Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA

Oleh : Nurmeiyati

e-mail : nurmeiyati30@gmail.com

Abstract :

Education is the largest field of investment in building and shaping men (insanul kamil).
Education touches are believed capable of forming a hu- man resources civilized and qualified.
The family as an educational insti- tution first and foremost for children, has a considerable role
in realizing these ideals. The family as an institution has a function that is important in shaping
personalities, social, religious attitudes of children. Error interac- tions within families due to less
optimal family members in carrying out their roles and functions of each can give rise to various
problems in the family. Kids are the most important asset in a family, religion and nation of
Indonesia. Therefore, Islam as a religion that rahmatan lil Alamin paying attention and signs in
the implementation of education within the family. The role of parents and families have a
tremendous impact on the growth and development of children.

Pendidikan merupakan ladang investasi terbesar dalam membangun dan membentuk


manusia seutuhnya (insanul kamil). Sentuhan pendidikan diyakini mampu membentuk
sumberdaya manusia (human resources) yang beradab dan berkualitas. Keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, memiliki peran yang cukup besar dalam
mewujudkan cita-cita tersebut. Keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi yang
cukup penting dalam membentuk kepribadian, sosial, sikap keagamaan anak. Kesalahan
interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya anggota keluarga dalam
melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat menimbulkan berbagai permasalahan
dalam keluarga. Anak adalah aset terpenting dalam suatu keluarga, agama dan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin memberikan
perhatian dan rambu-rambu dalam pelaksanaan kependidikan di dalam lingkungan keluarga.
Peran orang tua dan keluarga memiliki dampak yang luar biasa terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Keyword: education, children, family,Qur’anic Perspectives


A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan, bahkan tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan itu sendiri. Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, yaitu dengan tujuan mengusahakan agar tiap-tiap orang sempurna
pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekertinya dan sebagainya. Sehingga orang
mampu mencapai kesempurnaan dan berbahagia hidup secara lahir dan batin. Oleh karena itu,
setiap anak harus dididik secara memadai, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. 1

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak.
Sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, seorang anak akan berkenalan terlebih dahulu
dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh
yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluarga sebagai
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Pada
setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru. Dengan dorongan ini anak dapat
mengerjakan sesuatu yang dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya
tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan
serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak langsung turut
membentuk watak anak di kemudian hari.

Pendidikan dalam keluarga merupakan proses sosialisasi pertama anak untuk menerima
segala sesuatu yang diperlukan anak sebelum memasuki lingkungan masyarakat. Baik
pendidikan mengenai nilai maupun norma yang berlaku dalam masyarakat luar. Sehingga anak
akan siap dan mudah diterima dalam sosialisasi di masyarakat. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam pendidikan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang
memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya
digabungkan menjadi pendidikan agama.2

Tanggung jawab terhadap pembinaan dan pendidikan anak terutama karena didorong
oleh rasa cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Rasa cinta kasih ini akan
mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya
untuk anak.3Dengan demikian, hubungan orang tua dengan anak dan kedekatan antara mereka
menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembinaan dan pendidikan.

