PENDAHULUAN
3
Iver, Mac RM : Society; A Text Book of Sociology : 1937; menurut Hughes James, Monroe;
Education in America; Harper & Row Publisher; New York; 1962; p. 117
4
Bronislow, Molinovski : Culture;Enoyclopedia of the Social Scienoe; menurut Hughes
James, Monroe; Ibid, p. 118
Kegiatan pendidikan non formal yang bersifat melembaga diselenggarakan
secara berencana, akan tetapi selalu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi/situasi sesaat pada waktu kegiatan tersebut berlangsung.
Peraturan-peraturan di lingkungan lembaga tersebut pada umumnya lebih longgar
dari pada letentuan-ketentuan yang berlaku dilingkungan lembaga pendidikan
formal. Di samping itu sering terjadi pula dilingkungan pendidikan non formal yang
melembaga, terhimpun sejumlah anak-anak dari tingkat umur kronologis yang
berbeda-beda, sehingga diperlukan beberapa program yang diselenggarakan
serempak bagi masing-masing tingkatan umur anak-anak.
BAB III
KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN
Manusia diciptakan Tuhan terdiri dari dua jenis kelamin, pria dan wanita.
Hubungan antara kedua jenis yang berbeda itu dalam kehidupan manusia, bukan
sekedar kebutuhan biologis. Motif dasar di dalam hubungan itu disamping didasari
oleh kebutuhan biologis untuk mempertahankan jenis sebagai makhluk hidup,
didasari oleh kebutuhan sosial dan kebutuhan moral.
Secara biologis masing-masing harus siap pula memikul peranan alamiah, atau
yang bersifat kodrati sebagai konsekuensi dari hubungan seksual diantara keduanya.
Seorang istri harus bersedia dan siap untuk mengandung.
Setiap orang tua memikul tanggung jawab memelihara dan melindungi anak-
anaknya, terutama dari segi biologis agar anak-anak tumbuh secara wajar. Sedang
sebagai pendidik, mereka memikul tanggung jawab membimbing, membantu dan
mengarahkan perkembangan anak-anak agar mencapai kedewasaan masing-masing
sebagaimana dicita-citakan. Dengan demikian berarti, baik pertumbuhan anak secara
fisik maupun perkembangannya secara rohaniah, keduanya merupakan tanggung
jawab orang tua yang secara kodrati berkedudukan juga sebagai pendidik.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama bagi setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang secara
manusiawi dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Di tengah-tengah dan
diantara anggota keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh yang mendasar sebagai
landasan pembentukan kepribadiannya. Oleh karena itu setiap anak memerlukan
tindakan kependidikan yang tepat dari orang tua dan anggota keluarga yang lainnya.
Ditinjau dari sudut Psikologi perkembangan setiap anak memerlukan kegiatan
kependidikan yang sesuai dengan kematangan aspek-aspek kepribadian dan
pertumbuhan fisiknya masing-masing. Secara teoritis pertumbuhan dan
perkembangan yang sifatnya berkesinambungan pada seorang anak, dibeda-bedakan
dan dipisah-pisahkan dalam beberapa fase sebagai berikut :
1. Masa Prenatal (dalam kandungan Ibu sampai saat kelaharian)
2. Masa bayi yang dikelompokkan menjadi Permulaan masa bayi (Earlbabyhood
atau Infancy) umur 0 – 1 tahun dan masa bayi (Baby hood) umur 1 – 3 tahun.
3. Masa anak-anak Childhood) umur 3 – 12 tahun
Pada permulaan Masa anak-anak (Early Childhood) umur 3 – 6 tahun peranan
orang tua sebagai pendidik bertambah luas.
4. Masa remaja umur 12-21 tahun
Masa ini dimulai dengan masa pra remaja yang berlangsung sekitar umur
12 – 15 tahun yang antara lain ditandai dengan semakin meningkatnya dorongan
untuk melakukan percobaan-percobaan (eksperimentasi) dan petualangan
(eksplorasi).
Setelah masa tersebut anak mulai memasuki masa pubertas yang
berlangsung antara umur 15 – 18 tahun. Masa ini ditandai dengan gejala
keinginan melakukan petualangan (eksplorasi) yang semakin meningkat sebagai
usaha mewujudkan diri (self realization) dan penemuan diri (self discovery)
untuk diterima dan diakui sebagai orang dewasa.
Setelah masa tersebut anak mulai memasuki masa pubertas yang
berlangsung antara 15 – 18 tahun. Masa ini ditandai dengan gejala keinginan
melakukan petualangan (eksplorasi) yang semakin meningkat sebagai usaha
mewujudkan diri (self realization) dan penemuan diri (self discovery) untuk
diterima dan diakui sebagai orang dewasa.
BAB IV
SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN
5
Hughes James Monroe : Education in America : Harper & Publisher : New York; 1962, p:
121.
bantuan sekolah dalam mendidik tidak mungkin mengurangi arti dan peranan
keluarga dalam mendewasakan anak-anak.
7
Allen, Louis A.; Management and Organization; McGraw-Hill Book Company New York;
1958. P.57
Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur organisasi, khususnya di lingkungan suatu sekolah pada dasarnya terdiri
dari :
a. Adanya sejumlah orang sebagai suatu kelompok, di sekolah terdiri dari Kepala
Sekolah sebagai pimpinan. Guru-guru, pegawai tata usaha, murid-murid dan
lain-lain.
b. Adanya kerjasama antar orang-orang tersebut sehingga mewujudkan mekanisme
kerja dengan menyelenggarakan tugas-tugas dan tanggung jawab masing-
masing sesuai dengan posisi/status di dalam kelompoknya.
c. Adanya tujuan tujuan yang hendak dicapai, di sekolah berupa tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan bidang studi/mata pelajaran, tujuan
instruksional dan lain-lain.
Pengelompokan fungsi sebagai sub sistem dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Sub sistem yang bersifat Struktural
Sub sistem ini berbentuk pembagian satuan kerja yang dilakukan atas dasar
hirarkhi/kepangkatan yang tersusun dari jabatan dengan kepangkatan tertinggi
berurutan ke bawah sampai pada jabatan dengan kepangkatan yang terendah.
Untuk setiap jenjang jabatan ditetapkan persyaratan minimal dan maksimal bagi
seseorang yang akan menjadi pejabatnya.
2. Sub sistem yang bersifat fungsional
Pembagian satuan kerja dalam sub sistem ini dilakukan atas dasar fungsi-fungsi
yang diemban oleh organisasi dengan membagi semua fungsi sampai habis. Satu
sub sistem mengemban salah satu fungsi organisasi. Satu unit kerja dari sub
sistem yang sama tanggung jawabnya dengan suatu unit kerja dari sub sistem
yang lain ditempatkan pada jenjang yang sama. Penempatan pejabatnya selain
didasarkan pada ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan sub sistem
masing-masing, dipengaruhi juga oleh kualitas ketrampilan/keahlian yang
dimiliki. Semakin tinggi jenjang suatu jabatan maka semakin tinggi pula
tuntutan kualitas ketrampilan/keahlian yang harus dimiliki pejabatnya. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah jenjang suatu jabatan maka semakin rendah
pula tuntunan kualitas ketrampilan/keahlian pejabatnya.
3. Sub sistem yang bersifat sektoral
Sub sistem ini diwujudkan dengan melakukan pembagian kerja sesuai dengan
pembidangan unit kerja menurut struktur organisasi atasan atau struktur
organisasi induk. Misalnya struktur organisasi dari suatu organisasi kerja tingkat
propinsi jenis dan jumlah unit kerja yang terdapat didalamnya disesuaikan
dengan struktur organisasi induknya di tingkat pusat. Pejabat suatu unit kerja
yang berbeda tingkatannya itu, yang satu harus lebih tinggi dari yang lain.
Pejabat tingkat pusat misalnya harus lebih tinggi dari pejabat tingkat propinsi di
lingkungan unit kerja yang sama.
Penyelenggaraan persekolahan sebagai lembaga pendidikan formal dalam
kedudukannya sebagai total sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
berupa tujuan yang hendak dicapai, fase perkembangan anak-anak yang menjadi
muridnya, beban tugas yang dipikul oleh tingkat dan jenis sekolah masing-masing,
kebudayaan dan perkembangannya serta pandangan hidup di dalam masyarakat yang
tidak dapat dilepaskan juga kaitannya dengan faktor kebijaksanaan pemerintah.
Berdasarkan pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut, maka penjenjangan
sekolah di Indonesia diatur sebagai berikut :
1. Jenjang sekolah terdiri dari :
a. Taman Kanak-Kanak
b. Sekolah Dasar
c. Sekolah lanjutan terdiri dari Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah
Lanjutan Atas
d. Perguruan Tinggi
2. Menurut jenisnya sekolah terdiri dari :
a. Sekolah Umum
b. Sekolah Kejuruan, yang diselenggarakan pada tingkat atas dan selanjutnya
berkembang menjadi spesialisasi pada Tingkat Perguruan Tinggi.
c. Sekolah Khusus yang diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan
pelajaran seperti disebutkan di atas terdiri dari : Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan berbagai jenis Perguruan
Tinggi.
d. Sekolah Khusus untuk anak-anak yang berkelain yang disebut Sekolah Luar
Biasa untuk anak-anak Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Netra dan Anak-
Anak Nakal.
3. Menurut penyelenggara sekolah, terdiri dari :
a. Sekolah Negeri yang yakni sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah,
baik tingkat pusat maupun daerah.
b. Sekolah Swasta yakni sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat
melalui suatu badan / yayasan tertentu, tanpa mendapat bantuan.
c. Sekolah Subsidi yakni sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat
melalui badan/yayasan tertentu, yang mendapat bantuan dari pemerintah
berupa tenaga guru atau pembiayaan dalam penyelenggaraannya.
Dalam uraian-uraian selanjutnya, fokus pembahasan akan diarahkan pada
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menurut penjenjangannya.
a. Taman Kanak-Kanak
Lembaga ini diselenggarakanuntuk menghubungkan kehidupan di
lingkungan keluarga dengan kehidupan di sekolah. Oleh karena itu kegiatannya
sebahagian besar merupakan perluasan dari kehidupan di rumah dan
diselenggarakan secara tidak terlalu terikat pada kurikulum. Kegiatan-
kegiatannya pada dasarnya berhubungan dengan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Kesehatan anak-anak
2. Perlindungan dan kesejahteraan anak-anak
3. Pengembangan kemampuan bekerja sendiri di dalam kegiatan bersama
sebagai persiapan memasuki sekolah dasar
4. Mengembangkan kesediaan bekerjasama di dalam kelompok.
5. Memberi kesempatan yang luas untuk melakukan komunikasi dengan anak-
anak dan orang dewasa di luar keluarga.
6. Memperluas variasi pengalaman anak-anak, sesuai dengan minat dan bakat
masing-masing.
7. Memberikan dasar kemampuan berhitung, membaca/bahasa dan pengenalan
pengetahuan sederhana melalui kegiatan bermain-main dan menyanyi.
8. Mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, terutama dalam bergaul
dan bekerja.
9. Memupuk keseimbangan mental.
10. Mengembangkan fungsi-fungsi hubungan sosial.
Anak-anak yang memasuki lembaga pendidikan ini pada umumnya
berumur 4 s/d 6 tahun. Dari segi perkembangan berarti mereka adalah anak-anak
yang berada dalamfase permulaan masa anak-anak dengan sikap egosentrisme
yang masih dominan. Oleh karena itulah maka proses belajar diselenggarakan
untuk memberi kesempatan bergaul bagi setiap anak dengan anak-anaklain di
luar lingkungan keluarganya sebagai persiapan memasuki Sekolah Dasar. Proses
belajar seperti itu diselenggarakan dalam bentuk bermain, bernyanyi dan bekerja
secara sederhana. Kegiatan tersebut dapat dilakukan, baik secara perseorangan
maupun bersama-sama dalam kelompok kelas.
Pengelompokan kelas dilakukan menurut umur anak-anak. Akan tetapi
dalam keadaan di suatu sekolah Taman Kanak-Kanak jumlah muridnya sedikit,
mereka dapat digabungkan di dalam satu kelas. Dengan kata lain pembagian
kelas tidaklah dimaksudkan untuk membedakan tingkatan anak-anak, karena
kurikulum pada dasarnya sangat fleksibel. Kegiatan disesuaikan dengan situasi
dan minat anak-anak, tanpa keterikatan pada program kerja yang sistematik.
Kurikulum dan kegiatan yang fleksibel itu tidak berarti dilembaga tersebut
proses belajar mengajar dilakukan tanpa rencana dan metode. Prinsip belajar
berpegang pada semboyan John Dewey “Belajar Dengan Berbuat” (Learning by
Doing), Melalui kegiatan belajar sambil bermain dan berbuat, penekanannya
diletakkan pada pengembangan kemampuan fisik, mental, hubungan sosial dan
emosional sesuai dengan tingkat umur anak-anak.
Lembaga ini walaupun bermaksud mempersiapkan anak-anak untuk
memasuki sekolah yang lebih tinggi, akan tetapi bukanlah persyaratan untuk
memasuki lembaga tersebut atau Sekolah Dasar. Oleh karena itu perkembangan
lembaga ini terutama terjadi dikota-kota, dimana orang tua karena kesibukannya
sangat memerlukan bantuan dalam membimbing anak-anaknya sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakatnya. Disamping itu karena anak-anak pada
umur ini sebenarnya belum memasuki umur sekolah, maka penyelenggara
lembaga ini tidak menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah.
Penyelenggaranya pada umumnya dilakukan oleh masyarakat, baik melalui
badan / yayasan tertentu maupun organisasi-organisasi sosial / pendidikan.
