Anda di halaman 1dari 88

KERJASAMA ORANGTUA DAN GURU DALAM MEMBINA AKHLAK

SISWA DI MDA BAITURRAHMAN JORONG KALAMPAYAN NAGARI


PAKAN SINAYAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Diseminarkan pada Prodi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NAFIA ROZA
2115081

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
1440 H/2019 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pendidikan merupakan kepentingan yang memperoleh

prioritas utama sejak awal kehidupan manusia. Bahkan Rasulullah sendiri

telah mengisyaratkan bahwa proses belajar setiap manusia adalah sejak ia

masih dalam kandungan ibunya sampai manusia sudah mendekati liang

kuburnya.

Secara umum pendidikan diartikan usaha sadar untuk

mendewasakan manusia. Pendidikan merupakan usaha sengaja untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik (orang yang belum

dewasa) supaya mencapai kedewasaannya baik fisik, psikologis, mental,

agama maupun sosial. Kedewasaan ditandai dengan berfungsinya aspek-

aspek kepribadian secara optimal. Kondisi ini akan menjadikan seseorang

memiliki kepribadian yang seimbang dan terintegrasi sehingga ia menjadi

orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktiv mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.1

Pendidikan adalah kegiatan yang mempunyai tujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya.

Inilah tujuan pendidikan Nasional seperti yang dimuat dalam Undang-

undang No 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pada Bab II pasal

3. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut dapat diwujudkan

dengan melakukanlah bimbingan terhadap anak, karena bimbingan

merupakan titik dalam membentuk kepribadian manusia, dan salah satu

aspek Pendidikan Nasional kemajuan ilmu pengetahuan membawa pengaruh

sangat besar dalam kehidupan manusia. Tujuan pendidikan bukanlah suatu

benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu

keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek

kehidupannya.3

Pendidikan Islam mempunyai banyak tujuan, Namun tujuan utama

dari pendidikan Islam itu sendiri ialah menekankan kepada akhlak manusia,

ini bukan berarti pendidikan jasmani, akal, dan juga ilmu lainnya tidak

1
Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003, (Jakarta : t.p, 2003) h. 3
2
Ibid, h.8
3
Dr. Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal.29
diperhitungkan akan tetapi segi-segi pendidikan akhlak juga sama dengan

pendidikan lainnya, disamping itu para ahli juga sepakat bahwa tujuan

utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti

yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukanlah hanya

sekedar memenuhi otak anak didik dengan ilmu pengetahuan, tetapi

tujuannya ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi

kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta

mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat. 4

Pendapat tentang tujuan pendidikan yang dikemukakan diatas tidak

dapat terlepas dari peran guru. Kalau diperhatikan bahwa guru adalah pihak

yang bertanggung jawab menuangkan ilmu pengetahuan dan menanamkan

nilai-nilai yang baik kepada anak didik, ini sesuai dengan fungsi guru yaitu

sebagai pendidik.5

Rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

Nasional adalah membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa (membentuk manusia seutuhnya)

Menurut pandangan Islam manusia seutuhnya adalah mereka yang

mampu merealisasikan ajaran Islam didalam aspek kehidupan. Mereka

adalah orang yang berfikir, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan nilai-

nilai ajaran Islam. Manusia seutuhnya menurut ajaran Islam adalah orang

yang memiliki kepribadian muslim. Seorang yang memiliki kepribadian

4
M. Athiyah al-abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan
Djohar Bahri, L.I.S, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), cet 4, hal 15
5
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), cet ke- 8, hal 123
muslim akan nampak dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari

sebagai seorang yang berakhlak mulia.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Islam adalah

pembentukan akhlak mulia sejalan dengan hal ini, sebagaimana pemikiran

imam Al-ghazali beliau mengatakan bahwa fungsi pendidikan ini adalah

pencapaian ilmu agama dan pembentukan Akhlak. Beliau juga mengatakan

bahwa akhlak yang baik itu adalah sifat bagi Rasulullah SAW, dan

perbuatan yang terbaik bagi orang-orang yang benar. Dan ada juga menurut

pendapat Al-Syaibani yang dikutip oleh Jalaluddin dan Usman Sa’id

mengemukakan tentang tujuan pendidikan Islam itu adalah mempertinggi

nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat al-karimah.6

Tujuan pendidikan Islam tersebut, seluruh aspek dari kepribadian

manusia harus dikembangkan sejalan dengan nilai-nilai Islam, lembaga-

lembaga yang sangat mempengaruhi kepribadian anak yaitu:

1. Keluarga

Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan

yang pertama dan utama sekali, didalam keluarga inilah tempat

meletrakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia dini. Karena pada

usia anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan orang tua.

6
Jalaluddin dan Usman Sa’id, filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1994), h 38
Dalam Al-qur’an Allah juga berfirman dalam Qs.At-Tahrim ayat 6 :

           

          

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”7

Berdasarkan ayat tersebut disanalah letak tanggung jawab orang

tua untuk mendidik anaknya karena mereka adalah amanah Allah yang

diberikan kepada oarang tua dan diakhirat kelak akan dimintai

pertanggungjawaban anak-anaknya.

2. Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah

keluarga, karena semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua

menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah.

Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak.

Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak

mengenai apa yang tidak didapatkan di lingkungan keluarga.8

3. Masyarakat

Lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan lembaga

pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah, pendidikan di

7
Arif Fakhrudin,Al-Qur’an Tafsir, (Tanggerang Selatan : Pondok Karya Permai), hal
561
8
Ibid, h. 179
masyarakat inilah yang sangat mempengaruhi anak, karena mereka lepas

kontrol baik dari keluarga maupun sekolah.

Keseluruhan aspek yang berhubungan dengan agama ini dapat

dilakukan oleh guru disekolah seperti melaksanakan shalat berjamaah,

kedisiplinan, kesopanan, berbakti kepada orang tua dan berbakti kepada

guru. Apabila dihubungkan dengan pentingnya pendidikan agama maka

tugas guru di sekolah dan tanggung jawab di rumah maka dilakukanlah

kerjasama orang tua dan guru dalam membina akhlak anak, orang tua

dapat mengontrol akhlak anak di rumah dan guru juga dapat mengontrol

akhlak anak di sekolah. Bahkan hal ini tidak mudah bila merujuk kepada

peserta didik maka dia akan dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di

lingkungan baik di sekolah maupun dimasyarakat. Oleh sebab itu orang

tua sebagai penanggung jawab tehadap pendidikan anak di rumah dan

masyarakat maka perlu orang tua mengkomunikasikan kepada guru

tentang hal-hal yang terjadi pada diri anaknya, sehingga guru mudah untuk

mengarahkan potensi anak dan kerjasama dengan sesama guru yang

lainnya.

MDA Baiturrahman yang berada di Jorong Kalampaian Nagari

Pakan Sinayan, siswa yang belajar di sana adalah orang yang berdomisili

di kalampayan dan sekitarnya, MDA ini menerima siswanya tanpa

membedakan latar belakang sosial, ekonomi, kedudukan, jabatan orang tua

ataupun faktor lainnya sehingga siapapun bisa mendaftar disana. Dimana

terdapat kurang lebih 94 orang siswa dan tenaga pengajar 6 orang, dan
terdiri dari 5 lokal. Keunggulan di MDA tersebut adalah dibidang Tahfiz,

dimana siswa dituntut untuk menghafal al-qur’an, Jika ingin menamatkan

disana maka harus hafal 1 juz. MDA ini hadir sebagai salah satu lembaga

yang berupaya untuk menjalin kerjasama orang tua dan guru dalam proses

pembinaan akhlak siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal penulis lakukan di MDA

Baiturrahman Kalampayan pada hari Senin 21 Januari 2019, dalam proses

pembelajaran untuk menghasilkan akhlak siswa untuk lebih baik guru

sudah berupaya untuk mengajarkan mata pelajaran akidah akhlak

bagaimana berakhlak sebagaimana akhlak seorang siswa baik itu terhadap

orang tua, guru, teman, dan masyarakat. Namun pada kenyataan di

lapangan masih banyak siswa yang berakhlak buruk seperti berkata kotor,

berbohong, bertengkar, merokok, bahkan dalam shalat berjamaah yang

dilakukan setiap shalat ashar masih ada sebagian siswa yang bermain-main

atau tidak serius dalam melaksanakan shalat tersebut, dan jika tidak ada

guru yang mengawasinya mereka melaksanakan shalat dengan cepat-cepat

atau terburu-buru.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa orang tua

diantaranya yaitu:

Ibu Deswita : “ mengatakan bahwa anaknya dirumah mau belajar dengan

orang tua dengan memberikan hadiah sejenis uang tetapi ketika disekolah

anaknya tidak mau belajar dan sering tidak memperhatikan guru

menerangkan pelajaran.
Ibu Renti : “ mengatakan bahwa anaknya tidak mau mendengarkan apa

yang diperintahkan orang tua dan apabila disuruh belajar kalau diberi

hadiah baru anaknya belajar, kalau shalat selalu diingatkan, klau tidak

diingatkan setiap waktu maka anaknya tidak shalat.

Ibu Zuryani S.Pd : salah seorang guru di MDA “mengatakan bahwa

orang tua memang kurang memperhatikan anaknya di rumah, karena

dengan berbagai kesibukan, sehingga orang tua mneyerahkan sepenuhnya

pendidikan agama kepada guru di sekolah, tanpa memikirkan bahwa

tanggungjawab dalam pendidikan agama anak, orang tualah yang paling

utama.

Kerjasama yang telah terjalin antara orang tua dan guru di MDA

Baiturrahman Kalampayan dalam pembinaan akhlak kepada Allah adalah

pengontrolan ibadah anak melalui buku penghubung disana mencakup

pelaksanaan shalat lima waktu, bacaan Al-qu’an di rumah dengan

sepengetahuan orangtua, dan diminta juga tanda tangan orang tua. Namum

pelaksanaan kerjasama ini menurut pengamatan sementara belum

terlaksana secara berkesinambungan karena di dalam buku tersebut banyak

diantara orang tua yang tidak menandatangani buku itu, jadi penulis

melihat masih kurang kerja sama antara orang tua dan guru. tidak sedikit

kendala untuk mewujudkan kerjasama semacam itu baik dikarenakan

tingkat pendidikan orang tua yang rendah, kesibukkan orang tua, maupun

lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Disamping itu


banyaknya, orang tua yang kecewa setelah menerima rafor mengenai

keburukan tingkah laku anaknya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi

dengan judul “ KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM

MEMBINA AKHLAK SISWA DI MDA BAITURRAHMAN

JORONG KALAMPAIAN NAGARI PAKAN SINAYAN”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis membatasi

permasalahan terlebih dahulu yaitu : bagaimana bentuk kerjasama

orang tua dan guru dalam pembinaan akhlak siswa di MDA

Baiturrahman Kalampayan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang penulis kemukakan diatas,

yang menjadi rumusan masalah adalah :

a) Bagaimana bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam membina

akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampaian ?

b) Apa kendala yang dihadapi orang tua dan guru dalam membina

akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampaian ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui tentang:

a. Bagaimana bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam

membina akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampayan.

b. kendala apa yang dihadapi orang tua dan guru dalam membina

akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampayan

2. Kegunaan Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana

(S1) dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Bukittinggi

b. Bahan literatur keilmuan yang diarsipkan di perpustakaan IAIN

Bukitttinggi

c. Sebagai bahan Informasi bagi orang tua dan guru dalam

membina akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampayan

D. Penjelasan judul

Untuk menghindari persepsi yang berbeda antara pembaca

dengan penulis dalam memahami judul, maka perlu dijelaskan istilah

yang diapakai dalam judul tersebut.

Kerjasama : Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh

beberapa orang (lembaga, pemerintah, dan

sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

Orang Tua : Komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan


ibu yang terikat dalam perkawinan yang sah dan

siap sedia untuk memikul tanggung jawab

sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang

dilahirkannya.

Guru : Pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

Pembinaan Akhlak : Suatu usaha yang dilakukan orang tua maupun

guru supaya dalam diri anak tertanam suatu sifat

yang dapat menimbulkan perbuatan baik dengan

cara yang mudah.

MDA Baturrahman : Suatu lembaga Non Formal yang terletak di

Kalampaian jorong Kalampaian Nagari Pakan Sinayan.9

Dari penjelasan judul diatas dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan judul kerjasama orang tua dan guru dalam membina

akhlak sisiwa di MDA Baiturrahman Kalampaian adalah kegiatan-

kegiatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam rangka

mengarahkan dan membimbing sisiwa di MDA Baiturrahman agar

9
MDA Baiturrahman Kalampayan Nagari Pakan Sinayan
berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai akhlak mulia

berdasarkan Al-qur’an dan Hadist.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan memberikan gambaran yang

jelas mengenai penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan

pembahasannya disusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian teori, terdiri dari : pembahasan orang tua dan guru,

Pembahasan tentang akhlak siswa di MDA Baiturrahman

Kalampayan

BAB III Metode Penelitian terdiri dari : jenis penelitian, lokasi

penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, tringulasi data.

