Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP

CARA BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Di Desa Air Hitam Kecamatan Ujan Mas)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH:
RINA VERONIKA
NIM: 19531143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) CURUP
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka membangun

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya.Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar

lahiriah seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau

kepuasan batiniah saja seperti pendidikan, rasa, aman, bebas mengeluarkan

pendapat dan sebagainya, melainkan juga keselarasan, keserasian, dan

keseimbangan antara keduanya. Dalam rangka menciptakan manusia

seutuhnya maka pembangunan pendidikan merupakan bidang yang penting

untuk mendapatkan prioritas.

Hubungan dengan hal tersebut, maka pendidikan memerlukan konsep

yang baku sehingga pelaksanaan system pendidikan dapat menciptakan

manusia yang siap pakai. Tujuan pendidikan Nasional berdasarkan UU sistem

pendidikan Nasional tahun 2003 bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. (UUD RI No.20:2003). Dalam

mewujudkan tujuan tersebut,seorang guru dituntut mampu mengembangkan

potensi yang dimiliki pserta didiknya dan membentukan karakternya.

Dikatakan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan

dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan merupakan

tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dengan

demikian, unsur keluarga merupakan hal yang penting sebelum mengarah

lebih lanjut pada sekolah dan masyarakat.

Mengingat pentingnya peranan keluarga itu terhadap pendidikan

terutama terhadap anak-anaknya. Peranan orangtua yang langsung terhadap

anak-anaknya juga adalah mendidik untuk menciptakan ilmu yang berguna

baik melalui sekolah yang berlangsung secara terus menerus maupun di

lingkungan masyarakat dimana ia berada. Hal ini berarti penyediaan materi

dan spirit anak-anaknya turut menentukan, termasuk mengawasi hal-hal yang

tidak diinginkan agar tujuan mewujudkan anak yang soleh dapat tercapai.

Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu beserta anak-anaknya ( keluarga

inti ), ayah dan ibulah yang disebut orang tua. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia istilah orang tua adalah : 1. Orang yang sudah tua 2. Ayah Ibu 3.

Orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, pintar).

Keluarga merupakan institusi sosial yang terpenting dan merupakan

inti sosial yang utama, melalui individu-individu dalam masyarakat


dipersiapkan nilai-nilai kebudayaan, kebiasaan, dan tradisinya dipelihara

kelanjutannya, dan melalui kebudayaan juga dia dipindahkan dari generasi ke

generasi berikutnya.1

Lingkungan pertama yang punya peran adalah lingkungan keluarga,

disinilah anak dilahirkan, dirawat dan dibesarkan. Disinilah proses pendidikan

berawal, orangtua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orangtua adalah

guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena

orangtua (ayah) adalah orang yang pertama kali melafazkan adzan dan

iqomah di telinga anak di awal kelahirannya.Orangtua adalah orang yang

pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak

mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek, dan anggota keluarga lainnya.

Orangtua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial dengan

lingkungan sekitarnya. Orangtua, ibu khususnya karena seorang ibu yang

biasanya punya banyak waktu bersama anak dirumah, bisa menjadi guru yang

baik bagi anak-anaknya, jika seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing

dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal pada tahun-

tahun pertama kelahiran anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam

artian anak masih suci.

Masa anak hanya berinteraksi dengan angota keluarga ini adalah saat

yang tepat bagi orang untuk membentuk karakter seorang anak.Orang tualah

1
Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),
Cet Ke-4, H.6
yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-

hari yang merupakan teladan bagi anak. Di sadari atau tidak oleh orang tua,

gerak-gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan

setiap saat dilihat, dirasakan dan didengar oleh anak adalah proses belajar bagi

mereka. Kalau materi yang sering diterima oleh anak baik, sebuah keluarga

yang harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih saying, secara

otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer kedalam diri anak, di saat

itu bisa dikatakan orang tua telah berhasil menjadi seorang guru yang bagi

anaknya. Namun jika materi yang sering diterima anak tidak baik, seperti

kekerasan dalam rumah tangga, perhatian dan kasih saying kurang karena

orang tua sibuk dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan yang tidak

baik, disaat itu orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi

anak. Kehidupan dalam suatu keluarga adalah proses belajar pertama bagi

anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah

dan masyarakat. Oleh karena itu seharusnya setiap orang tua harus mampu

memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk

membentuk pribadi yang sempurna.Setiap orang tua selalu mengatakan dan

berharap punya anak baik dan sholeh.