B. Pembahasan
1
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama (Solo: Ramadani, 1993), 11.
2
Hasan Langgulung, Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Antara, 1980), 55.
3
Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), 17.
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena suatu ikatan perkawinan
antara sepasang suami istri untuk hidup bersama seia sekata, seiring dan setujuan,
dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam
lindungan dan ridha Allah SWT. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat
informal, yaitu pendidikan yang tidak mempunyai program yang jelas dan resmi, selain
itu keluarga juga merupakan lembaga yang bersifat kodrati, karena terdapatnya
hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya.4
Menurut Zuhairini, pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan
pertama, tempat anak pertama kalinya menerima pendidikan dan bimbingan dari orang
tua atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-
dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak
lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan (orang tua dan anggota lain).
Keluarga merupakan wadah yang pertama dan dasar bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak. Pengalaman empiris membuktikan bahwa institusi lain di luar
keluarga tidak dapat menggantikan seluruhnya peran lembaga bahkan pada institusi
non keluarga. Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik
pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung jawab orang tua
terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Dalam hal ini, orang tua
adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga sesuai sabda Rasulullah SAW:
“Nabi Muhammad SAW bersabda: setiap bayi yang lahir adalah fitrah maka
kedua orang tuanya lah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani ataupun Majusi” (HR.
Bukhari).
Di dalam keluarga, anggota-anggotanya saling bertukar pengalaman, yang
disebut social experience yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian orang-orang bersangkutan. Keluarga memegang peran penting di dalam
pendidikan, utamanya pendidikan keluarga. Keluarga adalah masyarakat kecil yang
merupakan sel pertama bagi masyarakat besar, masyarakat besar tidak akan
mempunyai eksistensi tanpa hadirnya keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama bagi
anak-anak, yang melalui celah-celahnya sang anak menyerap nilai-nilai keterampilan,
pengetahuan dan perilaku yang ada di dalamnya. Hasan langgulung dalam bukunya
Manusia dan Pendidikan, menyatakan bahwa keluarga merupakan unit sosial yang
utama yang mana melalui individu-indidvidu dipersiapkan nilainilai
kebudayaan,kebiasaan dan tradisinya dipelihara. Dengan demikian keluarga mempunyai
peran yang sangat dominan dalam mengantarkan pribadi menjadi manusia seutuhnya,
insan kamil.
2. Peran Keluarga

4
Suwarno,Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta,1992),h.66
Keluarga memiliki peran besar sekali bagi pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak, baik terkait dengan pertumbuhan intelektual, moral dan agama. Menurut
M. Quraish Shihab, peran orang tua bagi anak mencakup tiga hal. Pertama adalah
menjamin kehidupan emosional anak. Melalui pendidikan keluarga, kehidupan
emosional anak atau kebutuhan terhadap rasa kasih sayang anak akan terpenuhi dan
dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya hubungan jalinan darah antara
orang tua dan anak, di samping fokus dan konsentrasi orang tua lebih ditekankan
kepada anak. Kehidupan emosional merupakan faktor yang signifikan dalam membina
kepribadian anak. Oleh karena itu, pihak orang tua harus mampu menciptakan suasana
kondusif bagi anak melalui cerminan kasih sayang.
Kedua adalah menanamkan dasar pendidikan moral. Penanaman dasar-dasar
moral bagi anak dalam keluarga biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua
sendiri. Anak akan cenderung mengikuti segala pola dan tingkah laku orang tua.
Misalnya cara berbuat dan berbicara.
Ketiga adalah peletak dasar keagamaan. Pada dasarnya agama seseorang
ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya pada masa kecil.
Seseorang yang waktu kecilnya tidak memperoleh pendidikan agama, maka pada masa
dewasa, dia tidak merasa penting akan adanya agama dalam hidup. Berbeda dengan
orang yang waktu kecilnya sudah dikenalkan dengan pengalaman agama, misalnya
kedua orang tuanya taat beragama, ditambah lagi dengan pendidikan sekolah, maka
orang tersebut akan dengan sendirinya memiliki kecenderungan terhadap hidup yang
taat mengikuti peraturan agama. Di samping itu juga terbiasa melaksanakan ibadah,
takut terhadap larangan dan merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. 5

3. Jenis-jenis pendidikan dalam keluarga


Ada beberapa jenis pendidikan yang perlu diberikan pada anak. Dalam keluarga
diberikan bermacam-macam kemampuan jika diperhatikan kegiatan di dalam rumah
tangga maka terjadi transformasi nilai-nilai yang beraneka ragam. Anak laki-laki
bersama-sama ayahnya mencuci sepeda motor, memperbaiki sesuatu di rumah, ia
bersama-sama bersembahyang dengan ayahnya di rumah atau di masjid. Anak putri
bersama ibu membantu memasak, mengatur tempat tidur, menyapu dan sebagainya.
Fenomena kehidupan ini dapat dilihat sebagai suatu proses kegiatan mendidik. Di sini
terjadi usaha ayah atau ibu untuk membawa anaknya ke dalam lingkungan dan suasana
yang memberikan nilai pendidikan. Hal semacam ini, sesungguhnya adalah praktek
langsung dari upaya menjadikan setiap kegiatan sehari-hari baik didalam lingkungan
keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat mempunyai nilai pendidikan dan
keterampilan yang nantinya sebagai bekal kehidupan selanjutnya (subri-msi.net). Sesuai