Dengan kaat lain pada umumnya sekolah Taman Kanak-Kanak merupakan
lembaga pendidikan berstatus swasta Sangat sedikit jumlahnya yang
diselenggarakan oleh pemerintah dalam bentuk sekolah Taman Kanak-Kanak
Negeri. Pada beberapa tempat sekolah ini diselenggarakan juga oleh pemerintah
sebagai percobaan atau keperluan penelitian.
b. Sekolah Dasar
Di dalam total sistem berupa pendidikan formal, secara yuridis formal
Sekolah Dasar merupakan unit yang terendah dan ditempatkan sebagai
persyaratan untuk memasuki sekolah pada tingkat berikutnya. Menurut
kurikulum SEkolah Dasar 1975 yang dimaksud Sekolah Dasar adalah :
Sekolah Dasar, untuk selanjutnya di tingkat SD ialah Lembaga
Pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan sebagai dasar untuk
mempersiapkan siswanya yang dapat ataupun tidak dapat melanjutkan
pelajarannya ke Lembaga Pendidikan yang lebih tinggi, untuk menjadi warga
negara yang baik.8
Selanjutnya di dalam kurikulum yang sama dinyatakan oula Tujuan
Institusional sebagai Tujuan Umum Pendidikan di Sekolah Dasar ialah agar
lulusannya :
1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik
2) Sehat jasmani dan rohani
3) Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk :
a) melanjutkan pelajaran
b) bekerja dimasyarakat
c) mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.9
Berdasarkan tujuan umum itu dirumuskan juga tujuan kurikulum sebagai
tujuan khusus lembaga pendidikan yang disebut Sekolah Dasar, yakni agar
lulusannya :
1. Dibidang Pengetahuan :
a. Memiliki pengetahuan dasar yang fungsional tentang :
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kurikulum Sekolah Dasar
Tahun 1975; Jakarta : 1975
9
Ibid
1) Dasar-dasar kewarganegaraan dan Pemerintahan sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2) Agama yang dianutnya
3) Bahasa Indonesia dan penggunaannya sebagai alat komunikasi
4) Prinsip-prinsip dasar matematika
5) Gejala dan peristiwa yang terjadi disekitarnya
6) Gejala dan peristiwa sosial, baik di masa lampau maupun dimasa
sekarang.
b. Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai unsur kebudayaan dan
tradisi nasional.
c. Memiliki pengetahuan dasar tentang kesejahteraan keluarga,
kependudukan dan kesehatan.
d. Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai bidang pekerjaan yang
terdapat dimasyarakat sekitarnya.
2. Di bidang Ketrampilan
a. Menguasai cara-cara belajar yang baik
b. Trampil menggunakan bahasa Indonesia, lisan dan tulisan
c. Mampu memecahkan masalah sederhana secara sistematik dengan
menggunakan prinsip ilmu pengetahuan yang telah diketahuinya.
d. Mampu bekerja sama dengan orang lain dan berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat
e. Memiliki ketrampilan berolah raga
f. Trampil sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian
g. Memiliki ketrampilan dasar dalam segi kesejahteraan keluarga dan usaha
pembinaan kesehatan
h. Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis ketrampilan khusus yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan lingkungannya, sebagai bekal untuk
mencari nafkah.
3. Dibidang nilai dan sikap
a. Menerima melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Adsar 1945
b. Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya, serta menghormati ajaran agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
c. Mencintai sesama manusia, bangsa dan lingkungan sekitarnya.
d. Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa
e. Memiliki rasa tanggung jawab
f. Dapat menghargai kebudayaan dan tradisi nasional termasuk bahasa
Indonesia
g. Percaya pada diri sendiri dan bersikap makarya
h. Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan
i. Memiliki kesadaran, akan disiplin dan patuh pada peraturan yang
berlaku, bebas danjujur.
j. Memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional dan obyektif dalam
memecahkan persoalan.
k. Memiliki sikap hormat dan produktif.
l. Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif terhadap olah raga
dan hidup sehat.
m. Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di masyarakat tanpa
memandang tinggi rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-masing jenis
pekerjaan dan berjiwa pengabdian kepada masyarakat.
n. Memiliki kesadaran menghargai waktu.10
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa bagi murid-murid Sekolah
Dasar yang berumur sekitar 6 atau 7 tahun s/d 11 atau 12 tahun, pada
dasarnya “emphasis on equipping him with basic skills, attitude and
appreciations”,11 Sejalan dengan tujuan-tujuan di atas berarti penekanan
pembentukan kepribadian anak-anak secara keseluruhan meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
1) Physical development, health, and body care, This is a broad
category that involves health, safety, sportmanship, and
understanding of growth and maturation.
2) Individual, social and emotional development, This includes
mental health, emotional stability, and grow of personality.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit
11
De Young Chris A and Wynn, Richard, Op. Cit, p.116
3) Ethical behavior, standards, values. This area includes respect for
law and for the customs and mores of culture. It involves sport
manship, kindlines, helpfulness, integrity, and honesty.
4) Social relations. This goal is devoted to the individual as a person
in his personal social relations with others, and ideals of others.
5) Social wold. This considers the chilkd in terms of the structure
and the institutions of culture in relation to community, state, and
nation.
6) Physical world (the natural environment). This goal is centered on
an enlarged boncert of science, both biological and physical and
the use of methods of science in solving problems in science and
everyday living.
7) Esthetic develo[ment. Emphasis is placed on appreciation and
expression in art, music, and the crafits. The moral, the
intellectual, and the emotional aspects of esthetic development are
all included.
8) Communication. This covers the wide variety of means by which
man communication with man; reading, writing, composition,
correct usage, spelling, punctuation, speaking, and listening.
9) Quantitative relationships. This includes arithmetic, emphasis on
an understanding of how our number system works and greater
competence in using numbers.12
12
Ibid, p.155
gagasan-gagasan ke dalam bahasa sendiri yang dipahami, kemampuan
menafsirkan dan kemampuan menghubungkan suatu topik dengan
contoh-contoh kongkrit (extra-polation), diiringi dengan menetapkan
kesimpulan-kesimpulannya.
c. Penggunaan materi pengetahuan (application) berupa kemampuan
mempergunakan hasil abstraksi tentang suatu gagasan/pendapat yang
bersifat umum, prosedur dan metode, termasuk juga prinsip-prinsip
teknis ke dalam situasi kongkrit.
d. Analisa berupa kemampuan memilah-milah atau memisah-misahkan
berbagai unsur atau bagian-bagian dari suatu keseluruhan menurut
tingkat-tingkatannya, sehingga menjadi jelas hubungan antara
gagasan yang satu dengan yang lain.
e. Sintesa berupa kemampuan menempatkan atau menyusun unsur-unsur
atau bagian-bagian menjadi bentuk keseluruhan, termasuk juga
kemampuan mengkombinasikan.
f. Evaluasi berupa kemampuan memutuskan atau menetapkan pilihan
tentang suatu nilai di dalam suatu gagasan, pekerjaan, metode, materi
pengetahuan, situasi/keadaan dan lain-lain.
2. Kemampuan Afektif (Affective Domain) yang meliputi perubahan dalam
bidang minat, sikap dan nilai-nilai setelah mempelajari sesuatu atau
setelah mengalami proses belajar. Termasuk juga dalam aspek ini adalah
perubahan dalam apresiasi dan penyesuaian diri secara psikologis dan
sosial
3. Kemampuan Psiko-motor (Psychomotor Domain) yang meliputi
aspekkeseimbangan antara gerak fisik dan psikis, mulai dariyang
sederhana seperti merangkak., berjalan sampai pada yang kompleks
seperti penggunaan waktu senggang, melakukan eksplorasi dan
eksperimentasi dilingkungan sekitar, kegiatan-kegiatan untuk
mempertahankan kehidupan yang layak dan perasaan kebebasan dalam
hidup dan lain-lain. Dalam proses belajar kemampuan psikomotor tampak
juga melalui kegiatan kesenian (menari, melukis, memahat dan lain-lain)
serta kegiatan-kegiatan olah raga (atletik, permainan dan lain-lain.
Proses belajar mengajar di Sekolah Dasar berlangsung secara
klasikal. Oleh karena itu ditetapkan batas jumlah murid di dalam satu
kelas yang secara normal bergerak antara 30 s/d 40 orang murid.
Penyimpangan dari batas tersebut dapat saja terjadi sesuai dengan kondisi
lokal dan kelengkapan peralatan lainnya di sekolah, termasuk juga
dengan memperhitungkan jumlah guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Pengelompokkan kelassecara berjenjang seperti disebutkan di atas
secara tidak langsung berhubungan juga dengan batas umur kronologis
anak-anak yang menjadi murid di Sekolah Dasar. Di kelas I secara formal
ditetapkan umur anak-anak sekitar 7 tahun. Oleh karena itu di kelas I
terkumpul murid-murid yang berumur sekitar 6-7 tahun sampai kelas VI
beerarti terkumpul murid-murid yang berumur sekitar 11 – 12 tahun.
Kenyataan itu didasari oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku
yang menyatakan bahwa anak-anak yang berumur 6 tahun berhak
menjadapat pengajaran dan anak-anak yang berumur 8 tahun wajib
memasuki Sekolah.
Setingkat dengan Sekolah Dasar yang berada di bawah
pengawasan dan pengelolaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
diselenggarakan juga Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ini adalah lembaga
pendidikan yang berada di bawah pengelolaan dan pengawasan
Departemen Agama.
Untuk kedua jenis sekolah ini sepanjang penyelenggaraannya
dilakukan dan dibiayai oleh pemerintah, maka disebut Sekolah Dasar
Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Sedang yang dikelola oleh
masyarakat melalui suatu badan/yayasan tertentu, disebut Sekolah Dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah Swasta. Statusnya disebut Sekolah Dasar
Subsidi atau Madrasah Ibtidaiyah Subsidi bilamana mendapat bantuan
dari pemerintah, baik berupa bantuan dana maupun tenaga guru yang
berstatus pegawai negeri.
d. Sekolah Lanjutan
Sekolah lanjutan sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah,
merupakan kelanjutan dari sekolah dasar, yang diselenggarakan untuk anak-
anak yang berumur 12-13 tahun s/d 17-18 tahun. Sekolah ini dipisahkan menjadi
dua tingkat yang masing-masing disebut Sekolah Menengah Tingkat Pertama
(SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA).
Sekolah Menengah Tingkat Pertama sebagai lembaga pendidikanyang
berdiri sendiri memiliki tiga tingkatan kelas yakni dari kelas I s/d kelas III. Oleh
karena itu umur kronologis murid pada sekolah ini bergerak antara 12 – 13
tahun s/d 14 - 15 tahun. Secara umum fungsi pokok Sekolah Menengah Tingkat
Pertama adalah :
1. Mengembangkan integritas kepribadian murid
2. Menyalurkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid
3. Mengarahkan dorongan melakukan eksplorasi sesuai dengan minat, bakat
dan kemampuan masing-masing
4. Memabntu untuk memperoleh pengetahuan secara sistematik dan
mengembangkan kemampuan penggunaanya secara praktis
5. Memberikan bimbingan dan mengarahkan minat murid dalam belajar
6. Menumbuhkanm kesadaran terhadap minat dan bakat masing-masing
7. Membantu mengembangkan cara belajar yang efisien
8. Mengarahkan pilihan murid dalam memilih sekolah pada tingkat yang lebih
tinggi.
Sejalan dengan fungsi pokok tersebut di atas, maka aspek-aspek
kepribadian yang harus dikembangkan secara keseluruhan melalui Sekolah
Menengah Tingkat Pertama adalah :
1. Kesehatan jasmani dan rohani
2. Perkembangan sosial berupa kemampuan bergaul sebagai anggota keluarga
dan anggota masyarakat termasuk juga di sekolah.
3. Kemampuan dan ketrampilan bekerja secara efektif.
4. Kemampuan berpartisipasi secara baik di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
5. Penguasaan pengetahuan dan pengertian secara terarah
6. Kemampuan mempergunakan waktu senggang secara efisien
7. Pembentuk etik dan karakter sebagai warga negara
Berdasarkan fungsi pokok dan aspek-aspek kepribadian yang perlu
dikembangkan tersebut di atas, maka dirumuskan tujuan umum Sekolah
Menengah Tingkat Pertama adalah :
1. Murid memahami hubungan antara lapangan kerja dengan kemampuannya
untuk menumbuhkan kesadaran pengembangan diri secara rasional agar
menjadi anggota masyarakat yang berguna.
2. Mempersiapkan murid agar mampu memikul tanggung jawab sebagai
warga negara suatu bangsa
3. Memberi kesempatan agar murid mampu melakukan kegiatan-kegiatan
yang dapat menimbulkan rasa senang dalam kehidupan sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat.
4. Merangsang perkembangan intelektual dalam menguasai ilmu pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan mempergunakan pikiran secara rasional.
5. Menumbuhkan apresiasi berdasarkan nilai-nilai etis dan keagamaan sebagai
calon warga negara yang baik.
Di Indonesia Sekolah Menengah Tingkat Pertama pada umumnya
bersifat umum (general education), walaupun pada masa lalu dan sekarang
diselenggarakan juga dalam bentuk sekolah kejuruan secara terbatas.
Setiap murid tamatan Sekolah Menengah Tingkat Pertama yang akan
meneruskan ke Sekolah Menengah Tingkat Atas, harus memperhitungkan
apakah kelak akan meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau akan
memasuki lapangan kerja tingkat menengah. Murid yang akan meneruskan ke
Perguruan Tinggi sebaliknya memasuki Sekolah Menengah Tingkat Atas yang
bersifat pendidikan umum (general education) yang disebut Sekolah Menengah
Atas (SMA), walaupun di lingkungan sekolah ini diselenggarakan juga
pembagian jurusan-jurusan. Sedang bagi murid yang bermaksud segera dapat
memasuki lapangan kerja setelah menyelesaikan pendidikan pada Sekolah
Menengah Tingkat Atas, dapat memilih beberapa sekolah kejuruan, yang antara
lain adalah :
1. Sekolah Pendidikan Guru (SPG)
2. Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA)
3. Sekolah Teknologi Menengah Atas (SMA)
4. Sekolah Teknologi Menengah Atas (STMA)
5. Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK)
6. Sekolah Menengah Farmasi (SMF) Yang Dahulu Disebut Sekolah Asisten
Apoteker (SAA)
7. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA)
8. Sekolah Guru Olah Raga (SGO)
9. Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 Tahun Atau PGAA
10. Sekolah Perawat Dan Sekolah Bidan
11. Dan Lain-Lain.
Sekolah-sekolah kejuruan tersebut di atas pada dasarnya bertujuan
mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah sehingga bersifat pendidikan
persiapan kerja (vocational education), karena setelah tamat murid-muridnya
dapat segera memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Oleh karena itu kurikulum bagi sekolah kejuruan itu disusun sebagai kurikulum
yang bersifat fungsional, yang berisi aspek teori dan praktek menurut jenis
sekolah yang mempergunakannya. Di samping itu kurikulum sekolah disebut
berisi juga dengan materi-materi untuk pembentukan sikap sebagai warga
negara yang antara lain terdirui dari bidang studi : Bahasa Nasional (Indonersia),
Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Olah Raga, Kesenian dan Kesehatan dan
lain-lain.
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai sekolah umum
menyelenggarakan program yang berhubungan dengan kebutuhan memasuki
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan lanjutannya. Isi kurikulum lebih
dititik beratkan pada pengetahuan yang bersifat akademik, berbeda dengan
sekolah kejuruan yang lebih menekankan pada ketrampilan yang bersifat praktis
dan fungsional. Pembidangan atau penjurusan yang dilakukan di SMA lebih
bersifat akademik dengan orientasi pada kelompok ilmu pengetahuan, yang
terdiri dari : Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial termasuk Budaya dan Bahsa.
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Jurusan Matematika. Dalam perkembangan
SMA di Indonesia penjurusan ini telah mengalami beberapa kali perubahan,
namun orientasinya tetap pada pengelompokan ilmu pengetahuan yang bersifat
akademik.
e. Perguruan Tinggi
Prinsip pendidikan seumur hidup (Long Life Education) atau belajar
seumur hidup (Life Long Learning) yang mendasari pandangan tentang
pendidikan di Indonesia, pada dasarnya tidak menempatkan kedewasaan sebagai
batas pembentukkan pribadi seseorang. Oleh karena itu bagi anak-anak yang
telah menyelesaikan Sekolah Menengah Tingkat Atas yang berumur sekitar 19 –
20 tahun, terbuka kesempatan untuk melakukan pembentukkan diri secara
berkelanjutan melalui lembaga pendidikan formal yang disebut Perguruan
Tinggi. Di lingkungan lembaga tersebut generasi muda mengalami proses
belajar untuk mem,bentuk kemampuan melakukan penalaran secara ilmiah
dengan mengembangkan cara berpikir kritis dan obyektif.
Proses pendidikan di Perguruan Tinggi terarah pada pencapaian lima
tujuan utama sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan perkembangan individual secara maksimal dalam
berbagai kemampuan guna menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2. Membantu pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang
berkewajiban mengembangkannya di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan penguasaan pengetahuan melalui pengembangan
kemampuan melakukan penelitian dan berbagai kegiatan yang kreatif.
4. Membantu mempergunakan hasil belajar dalam kehidupan nyata untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial.
5. Meningkatkan kesadaran dan kesediaan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Sejalan dengan tujuan itu, pengembangan Perguruan Tinggi di Indonesia
diarahkan untuk :
1. Menjadi pusat pemeliharaan, penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan
masa datang.
2. Mendidik mahasiswa-mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan
negara Indonesia.
3. Menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi usaha-usaha
pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
4. Mengembangkan tata kehidupan kampus yang memadai dan tampak jelas
corak khas kepribadian Indonesia.
5. Meningkatkan peranannya bersama-sama lembaga penelitian dalam
kegiatan pembangunan, antara lain dengan cara-cara :
a. Penggunaan kebebasan mimbar akademis dalam bentuk yang kreatif,
konstruktif dan bertanggung jawab, tetaop dijamin sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan.
b. Integrasi dan konsolidasi kegiatan-kegiatan mahasiswa dan
cendekiawan sesuai dengan profesinya dalam wadah-wadah yang efektif
sehingga mereka dapat menyumbangkan prestasi-prestasi serta
partisipasi yang positif.
6. Menyempurnakan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
termasuk gedung, peralatan, perpustakaan, fasilitas kerja dan kondisi
kehidupan yang layak bagi seluruh tenaga pendidik dan pengajar.
Berdasarkan tujuan dan peranan Perguruan Tinggi tersebut di atas, maka
kegiatannya difokuskan pada tiga bidang utama yang disebut Tri Dharma
Perguruan Tinggi sebagai berikut :
1. Pendidikan Tingkat Tinggi
Lembaga pendidikan ini berkewajiban meneruskan pengetahuan, ketrampilan
dan keahlian yang telah dikembangkan pada masa-masa lalu, secara ilmiah
dan obyektif guna membentuk tenaga-tenaga profesional yang menguasai
spesialisasi dibidangnya. Proses belajar mengajar dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan melakukan penalaran dalam bentuk
kemampuan berpikir kritis, analitis, kreatif, logis dan produktif berlandaskan
obyektivitas. Kegiatan diarahkan agar setiap lulusan mampu menanggapi dan
menyelesaikan masalah-masalah masyarakat/kehidupan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan hidup pribadi keluarga dan masyarakat sekitar.
2. Penelitian Ilmiah (Research)
Untuk menunjang pengembangan kemampuan berpikir ilmiah, kritis dan
obyektif, lembaga ini berkewajiban memberikan ketrampilan melakukan
penelitian, baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun guna
memajukan kehidupan bermasyarakat sejalan dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Pengabdian kepada Masyarakat (Public Service)
Perguruan Tinggi bukan sebuah pulau yang terlepas dari kehidupan nyata
masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu setiap lulusannya harus mampu
menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan berhasil guna.
Mahasiswa tidak saja harus mengenal masyarakat lingkungan sekitarnya
dengan menghayati kehidupan nyata, tetapi juga harus ikut serta dalam
pembinaan dan pengembangan kehidupan yang semakin baik dan sejahtera.
Mahasiswa harus mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk
menyumbangkan tenaga, pikiran dan kemampuannya bagi perbaikan tingkat
kehidupan rakyat sesuai dengan bidang/spesialisasi masing-masing.
Pengabdianitu terutama diperlukan oleh masyarakat dipedesaan yang jauh
dari kemajuan teknologi dan mekanisasi. Dengan demikian berarti juga
Perguruan Tinggi harus membina dan mengembangkan sikap kecintaan
terhadap tanah air, bangsa dan negara, sehingga tumbuh kesediaan berkorban
dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Di Indonesia dikenal beberapa bentuk lembaga pendidikan tinggi, baik yang
menyelenggarakan program pencapaian gelar maupun yang tidak. Untuk
Perguruan Tinggi dengan program gelar terdapat tiga tingkatan yakni program
Strata I (S.I), Program Strata II (S.2) dan program Strata III (S.3) atau Pasca
Sarjana/Program Doktor. Semula dijkenal juga program Sarjana Muda
dilingkungan Universitas dan Intitut yang kemudian cenderung dihilanhkan.
Sehingga hanya ada di lingkungan Akademi dan Sekolah Tinggi. Sehubungan
dengan itu di Indonesia dikenal Perguruan Tinggi dalam beberapa bentuk sebagai
berikut :
1. Program Diploma / Akta (Non Gelar)
2. Akademi (Sarjana Muda)
3. Sekolah Tinggi (Sarjana Muda / Sarjana)
4. Universitas dengan berbagai Fakultas (Program Gelar)
5. Institut Dengan Lembaga Fakultas atau Departemen (Program Gelar)
Beberapa di antara Perguruan Tinggi itu diselenggarakan dalam rangka
meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang kerja tertentu di lingkungan
pemerintah. Di lingkungan Perguruan Tinggi seperti itu mahasiswa yang diterima
biasanya berasal dari lingkungan kerja yang terbatas, misalnya pegawai suatu
Departemen dari pusat sampai ke daerah.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa unsur-unsur yang tercakup
dilingkungan lembaga pendidikan formal termasuk juga perguruan tinggi, untuk
dapat melaksanakan tugas-tugasnya sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Adanya guru/dosen sebagai pendidik dan pengajar
2. Adanya murid/mahasiswa sebagai anak didik/peserta didik
3. Adanya program yang dikembangkan berupa kurikulum lengkap dengan
tujuan yang hendak dicapai.
4. Adanya proses belajar mengajar sebagai interaksi edukatif yang
terselenggarakan berdasarkan kurikulum.
5. Adanya sarana dan prasarana untuk meningkatkan efisiensi proses mengajar
belajar termasuk gedung dan alat peraga.
BAB VII
STRUKTUR FORMAL LEMBAGA PENDIDIKAN
14
Republik Indonesia; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No
IV/MPR/1978; Garis-garis Besar Haluan Negara ; 19.8
15
Republik Indonesia : Undang-Undang Dasar Tahun 1945; Pembukaan : 1945
2. Unsur manajemen operatif (operative function of management) yang terdiri
dari :
a. Ketata Usahaan Sekolah
b. Keuangan Sekolah
c. Kepegawaian di Sekolah
d. Perbekalan di Sekolah
e. Hubungan Masyarakat di Sekolah
Uuntuk memahami tentang kedua unsur administrasi pendidikan itu
dapat dibaca secara lengkap di dalam buku penulis yang berjudul Administrasi
Pendidikan terbitan PT. Gunung Agung 1981. Di dalam buku ini hanya akan
diketengahkan uraian yang erat hubungannya dengan segi penggorganisasian
suatu sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Di lingkungan suatu sekolah berdasarkan kurikulum sebagai rencana
kegiatan yang bersifat umum, kepala sekolah bersama staf pimpinan yakni wakil
kepala sekolah dan wakil kelas, dan bahkan dapat pula dengan mengikut
sertakan guru dan murid perlu disusun perencanaan berupa program kerja
minggunan atau bulanan dan tahunan.
TUJUAN
INSTITUSIONAL
DEWAN
KEPALA SEKOLAH
BP.3 WK. KEP. SEKOLAH GURU
TATA USAHA
GURU-GURU
C. Asas-asas Organisasi
Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai suatu tujuan,akan tetapi juga merupakan mekanisme yang
berlangsung dalam proses kerja sama itu.
Untuk meningkatkan daya guna organisasi bagi pencapaian tujuan
organisasi, seorang pemimpin termasuk kepala sekolah perlu menguasahakan
penggunaan berbagai asas organisasi. Asas-asas organisasi yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut :
1. Kejelasan tujuan
2. Pembagian kerja
3. Kesatuan perintah
4. Koordinasi
5. Rentangan kontrol
6. Kelentunan (flexibility)
Selanjutnya di bawah ini satu persatuan asas tersebut akan dibahas, baik
secara umum maupun dalam penterapannya di lingkungan sekolah sebagai
oeganisasi kerja.
Bilaman struktur organisasi unit sekolah kecil dilukiskan dalam bentujk
bagan, maka sekurang-kurangnya diperoleh gambaran sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI UNIT
SEKOLAH KECIL
KEPALA DEWAN
BP3 SEKOLAH GURU
LEMBAGA WAKIL
SOSIAL KEP. SEKOLAH
KEPALA DEWAN
BP3
SEKOLAH GURU
WAKIL WAKIL
KEP. SEKOLAH I KEP. SEKOLAH II
FUNGSI FUNGSI
FUNGSI
KURIKULUM ADMINISTRASI
KESISWAAN
AKADEMIK / KEUANGAN
LEMBAGA
SOSIAL
KOORDT.
WALI
BIDANG COUNSELOR
KELAS
STUDI
LEMBAGA DEWAN
SOSIAL BIMBINGAN
URUSAN : URUSAN :
1. PERPUSTAKAAN 1. TATA USAHA KOORDINATOR
2. LABORATORIUM 2. KEUANGAN 1. UKS
3. PENELITIAN 3. SARANA 2. KO-KURIKLM
4. UJIAN 4. KEPEGAWAIAN
KOORDT.
BIMBINGAN
KONSELOR
GURU GURU
Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang
bersifat paralel maupun yang menunjukkanpenjenjangan. Setiap kelas merupakan
unit kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi
bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perwujudan management kelas dalam pengertian seperti itu adalah :
A. Kurikulum
B. Bangunan Dan Sarana
C. Guru
D. Murid
E. Dinamika Kelas
F. Lingkungan Sekitar
Keenam faktor tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling bertautan atau
saling mempengaruhi, walaupun untuk kepentingan uraian secara teoritis akan
diketengahkan satu persatu di bawah ini.
Kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu
berkenan dengan kemampuan dasar tehnis edukatif dan admisistratif sebagai berikut:
1. Penguasaan Bahan Yang Meliputi :
a. Menguasai bahan bidang studi masing-masing sesuai dengan kurikulum
b. Menguasai bahan penunjang bidang studi masing-masing
2. Mengelola Program Belajar Mengajar
a. Merumuskan tujuan instruksional
b. Mengenal dan dapat mempergunakan metode mengajar
c. Mampu memilih, menyusun dan menggunakan prosedur instruksional yang
relevan dengan materi dan murid
d. Mampu melaksanakan program belajar mengajar yang dinamis
e. Mengenal dan memahami kemampuan anak didik
f. Mampu merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
3. Mengelola Kelas
a. Memiliki kemampuan tata ruang untuk pengajaran
b. Mampu menciptakan iklim belajar mengajar berdasarkan hubungan
manusiawi yang harmonis dan sehat
4. Penggunaan Media/Sumber
a. Mampu mengenal, memilih dan menggunakan media yang tepat
b. Mampu dan bersedia membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
c. Mampu menggunakan dan mengelola laboraturium dalam proses belajar
mengajar
d. Memiliki kemampuan mengembangkan laboraturium
e. Mampu mendorong penggunaan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar.
5. Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar untuk
perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi anak-anak.
6. Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara
obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk kepentingan proses pendidikan
anak-anak.
7. Memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
a. Menaruh perhatian terhadap perkembangan fisik danpsikis yang sehat
dikalangan murid.
b. Mampu menyelenggarakan program layanan bimbingan dan penyuluhan
sesuai dengan kondisi sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas bahwa jabatan guru sebagai suatu
profesi tidak saja mulia karena berhubungan langsung dengan masalah pendewasaan
anak-anak, akan tetapi juga merupakan tugas yang cukup berat. Tugas yang mulia
dan berat itu hanya dapat diwujudkan oleh orang-orang yang memiliki kecintaan
terhadap pekerjaan mendidik, yang pada dasarnya bersumber dari kecintaan pada
anak-anak. Oleh karena itulah maka pemahaman dan pengertian terhadap anak-anak
sebagai anak-anak di dalam proses belajar mengajar di kelas/sekolah menjadi sangat
penting.
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat
penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus
memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta
dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap tanggung jawab
terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangannya masing-masing.
Sikap bertanggung jawab (sense of responsibility) dan sikap merasa memiliki
(sense of belonging/membership) dikalangan murid-murid, akan tumbuh dan
berkembang dengan baik apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan
(management) kelas sebagai berikut :
1. Setiap murid diberi kesempatan untuk ikut dalam proses perencanaan kegiatan
kelas yang akan melibatkan dirinya dalam pelaksanaannya. Guru / wali kelas
bilamana perlu sekedar memberikan petunjuk dan bimbingan agar rencana yang
mereka susun sejalan dengan program kurikulum.
2. Setiap murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk
kepentingan kelasnya, baik berdasrkan program yang bersifat kurikuler maupun
program yang disusunnya sendiri.
3. Bilamana guru/wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan
berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga dan disiplin kelas diantara
murid-murid.
4. Doronglah agar setiap murid selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan
rutin sehari-harui seperti : membersihkan kelas, mengatur hiasan/dekorasi kelas,
membersihkan papan tulis dan lain-lain.
5. Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap kegiatan untuk
kepentingan kelas dan sekolah atau kepentingan bersama.
6. Susunlah bersama-sama murid, tata tertib dan disiplin kelas.
7. Musyawarahkanlah bersama murid-murid bilamana bermaksud mebgundang
seorang tamu ke kelas dalam rangka melaksanakan program kelas, agar mereka
mengetahui siapa yang akan datang dan untuk apa yang bersangkutan datang.
8. Bentuklah panitia atau tim diantara murid bilamana akan menyelenggarakan
kegiatan kelas yang mengikutsertakan semua murid di dalam kelas itu.
9. Mintalah saran murid-murid untuk melengkapi kelas dengan peralatan yang
diperlukan.
10. Bentuklah bersama-sama murid suatu pengurus kelas yang akan bekerja selama
satu tahun ajaran antara lain berupa pengurus perpustakaan kelas, pengurus tim
olah raga, tim kesenian, dan lain-lain.
11. Doronglah agar murid secara terus menerus ikut memikirkan kegiatan kelas dan
berani mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama-sama di dalam atau diluar
kelas.
Pengelolaan (Management) kelas dengan mengikutsertakan murid secara
maksimal seperti dikemukakan di atas, tidak sekedar berguna untuk menumbuhkan
perasaan bertanggung jawab, akan tetapi bermanfaat juga bagi pertumbuhan
kepemimpinan. Wali atau guru kelas harus berperanan memberikan pengarahan
(direction) dan koordinasi (coordination) serta melakukan kontrol (controling)
terhadap pelaksanaannya, agar setiap kegiatan terarah atau menunjang pencapaian
tujuan institusional. Sehubungan dengan tugas wali/guru kelas tersebut, bahkan perlu
ditekankan bahwa kegiatan kontrol harus diusahakan juga dilakukan dengan
mengikutsertakan murid.
Di samping tindakan pengelolaan kelas seperti disebutkan di atas, setiap
guru/wali kelas bertanggung jawab pula dalam mengembangkan situasi mengajar
belajar sesuai dengan kurikulum di lingkungan kelasnya masing-masing. Tugas
tersebut meliputui empat aspek sebagaiberikut :
1. Menetapkan bersama guru-guru tentang apa yang akan dipelajari murid
(WHAT).
2. Membantu guru bagaimana menciptakan situasi yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar dan membantu murid bagaimana melakukan
proses belajar berdasrkan bahan-bahan tersebut (HOW)
3. Memberikan motivasi kepada guru kapan mempergunakan bahan tersebut dan
bagi murid kapan mempelajarinya (WHEN).
4. Menilai siapa murid yang berhasil dan gagal dalam melakukan proses belajar
untuk diberikan bantuan yang lebih efektif (WHO).
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelas merupakan unit
tersendiri yang pengelolaannya secara maksimal harus dilakukan dengan
mengikutsertakan murid. Pengelolaan kelas yang berhasil akan menumbuhkan
kebanggaan kelas sehingga meningkatkan rasa solidaritas dan keinginan untuk ikut
berpartisipasi di kalangan murid di kelas tersebut.
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh
setiap wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya.
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi program untuk aktif
secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai
suatu kelompok.
1. Kegiatan administratif manajemen
Sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya
bekerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu
pengelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, komunikasi, dan kontrol sebagai
langkah-langkah kegiatan manajemen administratif.
a. Perencanaan kelas
Kurikulum sebagai program umum harus diterjemahkan menjadi
program-program yang kongkrit dengan mengkaitkannya menurut waktu
yang tersedia, yang dapat berbentuk program tahunan, program
semester/catur wulan, program bulanan, program mingguan dan bahkan
mungkin pula berupa program harian.program harian dan mingguan yang
berkenaan dengan kurikulum biasanya disusun dalam bentuk daftar
pelajaran. Program seperti itu tidak memberikan gambaran yang lengkap
mengenai aktivitas kelas.
b. Pengorganisasian kelas
Program kelas sebagai rencana kerja harus bersifat realistuis dalam arti
benar-benar dapat dilaksanakan dan dengan tujuan yang realistis pula
dengan arti benar-benar dapat diwujudkan. Rencana yang realitis itu
dalampelaksanaannya memerlukan personal yang kualitas dan kuantitasnya
sesuai dengan volume kerja yang akan dilaksanakan. Pada giliran berikutnya
berarti wali/guru kelas harus mampu membagi beban kerja dengan
pemberian wewenang dan tanggung jawab secukupnya, kepada semua
personal yang ikut serta dalam pengelolaan kelas.
c. Pengarahan kelas
Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan
dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan itu harus diusahakan untuk tidak
menyimpan dari rencana atau program yang telah disusun. Untuk itu dari
wali/guru kelas kerap kali diperlukan instruksi-instruksi dan petunjuk-
petunjuk bahkan bimbingan-bimbingan agar kegiatan tidak menyimpan dari
rel yang seharusnya.
d. Koordinasi Kelas
Koordinasi pada dasarnya berarti kegiatan membawa personal,
material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan kedalam suatu hubungan
kerja yang harmonis dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
e. Komunikasi Kelas
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kelas sejak perencanaan sampai
pada kegiatan kontrol dalam segala aspeknya termasuk kegiatan belajar
mengajar, diperlukan hubungan manusiawi yang harmonis.
f. Kontrol Kelas
Dalam bentuk kongkrit dilakukan terhadap realisasi jadwal pelajaran,
disiplin guru dan disiplin murid, pelaksanaan tugas murid, partisipasi setiap
personil dalam program kelas dan lain-lain. Melalui kontrol tersebut dapat
diperoleh data tentang keberhasilan dan ketidak berhasilan setaip kegiatan
tersebut di atas. Pada giliran berikutnya harus diteliti pula sebab-sebab
bilamana ditemui kegagalan-kegagalan, untuk dipergunakan sebagai bahan
dalam melakukan tindakan-tindakan perbaikan.
2. Kegiatan Manajemen Kelas
Kegiatan manajemen administratif kelas harus ditunjang dengan kegiatan
manajemen operatif agar seluruh program kelas berlangsung efektif bagi
pencapaian tujuan. Kegiatan manajemen operatif kelas meliputi:
a. Tata Usaha Kelas
Tata usaha (clerical work atau office work) pada dasarnya berarti usaha
menghimpun, mencatat, mengadakan dan menggandakan, mengirim dan
menyimpan berbagai keterangan tertulis dilingan suatu organisasi atau unit
kerja.
1) Menghimpun keterangan adalah kegiatan mencari atau mengusahakan
tersedianya data, baik yang ada di kelas / sekolah maupun yang belum
ada untuk dipergunakan dalam mengambil keputusan oleh wali/guru
kelas.
2) Mencatat berarti kegiatan menulis berbagai informasi atau keterangan
atau data, baik berupa ikhtiar maupun secara keseluruhan sebagai
petunjuk untuk menemukan sesuatu atau agar dapat dibaca kembali,
dikirim atau disimpan.
3) Mengolah dalam arti mengadakan dan mengandakan adalah kegiatan
menganalisa dan menghubungkan berbagai informasi atau data untuk
disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan dimanfaatkan, yang pada
gilirannya dilamana diperlukan lebih dari satu perlu diperbanyak agar
setiap personal yang memerlukannya dapat memanfaatkannya untuk
perkembangan dan kemajuan kelas sebagai organisasi / unit kerja.
4) Mengirim berrati menyampaikan berbagai informasi yang diperlukan
oleh pihak lain, baik untuk kepentingan kelas maupun kepentingan pihak
yang diberi informasi dengan mempergunakan media lisan atau tertulis.
5) Menyimpan dimaksudkan adalah kegiatan mengawetkan berbagai
keterangan atau data yang diperkirakan berguna di masa yang akan
datang dalam rangka mengelola kegiatan kelas, dengan mempergunakan
berbagai alat dan cara pada tempat yang aman sertta mudah ditemukan
bilamana diperlukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbekalan kelas
berarti kegiatan pengadaan, pengaturan dan pemeliharaan berbagai alat
pembantu yang memungkinkan program kelas berlangsung secara efektif.
Alat kelengkapan kelas itu sebagaimana disebutkan di atas dapat
dibedakan sebagai berikut :
1) Alat-alat kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses
mengajar belajar seperti papan tulis, kapur tulis, kertas untuk keperluan
ulangan, berbagai alat peraga, buku sumber, alat olah raga, alat kesenian
dan lain-lain.
2) Alat-alat non kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan
proses belajar mengajar seperti meja kursi guru, meja kursi murid,
lemari, papan absen, buku agenda, buku stambuk, buku raport, buku
pribadi murid, absensi, alat tulis menulis untuk keperluan surat
menyurat, dan lain-lain.
b. Kegiatan keuangan kelas
Pengadaan dan pemeliharaan sarana seperti dikemukakan di atas dan
pelaksanaanbeberapa program kelas berupa kegiatan ekstra kelas, kerap kali
mengharuskan tersedianya sejumlah dana. Dana dari sumber sekolah sendiri
diperoleh dari Kepala Sekolah. Untuk itu diperlukan kemampuan wali/guru
kelas untuk meyakinkan bahwa suatu program diperlukan dalam proses
kependidikan di kelasnya, sehingga menimbulkan kesediaan kepala sekolah
untuk menyisihkan sejumlah dana guna mewujudkannya. Dana tersebut
dapat bersumber dari SPP/Bantuan Subsidi Penyelenggaraan Sekolah, biaya
rutin, sumbangan BP3 atau bantuan lainnya yang dapat diusahakan di
sekolah. Dana dari murid atas dasar musyawarah dalam pengumpulannya
untuk melakukan kegiatan kelas, pengelolaannya dapat dilakukan oleh murid
sendiri dengan pengawasan atau dilakukan oleh wali/guru kelas. Kegiatan
keuangan kelas yang bersifat penentuan kebijaksanaan seperti tersebut di
atas termasuk administrasi keuangan dalam arti luas.
c. Kegiatan pembinaan personal/kepegawaian di kelas.
Kegiatan kepegawaian di lingkungan suatu kelas memang bersifat
terbatas, namun tidak dapat dikatakan tidak ada. Seorang wali/guru kelas
sekurang-kurangnya harus mengetahui siapa saja yang bertugas dikelasnya
dalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar, termasuk juga
merencanakan jumlahnya, kualitas dan syarat-syarat lain yang sesuai dengan
kebutuhan kelasnya.
d. Human (Hubungan Masyarakat) Di Lingkungan Kelas
Sebagaimana kegiatan pembinaan personal, dilingkungan sebuah
kelas kegiatan hubungan masyarakat bersifat terbatas walaupun tidak berarti
sama sekali tidak ada. Kegiatan ini secara intern menyangkut usaha
memberikan informasi dan penjelasan pada murid-murid di kelas lain atau
pada guru-guru yang tidak bertugas di kelas tersebut, agar memahami
program yang hendak direalisir di suatu kelas.
3. Kepemimpinan Wali/Guru Kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan
wali/guru kelas. Kedudukannya sebagai pemimpinan pada tahap pertama
bersifat formal yakni sebagai orang/guru yang ditunjuk memimpin pengelolaan
kelas, walaupun mungkin tidak diiringi dengan surat keputusan.
Tiga bentuk kepemimpinan mungkin diwujudkan wali/guru kelas dalam
usaha menggerakkan personal di lingkungan masing-masing adalah :
a. Wali/guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat otoriter.
Inti dari kesempatan pada dasarnya adalah kemampuan dan
keberanian mengambil yang harus dilaksanakan oleh guru-guru dan atau
murid sebagai pelaksana.
b. Wali/guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat laissez faire
Kepemimpinan ini sebagai kebalikan dari kepemimpinan yang
bersifat otoriter, menempatkan seorang wali/guru kelas sebagai simbol
belaka. Wali/guru kelas tersebut tidak berperanan dalam mengambil
keputusan karena memberikan kebebasan sepenuhnya kepada guru-guru
atau murid-murid untuk mengambil keputusan sendiri-sendiri.
c. Wali/guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat demokratis
Wali/guru kelas yang demokratis selalu menghargai kemampuan
guru-guru dan atau murid yang dipimpinnya. Oleh karena itu dalam
mengambil keputusan selalu berusaha menyalurkan pendapat dan buah
pikiran personal yang dipimpinnya, baik secara formal melalui
rapat.musyawarah maupun melalui pembicaraan atau diskusi informal pada
saat istirahat atau kunjungan rumah dan lain-lain. Inisiatif dan kreativitas
guru-guru dan atau murid-murid diberikan kesempatan untuk mewujudkan
dan dikembangkan sepanjang berdaya guna bagi dinamika kelas untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
4. Disiplin kelas
Disiplin merupakan bagian yang penting dalam dinamika kelas. Disiplin
kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan
kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada seseorang atau sekelompok orang
(guru atau murid) dapat dihindari.
5. Beberapa pendekatan dan pengelolaan kelas
Dalam uraian-uraian terdahulu telah dikemukakan tentang berbagai
faktor yang dipengaruhi pengelolaan kelas oleh seorang wali/guru kelas, yang
secara tidak langsung telah menggambarkan juga kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam pengelolaan kelas.
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kerang baik merupakan hasil proses
belajar.
b. Di dalam proses belajar terdapat proses psukologis yang fundamental
berupa penguasaan positif (posituive reinfovcement), hukuman,
penghapusan (extinction) dan penguatan negatif (negative reinforcement).
1) Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior-
modification approach)
2) Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial (socio-
emotional climate approach)
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan
suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung
pada pandangan Psikologi Klinis dan Konseling (Penyuluhan). Untuk
itu terdapat dua assumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan
kelas sebagai berikut :
a) Iklim sosial dan emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif.
b) Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam
usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari
dengan hubungan manusiawi yang efektif.
3) Pendekatan berdasarkan proses kelompok (group process Approach)
Dasar dari pendekatan ini adalah Psikologi Sosial dan dinamika
kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
1. Pengalaman belajar di sekolah bagi murid berlangsung dalam
konteks kelompok sisial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas
dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat
mengikutsertakan seluruh personal kelas.
2. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar
menjadi kelompok yang efektif dan produktif.
4) Pendekatan electis (alectic approach)
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan
inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di
atas berdasarkan situasi yang dihadapinya.
BAB X
ALAT KELENGKAPAN SEKOLAH
HALAMAN JUDUL
BAB I. PENDAHULUAN................................................................... 1
TOKOH-TOKOHNYA........................................................ 71
SISITEM
PENGELOLAAN KELAS
Oleh
NIDN : 2115106201