Untuk mewujudkan keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua

sekaligus guru bagi anak di rumah, dengan menyajikan materi yang mereka

butuhkan yaitu suasana yang tenang tanpa pentengkaran dan kekerasan, kasih

sayang yang cukup dari sosok ibu dan ayah (jadilah ayah dan ibu idel bagi
anak-anak anda). Selanjutnya agar fitrah dan potensi anak semakin

berkembang dan terarah yang mungkin dalam hal ini orang tua punya

keterbatasan, anak mandapatkan bimbingan, dan arahan dari guru di sekolah

sebagai lembaga pendidikan secara formal. Disini anak dididk dan di bimbing

oleh seorang guru, anak berinteraksi dengan teman sebaya.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Latar Belakang Keluarga

Terhadap Cara Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Di Desa Air Hitam Kecamatan Ujan Mas.

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Latar Belakang

Keluarga Terhadap Cara Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Di Desa Air Hitam Kecamatan Ujan Mas.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia dan dalam kehidupan masyarakat manapun. Pendidikan merupakan

proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Setiap bangsa

memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang berperan penting

dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan dapat

mengembangkan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan

berpikir yang luas. Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan memiliki

peran penting dalam suatu negara. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila

tingkat pendidikannya telah memadai dengan kondisi yang dialaminya, juga

bisa dikatakan mundur apabila negara tersebut tidak bisa menjawab

tantangan-tantangan yang dihadapinya pada waktu itu.

Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada

hakekatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat manusia. Untuk itu maka seseorang harus mempunyai suatu

pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan perlengkapan dasar

manusia didalam menempuh kehidupan ini. Ternyata hal yang terpenting pada

kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas suatu

pengetahuan yang diperolehnya. Dengan begitu kepribadian setiap manusia


akan berbeda, dan itupun sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang

diperolehnya. Dengan demikian pemerintah menginginkan bahwa kualitas dan

kuantitas suatu bangsa (dalam hal ini pendidikan) haruslah ditingkatkan.

Dengan begitu maka pendidikan pada suatu bangsa memiliki makna

pendidikan yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan

membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi

kemerdekaan, sehingga mengangkat harkat dan martabat bangsa. Pendidikan

keluarga merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, sedangkan

pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha

Esa, berakhlak mulia, 2 sehat ilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang baik, demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan keluarga adalah fase awal dan basis bagi pendidikan

seseorang. Ia juga merupakan pusat pendidikan alamiah yang berlangsung

dengan penuh kewajaran. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang

pertama dan utama bagi seorang anak. Sebelum ia berkenalan dengan

lingkungan sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi

keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh

yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang.

Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan bagi seorang anak, baik

2
Abdul rachman shaleh, madrasah dan pendidikan anak bangsa, Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada,2005 h.8
perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan seharihari. Keluarga jualah

tempat anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik

buruk kehidupan setelahnya di masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan

media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap

perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama Islam

maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan

Islam. Dalam hal ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang

diajarkan Allah melalui Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi. Hasil-hasil yang

diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya,

baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Orang tua atau keluarga menerima

tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga,

bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka

dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-

anaknya.

Pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga

yang lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek

(menambah pengetahuan anak) serta pendidikan ketrampilan (skills) yang

berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat

nanti. Sekolah bertanggung jawab atas pelajaran-pelajaran yang lebih

diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu

memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang diberikan sekolah


merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh

keluarga.

Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga

setelah sekolah. Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah

bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan suasana yang

kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik. Dalam

konteks tersebut tentunya perlu kesadaran bersama untuk menciptakan

lingkungan yang baik agar anak, remaja, dan pemuda tumbuh secara sehat

baik fisik, intelektual maupun mental ruhaniahnya. Pendidikan Agama Islam

sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa

pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama

harus diajarkan pada anak sejak dini. Pendidikan agama dapat menanmkan

dan membentuk sikap-sikap yang dijiwai nilai-nilai agama islam tersebut,

juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-

nilai islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiarah yang secara

pedagosis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaaan atau

kematangan yang menguntungkan dirinya.