5
Ibid, 254-255
dengan kebutuhan anak jenis pendidikan yang diperlukan oleh anak meliputi pendidikan
jasmani dan rohani. Adapun yang termasuk penddiikan jasmani yang diberikan oleh
orangtua diantaranya adalah saat ibu member ASI, dan mengajarkan olahraga pada
anak. Kemudian pendidikan rohani yang hendaknya diberikan orangtua dimulai pada
saat anak dilahirkan dengan dikumandangkan adzan di telinga bayi, diberi nama yang
baik, diaqiqah, dikenalkan teladan yang baik, diberikan ciuman, dilatih menepati janji,
dilatih kerjasama, dilatih sifat keberanian (Mansur, 2005: 162-188).
4. Fungsi Keluarga
Dengan melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara baik, maka hal ini akan
membentuk kehidupan keluarga harmonis dan semua anggota keluarganya dapat hidup
bahagia dan tenteram. Keluarga bahagia dan tenteram menjadi harapan setiap orang
yang membangun rumah tangga. Jika dari keluarga itu membuahkan keturunan anak
yang saleh, maka akan menjadi penerus orang tuanya kelak. Djuju Sudjana menegaskan
bahwa sekurang-kurangnya setiap keluarga memiliki tujuh fungsi, yaitu fungsi edukatif,
biologis, ekonomis, protektif, religius, sosialisasi dan rekreatif. 6Dalam tulisan ini, fungsi
edukatif dijadikan sebagai pembahasan utama. Namun juga membahas fungsi yang lain,
karena akan membantu dalam proses penelitian pendidikan agama Islam dalam
keluarga ini.
a. Fungsi Edukatif
Abdurrahman an-Nawawi menjelaskan bahwa keluarga muslim
adalah pelindung pertama, tempat anak dibesarkan dalam suasana
pendidikan Islami. Untuk itu, keluarga termasuk keluarga muslim pada
masa pembangunan seperti sekarang ini masih sering diharapkan dapat
menjadi lembaga sosial yang paling dasar untuk mewujudkan
pembangunan kualitas manusia Indonesia,7 yaitu suatu pembangunan
yang harus dimulai sejak dini, ketika manusia pertama kali berhubungan
dengan orang lain. Oleh karena itu, keluarga harus dikondisikan dalam
situasi pendidikan sehingga terdapat proses saling belajar di antara
anggotanya. Dalam melaksanakan fungsi pendidikan ini, orang tua
memegang peran utama, terutama ketika anak belum dewasa.
b. Fungsi Biologis
Keluarga sebagai organisme memiliki fungsi biologis, yaitu suatu
fungsi yang mewajibkan setiap makhluk hidup untuk mempertahankan
hidupnya dengan cara mengembangkan keturunan, yaitu dengan
hubungan seksual. Dalam keluarga, anak merupakan wujud dari cinta
kasih dan tanggung jawab suami istri dalam meneruskan keturunannya.
6
Jalaludin Rahmad dan Muhtar Gandaatmaja, Muslim dalam Masyarakat Modern (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1993), 20.
7
Ibid, 25.
c. Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomi adalah segala kegiatan keluarga yang berkaitan
dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha dan perencanaan anggaran
biaya, baik pemasukan maupun pengeluaran biaya keluarga. Keluarga,
termasuk orang tua, memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi
anak-anaknya. Pelaksanaan ekonomi keluarga adalah dalam rangka
meningkatkan pengertian dan tanggung jawab di bidang ekonomi,
sehingga masa depan anak dapat sesuai dengan harapan orang tua dan
juga harapan anak itu sendiri. Banyak kasus yang terdapat dalam
kehidupan keluarga seperti judi, kriminalitas, pencurian dan tindak
kejahatan lainnya yang merupakan gambaran dari akibat kemiskinan,
sehingga kehidupan rumah tangga goyah dan tidak kokoh. Jika dampak
kemiskinan sudah demikian, maka masyarakat menjadi tempat yang
subur bagi tumbuhnya kemungkarankemungkaran.
d. Fungsi Protektif
Fungsi ini memiliki hubungan erat dengan fungsi pendidikan.
Pendidikan yang diberikan keluarga kepada anak berarti memberikan
perlindungan secara mental dan moral, termasuk menangkal pengaruh
kehidupan yang negatif pada masa sekarang dan yang akan datang.
Selain itu fungsi ini juga meliputi perlindungan yang bersifat fisik bagi
kelangsungan hidup anak-anak. Perlindungan yang bersifat fisik ini,
misalnya faktor kesehatan anak, karena faktor ini dapat menjadi prioritas
pendukung demi lancarnya proses pendidikan. Fungsi perlindungan juga
dapat diartikan sebagai usaha untuk menjaga dan memelihara anak serta
anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul, baik
dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga. Fungsi perlindungan ini
sangat dibutuhkan anggota keluarga, terutama anak, sehingga anak akan
merasa aman hidup di tengah keluarganya. Anak akan merasa terlindungi
dari berbagai ancaman fisik maupun mental yang datang dari dalam
keluarga maupun dari luar.8
Untuk itu, dalam suatu keluarga seharusnya terdapat interaksi
atau ikatan batin yang kuat antara anggotanya sesuai dengan status dan
perannya masing-masing.
e. Fungsi Religius
Fungsi ini erat kaitannya dengan kewajiban orang tua untuk
menyarankan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta
anggota keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah agama dan perilaku