BAB IV Hasil Penelitian yang terdiri dari bentuk kerjasama orang

tua dan guru dalam membina Akhlak siswa di MDA Baiturrahman

kalampaian dan kendala yang dihadapi orang tua dan guru dalam

membina akhlak siswa di MDA Baiturrahman Kalampaian

BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang berisi tentang bentuk

kerjasama orang tua dan guru dalam membina akhlak siswa di

MDA Baiturrahman Kalampaian serta kendala yang dihadapi

orang tua dan guru dalam membina akhlak siswa di MDA


Baiturrahman Kalampaian. Saran penulis terhadap guru dan orang

tua yang berada di MDA Baiturrahman Kalampaian


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pembahasan Orang Tua dan Guru

1. Kerjasama orang tua dan guru

a. Pengertian orang tua

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama dalam pembinaan akhlak anak. Pembinaan akhlak

sebenarnya dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Orang tua,

terutama ibu yang mendidik anak mulai dari dalam kandungan ibu

selalu berusaha merangsang perkembangan anaknya. Apapun akan

dilakukan agar anaknya tumbuh berkembang menjadi anak sholeh

dan sholehah. Namun, upaya ibu tidak akan berhasil maksimal jika

tidak didukung oleh seluruh anggota keluarga, karena pendidikan

dalam keluarga melibatkan seluruh anggota keluarga itu. Oleh

karena itu, orang tualah yang bertanggung jawab langsung terhadap

pendidikan anak-anaknya.

Menurut Hasan Langgulung Pengertian keluarga adalah “

suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri

atau dengan kata lain keluarga adalah suatu perkumpulan yang

halal antara seorang laki-laki dan perempuan yang bersifat terus

menerus dimana yang satu merasa tentram dengan orang lain dan

sesaui dengan orang lain dan dan juga sesuai dengan yang

ditentukan agama dan masyarakat. Ketika suami istri dikaruniai


seseorang atau lebih maka itu menjadi unsur pertama yang ketiga

dalam keluarga.10

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa orang tua adalah :

1) Bapak dan ibu yang menyebabkan kehadiran anak

2) Orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-

anaknya dan merekalah yang mempunyai kewajiban mendidik

anak-anaknya.

b. Pengertian Guru

Guru dalam istilah jawa memiliki kepanjangan digugu dan ditiru,

maksudnya adalah orang yang selalu dicontoh muridnya atau orang lain

yang ketika berinteraksi dengan masyarakat. Oleh karena itu seorang

guru harus bersikap dan bertindak yang baik.

Dalam lingkungan keluarga yang mendidik adalah orangtua

sedangkan disekolah disebut guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan menegvaluasi peserta

didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.11

Guru dalam literatur kependidikan Islam disebut dengan ustadz,

kata ustadz, biasa digunakan untuk memanggil seorang yang memiliki

10
Hasan Langgulung, Manusia dan Pemikiran, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1986),
hlm.346.
11
Sisdiknas, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Visi Media, 2007), h. 64
kemampuan ilmu agama dan bersikap serta berpakaian layaknya orang

alim. Baik kemampuan riil yang dimilikinya sedikit ataupun banyak.12

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan anak didik

untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Kemampuan dan

potensi anak tidak berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam

hal ini diharapkan guru dapat memperhatikan anak didik secara

individual, karena anak merupakan manusia yang unik, sebagai individu

yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Guru juga sebagai

pengganti orang tua di sekolah harus memberi kemudahan dalam

pembelajaran bagi semua siswa, agar mampu mengembangkan segala

kemampuan dan potensi yang dimiliki anak.

c. Kerja Sama Guru Dan Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata kerja sama

memiliki pengertian : kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa

orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan

bersama.

Menurut teori dan temuan penelitian oleh Catton dan Wikelund

dan Hoover-Dempsey dan sandler, bentuk keterlibatan orangtua

merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan orangtua selama proses

keterlibatannya dalam pendidikan anak. Aktivitas keterlibatan itu dapat

dilakukan dirumah maupun disekolah. Mekanisme keterlibatan orang tua

merupakan mekanisme yang dilakukan orang tua selama proses

12
Muhaimin dan Abdul Mujib, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2003), hlm 209
keterlibatan dalam pendidikan anak yang mencakup dorongan,

memperagakan, pengajaran dan penguatan.

Jadi kerjasama antara guru dan orangtua dalam pembinaan akhlah

memiliki makna usaha-usaha yang dilakukan oleh dua orang komponen

yaitu pendidik disekolah, dan pendidik di rumah yaitu orang tua untuk

mencapai keagungan akhlak anak. Jadi kedua komponen ini memiliki

peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak.

2. Tugas dan tanggungjawab guru dan orang tua

a. Tugas dan tanggungjawab guru

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap

perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya,

baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketiga potensi tersebut

akan berkembang baik apabila guru pendidik agama Islam melakukan

peran dengan baik pula.

Tugas dan tanggungjawab sesungguhnya sangat berat. Dipundak

para gurulah tujuan pendidik secara umum dapat tercapai atau tidak.

Secara garis besar, tugas dan tanggungjawab seorang guru adalah

mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap peserta didiknya.

Kecerdasaan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan

besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala

tantangan dimasa depan. Kecerdasannya meliputi kecerdasan intelektual

(kemampuan potensi sesorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan

alat-alat berpikir) kecerdasan emosional (hubungan sosial) kecerdasan

spritual (kecerdasan yang mengangkat fungsi internal diri sehingga


seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna

yang ada dibalik sebuah kenyataan tertentu).13

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang

Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik,

pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi

dari peserta didik.

1) Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan

dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya.

Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi

tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan

disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan

sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan

nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab

terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di

sekolaSebagai pendidik guru harus berani mengambil

keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan

kondisi peserta didik dan lingkungan.

2) Guru Sebagai Pengajar

13
Ahmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hlm. 19-20
Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang

sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum

diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi

standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus

mengikuti perkembangan teknologi, sehinga apa yang

disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang

uptodate dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan

teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas

menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang

bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu

dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan

banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta didik

dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan waktu dan

ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang

setiap saat hadir di hadapan kita.

Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan

teknologi dan ilmu pengetahuan telah memunculkan

pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah

guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri?

menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu

guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara

profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar

masih tetap diperlukan sepanjang hayat.


3) Guru Sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai

pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing,

guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu

perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh,

menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru

harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan

peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam

setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

4) Guru Sebagai Pengarah

Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan

bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu

mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam

mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru

juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam

mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat

membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam

menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.

5) Guru Sebagai Pelatih


Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga

menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas

melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar

sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Pelatihan

yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi

dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan

perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk

itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua

hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah

mungkin.

6) Guru Sebagai Penilai

Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang

paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan

hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila

berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat

dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada

pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan

proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk

menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta

didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan

prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes

atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus


dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga

kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus

memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang

meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur

pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya

ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan

tingkat kesukaran soal.

Jadi tugas seorang guru adalah mengarahkan dan

membimbing murid agar semakin meningkat pengetahuannya,

semakin mahir keterampilannya, dan semakin berkembang

potensinya.14

B. Peran dan Tanggungjawab Orang Tua

Beberapa peran orangtua dalam pendidikan agama yang diberikan

kepada anak-anaknya antara lain :

1. Pendidikan ibadah

14
Hamazah B. Uno Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran(Jakarta :PT
Bumi Aksara,2016), cet, ke-1 hal. 3-5
2. Pendidikan pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-qur’an

3. Pendidikan akhlak karimah

4. Pendidikan aqidah

UU Sisidiknas ( Sistem Pendidikan Nasional ) No 20 Tahun 2003 pasal

7 ayat 2 berbunyi : “orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban

memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.” Jadi orangtua memiliki

kewajiban yang sangat penting yaitu memberikan pendidikan kepada anak-

anaknya.

Anak itu merupakan rahmat dan amanat Allah yang dianugrahkan

kepada orangtua untuk dijaga, dipelihara dan diberi perlindungan sebaik-

baiknya. Dengan demikian orangtua harus bertanggungjawab penuh atas anak

dalam segala hal. Dalam Al-qur’an Allah juga berfirman dalam Qs.At-Tahrim

ayat 6 :

           

          

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”15

C. Usaha Guru Dan Orang Tua

Guru sebagai pendidik dan pembimbing ketika berada dilingkungan

sekolah dan orang tua sebagai pendidik dan pembimbing ketika anak berada

15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, ( Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014 h. 560
dilingkungan keluarga. Keduanya mempunyai tugas yang sama-sama harus

dilakukan dan merupakan tugas yang sangat penting dalam membina akhlak anak

agar menjadi manusia yang dicita-citakan dan diharapkan.

Adapun usaha yang dilakukan oleh guru, agar tercapainya keberhasilan

belajar siswa melalui kegiatan yang diterapkan disekolah. Usaha-usaha yang

dilakukan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam belajar diantaranya:

1. Mengembangkan kecerdasan emosional

2. Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran

3. Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang

4. Membangkitkan semangat belajar

5. Memanfaatkan sumber belajar yang ada.16

Disamping usaha-usaha tersebut, guru juga menjalin hubungan yang baik

terhadap orang tua siswa dengan melihat, memantau kondisi siswa saat berada

diluar sekolah atau masyarakat. Adapun usaha yang guru lakukan misalnya

dengan :

1. Pemberian tugas yang berkaitan dengan kegiatan anak di sekolah, misalnya

dengan mencari bukti atas kejadian (khususnya dibidang pendidikan agama)

yang ada disekolah.

2. Pemberian buku penghubung antara guru dengan orang tua, agar kedua belah

pihak mengetahui kondisi serta perkembangan anak.

Adapun orang tua ingin anaknya berhasil dalam belajar, dan berkarya

dengan potensi yang baik. Dan orang tua juga mencurahkan berbagai perhatian

16
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007) h. 161-
177
dan usaha untuk mencapai suatu keinginan yang diharapkan. Diantara usaha-

usaha yang dilakukan orangtua dirumah diantaranya sebagai berikut:

1. Memberikan dan mengusahakan fasilitas belajar sebaik mungkin.

2. Membimbing anak yang kesulitan dalam belajar

3. Memberikan pengawasan yang baik.

4. Memberikan motivasi belajar dengan teratur

5. Kerjasama yang baik dengan para guru disekolah dengan mengunjungi

sekolah dan melihat kondisi anak sewaktu berada disekolah.

Dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dan orang tua

tersebut diharapkan dapat membantu keberhasilan siswa untuk mencapai prestasi

yang baik serta dapat berguna di masyarakat.

D. Bentuk Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Membina Akhlak

Siswa

Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak

didiknya, perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antra sekolah

dan orang tua. Dengan adanya kerjasama itu, orang tua akan dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik

anak-anaknya, dan sebaliknya para guru dapat pula memperoleh

keterangan dari orang tua tentang kahidupan dan sifat anak dirumah.

Keterangan orang tua sangat besar gunanya bagi guru dalam memberi

pelajaran pada anak didiknya dan guru juga dapat mengerti lingkungan
anak didiknya. Demikian pula orang tua dapat m,engetahui kesulitan yang

dihadapi anaknya di sekolah.17

Dibawah ini ada beberapa bentuk kerjasama yang dilakukan oleh

orang tua dengan sekolah, Menurut Ngalim Purwanto MP, bentuk

kerjasama itu antara lain berupa :

1. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid

baru. Dalam pertemuan ini kepala sekolah dan guru dapat

merencanakan apa yang perlu dibicarakan.

2. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dengan keluarga. Surat

menyurat perlu diadakan terutama pada waktu tertentu yang sangat

diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak. Alangkah baiknya pula

jika surat menyurat timbul dari orang tua sendiri kepada guru atau

kepala MDA, maupun ketika orang tua memerlukan keterangan

tentang tingkah laku anak di MDA.

3. Memberikan daftar nilai atau rapor setiap setiap semester pada murid.

Dengan adanya rapor orang tua dapat mengetahui tentang kemajuan

anaknya mengenai pelajaran, kelakuan dan kerajinan anak di MDA

4. Melakukan kunjungan ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya

kunjungan ke MDA. Hal ini lebih menguntungkan dari pada hanya

mengadakan surat menyurat saja. Tentu kunjungan guru ke rumah

orang tua murid itu dilakukan bila di perlukan, misalnya untuk

membicarakan murid kesulitan yang dialami di MDA terhadap anak

17
M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 126-127
atau mengunjungi murid yang sedang sakit untuk sekedar memberikan

hiburan.