Penanaman nilai-nilai agama semenjak dini oleh keluarga mengalami

puncaknya pada masa remaja. Hal ini disebabkan sejalan dengan cepatnya

pertumbuhan jasmani dan rohani remaja, sebagaimana yang kita ketahui

bersama dalam proses perkembangan dan pertumbuhan tidak jarang anak


mengalami kesulitan atau masalah. Misalanya petumbuhan yang berkaitan

dengan rasa ingin tahunya, perasaan terhadap orang tua, saudara dan teman

dan lain-lain. Dalam hal demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam

kehidupannya sangat diperlukan untuk membantu mereka menemukan jati

dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama didalam masyarakat menjadi

tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga. Oleh karena

itu orang tua dalam lingkungan rumah tangga harus dapat memberikan

pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka. Karena lingkungan

keluarga merupakan lembaga pertama dan utama yang dikenal anak. Hal ini

disebabkan karena karena kedua orang tuanyalah yang pertama dikenal dan

diterima pendidikannya. Bimbingan, perhatian, dan kasih sayag yang terjalin

antara kedua orang tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi

pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius

pada diri anak.3

a. Kedudukan Pendidikan Agama

Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka

timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan

komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan

dan perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku

keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan

3
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media
Pratama, 2001), Cet.Ke-1.H.125
demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen

kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku

terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan

sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada

tingkat kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua

aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan

dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap

yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak dan muamalah.

Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang

yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya

terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan: 4

1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan

gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.

2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan

gejala perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)

3. Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk

berbuat, sepertimemberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi

dan sebagainya.

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang

ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu: a. Fungsi biologik; yaitu

4
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212
keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal

dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang

hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang dengan lahirnya

anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari

identitas keluarga. b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat

terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh

kasih sayang dan rasa aman). c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga

dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga

anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-

nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. d.

Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi

pendidikan.

Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk

mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di

masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan

yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.

Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi

sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang

pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah perkembangan anak yang

dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi.


B. Dasar-Dasar Pendidikan

Q.S Al-Mujadalah {58} ayat 11

       

       

      

       

 

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

Dalam Ayat di atas dapat dipahami bahwa gambaran bagi setiap manusia

untuk menjaga adab sopan dalam santun dalam suatu majlis dan juga menjelaskan

tentang keutamaan orang yang beriman dan juga berilmu, Allah SWT telah

menjanjikan orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya oleh

Allah Swt.
Dalam penjelasan tentrang makan firman kepada Allah di atas Al-Maraghi

mengemukakan bahwa ayat ini berisi tentang perintah kepada orang-orang yang telah

membenarkan Allah Swt dan Rasulnya agar berlapang dada dalam majlis Rasul dan

Majlis Perang, dan jika itu mereka lakukan maka Allah akan melapangkan pula untuk

mereka rumah-rumah di surga nanti. Majlis menurut tafsir Al-Maraghi yakni tempat

rasul memberikan pengajaran agama atau tempat memberikan pengajaran agama atau

tempat memberikan pengajaran agama atau tempat membicarakan persiapan perang

bersama para sahabat beliau.5

Dalam UU RI No. 20 Th 2003 pasal 1, pendidikan diartikan sebagai usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran

agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiah Darajat Pendidikan agama Islam

adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

5
Ihsanul Hakim, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Curup : LP2 STAIN Curup, 2011). H. 70
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak

mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-qur.an

dan alhadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman. 6
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

6
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.IV, h.
21.
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan

Suatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau

lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi

dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah

dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan

pegangan dalam melaksanakan pendidikan disekolah-sekolah atau lembaga-

lembaga pendidikan lainnya.

Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap

masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara

berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga

meskipun sudah selesai disekolahkan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui

disekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi

masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak

mencapai kesempurnaan hidup.Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai

berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Adapun

dasar pendidikan di Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara

lain sebagai berikut :

1. Undang-undang tentang pendidikan dan pengajaran No. 4 1950,

Nomor 2 1945, yang berbunyi pendididkan dan pengajaran


berdasarkan atas asasasas yang termasuk dalam pancasila, Undang-

undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang

berbunyi : dasar pendidikan adalah falsafah Negara pancasila.

3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN

1988 Bab IV bagian pendidikan berbunyi : pendidikan nasional

berdasarkan pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/ MPR/ 1993 Tentang GBHN dalam Bab IV

bagian pendidikan berbunyi: pendidikan nasional (yang berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila dan

UndangUndang Dasar 1945.

5. Undang-undang RI No.2 tahun 1989, tentang sistim pendidikan

Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan

nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

2. Tujuan Pendidikan.

Tujuan pendidikan akan menentukan kearahmana anak didik akan

dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan Martabat kehidupan

manusia Indonesia. Tujuan pendidikan dapat di lihat dari dua sudut

pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum.


Tujuan pendidikan dalam islam Tujuan pendidikan islam adalah

mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih

mengutamakan akhlak secara lebih luas pendidikan islam bertujuan

untuk :

A. Pembinaan akhlak

B. Pengusaan ilmu

C. Keterampilan bekerja dalam masyarakat

D. Mengembangkan akal dan akhlak

E. Pengajaran kebudayaan

F. Pembentukan kepribadian

G. Menghambakan diri kepada Allah

H. Menyiapkan anak didik untuk hidup dunia dan akhirat

Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “

me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya: memberi, memelihara, dan

memberikan latihan (ajaran, tujuan, penanaman) mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran. Seperti contoh: semua orang tua wajib mendidik anaknya

secara baik, itu artinya setiap orang tua yang memiliki anak wajib mendidik

anaknya, memelihara, melatih akhlak, dan melatih kecerdasan pikiran anak.7

3. Tujuan pendidikan islam

Tujuan pendidikan secara umum dapat di lihat sebagai berikut :


7
Muhibbin Syah,M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 1997), Cet Ke-3, H.10
Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 1985 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang

seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kapeda Tuhan Yang Maha

Esa berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

Tujuan pendidikan nasional menurut TAP MPR No. II / MPR /

1993 yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

berdisiplin, beretos kerja professional serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa ptriotik dan

mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan

kesetikawanan social, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap

menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.

TAP MPR No. 4 / MPR/ 1975, tujuan pendidikan adalah

membaguna dibidang pendidikan didasarkan atas falsafa Negara pancasila

dan di arahkan untuk memnbentuk manusia- manusia pembangun yang

berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan

rohaninya, memiliki pengetahuan dan ketermpilan yang dapat

mengembangkan kreatipitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan


sikap demokratis dan penuh tanggang rasa, dapat mengembangkan

kecerdasan yang tinggi dan di sertai budi pekerti yang luhur, mencintai

bangsanya dan mencintai nsesama manusia sesui dengan ketentuan yang

termasuk dalam UUD 1.

Pendidikan menurut Pandangan Islam lebih dominan kepada

pembentukan akhlak, akidah dan iman. Sedangkan secara umum

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan pengembangan

kemampuan yang dimiliki. Apabila kedua hal ini di gunakan maka hasil

dari pendidikan akan sangat maksimal dean menghasilkan peserta didik

yang memiliki intelektual dan akhlak yang mulia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, pendekatan ini dilakukan bemaksud

untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara rinci mengenai Pengaruh Latar

Belakang Pendidikan Keluarga Terhadap Cara Belajar Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Desa Air Hitam Kecamatan Ujan

Mas. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8

Pendekatan ini dilakukan guna mendapatkan data mendalam dengan teknik

pengumpulan data yang bersifat triangulasi yaitu gabungan dari teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi.9

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal 18 Juli 2022. Sejak awal mula peneliti mulai Menyusun proposal dalam

kurun waktu kurang Lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1

bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk Proposal Skripsi
8
Rukayat, Ajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish, 2018.
9
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method). Bandung: Alfabeta, 2015, 15
dan Proses sebelum seminar proposal berlangsung. Kemungkinan nanti pasti

ada penelitian lagi untuk bab selanjutnya disertai dengan Proses Bimbingan

berlangsung.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek merupakan suatu bahasan yang sering dilihat pada suatu

penelitian. Manusia, benda ataupun Lembaga (organisasi) yang sifat

keadaannya akan diteliti adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian. Subjek penelitian adalah semua yang menjadi

informan yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah penelitian.10

2. Objek Penelitian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, objek adalah hal, perkara, atau

orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian

adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah penelitian. Jika kita bicara

tentang objek penelitian, objek inilah yang akan dikupas dan dianalisis oleh

peneliti berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan objek penelitian. Objek

yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah cara belajar siswa.

