Anda di halaman 1dari 13

”TRIPUSAT PENDIDIKAN”

KEPONDOK MODERNAN
Dosen pengampu : Ustadz Saepul Anwar M.Pd

Disusun oleh :
kelompok 4
Agus Cahyono (442023111096)
Agus Widodo (442023111120)
Dian Alfa Badri (442023111097)

Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Darussalam Gontor

1445/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal mutlak yg harus dimiliki di setiap
individu, bahkan dalam setiap agama mewajibkan setiap individu untuk
mendapatkan pendidikan baik secara formal maupun non formal. Dan
pendidikan dimulai sejak manusia dalam buaian hingga liang lahat.
Konsep tri pusat pendidikan menurut K. Hajar Dewantara dan tri
pusat pendidikan islam menurut Abdurrahman An Nahlawi mempunyai
kesamaan bahwasanya manusia dalam menjalani proses pendidikan akan
selalu berada dalam tiga lembaga pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan yang
sangat penting dalam dunia pendidikan, ini dikarenakan setiap individu
mendapatkan pendidikan pertamanya di lingkungan keluarga. Rasulullah
S.A.W bersabda sebagai berikut :

‫كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودنه أو ينصرنه أو يمجسنه‬


Tiap anak dilahirkan atas dassar fitrah, maka ibu bapaknyalah
yang menjadikanya yahudi, atau nasrani, atau majusi.

Selain dari keluarga pendidikan dapat di dapatkan dari lembaga


formal seperti halnya sekolah, dal hal ini lembaga formal lah yang paling
berkompeten dalam pendidikan.
Setelah anak mendapatkan contoh-contoh moral, etika dari
keluarganya dan pendidikan keilmuan dan lainya dari lingkungan sekolah
lingkungan ketiga lah yang menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan
yang di ddapatkan anak yaitu lingkungan masyarakat. Tak bisa dipungkiri
bahwa ketiga lembaga pendidikan harus sinergis satu dengan yang lainya
sehingga dapat melahirkan generasi muda yang mampu menyongsong
masa depan dengan hal yang positif serta tidak hanya berguna bagi dirinya
tapi juga kepada bangsa dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TRI PUSAT PENDIDIKAN


makna dari tri pusat pendidikan bahwasanya manusia dalam menjalani
proses pendidikan tidak akan bisa dari tiga lembaga pendidikan yaitu keluarga,
sekolah, dan massyarakat. Tiga lembaga ini harus mempunyai hubungan yang
baik antara satu dengan yang lainya, karna apabila salah satu rusak maka
kemungkinan kecil anak menjadi sesuai dengan yang kita harapkan. Contohnya
ketika anak masih kecil anak banyak mengambil dan meniru apa yang dilakukan
kedua orangtuanya, dan pasti kedua orangtuanya mengajarkan semau hal-hal yang
baik, begitu juga dengan sekolah, dan ketika anak dalam lingkungan masyarakat
ternyata anak tersebut dengan lingkungan yang kurang baik, sehingga anak
tersebut mengikuti semua prilaku yang kurang baik itu dan lupa akan semua yang
telah diajarkan oleh kedua orangtuanya dan juga sekolah.
Berikut adalah tiga lembaga yang tidak akan terlepas selama berjalanya proses
pendidikan:

1. Keluarga
Keluarga dapat diartikan sebagai sebuah kelompok untuk dua orang atau
lebih yang bertempat tinggal bersama dimana terjadi hubungan darah,
perkawinan atau adopsi (Vembriarto, 1990: 36). Ada juga pengertian lain
yang dikutip oleh Vembriarto yaitu keluarga merupakan kelompok yang
dijadikan interaksi orang-orang yang saling menerima satu dengan yang lain
satu dengan yang lain berdasarkan asal usul perkawinan atau adopsi.
Khairudin sebagaimana dikutip oleh Nurul Hidayati menjelaskan bahwa
keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yaitu
ayah, ibu, anak dimana hubungan sosial antar keluarga bersifat tetap dan
didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi yang dijiwai kasih
sayang dan tanggung jawab (Nurul,2016: 214).
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling utama karena
dalam keluarga itu manusia dilahirkan, dibesarkan, dididik agar mampu
menyerap norma-norma yang dijunjung tinggi keluarga, serta dilindungi
dengan penuh kasih sayang. Dalam hubungan keluarga ini, orang tua
berperan merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Keluarga merupakan wadah yang sangat penting di antara individu dan
grup, yang mana merupakan kelompok sosial.
pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Ibu, ayah dan
saudaranya merupakan orang pertama dimana anak-anak mengalami kontak
langsung dan mengajari sebagaimana dia hidup dengan orang lain.
Hingga anak -anak memasuki sekolah, sebagian hidup mereka dengan
keluarga, kebersamaannya ditaksir mencapai setengah waktunya dihabiskan
bersama keluarga (Abu, 1991:1089)

Pendidikan dalam keluarga adalah proses pembelajaran yang terjadi yang


merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum,
terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Orang tua
yang bersikap logis harus menampakkan mana perbuatan yang benar dan salah
atau baik, buruk. Sikap ini ditampilkan oleh orang tua agar seorang anak
mampu membedakan tingkahlaku mereka dalam melakukan hubungan sosial,
baik dengan teman-temannya yang seumuran atau dikala dewasa nanti. Selain
itu, bersikap etis sangat penting dalam menjelaskan dasar dari setiap
perbuatan. Dengan kata lain, orang tua harus bersikap yang didasarkan pada
patokan tertentu, sehingga tidak asal didalam bertindak dan memberi arahan.
Orang tua harus menciptakan suasana menyenangkan bagi seorang anak.

2. Masyarakat
Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat
adalah pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama
disuatu tempat dengan ikatan – ikatan aturan tertentu yang membuat warga
masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok serta saling
membutuhkan. Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang
atau lebih dan bekerja sama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu
adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat , seperti
lembaga – lembaga sosial budaya, yayasan – yayasan, organisasi – organisasi,
perkumpulan – perkumpulan yang semuanya itu merupakan unsur – unsur
pelaksana asas pendidikan masyarakat. Masing – masing kelompok tersebut
melakukan aktifitas – aktifitas keterampilan, penerangan dan pendalaman
dengan sadar dibawah pimpinan atau koordinator masing – masing kelompok.
Kesemua kelompok sosial tersebut diatas adalah merupakan unsur – unsur
pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang dengan sengaja dan sadar
membawa masyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani maupun rohani yang
realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat.
Maka pendidikan masyarakat adalah pendidikan non formal yang
memberikan pendidikan secara sengaja, terencana dan terarah kepada seluruh
anggotanya yang pluralistic (majemuk) tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang
serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar untuk mengarahkan menjadi
anggota masyarakat yang baik demi tercapainya kesejahteraan social para
anggotanya.
Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial pastinya kita hidup dalam
sekumpulan masyarakat. Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi
adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan
saling berinteraksi, sebuah interaksi atau hubungan sosial dapat memberi kita
pendidikan, kebutuhan, pembentukan karakter dan lainnya. Bila dilihat dari
konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai
ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang
berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya
mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya.
Masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang
memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh
anggotanya, teteapi tidak sistematis.Jadi bisa dibilang lingkungan atau
masyarakat bisa kita katakan sebagai "Pendidikan nonformal".
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan perantara antara
lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat
ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari
asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan
demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak
dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak
sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

3. Sekolah
Sekolah adalah satuan pendidikan yang merupakan kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Sisdiknas,
2003: 12). Pendidikan formal kita kenal sebagai pendidikan sekolah yaitu
pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (Nurul,
2016: 219).
Pendidikan dalam sekolah adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Sekolah mempunyai tujuan untuk membimbing,
mengarahkan dan mendidik sehingga lembaga tersebut menghendaki
kehadiran kelompokkelompok umur tertentu dalam ruangruang kelas yang
dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum bertingkat. Bertolak dari
konsep tersebut
pendidikan sekolah dalam mengantarkan dan mengarahkan anak
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, tidak terlepas dari usaha dan upaya
guru yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari orang tua atau
keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup mampu dan
tidak memiliki waktu untuk mendidik, mengarahkan anak secara baik dan
sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dan kesibukan orang tua
dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat Maka dari itu tugas guru
disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilan keterampilan
juga mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur (Machful, 2015:
45).
Di sekolah, anak berinteraksi dengan guru-guru beserta bahan-bahan
pendidikan dan pengajaran, teman peserta didik lainnya, serta pegawai tata
usaha. Ia memperoleh pendidikan formal di sekolah berupa pembentukan
nilai - nilai pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap bidang studi mata
pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah
kepribadiannya untuk tekun dan rajin belajar disertai keinginan untuk meraih
cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Sebaliknya, akibat berinteraksi
dengan teman-teman sekolahnya yang kurang tertib sekolahnya, pembolos,
malas belajar dan kurang dapat mengendalikan diri untuk mengatasi sikap-
sikap yang tidak akademis. Maka, terpengaruhlah kepribadiannya menjadi
kurang atau tidak produktif dalam belajar. Akibatnya, prestasi akademisnya
pun merosot, s ampai tidak tamat atu putus sekolah.

B. PENDIDIKAN DI PMDG
PM Gontor sebagai lembaga pendidikan pesantren memiliki sistem
pendidikan yang baik. DR. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A menjelaskan
bahwa lembaga pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengintegrasikan
seluruh bidang kecakapan peserta didik; secara spiritual, intelektual ataupun
moral-emosional secara total dan menyeluruh. Menurut beliau, pendidikan
pesantren adalah sistem pendidikan yang baik karena seluruhnya dibangun
diatas nilai-nilai dan tradisi yang benar. Karenanya, lingkungan di
pesantren harus diatur dan dirancang sebaik mungkin agar tercapainya
pendidikan.

Semua yang akan dirasakan oleh santri di tengah masyarakat, akan


dilatih dan dikembangkan kemampuan dan keterampilannya di pesantren. Para
santri benar-benar dipersiapkan secara matang untuk berkhidmah di tengah

masyarakat. Artinya, semua pendidikan yang ada, terjabarkan dalam totalitas


kehidupan pondok. Oleh karenanya, Gontor disebut sebagai lembaga untuk
belajar bagaimana hidup karena semua yang dihadirkan oleh pondok tak luput
dari pendidikan.

Program pendidikan PM Gontor terilhami oleh salah surat Al-Baqarah:


129, 151, Ali- Imran: 164 dan Al-Jumu’ah: 2. Dari ayat tersebut, terdapat
refleksi poin-poin yang sama, yaitu: membaca ayat-ayat Allah. membersihkan
jiwa dan akhlak serta mengajarkan kitab Al-qur’an dan sunnah. Aktivitas
pertama dapat dilihat dengan adanya penanaman tauhid di semua level bahkan
di seluruh mata pelajaran yang akan dipelajari oleh santri. Aktivitas kedua
terimplementasi pada ibadah dan beragam kegiatan yang dilakukan santri
berorientasi pada tazkiyatunnufus. Aktivitas ketiga dapat dilihat dari
pembiasaan santri dalam mempola hidupnya dibawah naungan Al-qur’an
sehingga terpatri dalam kehidupannya kelak. Lain daripada itu, Gontor tidak
mendidik santrinya hanya pandai teori, namun harus teraplikasikan dalam
kehidupan.

Dari ayat tersebut, pendidikan di Gontor bersifat komprehensif


dan terpadu.

Komprehensif berarti bahwa semua aspek kehidupan bertujuan untuk


menggali dan mengasah kemampuan santri menuju kesempurnaan manusiawi
yang sesuai dengan kehendak Allah. Terpadu berarti bahwa pendidikan yang
ada adalah hasil dari perpaduan keunggulan nilai pendidikan pesantren salaf

dan sistem pengajaran madrasah. Dari penjelasan diatas, dapat dipahami


bahwa pendidikan di Gontor bersifat menyeluruh dan terintegrasi.

Terlepas dari itu, pendapat Prof. Cameiro tentang materi pembelajaran


bukan hanya sekedar informasi, melainkan budaya yang hidup (living culture)
dan tradisi etika; sejajar dengan sistem pendidikan di PM Gontor. Beliau
menjelaskan bahwa materi yang dipilih oleh lembaga pendidikan berlandaskan
pada kebutuhan pembelajaran agar dapat belajar selama hayat. Hal ini
tercerminkan pada ide PM Gontor dengan sebutan learning society. Selain itu,

sistem pendidikan PM Gontor mencerminkan apa yang dicanangkan oleh


UNESCO, yaitu: belajar mengetahui/berpikir, belajar berbuat/bekerja, belajar
hidup bersama dan belajar menjadi diri sendiri. Ide ini biasa dikenal oleh
santri dengan kalimat learning by doing.
BAB III

PENUTUP

C. KESIMPULAN

Makna dari tri pusat pendidikan adalah bahwasanya manusia dalam


menjalani proses tidak akan terlepas dari tiga lembaga pendidikan yaitu:
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Yang pertama adalah keluaga yang dimana
kedua orang tua berperan penting dalam pendidikan anak seperti yg pernah kita
pelajari dalam tarbiyah yaitu al ummu madrosatul ula, yang berarti ibu adalah
sekolah pertama anak. Jadi ibu memiliki pengaruh yang besar dalam mendidik
moralitas seorang anak. Yang kedua adalah sekolah, dalam hal ini guru menjadi
kunci kesuksesan dalam mendidik anak. Dalam sekolah seorang anak akan
mendapatkan pengetahuan yang baru dan pengalaman baru yang akan terus
meningkat seiring dengan jenjang pendidikan yang telah ia lewati. Yang ketiga
adalah masyarakat, masyarakat adalah lembaga non formal yang memberikan
pengajaran secara sengaja tetapi tidak sistematis. Dalam masyarakat inilah yang
akan menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang telah di berikan
kepada seorang anak.
Adapun pendidikan di gontor bersifat komperhensif yang dimana
bertujuan untuk menggali dan mengasah kemampuan santri untuk menuju
kesempurnaan manusiawi dan sesuai dengan ajaran tuhan. Gontor juga
mempunyai syiar tentang pendidikan bahwasanya semua yang dilihat, yang
didengarkan seorang santri mulai dari pergerakan, suara suara itu merupakan
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Faj, Awaluddin. Manajemen Pendidikan Pesantren dalam Perspektif Dr. KH.
Abdullah Syukri
Zarkasyi, M.A, At-Ta’dib, Vol. 6, No. 2. 2011.
Suharto, Ahmad. 2016. Senarai Kearifan Gontory (Kata Bijak Para Perintis
dan Masyayikh
Gontor). Yogyakarta: YPPWP Guru Muslich.
Nawawi, Saifurrahman. Nilai Pendidikan Sufistik K.H Imam Zarkasyi,
Yogyakarta: SUKA Press, 2018.

Anda mungkin juga menyukai