8
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Pendidikan, 70.
keagamaan. Untuk itu, orang tua sebagai tokoh inti dan panutan dalam
keluarga harus mampu menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan
keluarga. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dalam keluarga
diharapkan mampu mempraktekkan pendidikan agama dengan cara
penanaman iman.
f. Fungsi Sosialisasi
Setiap keluarga memiliki kewajiban untuk mengantarkan anak ke
dalam kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas. Anak yang nantinya
menjadi manusia dewasa adalah makhluk Tuhan yang dianugerahi
huriyyah, yaitu suatu kebebasan dan keharusan memilih berbagai
alternatif yang ada.Untuk itu manusia sejak kecil perlu dididik agar bisa
bergaul dengan luas di dalam masyarakatnya.
g. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif berperan sangat penting, yaitu untuk
menghilangkan kejenuhan dari aktifitas yang biasa dilakukan setiap hari,
sehingga mampu menimbulkan rasa senang berada di tempat itu dengan
aktifitas yang dikerjakan. Dengan fungsi ini, maka keluarga dituntut harus
menjadi lingkungan yang nyaman, cerah ceria, hangat dan penuh
semangat. Keadaan ini dapat dibangun melalui kerja sama dengan
anggota keluarga yang diwarnai dengan hubungan insan yang didasari
oleh adanya saling mempercayai, saling menghormati dan mengagumi,
saling mengerti serta adanya take and give. 9
5. Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam hal
pengasuhan,pemeliharaan dan pendidikan anak, ajaran Islam menggariskannya sebagai
berikut:
1. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
Maksud tanggung jawab ini adalah mengikat anak dengan dasar-dasar keimanm,
keislaman, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu. Dasar-dasar
keimanan dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan dengan
jalan khabar secara benar berupa hakikat keimanan dan masalah gaib.
2. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah pendidikan dan pembinaan mengenai dasar-
dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki anak sejak anak masih
kecil, hingga ia dewasa atau mukallaf. Dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas, Rasulullah saw. berkata, "Dekatilah anak-anakmu dan didiklah serta binalah
akhlak-akhlaknya." Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku.

9
Jalaludin Rahmad dan Muhtar Gandaatmaja. Muslim dalam Masyarakat Modern, 12.
Pendidikan dan pembinaan akhlak anak dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh
dan teladan dari orang tua. Contoh yang terdapat pada perilaku dan sopan santun orang
tua dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap
anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat. Betapa besar pengaruh contoh dan perilaku orang
tua pada anak, terlebih bagi anak usia 3-5 tahun. Perkataan, cara bicara, dan perilaku
lain, juga cara mengungkapkan marah, gembira, sedih dan lain sebagainya, dipelajari
pula dari orang tuanya. Maka dari itu, akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang
tuanya, banyak bergantung kepada sikap orang tua terhadap anak.
3. Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak
Maksud dari tanggung jawab ini adalah berkaitan dengan pengembangan, pembinaan
fisik anak agar anak menjadi anak yang sehat, cerdas, tangguh dan pemberani. Oleh
karena itu, orang tua berkewajiban untuk memberi makan dengan makanan yang halal
dan baik (halalan thayyiba),menjaga kesehatan fisik, membiasakan anak makan dan
minum dengan makanan dan minuman yang dibolehkan dan bergizi.
4. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual
Tanggung jawab ini maksudnya adalah pembentukan dan pembinaan berpikir anak
dengan segala sesuatu yang bermanfaat serta kesadaran berpikir dan berbudaya.
Tanggung jawab intelektual ini berpusat pada tiga hal, yaitu: kewajiban mengajar,
penyadaran berpikir dan kesehatan berpikir.
5. Tanggung jawab kepribadian dan sosial anak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah kewajiban orang tua untuk menanamkan anak
sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial dan pergaulan sesamanya.Ketika anak
yang masih suci,orang-orang dewasa mempunyai perhatian yang besar kepadanya,
maka jiwa sosial dan perhatianyang benar terhadap orang lain itulah yang akan tumbuh
kuat di dalam jiwanya. Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang,
sejak dalam kandungan sampai umur 21 tahun. Pembentukan kepribadian berkaitan
erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum pakar kejiwaan berpendapat
bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan
mengarahkan sikap dan perilaku seseorang.
Sayidiman Suryohadiprojo mengemukakan bahwa, pengembangan diri dengan
disiplin memperlihatkan satu fakta perbandingan keberhasilan yang dialami Taiwan,
Korea Selatan, Hongkong dan Singapura, sebagai 4 negara yang telah berhasil lepas
landas. Kunci keberhasilan yang dicapai negara-negara tersebut sesungguhnya tidak
hanya karena tersedianya warga negara yang terdidik dan terlatih, tapi yang terutama
adalah karena adanya disiplin nasional yang amat tinggi dari tiap warganya.15
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak Keluarga
sebagai pendidik dan motivator bagi anak Faktor-faktor yang mendukung
perkembangan jiwa agama pada anak khususya adalah faktor dari keluarga terutama
orangtua, karena orangtua sebagai pendidik dan motivator bagi anak, ditambah faktor
dari dalam diri anak yaitu faktor intelegensi. Orangtua sebagai pendidik dan motivator
yaitu orangtua harus memberi semangat, dorongan, dan suri tauladan yang baik kepada
anak dan memberi contoh-contoh yang membuat minat, bukan karena paksaaan, tetapi
karena keinginan untuk bisa, sehingga anak mau melaksanakan ibadah shalat dengan
senang, tenang, dan tertib. Kenyataan tersebut sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri
Djamarah bahwa “orangtua sebagai motivator yaitu orangtua hendaknya dapat
mendorong anaknya agar bergairah dan aktif belajar”. 10 Terselenggaranya pendidikan
prasekolah seperti teman bermain, TK, tempat penitipan anak, program bina keluarga
dan balita guna meningkatkan pemahaman terhadap anak, tidak terlepas dari lima
pemikiran dalam minat pengembangan pendidikan prasekolah itu sendiri, sebagaimana
diungkapkan oleh Hibana S. Rahman, menyatakan bahwa:

Pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini memegang peranan penting
dalam menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan usia dini
merupakan pondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapat pembinaan sejak
usia dini akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental yang akan
berdampak pada prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan
lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Pada dasarnya, pendidikan di masa kecil akan menentukan jalan atau sikap dan
sepak terjang seseorang di masa yang akan datang, hal ini disebabkan oleh karena pada
masa itu pikiran anak sangat jernih, ingatannya sangat kuat dan semangat belajarnya
sangat tinggi. Dari sini dapat dikatakan, bahwa anak itu telah berkembang sejak dini,
karena itu pendidikan harus dilaksanakan sejak dini, oleh karena itu pendidikan harus
dilaksanakan sejak sedini mungkin, agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan yang
diharapkan. Lingkungan Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
anak anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah termasuk
teman sebayanya, lingkungan sekitar, motivasi anak serta dari intelegensi anak itu
sendiri. Kenyataan tersebut di atas diungkapkan oleh Muhaimin bahwa:

Usaha-usaha pembinaan moral agama anak yaitu: 1) pembinaan itu dimulai dari pihak
atas atau orang yang paling tinggi kedudukannya, 2) pembinaan moral agama harus
dilakukan atau dimulai dari rumah tangga, lingkungan masyarakat, dan 3) pembinaan
moral anak didik diserahkan pada guru-guru agama, pembinaan rohani dan lembaga-
lembaga keagamaan, karena mereka itulah yang berkompeten.11
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 47.
11
Muhaimin, Dakwah Islam di Tengah Transformasi Sosial (Surabaya: Al-Ikhlas, 2011), 65-67.
Lingkungan pergaulan teman di luar sekolah yang cenderung negatif juga sangat
mempengaruhi pendidikan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sin ggih D. Gunarsa,
bahwa:

Pergaulan yang memang diperlukan seringkali tidak terarah, padahal pengaruhnya


terhadap aspek-aspek kepribadian sangat besar, bukan saja kemungkinan terpengaruh
oleh teman-temannya besar sekali, tetapi juga karena banyak waktu yang tersirat untuk
kumpul-kumpul dan bermain-main secara tidak produktif. Untuk itu, perhatian
orangtua, apakah ada faktor-faktor psikis yang melandasi keinginan untuk lebih banyak
keluar rumah daripada tinggal di rumah dan belajar, misalnya pada anak yang sering
dimarahi, kurang dimengerti, diperhatikan, dihargai, dan dicintai. 12

C. Kesimpulan
Dari pemaparan mengenai pendidikan anak dalam keluarga dapat disimpulkan
bahwa,Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, tidak diragukan lagi
memiliki pengaruh terhadap kepribadian anak. Meskipun dalam ukuran relatif.
Demikian pula, jika dikatakan keluarga merupakan lokasi yang pertama dan utama
terselenggaranya pendidikan, semua orang mafhum. Namun meskipun demikian perlu
ditegaskan, pengaruh edukatif keluarga tidak hanya terdapat pada anak kecil, melainkan
juga pada seluruh anggota keluarga, termasuk anak yang sudah bersekolah, pemuda
yang masih tinggal bersama keluarga, dan orang dewasa (orangtua, ayah, ibu) sendiri
yang menjadi pemimpin keluarga itu. Bahkan, mungkin juga orang lain yang berada di
luar lingkungan keluarga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak, yaitu terdiri dari faktor
keluarga yang berperan sebagai pendidik dan motivator bagi anak dan faktor
lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah termasuk teman
sebayanya, lingkungan sekitar, motivasi anak serta dari intelegensi anak itu sendiri.

D. Daftar pustaka

http://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/yinyang/article/view/2096/1389
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/126/106
https://sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios/article/view/93
http://ejournal.staida-krempyang.ac.id/index.php/pikir/article/view/99
http://ejournal.stitdukotabaru.ac.id/index.php/darululum/article/view/3
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/1489
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/7345
http://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadiin/article/download/11/10/45
12
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 57
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/martabat/article/download/1255/pdf
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-Nafs/article/download/
2560/2400
Sudjana,Djuju.Peranan Keluarga di Lingkungan Masyarakat Bandung; Remaja Rosda
Karya, 1994
Sulaeman, M.I. Pendidikan dalam KeluargaBandung; Alfabeta, 1994
Tafsir,Ahmad Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung; Remaja Rosda
Karya,2004
Salim, Moh. Haitami. 2005. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Yogyakarta:
ArRuzz Media. Sochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orangtua Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Ulwan, Abdullah Nasih. 2002. Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid 1. terj. Jamaludin Miri.
Jakarta: Pustaka Amani
Rahman, Hibana S. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hidayat, Otib Satibi. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta:
Universitas Terbuka
Tafsir, Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Ibnu Nizar, Imam Ahmad. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini.
Yogyakarta: Diva Press, 2009.

Anda mungkin juga menyukai