Penelitian ini dilakukan pada anggota masyarakat tepat di Desa Air Hitam,

Kecamatan Ujan Mas.

D. Sumber Data

10
Suarsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta : Bina Aksara, 1989)
Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh.Pengumpulan

data dilakukan pada naturalsetting (kondisi yang alami), sumber data primer,

dan sekunder, tekhnik pengumpulan data lebih banyak diperoleh dari hasil

observasi berperan serta, dokumentasi dan wawancara. 11 Penelitian sebagai

human instrument berfungsi untuk memilih informasi sebagai sumber data.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang didapatkan langsung dari

sumbernya.Melalui hasil wawancara dan observasi yang merupakan hasil

gabungan dari kegiatan mendengar, melihat dan bertanya.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data

yang sudah jadi yang di peroleh melalui dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

sebagai berikut:

1. Observasi

11
Beni Ahmad Saebani,Metode Penelitian,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), 186
Observasi adalah seluruh aktivitas yang dilihat di lapangan sesuai

dengan masalah dan tujuan penelitian. Gunanya untuk mengumpulkan dan

melengkapi data penelitian.12 Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi

langsung, mengenai perceraian orangtua dan dampaknya bagi perkembangan

perilaku keagamaan remaja di desa kepala curup kecamatan binduriang.

2. Wawancara

Untuk mendapatkan data yang valid wawancara (interview) merupakan

teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog, baik secara langsung

(tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara

dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. 13

Dokumentasi bisa berbentuk dalam tulisan, gambar, ataupun dalam bentuk

karya monumental.

F. Teknik Analisis Data

12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 179.
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., h. 326.
Arikunto menyatakan bahwa analisis data merupakan pengolahan data

setelah data terkumpul. Teknik analisis adalah suatu cara yang digunakan

peneliti untuk mengolah data. Peneliti menganalisa penelitian ini dengan

menggunakan prinsip-prinsip deskriptif kualitatif.14 Menurut Suryana ada

empat Proses utama dalam menganalisis data :

a. Pengumpulan data

Merupakan pencarian data yang dilakukan dengan jalan pengamatan,

pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

b. Reduksi data

Merupakan proses pemilihan,perumusan dan perhatian pada

penyederhanaan atau menyangkt data dalam bentuk uraian (laporan)

yang terperinci sistematis dan terfokus.

c. Penyajian data

Sajian data adalah mengorganisasian data yang sudah di reduksi.

Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan

sistematis mengacu pada rumusan masalah.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

14
Surkadi, Metodologi Penilitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2009). H. 86
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir tas pola-pola atau

konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga menggambarkan

secara utuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian.15

G. Teknik Uji Keabsahan Data

Teknik validasi data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah :

1. Pengamatan yang Berkembang berarti mengamati dengan cermat

pengamatan yang lebih dekat dan konsisten. Ini memastikan bahwa data

dicatat secara akurat dan sistematis.

2. Triangulasi, yaitu menguji kredibilitas menguji data dari berbagai sumber

dan waktu. Dalam penelitian ini data penelitian divalidasi melalui triangulasi

sumber dan teori. Triangulasi sumber adalah pemeriksaan ulang terhadap

data yang ada melalui sumber informasi, sedangkan triangulasi teori adalah

pemeriksaan ulang terhadap teori yang disampaikan oleh para ahli.

3. Kecukupan Referensial. Dengan begitu banyak sumber yang tersedia dari

penelitian, sehingga akan banyak pengetahuan akan diperoleh.

15
Suryana,Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

(Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia), 2010

Anda mungkin juga menyukai