5. Mengadakan pesta MDA, pada umumnya tiap akhir tahun pelajaran.

Setiap MDA mengadakan khatam Alquran atau perpisahan dengan

anak yang akan meninggalkan sekolah karena sudah tamat. Dalam

perayaan yang dikunjungi orang tua murid, MDA dapat menunjukkan

kepandaian dan kecakapan murid seperti penampilan bakat dari

murid-murid tersebut, sehingga orang tua dapat menyaksikan sendiri

bagaimana kecakapan anaknya yang dapat mengetahui usaha sekolah

tempat anaknya belajar. Kesempatan itu dapat dipergunakan oleh

kepala sekolah dan guru untuk mengadakan pembicaraan dengan

orang tua murid tentang anak secara perorangan ataupun secara

kolektif. Sebaliknya orang tuanya dapat memetik keterangan tentang

kemajuan dan kesulitan anaknya kepada guru yang bersangkutan.

6. Mendirikan perkumpulan orang tua dan guru. Jika perkumpulan

semacam ini sudah diusahakan, segala usaha yang telah diuraikan di

muka lebih mudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu,

sekolah dapat mengadakan pertemuan secara teratur untuk

membicarakan masalah mendidik yang masih banyak kesalahan yang

terdapat pada orang tua. 18

Adapun kerjasama antara orang tua dengan MDA dapat

dilakukan melalui:
18
M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 128
1. Daftar Nilai

Daftar nilai sebenarnya adalah laporan guru kepada orang

tua tentang kemajuan anaknya mengenai pelajaran, kelakuan dan

kerajinannya. Laporan ini tidak memberikan dalam bentuk kata,

akan tetapi berupa angka. Dari angka itu orang tua mengetahui

dalampelajaran mana anaknya bisa mengikuti pelajaran dan dalam

pelajaran mana ia tidak mengikuti.

2. Surat Peringatan

Daftar nilai yang buruk kadang-kadang di sertai dengan

surat peringatan yang mengandung “ancaman” bahwa anak yang

bersangkutan tidak naik kelas atau lainnya. Surat itu harus di

tandatangani oleh orang tua untuk kemudian harus di kembalikan

jika anaknya itu kelak tidak naik kelas. Dengan demikian orang

tua akan lebih memperhatikan proses belajarnya.

3. Kunjungan Kepada Guru

Sekolah tidak mengharapkan banyak dari orang tua untuk

datang mengunjunginya. Barulah orang tua mengunjungi jika

mereka perlu, misalnya meminta tempat untuk anaknya atau

berusaha agar anaknya yang tinggal kelas dinaikkan. Sebenarnya

orang tua harus tahu bahwa kepala sekolah atau guru kelas

bersedia menerimanya untuk membicarakan kesulitan-kesulitan

mengenai pendidikan anaknya.Guru mungkin dapat mencairkan


jalan untuk mengatasi kesulitan itu dan disekolah anaknya lebih

diperhatikan.

4. Pertemuan Guru dengan Orang Tua

Tujuan pertama pertemuan itu ialah memperkenalkan selah

kepada orang tua. Memperlihatkan kepadanya apa yang terjadi di

dalam sekolah, agar tercapai hubungan yang erat antara orang tua

dengan guru-guru. Kerjasama dalam mendidik anak memerlukan

sikap kenal mengenal antara guru dengan orang tua dalam banyak

hal. Diantara keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh

dari pertemuan itu adalah :

a. Orang tua dan guru saling kenal mengenal.

b. Minat orang tua terhadap pelajaran anaknya bertambah besar

c. Orang tuamendapat penerangan tentang soal-soal pendidikan,

khususnya mengenai masalah-masalah yang menyangkut

anaknya sendiri.

d. Perselisihan antara rumah dan sekolah, jika ada, dapat di atasi

dan di jelaskan dengan penuh pengertian

e. Semangat orang tua dapat dibangkitkan untuk

menyumbangkan tenaganya dalam pembangunan dan

kemajuan sekolah sesuai dengan rencana bersama demi

kepentingan anak-anak.

5. Memahami murid-murid (mengunjungi rumah murid)

Guru akan semakin mudah mendidik anak-anak di sekolah


apabila pribadi anak itu di pahami benar-benar. Oleh karena itu

baik sekali apabila ia mengunjungi tiap orang tua muridnya,

setidak-tidaknya orang tua murid yang anaknya menimbulkan

kesukaran dalam pendidikan,misalnya yang berkelakuan buruk,

malas mundur pelajarannya, keras kepala dan sebagainya.

Kunjungan itu banyak faedahnya, antara lain :

a. Dalam percakapan dengan orang tua banyak diperoleh

keterangan keterangan tentang anak itu.

b. Guru berkenalan dengan orang tua, kelakuan anak kerap kali

membayangkan pribadi orang tua.

c. Orang tua menghargai perbuatan guru terhadap pendidikan

anaknya. Ini mempererat hubungan antara orang tua dengan

sekolah.

d. Guru mengenal keadaan dan suasana dalam rumah tangga

anak itu.

e. Lingkungan rumah besar pengaruhnya terhadap kelakuan

seorang anak.

f. Guru dapat memberi petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki

kelakuan anak-anak. Ini harus di lakukan bijaksana, jangan

sampai menyinggung hati orang tua.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa kerjasama

orangtuadenganguru sangat pentingsekali artinya untuk anak,

dapat membantu guru untuk lebih cepat mengenal siswa yang


perlu mendapat perhatian yang khusus dan juga dapat

membantu orang tua lebih memperhatikan belajar anaknya dan

berdasarkan pendapat dan uraian di atas maka dapat penulis

rumuskan bahwa pentingnya kerjasama orang tua dan guru antara

lain :

a. Untuk menghilangkan hal-hal yang konversial antara

pendidikan dilingkungan dan pendidikan di lingkungan

sekolah

b. Untuk memupuk hal-halyang mengandung titik persamaan

c. Untuk memperoleh keterangan mengenai anak, baik itu dari

orang tua kepada guru dari guru kepada orang tua.

d. Untuk membantu memudahkan terwujudnya saling pengertian

dan saling membantu dalam menyelenggarakan pendidikan.

E. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua dan Guru dalam Membina

Akhlak Siswa

Faktor yang dapat mempengaruhi pembinaan akhlak seseorang, adalah

lingkungan,baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama bagi

tumbuh dan berkembangnya kepribadian dan tingkah laku seseorang.

Dalam keluarga peserta didik sudah dibentuk, dalam arti sudah mulai

mendapat rangsangan, hambatan-hambatan, atau pengaruh. Peserta didik

mulai mengenal masyarakat sekitarnya. Dalam lingkungan keluarga peserta


didik akan mulai mempelajari norma dan aturan hidup yang terjadi dalam

masyarakat. Dalam eksplorasi peserta didik dengan lingkungannya, mereka

tidak hanya diperkenalkan, tetapi juga dilatih untuk menghargai dan

mengikut norma-norma dan pedoman hidup yang berlaku dalam

masyarakat. Dengan demikian proses terbentuknya akhlak bagi seorang

peserta didik dimulai dari sikap dasar yang dimilikinya, dalam keluarga

yang memberikan atau menanamkan pelajaran dan pembiasaan di rumah.

Secara psikologis peserta didik usia anak-anak adalah usia meniru, di mana

peserta didik akan mengikuti pola sikap orang yang ada disekitarnya yang

merupakan orang yang dikaguminya. Dengan demikian orang-orang yang

adadisekitarpesertadidik adalah merupakan bentuk stimuli yang memberi

pengaruh yang sangat besar dalam bentuk sikap peserta didik, sehingga

orang tua sebagai penanggungjawab dirumah dan pendidik sebagai

penanggungjawab peserta didiknya disekolah, perlu memperhatikan

lingkungan. Jangan sampai peserta didik bergaul dengan lingkungan yang

tidak baik, hal ini akan mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasinya

disekolah.

Proses pembentukan sikap dan prilaku bagi seorang peserta didik,

dimulai dari meniru-niru model-model bertindak dan cara beraksi dengan

lingkungan sekitarnya. Peserta didik akan bertingkah laku beraksi dan

melakukan peranan-peranan tertentu dalam kehidupan sesuai dengan apa

yang dilihatnya. Sehingga dengan demikian apabila dalam rumah tangga,

dalam hal ini ayah, ibu, dan saudara-saudara yang lainnya taat menjalankan
ibadah kepada Allah swt, dan senantiasa menjalin hubungan yang harmonis

dalam keluarga, maka peserta didik akan cenderung meniru dan

mempraktekkan dalam bentuk prilaku apa yang telah dilihat, diamati dan

didengarnya. Begitu pula sebaliknya dalam keluarga yang tidak

menjalankan ibadah kepada Allah swt. Dan selalu memperlihatkan suatu

bentuk hubungan yang kurang harmonis, maka peserta didik dalam

keluarga yang bersangkutan akan melahirkan suatu tindakan seperti apa

yang dilakukan oleh keluarga yang lainnya.

2. Faktor Sekolah

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pembinaan akhlak peserta didik

adalah lingkungan sekolah. Menurut Zakiah Daradjat, “sekolah adalah

lingkungan kedua tempat peserta anak-anak berlatih dan menumbuhkan

kepribadiannya. Sekolah bukan sekedar tempat mentransfer ilmu

pengetahuan ke otak peserta didik, tapi juga harus dapat mendidik dan

membina kepribadian si peserta didik.”19

Prilaku peserta didik yang menjadi fenomena disekolah terlihat

adanya kenakalan, perkelahian, pencurian, mendustai pendidik, memukul

orang lain, yang seluruhnya adalah mencerminkan suatu sikap yang tidak

terpuji atau yang biasa diistilahkan dengan akhlakul mazmumah. Dalam

persoalan ini guru sangat memegang peranan penting dalam

menghilangkan sikap-sikap tersebut.

19
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : Haji Masagung, 1990), h. 71.
3. Faktor Masyarakat

Lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan lembaga pendidikan

yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah, pendidikan di masyarakat inilah yang

sangat mempengaruhi anak, karena mereka lepas kontrol baik dari keluarga

maupun sekolah.

Keseluruhan aspek yang berhubungan dengan agama ini dapat dilakukan

oleh guru disekolah seperti melaksanakan shalat berjamaah, kedisiplinan,

kesopanan, berbakti kepada orang tua dan berbakti kepada guru. Apabila

dihubungkan dengan pentingnya pendidikan agama maka tugas guru di sekolah

dan tanggung jawab di rumah maka dilakukanlah kerjasama orang tua dan guru

dalam membina akhlak anak, orang tua dapat mengontrol akhlak anak di rumah

dan guru juga dapat mengontrol akhlak anak di sekolah. Bahkan hal ini tidak

mudah bila merujuk kepada peserta didik maka dia akan dipengaruhi oleh hal-hal

yang ada di lingkungan baik di sekolah maupun dimasyarakat. Oleh sebab itu

orang tua sebagai penanggung jawab tehadap pendidikan anak di rumah dan

masyarakat maka perlu orang tua mengkomunikasikan kepada guru tentang hal-

hal yang terjadi pada diri anaknya, sehingga guru mudah untuk mengarahkan

potensi anak dan kerjasama dengan sesama guru yang lainnya.


F. Pentingnya Kerjasama Guru dan Orang tua dalam Pembinaan Akhlak

Kerjasama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa

orang (lembaga, pemerintahan dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan yang dimaksud penulis adalah kegiatan yang dilakukan secara bersamasama

antara guru dengan orang tua. Untuk membahas lebih jauh tentang hal-hal yang

berkaitan dengan kerjasama guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak siswa maka

perlu lebih dahulu diperjelas tentang pengertian guru dan orang tua.

Menurut St. Vembrianto, dkk., dalam buku “Kamus Pendidikan”

mengatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional di sekolah dengan

tugas utama mengajar”20

Sedangkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen yang terdapat dalam Bab I Pasal 1 bahwa :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar

membimbing, mengarahkan, melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi

20
A. Haris Hermawan, filsafat Pendidikan Agama Islam, (Cet. I, Jakarta: direktorat
Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesi, 2009 ), h. 128
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Istilah lain guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab

memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmanidan

rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan

tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di mukabumi, sebagai makhluk sosial dan
21
individu yang sanggup berdiri sendiri.

Seorang guru adalah seorang hamba Allah yang mendapat amanah untuk

mengajar dan mendidik anak murid yang nantinya akan menjadi penerusbangsa.Amanah

yang diemban seorang guru merupakan amanah yangdiembanmanusiasebagai khalifah

dimuka bumi. Maka tidak sempurna pelaksanaan amanah sebagai seorang khalifah bumi

ini jika amanah mengajarnya tidak dilakukan secara sempurna. Amanah mengajar dan
22
mendidik anak murid merupakan fitrah guru.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembagapendidikan


23
formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya proses pembelajaran di

madrasah,guru memegang peran utama dan amat penting. Perilaku guru dalam proses

pendidikan dan belajar, akan memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan

perilaku dan kepribadian anakdidiknya.Oleh karena itu, perilaku guru hendaknya dapat

21
Soebagio Atmodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya
Jaya,2000), h. 204
22
Achyar Chalil dan Hadaya Laticonsina, Pembelajarajan Berbasis Fitrah, (Cet. I;
Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 70
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), h.31
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh baik kepada para
24
anak didiknya.

Menurut Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh A. Haris Hermawan

bahwa dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang

mulia.Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam

operasionalisasinya,mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan

dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya.

Batasan ini memberi arti bahwa

tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan

orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam

proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi
25
secara baik dan dinamis.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam uraiaannya menyimpulkan bahwa

tugas guru (pendidik) dalam Islam ialah mendidik anak muridnya (peserta didik) dengan

cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapaianya perkembangan

maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk memperoleh kemampuan melaksanakan

tugas itu secara maksimal, sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat:

1. Tentang umur, harus sudah dewasa

2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani

3. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli

26
4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.

24
Tohirin, Psikologi pembelajaran pendidikan agama islam (berbasis integrasi dan
kompetensi) edisi revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006), h. 164
25
A. Haris Hermawan, filsafat Pendidikan Agama Islam, (Cet. I, Jakarta: direktorat
Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesi, 2009 ), h.133
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Cet. VII; Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2007), h. 80
Sementara itu, al-Ghazali menyusun sifat-sifat yang harus dimiliki pendidikan

adalah :

4. Memandang murid seperti anaknya sendiri

5. Tidak mengharapkan upah atau pujian, tetapi mengharapkan keridhaan Allah dan

berorientasimen dekatkan dirikepada-Nya

6. Memberi nasehat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan menuntut ilmu ialah

mendekatkan diri kepada Allah

7. Menegur murid yang bertingkahlaku buruk dengan cara menyindir atau kasih

sayang

8. Tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya

9. Memperhatikan fase perkembangan berpikir murid

10. Memperhatikan murid yang lemah dengan memberinya pelajaran yang

mudah dan jelas dan mengamalkan ilmu.


27
11. Mengamalkan ilmu yang dimilikinya.

Pada dasarnya, kalau dilihat dari tujuan dan pentingnya pembinaan akhlak

secara garis besar dapat dikatakan bahwa peranan guru sangat besar untuk

memberikan ilmu pengetahuan, membina dan mengembangkan peserta didik agar

berbudi pekerti yang baik dalam segala segi kehidupan. Dengan demikian akan

membentuk tingkah laku dan moral peserta yang memiliki budi pekerti untuk

dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bangsa Indonesia pada nantinya

akan memiliki generasi muda yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa

untuk menjawab segala tantangan di masa yang akan datang.

Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun

tugas guru lebih konprehensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan

pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan

27
Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Terj. H. Ismail Yakub, jilid 1 (Cet. V; singapore:
KerjayaPrinting Industries Pte Ltd, 2003), h. 212-222
bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat

dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat

persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran agar

mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.

Peranan orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting khususnya dalam

pembinaan akhlak bagi anaknya, karena anak merupakan amanah dan tanggung jawab

dari Allah swt. yang harus dibimbing dan dididik dengan sebaik mungkin agar menjadi

generasi yang shaleh dan memiliki akhlak yang mulia. Orang tua adalah figur dan

cermin bagi anak-anaknya, apa yang diperbuat dan dicontohkan orang tua kepada

anaknya itulah yang akan ditiru dan diikuti.

Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”.

Untuk itulah apabila kita menginginkan anak-anak kita beraqidah/berkeyakinan kuat

dalam sanubarinya, bahwa tidak ada Tuhan seain Allah dan Nabi Muhammad saw

adalah utusan Allah serta yakin dengan seluruh jiwa terhadap rukun iman yang

diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari, yang tercermin dalam

akhlaqul karimah, maka orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga

haruslah dalam setiap sikap dan tindakannya; lebih-lebih yang berhubungan langsung

dengan remaja harus disadarkan/dilandasi dengan ajaran-ajaran Islam apabila hal

tersebut tidak dapat dipenuhi/dilaksanakan oleh orang tua, maka harapan untuk
28
mempunyai generasi yang beraqidah adalah hal yang sangat sulit untuk diwujudkan.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,

karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk

pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor

penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan,

yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama. Karena sangat pentingnya

28
Sofyan Syafri Harapan dan Anshori Siregar, Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja,
(Cet 1; Jakarta: PT Pustaka Quantum, 2002), h. 180
pendidikan agama, maka para orang tua harus berusaha memberikan pendidikan

agama kepada anak-anak mereka, khususnya dalam pembinaan aqidah dan akhlak.

Kerjasama antara orang tua dan guru yang baik, selain dapat membantu

memudahkan terwujudnya rasa saling pengertian dan saling membantu dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, juga dapat memudahkan saling tukar

informasi yang diperlukan, seperti keterangan keterangan tentang diri anak didik dan

juga demi kelancaran dalam proses belajar mengajar. Seorang guru dalam

menghadapi murid adakalanya perlu mengetahui watak dan kepribaian anak, oleh

karena itu orang tua perlu menyadari akan pentingnya kerjasama dengan guru, dan

senantiasa menghubungi guru yang mengajarnya.Demikian pula dengan pendapat

Endang Engkaswara bahwa kerjasama orang tua adalah syarat mutlak dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain guru memerlukan keterangan tentang

anak didiknya selama belajar di sekolah, juga orang tua sangat memerlukan

keterangan anaknya selama belajar di sekolah

G. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) kata akhlak adalah bentuk jamak dari

khalqun (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

kesusilaan, adat, moral, etika, seperti yang tedapat dalam kamus Bahasa

Indonesia, akhlak adalah “budi pekerti, watak, ”

Abuddin Nata dalam bukunya “akhlak tasawuf” mengatakan akhlak

berasal dari bahsa arab yaitu h ha as misi dari kata akhlaqa-yukhliqu-

ikhlaqan sesuai dengan timbangan tsulasi mazid af’ala-yuf’ilu-if’alan berarti

al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak,dasar) al-adat


(kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din

(agama).29

Kata akhlak atau khuluq keduanya banyak dijumpai dalam alquran

maupun hadis sebaigi berikut:

Q.S Al-Qalam ayat 4

ٍ ُ‫َواِنّ َك لَ َعلَى ُخل‬


‫ك َع ِظي ٍْن‬

Artinya :” Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung “30

ٍ ‫ِإنَ َوا بُ ِعثْتُ ِِل ُ ت َ ِ ّو َن َه َكا ِر َم ْاِل َ ْخ ََل‬


‫ق‬

Artinya : “Bahwasannya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan

keluhuran budi pekerti ” (HR. Ahmad)

Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran

berbentuk lahiriyah manusia seperti, wajah, gerak anggota badan dan seluruh

tubuh. Ibnu Atsir mnyebutkan “al-khuluqu” berarti sifat. Hakikatnya adalah

potret batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya.

Dilihat dari sudut istilah terminologi, para ahli berbeda pendapat,

namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli

tersebut antara lain :

a. Ibnu Miskawaih mengatakan akhlak adalah

29
Abuddin Nata, akhlak tasawuf, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003), cet, ke-5,h.1
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, ( Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014) h. 564
‫َحا ُل ِلنّ ْف ِس دَا ِعيَةٌ لَ َها ِاَلى ا َ ْف َعا ِل َها ِه ْن َغي ِْر فِ ْك ٍر َو ََل ُر ِويَ ٍة‬

Artinya: sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.31

keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter

merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa

berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam.

Dalam buku “keistimewaan akhlak Islam” karangan Muhammad

Rabbi Muhammad Jauhari, Ibnu Maskawih memberikan definisi akhlak

yaitu suatu keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan

ini terbagi menjadi dua : ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula

yang diperoleh dari kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi,

pada mulanya tindakan-tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,

kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.32

b. Al-Ghazali, mengatakan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam

jiwa, dari sifat yang timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan

tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.

c. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.

Adapun kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia

setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-

31
Abuddin Nata,h.3
32
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, (Bandung :
Pustaka Setia, 2006), cet ke-1, h.8
ulang sehingga mudah untuk dilakuka. Jadi menurut Ahmad Amin, akhlak

haruslah timbul melalui proses berfikir lebih dahulu.

d. Abdullah Dirroj, mengatakan akhlak adalah suatu sesuatu kekuatan dalam

kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak membawa kecenderungan

pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang

jahat (akhlak buruk).33

Para ahli tidak berselisih paham mengenai pengertian akhlak ini,

namun saling memilih kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Ini

terlihat dari beberapa definisi dikemukakan para ahli diatas secara

subtansi saling melengkapi.

Dari beberapa pendapat pakar akhlak diatas dapat dipahami

bahwa akhlak merupaka suatu kehendak jiwa manusia yang

menimbulkan perbuatan atau tingkah laku tanpa dipikirkan terlebih

dahulu sehingga perbuatan dan tingkah lakunya menjadi kebiasaan

yang lahir dengan sendirinya tanpa motif lain.

Akhlak menyangkut dengan tingkah laku manusia, karena

akhlak adalah reaksi dari dalam jiwa dan pengaruhnya terlihar nyata

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan manusia akhlak

berfungsi sebagai pengatur tingkah laku manusia yang akan

membedakan manusia dengan makhluk-Nya.Dengan demikian,

pembentukkan akhlak dapat diartikan sebagai daya upaya yang

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak. Dengan

menggunakan sarana pendidikan dan pembentukan program dengan

33
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.223
baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

Pembentukkan akhlak dilaksanakan dengan asumsi bahwa akhlak

adalah hasil upaya pembentukan, bukan terjadi dengan sendirinya.

Potensi ruhani yang ada dalam diri manusia, termasuk di dalamnya

akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan

intuisi dan dibentuk secara optimal dengan cara pendekatan yang

tepat.

2. Macam-macam Akhlak

Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam merupakan sistem

moral yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang

diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya untuk disampaikan

kepadaumatnya.Secara garis besar akhlak dapat digolongkan dalam

dua kategori yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan

dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu:

a. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa

tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung
sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau

hakekatnya.

b. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri

dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan

dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang

beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan

hindarkan perbuatan yang tercela.

c. Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung

pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-

menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang

baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta

mendewasaan kita, dan merupakan orang yang

paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan

memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan

menghargainya.

2. Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalahsebagailawanatau

kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut diatas. Dalam ajaran
Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat

dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-

caramenjauhinya.Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai

macam akhlak yang tercela, di antaranya:

a) Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang

tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

c) Takabur (sombong) ialah merasa atau mengaku dirinya besar,

tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya

lebihhebat.

d) Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang

diperoleh orang lain.

e) Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari

apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.34

Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud

pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak

yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya

yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah

yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai

dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan

melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka

itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

3. Ruang Lingkup Akhlak

34
Ahmad Adib, dkk, Akidah Akhlak untuk Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Iqra, 2007),
h.
19.
Ruang lingkup Akhlak terbagi kepada lima bagian:

a. Akhlak pribadi (al-akhlaq al-fariyah) terdiri dari : (a) yang diperintahkan

(al-awamir), (b) yang dilarang (an-nawahi) (c) yang dibolehkan (al-

mubahai) dan (d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhlafah bi al-

ikthirar)

b. Akhlak berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah) terdiri dari (a) kewajiban

timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushulwa al-furu’) (b)

kewajiban suami istri (wajibat baina al-azwaj) dan kewajiban terhadap

karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib)

c. Akhlah bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah) terdiri dari : (a) yang

dilarang (al-mahzurat) (b) yang diperintahkan (al-awamir) (c) kaedah-

kaedah adab (qawa’id al-adab)

d. Akhlak bernegara (akhlak ad-daulah) terdiri dari : (a) hubungan antar

pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-sya’b) (b) hubungan

luar negri (al-alaqat l-khariyyah)

e. Akhlak beragama (al-akhlaq ad-diniyyah) yaitu kewajiban terhadap Allah

SWT (wajibat nahwa Allah)35

Dari beberapa uraian diatas akhlak itu meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia, secara garis besar cakupan akhlak meliputi

hubungan manusia dengan sang pencipta, hubungan manusia dengan

sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam.

H. Metode Pembentukan Akhlak

35
https://duniakampus7.blogspot.com/pengertian-ruanglingkup-akhlak.htmldiakses pada
tanggal 15-02-2019 pada pukul 09.00
Pembentukan ahklak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

Islam. Hal ini dapat dilihat dari satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang

utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian Islam yang

demikian terhadap pembentukan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam

terhadap pembentukkan jiwa yang didahulukan dari pada pembentukkan fisik,

karena dari jiwa yang lebih baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik,

yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan

kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan bathin.36

Pembentukkan akhlak, pembinaan moral dan pribadi anak pada dasarnya

terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pembentukan pertama yang dilakukan

adalah orang tua kemudian guru. Karena pengalaman yang dilalui oleh anak

waktu kecil merupakan unsur penting dalam pribadi anak. Sikap anak terhadap

agama dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapat dari

orang tuanya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru agama di

sekolah.37

Selanjutnya berhasil atau tidaknya metode, bukan saja ditentukan oleh

suatu metode tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh orang yang melaksanakan,

menyankut sifat atau persyaratan yang harus dimiliki oleh pembentuk itu sendiri.

Menurut sifat dan ciri manusia, dimasa anak-anak pemikirannya masih

dipengaruhi oleh unsur perasaan dan kebutuhan jasmaninya, maka metode yang

cocok untuk dipergunakan adalah : (1). Keteladanan, (2). Kedisiplinan, (3).

Perintah dan larangan, (4). Ganjaran dan hukuman.

36
Abuddin Nata, Op. cit, h. 156
37
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2005), h. 74
1. Keteladanan

Secara fitrah manusia memiliki sifat suka meniru atau mencontoh

orang lain seperti cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara dan

lain-lain. Kebiasaan meniru ini sangat sulit dihilangkan dari kehidupan

manusia. Dari sifat meniru ini, maka keteladanan yang sangat

berpengaruhi dan terbukti paling berhasil dalam mempersispkan dan

membentuk moral, spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini karena

pendidikan merupakan figur terbaik dalam pandangan anak yang tidak

tunduk dan sopan santun, disadari atau tidak disadari akan ditiru oleh

anak.38

Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam baik buruknya

anak, jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia dan

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan

agama, maka sianak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan

akhlak mulia, keberanian dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Jika pendidik

bohong, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.39

Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha

untuk menjadi teladan anak (subyek) didiknya, maksudnya teladan

dalam semua kebaikan bukan teladan dalam keburukan. Dengan

teladanan ini diharapkan anak (subyek) didik akan menjadi contoh dan

38
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Beirut: Darus salam, 1978),h. 1
39
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Al-Aulad fi Al-Islam, (Pedoman pendidikan anak
dalam Islam), Terjemah Saiful Kamalie, dkk, (Semarang : Syifa, 1981), h. 2
meniru segala sesuatu yang baik dalam perkataan dan perbuatan

pendidiknya.40

Keteladanan yang sempurna adalah keteladanan Nabi Muhammad

SAW, yang menjadi acuan para pendidik sebagai teladan yang utama.

Dilain pihak, pendidik hendaknya berusaha meneladani akhlak Nabi

Muhammad SAW sebagai teladannya sehingga diharapkan anak

didiknya mempunyai figur yang dapat dijadikan figur yang dapat

dijadikan panutan.

2. Kedisiplinan

Dalam kehidupan sehari-hari penuh dengan kegiatan-kegiatan

yang harus dilaksanakan secara tertib karena pada setiap kegiatan

tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi tolak ukur

tentang benar atau tidaknya sesuatu yang dikerjakan seseorang.

Norma-norma itu terhimpun menjadi aturan yang harus dipakai agar

setiap penyimpangan dan pelanggaran dapat dihindari. Oleh karena

itu, anak harus dididik dan dibimbing dengan nilai-nilai yang

mengatur kehidupan manusia yang berguna bagi dirinya masing-

masing sehingga berlangsung secara tertib, efisien dan efektif.41

3. Perintah dan Larangan

Dalam rangka membentuk anak agar memiliki akhlak yang baik

maka hendaklah ia disuruh mengerjakan kebaikan dan kebenaran serta

melarang mereka untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik

40
Hadari Nabawi, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), h. 215
41
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 199
dan melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam keluarga,

sekolah dan masyarakat terutama yang bertentangan dengan Al-

Qur’an dan Sunnah.42 Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam surat

Ali Imran ayat 102 :

          

 

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada -


benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadan beragama Islam.43 (QS. Ali Imran ayat
102)

Dalam ayat diatas menyatakan bahwa orang yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yaitu orang yang

takut kepada Allah dengan selalu merasa diawasi, sehingga kalian

menta’ati-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan rasa

takut yang sebenarnya. Dialah Allah SWT yang dita’ati sehingga

tidak dimaksiati. Dialah yang disyukuri sehingga tidak dikufuri.

Dialah Allah yang diingat dan tidak dilupakan. Orang yang

beriman kepada Allah Rasul-Nya janganlah kalian mati kecuali

dalam keadaan Islam, yakni tunduk, patuh dalam keta’atan kepada-

Nya juga dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya.44

42
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), cet ke-2, h.32
43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, ( Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014) h. 63
44
Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath Thabari (5), (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), h. 674
Jadi dengan metode ini siswa diperintahkan mengerjakan

yang diperintahkan oleh guru pendidikan agama Islam maupun dari

pihak sekolah lainnya dan meninggalkan yang dilarangnya.

4. Ganjaran dan hukuman

Ganjaran adalah sesuatu yang biasa menyenangkan dan

dijadikan hadiah bagi anak yang berprestasi dalam belajar, bersikap

dan berprilaku yang baik, seperti dengan melalui anggukan, kata-

kata yang menyenangkan bagi siswa, sehingga pendidikan dapat

memberikan hasil yang lebih baik pada diri anak.

Sedangkan hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada

siswa secara sadar dan sengaja, seperti; setelah memberi

pengarahan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperbaiki kesalahannya.

Hukuman diberikan karena ada pelanggaran sedangkan tujuan

pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara

berulang. Oleh karena itulah, Hasan Langgunung menyatakan

prinsip dalam memberikan hukuman berupa nasehat, ditegur,

diperingatkan, dimarahi dan terakhir dipukul jika sebelumnya

belum berhasil.45

Dalam memberikan sanksi hendaknya dengan cara bertahap,

dalam arti diusahakan, dengan tahapan paling ringan. Di antara

tahapan ancaman dalam Al-Qur’an adalah diancam dengan tidak

45
Ramayulis, Op. cit, h. 210
diredhoi oleh Allah SWT, diancam dengan murkanya Allah SWT,

secara nyata diancam dengan diperangi oleh Allah, diancam

dengan sanksi akhirat, dan sanksi dunia. Hal ini menunjukan bahwa

dalam melaksanakan hukuman dituntut berdasarkan tahapan-

tahapan, sehingga ada rasa keadailan dan proses sesuai dengan

prosedur hukuman.

Metode pembentukan akhlak dalam Islam juga terintegrasi

dengan pelaksanaan rukun iman. Dalam hasil analisis Muhammad

al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukan

dengan jelas bahwa dalam rukun Islam itu terkandung konsep

pembentukan akhlak.

Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, akhlak merupakan hasil

usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh

terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri

manusia. Jika program pendidikan dan pembentukan akhlak

dirancang dengan baik, sistematis dan dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak-atau orang

yang baik akhlaknya.

Pada kenyataan di lapangan usaha-usaha pembentukan akhlak

baik melalui lingkungan keluarga, sekolah masyarakat dan melalui

berbagai macam metode terus dikembangkan. Hal ini menunjukan

betapa pentingnya akhlak untuk dibentuk, pembentukan ini ternyata

membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang


berakhlak mulia, ta’at kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, Hormat

kepada kedua orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan

dan seterusnya.

Keadaan pembentukan akhlak ini semakin terasa diperlihatkan

dan godaan sebagai dampak dari kemajuan Iptek saat ini, misalnya

menonton film, buku-buku dan Internet, tempat-tempat hiburan

dengan adengan maksiat juga banyak. Demikian pula produk obat-

obat terlarang, minuman keras dan pola hidup matrelialistis

semakin merajalela. Semua ini jelas membutuhkan pembentukan

akhlak.46

Pentingnya pembentukan akhlak ini terbukti dengan diutusnya

Rasulullah SAW untuk membentuk dan menyempurnakan akhlak

manusia. Ajaran yang dibawa oleh Rasul ini berisi materi

pembentukan bathin setiap orang, sehingga melahirkan sifat-sifat

yang baik dan terpuji, yang terlihat dalam bentuk tindakan dan

tingkah laku. Begitu juga para sahabat dan mujahid yang telah

berusaha memberi contoh tingkah laku terpuji menurut ajaran

agama Islam.

Pembentukan akhlak ini sebenarnya bukan hanya tanggung

jawab guru di sekolah saja, walaupun kenyataannya pengaruh

pendidikan agama di sekolah sangat besar terhadap perkembangan

kepribadian anak didik. Pendidikan akhlak anak didik itu sudah

46
Abuddin Nata, Op. cit, h. 155
dimulai dari keluarga oleh orang tuanya. Orang tua harus lebih

berperan lagi dalam memperhatikan anaknya. Pendidikan yang

diterima dari orang tualah yang akan menjadi dasar bagi

pembentukan kepribadian anak disekolah. Dengan kata lain, orang

tua tidak boleh membiarkan pertumbuhan anaknya tanpa

bimbingan darinya, atau hanya diserahkan kepada guru-guru

disekolah saja, inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam

lingkungan masyarakat sekarang ini. Akibatnya guru-guru

mengalami kesulitan dalam melakukan pembentukan akhlak.

Menurut Zakiah Darajat, Pendidikan Islam adalah perubahan


sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Maksudnya adalah pendidikan agama Islam mendidik jiwa dan
akhlak peserta didik dengan menanamkan rasa fadhil (keutamaan)
membisakan anak dengan dengan kesopanan yang tinggi,
menyiapkan anak pada kehidupan yang suci, ikhlas, jujur, serta
bahagia dunia dan akhirat.47

Dengan adanya pembentukan akhlak di sekolah bermanfaat

sekali bagi para siswa terutama dalam kehidupan sehari-hari, di

lingkung masyarakat. Apabila di lingkungan sekolah atau lembaga

pendidikan yang penuh dengan ragam siswanya. Terbentuknya

akhlak siswa akan mudah terjalin suatu keakraban atau kesatuan,

baik antara siswa dengan siswa maupun dengan gurunya sendiri. Di

samping siswa memiliki ilmu pengetahuan juga akan terwujud rasa

persaudaraan, antara siwa akan jarang terlihat membuat kekacauan

bahkan siswa tersebut patuh terhadap peraturan disekolah dan

47
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Ruhama,
1994), h. 28
adanya saling tolong-menolong atau kerja sama yang mengacu

kepada kebaikan.

Akhlak merupakan alat kontrol segala sesuatu yang berkenaan

dengan seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia dengan Allah

SWT, dan tiangnya adalah shalat. Pendapat Muchtar Lintang,

mengenai masyarakat Islam yang ada kaitannya dengan

pembentukan akhlak sebgai berikut :

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang penuh kasih


sayang, karena kejayaan dibina atas persaudaraan umat manusia
telah seimbang antara si kuat dan si lemah, dengan begitu
masyarakat bukanlah bagaikan lembu yang berbencian dan tidak
pula bagaikan kumpulan srigala yang saling bertengkar.48

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa

pembentukan akhlak sangat penting untuk dilakukan, agar mereka

terbantu dalam menjalani masa perkembangan dan terarahkan

kepada hal-hal yang baik sehingga mereka memiliki pribadi yang

mantap.

Sudarsono mengemukakan bahwa “sikap siswa yang menonjol

dalam periode ini antara lain; suka menentang orang tua,

terombang ambing, tidak tenang berprilaku, tidak sopan, kurang

berhati-hati, malas bekerja dan mudah tersinggung.”49

Dalam kehidupan ini manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor


yang mengelilinginya, bila yang melingkupinya baik. Menurut
kebiasaaan pribadi yang baik dan akan tercipta. Namun, Bila yang

48
Muchtar Lintang, Kuliah Islam tentang Etika dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Bulan
Bintang), h. 140
49
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.
13
melingkupinya keburukan maka kemungkinan tumbuh menjadi
pribadi yang buruk.50

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa tidak heran pada

masa ini sikap siswa tersebut jauh dari norma-norma yang berlaku,

dimana mereka hanya mengutamakan kesenangan saja tanpa

memikirkan akibatnya. Namun, apabila mereka hidup dalam

lingkungan yang mempengaruhi baiknya, maka akan timbul

perbuatan yang baik yang sesuai dengan yang diharapkan.

Jika ditinjau dari aspek moral kesusilaan, perbuatan tersebut

melanggar norma-norma yang berlaku antisusila. Melihat keadaan

yang demikian, maka pembentukan akhlak merupakan panutan

utama bagi siswa agar mereka dapat memiliki mental dan

kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Pembentukan

akhlak hendaknya dititik beratkan pada pembersihan pribadi dari

sifat yang berlawanan dengan tuntunan agama dan keseluruhan

akhlak merupakan media yang menduduki tingkat kepribadian

siswa yang Islami agar tidak terjadi penyimpangan dan mencegah

terjadinya kenakalan pada diri anak.

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Akhlak tidaklah timbul begitu saja, ia merupakan sebuah proses yang

cukup panjang, dan merupakan sebuah organisasi yang kompleks. Akhlak juga

bukan perbuatan yang berdiri sendiri. Dalam pembentukan akhlak ada beberapa

faktor yang sangat mempengaruhi sehingga dapat berbuat atau berlaku sesuai

50
http//:www.Pikiran Rakyat.com
dengan yang semestinya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan kedalam dua

bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor yang dapat mempengaruhi

pembentukan akhlak yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri.

Rahmad Djatnika menyebutkan faktor Internal yang dapat

mempengaruhi akhlak tersebut adalah :

a. Insting dan akal


b. Adab
c. Kepercayaan
d. Keinginan-keinginan
e. Hawa Nafsu
f. Hati Nurani51

Sedangkan menurut Abdul Aziz al-Qussy menyebutkan faktor Internal

yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak adalah : faktor simpati,

faktor Identifikasi, dan faktor rasionalisasi.52

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang dapt mempengaruhi

pembentukan akhlak yang berasal dari luar. Rahmad Djadnika

menyebutkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

pembentukan akhlak adalah :

a. Keturunan
b. Lingkungan
c. Rumah Tangga

51
Rahmad Djatnika, Sistem Etika Islam Mulia, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), h.72-
73
52
Abdul Aziz Al-Qussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974, h. 22
d. Sekolah
e. Pengaruh Teman
f. Penguasa.53

Sedangkan menurut Hamzah Ya’kub menyebutkan faktor yang

dapat mempengaruhi akhlak tampa membedakan faktor internal dari

faktor eksternal, tersebut adalah faktor manusia itu sendiri, insting,

kebiasaan, keturunan, lingkungan, kehendak, suasana hati dan

pendidikan.54

Sementara Abdul Azis Al-Qussy menyebutkan faktor-faktor sosial

yang dapat memainkan peran dalam akhlak adalah :Pertama; faktor

kekuasaan, Kedua; faktor simpati.55

Abdul Azis Al-Qussy juga menyebutkan faktor-faktor lain,

diantaranya faktor identifikasi, rasionalisasi, ia juga mengulas

keterlibatan keluarga dalam pembentukan akhlak, pentingnya peran

sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan akhlak seseorang.56

W. A Gerungan mensinyalir beberapa faktor dalam interaksi sosial

seorang individu, misalnya faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati,

ia juga menyebutkan faktor internal dan eksternal yang dapat

mempengaruhi pembentukan akhlak seseorang.57

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi pembentukan akhlak itu, secara garis besar dapat

53
Abdul Aziz Al-Qussy, Ibid, h. 23
54
Hamzah Ya’kub, Etika Islam (Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) h.55
55
Abdul Azis Al-Qussy, Op. cit, h. 27
56
Ibid, h. 27
57
W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Badung: Eresco, 1991), h.180
dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu: Faktor yang berasal dari dalam

diri sendiri, dan faktor yang berasal dari luar. Dari dua faktor ini

sebenarnya dapat diidentifikasi banyak faktor yang akan

mempengaruhi dalam pembentukan akhlak.

Dalam hal ini akan diulas beberapa faktor yang dianggap dominan

dalam membentuk akhlak, antara lain:

a. Keluarga

Keluarga adalah merupakan unit terkecil yang memberikan

pondasi primer bagi perkembangan anak. Sebagian besar anak

dibesarkan dalam lingkungan keluarga untuk mendapatkan

pendidikan dan pembinaan, dikatakan bahwa keluarga merupakan

lembaga pendidikan pertama dalam proses pendidikan. Oleh

karena itu, keluarga sebagai tempat pertama bagi anak untuk didik,

baik dari segi akhlak maupun dari segi ilmu pengetahuan, Orang

tua sudah sewajarnya memahami itu. Dengan kata lain keluarga

adalah peletak dasar ahklak (perilaku) anaknya.58 Sebelum anak

mengenal lingkungan yang lebih luas, karena terlebih dahulu ia

mengenal lingkungan keluarga. Dan sebelum seorang anak

mengenal dan menyerap nilai-nilai dan norma-norma yang

berkembang di tengah-tengah keluarga untuk ditanamkan ke dalam

dirinya sehingga menjadi bagian dari kepribadian.59

58
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
h.21
59
Salito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000),
h.122
Di dalam keluarga seorang anak dibiasakan belajar untuk

mempersiapkan perkembanganya lebih lanjut. Di dalam

keluargalah seseorang mendapat kesempatan menghayati

pertemuan sesama manusia, malahan memperoleh perlindungan

yang pertama, di sinilah seseorang pertama kali mengenal norma-

norma sosial, internalisasi norma.60

Hal ini terjadi setelah mengadakan interaksi sosial, belajar

memperhatikan orang lain. Pengalaman-pengalaman interaksi

sosial di dalam keluarga akan turut menentukan cara bertindak dan

interaksi sosial yang lebih luas, semakin baik seseorang dengan

keluarga, semakin dalam pengaruh keluarga terhadap kepribadian

seseorang. Keluarga setidaknya mempunyai beberapa fungsi,

yakni:

1) Keluarga sebagai tuntun pertama

2) Keluarga sebagai pusat ketenangan hidup

3) Keluarga sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.61

Dari beberapa kutipan atas, dapat dilihat beberapa penting

keluarga sangat mempengaruhi anggota keluarganya dalam

pembentukan kepribadian anak dan akhlak anaknya. Keluarga

mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana rumah

tangganya yang kondusif untuk ketentraman bathin anak, menjadi

60
W.A Gerungan, Psikologi Sosial, Op. cit, h.181
61
Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, tth), cet ke-8, h. 121
angota keluarga tersebut, sebab suasana keluarga mempengaruhi

kehidupan anak.

Apabila merasakan kehangatan kasih sayang dan ketentraman

dari orang tuanya, maka jiwanya akan menjadi tentram, sebaliknya

orang tua yang tidak sayang dan tidak mau mengerti apa yang

sedang dialami anaknya, maka anak tersebut bisa menderita dan

mendorongnya berkelakuan yang tidak baik.

b. Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan sekunder setelah keluarga,

seorang anak setidaknya menghabiskan waktu sekitar 7 jam selama

di sekolah. Hal ini berarti hampir sepertiga dari waktunya setiap

hari, kecuali hari minggu atau hari jum’at, bagi sekolah liburnya

jumat.

Hal ini menunjukkan sekolah mempunyai pengaruh yang

cukup signifikan (meyakinkan) terhadap perkembangan jiwa dalam

rangka membentukan akhlaknya.62

Selain tempat mendapatkan ilmu, juga mengajarkan norma-

norma, nilai-nilai yang bisa berlaku di tengah-tengah masyarakat

serta berbagai keterampilan, karena sekolah juga merupakan

tempat latihan untuk melaksanakan segala norma dan nilai-nilai

yang diajarkan dan mempunyai sanksi kurikuler terhadap siswa,

62
Salito Wirawan Sarwono, Op. cit, h.121
sehingga yang demikian dapat membentuk kebiasaan yang baik

pada akhirnya kebaikan tersebut menjadi akhlak bagi siswa.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran

memberikan bimbingan, pengarahan, serta penyuluhan dan

pengembangan bakat kepada anak didik ke arah yang lebih

bermanfaat bagi dirinya, da n bagi masyarakat dengan sebaik-

baiknya. Dari proses bimbingan, pengarahan dan penyuluhan bakat

ini diharapkan dapat membentuk mental dan akhlak para anak

didik yang menjadi peserta didik di sekolah-sekolah tersebut.63

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa sekolah di

samping melaksanakan tugas pendidik juga mengajarkan berbagai

ilmu pengetahuan, konsep-konsep, nilai-nilai mana yang baik dan

mana yang buruk, mana yang patut dilaksanakan dan mana yang

patut di tinggalkan, serta menjelaskan akibat-akibat yang mungkin

ditimbulkan oleh anak. Hal ini akan menjadi bekal yang baik bagi

anak dalam mengembangkan diri sebagai pribadi, maupun sebagai

angota masyarakat di mana ia bertempat tinggal.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan pokok yang ketiga.

Semua ahli pendidikan sepakat dan berpendapat bahwa masyarakat

ikut mempengaruhi perkembangan anak. Masyarakat merupakan

lingkungan yang terluas bagi anak dan sekaligus paling banyak

63
Rahmat Djatnika, Op. cit, h. 99-100
memberi pengaruh terhadap anak. Seseorang tidak dapat

melepaskan dirinya dari lingkungan masyarakat, karena sudah

merupakan fitrah bagi manusia untuk hidup bersama atau

bermasyarakat.64

Sering terjadi, seseorang yang semenjak kecilnya dididik di

dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, bahkan sudah di

sekolahkan ke pondok pesantren, pada saat tatkala ia pindah ke

kota besar untuk mengadu nasib, hidup di lingkungan pergaulan

yang agak bebas, lingkungan itu membiasakan mereka berbuat

menurut hawa nafsu. Pada awalnya alim menurut perbuatan teman-

teman dan masyarakat, bahkan lebih hebat lagi perbuatannya dari

pada masyarakat yang mampengaruhinya. Pengaruh lingkungan

terhadap anak pada awalnya dimulai dari pergaulan dengan teman-

teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan persahabatan mereka

merupakan hubungan yang akrab, karena mereka mempunyai

minat yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi

perasaan dan saling tolong-menolong untuk memecahkan

persoalan bersama. Meningkatnya usia mereka membuat ikatan

persahabatan semakin erat. Akibat pergaulan antar sesama

setidaknya membawa pengaruh terhadap cara berpakaian, hobi,

perkumpulan dan kegiatan lainnya. Pergaulan juga memberikan

kesempatan kepada anak untuk belajar tentang:

64
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Rosdakarya,
2000) h. 66
1) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain

2) Mengontrol tingkah laku sosial

3) Mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan

usianya.

4) Saling tukar perasaan dan masalah.65

Pengaruh masyarakat bahkan lebih kuat dari pada pengaruh

keluarga dan sekolah dalam membentuk kepribadian dan akhlak

anak. Islam juga mengajarkan pemeluknya agar memiliki tempat

tinggal yang baik, tempat tinggal yang terbiasa mempengaruhi dan

menolong ke arah kebaikan.66

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat juga berpengaruh dalam

pembentukan akhlak siswa. Dengan pembentukan akhlak seperti

ini, diharapkan setiap pribadi muslim dapat membentuk jiwanya

dan menjadi pendorong dalam melaksanakan perbuatan yang

disuruh oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meninggalkan yang

dilarang-Nya. Jadi, siswa harus diberi bekal dengan nilai-nilai dan

norma-norma agama oleh orang tua, sebab kehancuran seseorang

disebabkan karena kurangnya nilai-nilai agama pada diri siswa.

65
Syamsu Yusuf, Ibid, h. 66
66
Ibid, h. 66
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research) yang dapat diartikan penelitian dengan mengumpulkan data

langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Bentuk penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku orang yang dicermati.67 Metode deskriptif ini

juga dapat dipahami sebagai bentuk penjabaran yang tidak bertujuan untuk

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya

tentang satu variabel tertulis /lisan dari orang/prilaku yang dapat diamati.

Sehubungan dengan pokok permasalahan ini tentang kerjasama

orang tua dan guru dalam membina akhlak siswa di MDA Baiturrahman

Jorong Kalampayan Nagari Pakan Sinayan, melalui penelitian deskriptif

kualitatif ini diharapkan mampu memperlihatkan kerjasama orang tua dan

guru dalam membina akhlak siswa.

67
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet.ke-
6, hal.36
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MDA Baiturrahman Jorong

Kalampayan Nagari Pakan Sinayan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah

ditemukan ada gejala-gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan

penelitian yang akan diteliti lebih lanjut, terutama pada kerjasama orang

tua dan guru dalam membina Akhlak siswa, karena ada beberapa anak

yang sering bermasalah di MDA tersebut.

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bertindak sebagai sumber informasi

yang peneliti wawancarai sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian

pemilihan informasi diperoleh dari informan yang diambil dengan cara

mewawancarainya. Satu informan dapat memberikan informasi-informasi

yang akan dikembangkan sampai titik kejenuhan sehingga semakin lama

semakin banyak informasi yang diperoleh oleh peneliti.68

Informan kunci pada penelitian ini adalah orang tua siswa kelas 2

dan ibuk Zuryani, S.Pd selaku guru di MDA Baiturrahman Jorong

Kalampayan, sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah siswa-

siswi kelas 2 di MDA Baiturrahman Jorong Kalampayan.

68
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
hal.138
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berarti cara yang digunakan dalam

mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan ini, dalam

hal ini penulis lakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang

dilakukan adalah observasi secara langsung yaitu pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa, sehingga peristiwa berada bersama objek

yang diselidiki.69

Observasi dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data

observasi secara langsung. Observasi secara langsung akan

memberikan sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian

deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, yang diobservasi adalah kerjasama

orang tua dan guru dalam membina akhlak siswa di MDA

Baiturrahman Jorong Kalampayan Nagari Pakan Sinayan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang berbentuk

pertanyaan lisan dan dijawab secara lisan kepada seseorang atau lebih

secara langsung.70 Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terbuka

69
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet, ke-
6.h. 158
70
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan.....,hal. 1559
pada objek penelitian dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

dipahami oleh responden dengan pendekatan wawancara.

Teknik dalam menggunakan wawancara terbuka ini terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan yang terbuka sehingga responden bebas

memberikan jawaban, dalam hal ini yang diwawancarai adalah orang

tua dan guru yang mengajar di MDA Baiturrahman kalampayan dan

siswa yang belajar disana.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah penelitian dengan menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan tertulis seperti, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.71 Fungsi dari metode dokumentasi adalah untuk

memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Dokumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa

bentuk buku kegiatan harian siswa di MDA Baiturrahman Jorong

Kalampayan Nagari Pakan Sinayan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik,

yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan

71
Lexi J.Moleong,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 ),
hlm.186
lapangan, dokumen, dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga

dapat memberikan kejelasan kenyataan atau realitas.72

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara atau observasi. Dalam

hal ini, analisis data yang akan dilakukan yaitu:

1. Menelaah dan menyusun seluruh data yang diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara.

2. Merangkum data pada hal-hal yang penting dan menyusunnya ke

dalam suatu pola.

3. Membuat kesimpulan.

F. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data.

Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat

kepercayaan (validitas), dan konsistensi data (reliabilitas), serta

bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan. 73

Triangulasi data pada permasalahan ini digunakan triangulasi

sumber, ialah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan data

hasil observasi dengan data hasil wawancara.

72
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997) hal 66
73
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), hal.218-219
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak Siswa

di MDA Baiturrahman Kalampaian

Pada bab ini penulis akan uraikan tentang hasil penelitian yang

telah penulis laksanakan tentang permasalahan kerjasama orang tua

dan guru dan pihak sekolah dalam membina akhlak agar memiliki

akhlak yang mulia serta dapat meninggalkan sifat-sifat yang tidak

terpuji yang bisa merusak masa depan anak di MDA Baiturrahman

Kalampaian

Kerjasama guru dan orang tua sangat penting dalam memberikan ilmu

pengetahuan, membina dan mengembangkan peserta didik agar memiliki budi pekerti

yang baik dalam segala segi kehidupan. Dengan demikian akan membentuk tingkah laku

dan moral peserta didik yang memiliki budi pekerti untuk dikembangkan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga pada nantinya akan memiliki generasi muda yang

memiliki aqidah yang kuat sehingga melahirkan akhlak yang baik dan mulia.

Dalam setiap keluarga atau orang tua berbeda-beda dalam mendidik anaknya.

Dan orang tua menginginkan adanya partner untuk membantu mendidik anak-anak

mereka yaitu dengan memasukkan anak ke MDA. Karena baik orang tua maupun guru

selalu berharap agar anak atau anak didiknya mampu mencapai prestasi dan tumbuh

serta berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidik adalah tanggungjawab

bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Guru hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab

pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Sedangkan

peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah

(formal) memerlukan “kerja sama” antara orang tua dan sekolah (pendidikan).
Sikap anak terhadap guru terutama akan dipengaruhi oleh sikap orangtuanya. Begitu

juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang

menggantikan tugasnya selama diruangan sekolah.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya

terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orangtua

seolah tidak mautahu,bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada guru. Orang tua

harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-

pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus

menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar dirumah. Orang tua

harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. Bahkan berkat

kerjasama orangtua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik yang

dapat diatasi. Untuk mewujudkan kerjasama itu tentunya banyak cara yang

dilakukan,dengan adanya kerjasama itu orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan

dan pengalaman dari guru dalam mendidik anak-anaknya. Karena sekolah atau guru

bukan hanya mengajar saja akan tetapi juga berusaha membentuk kepribadian anak

menjadi manusia yang berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam.

Berdasarkan wawancara penulis dengan, Kepala MDA M. Dios pada hari

jum’at 26 April 2019 mengatakan bahwa:“Dalam melakukan pembinaan

akhlak, yang dilibatkan bukan hanya para tenaga pendidik disekolah, tetapi kami juga

berkerja sama dengan orang tua siswa diluar lingkungan sekolah, dengan ini guru dapat

lebih leluasa dalam melaksanakan kegiatan pembinaan akhlak”74

Untuk mengecek kebenaran tentang pentingnya kerjasama guru dan orangtua

siswa dalam pembinaan akhlak seperti yang telah dituturkan Bapak kepala sekolah.

Bentuk-bentuk kerjasama dalam pembinaan akhlak anak, akan

sangat berpengaruh terhadap pembinaan akhlak anak, oleh karena itu tentu

74
M.Dios, Kepala Sekolah MDA BAiturrahman, Wawancara Pribadi, (MDA
Baiturrahman: 26 April 2019)
dibutuhkan beberapa bentuk kerjasama, hal ini dimaksudkan agar orang

tua dan guru dengan mudah memahami bagaimana cara membina akhlak

anak supaya memiliki akhlak yang mulia. Adapun bentuk kerjasama yang

dilakukan oleh guru dan orangtua dalam pembinaan akhalak siswa MDA

Baiturrahman adalah sebagai berikut :

1. Melakukan konsultasi langsung pada guru

Menurut Ibu Desmawita, orang tua dari Rahmadanul Hafiz , siswa

kelas II MDA Baiturrahman terungkap bahwa: “bentuk kerjasama yang

dilakukan dengan melakukan konsultasi langsung pada guru. Hal ini

dilakukan karena sulit membagi waktu untuk mengikuti pertemuan wali

murid sehingga memilih untuk berkonsultasi dengan guru secara la n

ngsung seputar informasi anak.”75

Kemudian dari hasil wawancara dengan Ibu Risma Mairenti,

orangtua dari M. Fahri, siswa kelas II MDA Baiturrahman terungkap

bahwa:“bentuk kerjasama yang dilakukan dengan melakukan konsultasi

langsung antara orang tua dan guru. Kegiatan ini diharapkan antara guru

dan orang tua mendapatkan titik temu dalam mengatasi permasalahan

siswa yang berhubungan dengan akhlak anaknya.76

2. Melakukan kunjungan langsung ke rumah orang tua siswa

Dari hasil wawancara dengan Ibu Ibu Zuryani S.Pd, guru kelas II

75
Desmawita, salah satu orang tua siswa MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi,
13 Mei 2019)
76
Risma Mairenti, salah satu orang tua siswa MDA Baiturrahman, Wawancara
Pribadi, 13 Mei 2019)
MDA Baiturrahman, terungkap bahwa: “bentuk kerjasama yang dilakukan

guru dengan orang tua yaitu dengan kunjungan ke rumah orang tua siswa.

Kunjungan ini dilakukan bilamana diperlukan, misalnya menjenguk anak

didik yang sedang sakit. Umumnya orang tua akan merasa senang atas

kunjungan guru tersebut karena merasa bahwa anaknya sungguh-sungguh

diperhatikan. Bagi anak sendiri akan lebih merasa segan dan hormat

kepada gurunya yang telah menjenguk dan mengenal keluarga atau orang

tuanya.”77

Kemudian dari hasil wawancara dengan Ibu Betti Eka Sari , guru

kelas II MDA Baiturrahman mengatakan bahwa: “Selain menjenguk anak

yang sakit kunjungan ke rumah juga dilakukan oleh guru ketika ada waktu

senggang untuk sekedar bersilaturrahmi dan untuk mengenal lebih dekat

dengan keluarga anak didiknya serta perilaku siswanya ketika di rumah

Pertanyaan yang di sampaikan menyangkut bentuk kerjasama yang terjalin

antara guru dan orang tua dalam membina perilaku keagamaan siswa.”78

Menurut Elma Yanti , orang tua dari Fadhila Ramadhani, siswa kelas

II MDA Baiturrahman terungkap bahwa bentuk kerjasama yang dilakukan

dengan kunjungan ke rumah orang tua siswa. Kunjungan ini dilakukan

ketika anaknya yang bernama Fadhila Ramadhani sedang sakit lebih dari 3

77
Zuryani S.Pd, salah satu guru di MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi, 10 Mei
2019)
78
Betti Eka Sari, salah satu guru di MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi, 10
Mei 2019)
hari. Beliau mengatakan pada saat itu beberapa guru beserta teman-teman

satu kelas anakny datang menjenguk anaknya yang sedang sakit.79

Bentuk nyata yang dilaksanakan oleh guru MDA Baiturrahman adalah

mengunjungi orang tua peserta didik pada waktu-waktu yang dinilai tepat. Hal ini

diungkapkan oleh guru agama Islam sebagai berikut: Saya kadang mengunjungi

beberapa orang tua peserta didik yang saya anggap memperlihatkan tingkah laku

yang kurang baik di sekolah, apakah itu hubungannya dengan sesama peserta

didik ataukah dalam hubungannya dengan guru, termasuk hal-hal yang berkaitan

dengan pelanggaran dan norma agama.

Kunjungan guru kepada orang tua pada dasarnya memberikan informasi

mengenai tingkah laku dan keadaan peserta didiknya di

sekolah,sekaligusbertujuan menemukan alternatif pemecahan suatu masalah yang

sedang dihadapi. Hal ini dilakukan oleh guru agama, karena beliau berkeyakinan

bahwa masalah peserta didik tidak dapat diselesaikan tanpa ada kerjasama dan

bantuan orangtua peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh

guru MDA Baiturrahman sebagai berikut: Masalah yang dihadapi oleh peserta

didik di sekolah pada dasarnya tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan

keluarga, baik itu latar belakng munculnya masalah maupun upaya penyelesaian

masalah tersebut,dengan demikian sangat penting untuk melakukan hubungan

komunikasi.

3. Melakukan komunikasi lewat telepon

Dari hasil wawancara terungkap bahwa bentuk kerjasama yaitu dengan

komunikasi dengan telepon. Dengan cara ini dapat mempermudah pengawasan

79
Elma Yanti, salah satu orang tua siswa MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi,
13 Mei 2019)
dan pemantauan guru terhadap anak didiknya diluar sekolah ataupun disekolah.

Komunikasi ini dilakukan bilamana ada salah satu anak didiknya yang tidak

berangkat ke sekolah karena sakit atau alpa. Dengan telepon maka guru dapat

memperoleh informasi lebih banyak dan jelas tentang anak yang bersangkutan.

Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh salah seorang orangtua siswa Ibu

Yanti kelas II MDA Baiturrahman sebagai berikut:

Bentuk kerjasama yang dilakukan antara guru dan orangtua di sekolah ini

yaitu melalui komunikasi via telepon. Di sekolah ini hampir seluruh orang tua

anak didik memiliki telepon rumah ataupun ponsel. Dengan adanya alat

komunikasi tersebut sangat menunjang kelancaran hubungan komunikasi antara

guru dengan orang tua.

Walaupun ada beberapa orangtua yang tidak memiliki alat komunikasi

tersebut namun jumlahnya sangat kecil. Melalui telepon seorang guru juga dapat

berkomunikasi secara langsung dengan orang tua siswa di rumah.Untuk

memberitahu bahwa siswanya tidak pernah masuk sekolah tanpa keterangan

ataupun informasi yang lain menyangkut akhlak anaknya disekolah”80

4. Melakukan pertemuan wali murid

Sekolah juga sangat perlu menyelenggarakan pertemuan antara pendidik,

orang tua dan peserta didik itu sendiri untuk membicarakan hal-hal yang

dianggap penting untuk dikomunikasikan terhadap pihak-pihak tersebut.

Pertemuan ini sasarannya tidak lain adalah pembentukan dan pembinaan

akhlak,ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Ibu risma yenti

80
Yanti, salah satu orang tua siswa MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi, 13
Mei 2019)
mengungkapkan bahwa: “Di sekolah ini selalu diadakan pertemuan rutin, yakni

pada saat penerimaan raport untuk setiap semester.Hal ini dimaksudkan untuk

mengadakan hubungan baik antara pendidik, orangtua dan peserta didik itu

sendiri. Bahkan kadang-kadang pertertemuan itu dikuti pemerintah setempat.

Dengan demikian upaya pembinaan akhlak ilmu pengetahuan dan

keterampilan peserta didik diemban secara bersama-sama ”Kemudian Ibu

Asmaul Husna mengungkapkan bahwa: “Para guru disekolah ini, dalam

melakukan pembinaan terhadap akhlak siswa, tidak hanya didalam lingkungan

sekolah, tetapi juga diluar lingkungan sekolah, didalam lingkungan sekolah

misalnya ketika menerima rapor setiap semester, orangtua siswa yang dianjurkan

untuk datang kesekolah mengambil rafor anaknya, dan diluar lingkungan sekolah,

misalnya ketika bertemu dengan salah seorang orangtua murid, beliau

menanyakan perkara akhlak siswanya di rumah atau di lingkungan luar sekolah,

begitupun sebaliknya orang tua yang bertemu dengan guru anaknya.”81

Ibu Wisma Nelly,salah seorang orang tua siswa MDA Baiturrahman

yang mengatakan bahwa : Menurut saya usaha guru di MDA Baiturrahman sudah

sangat baik, karena saya sebagai orang tua siswa melihat, akhlak siswa SD itu

kadang

tidak sesuai dengan tempat dia bersekolah, sekolahnya mengajarkan

agama dan materi akhlak tapi prilaku siswanya tidak berakhlak, anak saya

juga bersekolah di MDA Biturrahman, sebagai orang tua saya juga

berharap dan berusaha membina akhlak anak saya kepada yang baik, saya

sering bertemu dengan salah seorang gurunya di tempat pengajian, beliau

81
Asmaul Husna, salah satu guru MDA Baiturrahman, Wawancara Pribadi, 13 Mei
2019)
sering bertanya tentang perilaku anak saya di rumah, beliau sering

memberi masukan serta saran pada saya tentang pembinaan akhlak,

Jadi saya rasa dengan seperti itu saya sudah lega karena guru juga ikut

berkerjasama dengan orang tua siswa dalam pembinaan akhlak, karena disamping

saya meninjau pelajaran sekolah anak saya, saya juga bisa meninjau

perkembangan pergaulan dan akhlaknya.82

5. Melakukan Surat Menyurat antara Guru dengan Orang Tua

Para guru di MDA Baiturrahman, jika ada siswa yang bermasalah atau

melakukan perbuatan yang melanggar aturan, yang sudah melebihi aturan

pelanggaran, guru di MDA Baiturrahman akan mengirimkan surat kepada

orangtua siswa, dengan tujuan agar orang tua siswa dapat datang langsung

kesekolah untuk berkerja sama dengan guru untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak M.Dios, beliau

mengatakan: ”Jika ada diantara siswa disini yang telah melakukan pelanggaran

yang sudah melebihi pelanggaran, kami akan mengirimkan surat panggilan

kepada orang tua siswa yang bersangkutan,jika sudah tiga kali surat tersebut tidak

ditanggapi oleh orang tua siswa, dengan berat hati kami menyerahkan siswa

tersebut kembali kepada orangtuanya. 83

B. Faktor-faktor Kendala Kerjasma Orang Tua dan Guru dalam Membina

Akhlak Siswa di MDA Baiturrahman

82
Wisma Nelly, salah satu orang tua siswa MDA Baiturrahman, Wawancara
Pribadi, 13 Mei 2019)
83
M.Dios, Kepala Sekolah MDA BAiturrahman, Wawancara Pribadi, (MDA
Baiturrahman: 9 Mei 2019)
Pembinaan Akhlak dilakukan dengan kerjasama orang tua dan guru di MDA

Baiturrahman sudah terlaksana, namun kerjasama orang tua dan guru belum

maksimal terlaksananya, hal ini di sebabkan berbagai kendala orang tua dan guru

dalam menjalin kerjasama yang baik, kendala itu datangnya dari lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat

Adapun yang menjadi kendala faktor kendala kerjasama orang tua dan guru

dalam membina akhlak siswa di MDA Baiturrahman kalampaian yaitu:

1. Orang tua

Kendala yang sering dihadapi orang tua dalam mendidik anak

disebabkan Kurangnya perhatian orangtua, kendala ini sering ditemui,

ini dikarenakan kesibukan pekerjaan kedua orang tua di luar rumah

sering menjadi alasan.

Pertanyaan diatas didukung pula dengan wawancara dengan


orang tua siswa yang menyatakan bahwa :” kesibukan kedua orang tua
yang bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah sehari-hari kadang
itulah menjadi penyebab anak kurang kontrol dirumah, dan bahkan
orang tua samapai di rumah sudah merasa letih sehingga anaknya kurang
diperhatikan”84

Selain itu orang tua menanggapi bahwa pendidikan guru lebih

pintar dalam mendidik anak, Orang tua murid tidak mempunyai ilmu

pengetahuan tentang agama atau pengetahuan agama mereka sangat

terbatas, maka kewjiban mereka hanya membayar uang sekolah. Hal ini

sesuai dengan ungkapan Oorang tua siswa :

84
Wisma Nelly, Orang Tua Siswa, Wawancara Pribadi : 4 Juli 2019
“saya sedikit sekali pengetahuan dalam mendidik anak, maka

saya sebagai orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada guru, karena

waktu di MDA lebih banyak dibandingankan di rumah.”85

Dari hasil wawancara di lingkungan keluarga yaitu orang tua siswa

bahwasannya faktor kendala membina akhlak siswa adalah Kurangnya

orang tua untuk mengontrol dan mendampingi anak dalam segala

aktivitasnya sehingga menyebabkan pembinaan akhlak tidak terlaksana

dengan baik. Kemudian Pengaruh media elektronik seperti jadwal siaran

televisi dan hand phone (HP) dan kurangnya pengawasan orang tua

dalam mengakses situs-situs di internet disebabkan keterbatasan

pengetahuan orang tua terhadap hal tersebut, dan hambatan dari anak-

anak yang kadang-kadang bermalas-malasan dan tidak mau mengikuti

perintah orang tua.

2. Guru

Guru telah melakukan pendidikan di sekolah dengan semaksimal

mungkin dan guru sangat berharap sekali anak didik dapat mengamalkan

pendidikan yang diberikan oleh guru di lingkungan luar sekolah, namun

usaha guru dalam membina akhlak siswa tersebut hanya sebatas di

sekolah saja, sebagian orang tua tidak au tahu tentang kepribadian

anaknya di rumah. Adapun kendala yang di hadapi guru Kurangnya

waktu guru untuk mengontrol dan mendampingi anak dalam segala

aktivitasnya juga termasuk kendala bagi guru dan orangtua sehingga

menyebabkan pembinaan akhlak tidak terlaksana dengan baik. Kemudian

85
Desmawita, Orang Tua Siswa, Wawancara Pribadi : 24 juni 2019
Kurangnya kesadaran guru dalam mencerminkan prilaku yang baik

terlihat secara fakta bahwa sebagian guru khusus laki-laki merokok di

lingkungan sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat

Kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi aqidah

dan akhlak anak. Dengan melihat berbagai kendala kendala dalam

kegiatan kerjasama dalam pembinaan pendidikan agama anak di MDA

Baiturrahman, maka pihak sekolah dalam hal ini guru dan orang tua

harus menyadari akan pentingnya usaha-usaha dalam melaksanakan

kerjasama orang tua dan guru dalam pembinaan pendidikan agama Islam

di MDA Baiturrahman.

Beberapa upaya –upaya tersebut antara lain :

1. Orang tua dan guru harus memberikan perhatian khusus kepada anak-

anaknya dalam hal pembinaan pendidikan agama Islam dan bagi guru

dan khususnya orang tua harus berusaha agar dapat meluangkan

waktunya secara khusus untuk memberikan pembinaan akhlak kepada

anak dan mengawasi kegiatan anak.

2. Diberikan pengetahuan kepada orang tua murid bahwa pendidikan

agama anak itu sangat penting.

3. Guru harus memberikan jam tambahan pelajaran khususnya pendidikan

agama Islam seperti les dan lain-lain.


4. Orang tua seharusnya diberi pemahaman bahwa pembinaan pendidikan

agama anak khususnya pembinaan akhlak dirumah menjadi salah satu

faktor utama dalam pembinaan pendidikan agama anak.

5. Untuk menanggulangi ketaatan anak yang kadang-kadang tidak patuh

pada perintah guru dan orang tua, maka solusi yang dilakukan oleh guru

dan orangtua menasehati anak-anak dan juga menggunakan metode

hadiah dan sangsi.

6. Untuk menanggulangi kesadaran guru dalam mencerminkan prilaku

yang baik ketika mengajar di kelas dan kesadaran orang tua dalam

mencerminkan prilaku yang baik ketika mengajar di rumah, maka solusi

yang dilakukan oleh guru dan orang tua adalah menginstrospeksi diri

dengan mengingat tugas dan tanggung jawab sebagai guru dan orangtua

bagi peserta didik.

7. Untuk mengatasi keadaan lingkunganyang kurang mendukung, maka

orang tua berusaha untuk mendidik sendiri dan juga memantau

pergaulan anak di lingkungan sekitar rumah. Hal ini dilakukan karena

adanya kepedulian orangtua terhadap anak-anaknya dan agar interaksi

antara orang tua dan anak terjalin dengan baik, sehingga anak merasa

bahwa orang tua masih memperhatikannya.

8. Tingkat pengetahuan agama sebagian orang tua masih rendah

merupakan salah satu faktor yang menghambat pembinaan akhlak dalam

kelurga. Olehkarena itu, pengetahuan agama orang tua harus lebih

ditingkatkan, agar orangtua dapat memberikan pengetahuan agama

secara optimal kepada anak,dengan cara meluangkan waktunya untuk


menghadiri pengajian yang dilaksanakan oleh majlis ta’lim dan

kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.

Demikian beberapa solusi atau upaya penanggulangan yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh para guru

dan orangtua dalam membina akhlak peserta didik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang kerjasama guru dan

orang tua dalam pembinaan akhlak siswa di MDA Baiturrahman dapat

penulis simpulkan :

1. Terjalinya kerjasama guru dan orang tua dalam mendidik dan

membentuk akhlak siswa di MDA Baiturrahman kalampaian, adapun

bentuk kerjasama yang telah terjalin antara guru dan orang tua dalam

membina akhlak siswa yaitu:

a. Melakukan konsultasi langsung pada guru

b. Melakukan kunjungan langsung ke rumah orang tua siswa

c. Melakukan komunikasi lewat telepon

d. Melakukan pertemuan wali murid

e. Melakukan Surat Menyurat antara Guru dengan Orang Tua

2. Faktor kendala kerjasama guru dan orang tua dalam membina akhlak

siswa yaitu:

a. Kurangnya waktu guru dan orang tua untuk mengontrol dan

mendampingi anak dalam segala aktivitasnya juga termasuk

kendala bagi guru dan orangtua sehingga menyebabkan

pembinaan akhlak tidak terlaksana dengan baik.


b. Kurangnya perhatian orangtua, kendala ini sering ditemui, ini

dikarenakan kesibukan pekerjaan kedua orang tua di luar

rumah sering menjadi alasan.

c. Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan agama

kepada pengajar atau guru sekolah,tanpa memikirkan bahwa

tanggungjawab dalam pendidikan agama anak, orang tualah

yang paling utama.

B. Saran

Dari hasil yang penulis temukan dalam penelitian yang telah di

uraikan di atas, perlu kiranya penulis memberikan saran terhadap beberapa

pihak, diantaranya:

1. Pembinaan akhlak peserta didik merupakan tanggung jawab bersama,

dalam peran yang berbeda. Dengan demikian semua komponen harus

mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

2. Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia, maka perlu diadakan

pembinaan secara terus menerus yang berkesinambungan antara keluarga,

masyarakat maupun sekolah

3. Orang tua diharapkan senantiasa meningkatkan hubungan kerjasama antar

sekolah, sebab dengan informasi yang lengkap dan akurat mengenai

perkembangan peserta didik di rumah akan mempermudah pendidik

mengadakan pendidikan di sekolah


DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath Thabari (5), (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008)
al-abrasyi, M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A.
Gani dan Djohar Bahri, L.I.S, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), cet 4
Al-Qussy, Abdul Aziz, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974
Azzet,Ahmad Muhaimin, Menjadi Guru Favorit (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011)
Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No 20 Tahun 2003, (Jakarta : t.p, 2003)
Darajat, Dr. Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Darajat, Zakiah Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2005)
Darajat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung:
Ruhama, 1994)
Djatnika, Rahmad, Sistem Etika Islam Mulia, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996)
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012)
Fakhrudin, Arif , Al-Qur’an Tafsir, (Tanggerang Selatan : Pondok Karya Permai)
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015)
Hamazah B. Uno Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran(Jakarta
:PT Bumi Aksara,2016), cet, ke-1
http//:www.Pikiran Rakyat.com
Jalaluddin dan Usman Sa’id, filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1994)
Jauhari, Muhammad Rabbi Muhammad, Keistimewaan Akhlak Islami, (Bandung :
Pustaka Setia, 2006), cet ke-1
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pemikiran, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1986)
Lintang, Muchtar, Kuliah Islam tentang Etika dan Keadilan Sosial, (Jakarta:
Bulan Bintang)
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), cet ke-2
Nata, Abuddin akhlak tasawuf, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003), cet, ke-5
Nabawi, Hadari, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Rahmat, Jalaludin, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, tth), cet ke-8
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989)
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), cet ke- 8
Sarwono, Salito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2000)
Sisdiknas, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Visi Media, 2007)
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
cet.ke-6
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993)
Ulwan, Abdullah Nashih,Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta : Darus Salam,
Beirut,1999), cet, ke-II
Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak dalam Islam, (Beirut: Darus salam,
1978)
Ulwan,Abdullah Nasih, Tarbiyatul Al-Aulad fi Al-Islam, (Pedoman pendidikan
anak dalam Islam), Terjemah Saiful Kamalie, dkk, (Semarang : Syifa,
1981)
W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Badung: Eresco, 1991)
Ya’kub, Hamzah, Etika Islam (Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000)
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:
Rosdakarya, 2000)

Anda mungkin juga menyukai