dan tafsirnya departemen agama
menguraikan penjelasan tentang mawaddah dan rahmah dengan mengutip
dari berbagai pendapat. Diantaranya, pendapat mujahid dan ikrimah yang
berpendapat bahwa kata mawaddah adalah sebagai ganti dari kata nikah
(bersetubuh), sedangkan kata Rahmah sebagai kata ganti anak.24 menurutnya,
maksud ayat "bahwa dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang"
iyalah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan dari jenis sendiri yaitu jenis manusia,
akan terjadi persenggemaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan
keturunan. Persenggamaan merupakan sesuatu yang wajar dalam kehidupan
manusia, sebagaimana adanya anak-anak yang merupakan suatu yang umum
pula.25
E. Kesimpulan
Lingkungan keluarga adalah semua rangsangan, interaksi, dan kondisi
yang berkaitan dengan perilaku atau pekerjaan orang lain di sekitar
sekelompok orang yang dipersatukan oleh darah, perkawinan, atau adopsi.
Keluarga terbentuk dari adanya sebuah pernikahan antar individu titik yaitu

22
Quraish Shihab,Op.Cit., hlm. 4
23
Departemen Agama, Loc.cit hlm. 478
24
Ibid., hlm. 482
25
Ibid.
penyatuan komitmen seorang laki-laki dan perempuan titik oleh dasar itulah
mereka berani melangkah ke jenjang yang dinamakan dengan pernikahan
untuk membentuk sebuah keluarga. Untuk merealisasikan keluarga yang ideal
sesuai dengan apa yang dikehendaki tuntunan Alquran dan hadis, sebelumnya
diperlukan proses pembentukan keluarga itu sendiri titik secara khusus berupa
pembinaan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Membangun
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah sasaran yang ingin
dicapai seorang muslim, keluarga dalam arti kehidupan rumah tangga diawali
dari adanya ikatan pernikahan yang disebut sebagai mitsaqan ghaliza.
DAFTAR PUSTAKA

Abddullah, M. I. (2003). Pendidikan Keluarga Bagi Anak. Cirebon: Lektur.

Agama, D. (2009). Al-Qur'an dan Tafsr. Jakarta: Departemen Agama RI.

Amstrong, T. (2005). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bailon, s. d. (1997). Family Healty Nursing the Process. Philiphines: UP College


on Nursing Diliman.

Berns, R. M. (2007). Child, Family, School, Community, Socilization and


Support. United State: Thomson Corporation.

Dewantra, K. H. (1961). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Taman Siswa.

Endarmoko, E. (2006). Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Goode, W. (1991). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. (1999). Dasar - Dasar Ilmu Kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Hasbullah. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo.

Helmawati. (2016). Pendidikan Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Junaedi, D. (2003). Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut


Al-Quran dan Al-Sunnah. Jakarta: Akademik Persindo.

Juwariyah. (2010). Hadis Tarbawi. Yogyakarta: TERAS.

Shadily, J. m. (1991). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Shihab, Q. (2011). Keluarga Sakinah. Jurnal Bimas Islam, 4.


Syafrial, d. (2018). Pendidikan Keluarga Menurut Islam dalam Budaya Adat
Minangkabau. Paang : FK INSTITUTE.

Ulfatami. (2011). Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kemenag


RI.

Wati, y. (2017). Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan. Jakarta:


Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai