Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Anak dalam Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Anak

Anak adalah amanah dan juga karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,

yang dalam diri anak itu melekat harkat dan juga martabat sebagai seorang

manusia yang seutuhnya. Anak juga merupakan potensi, tunas, dan juga

generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peran yang

penting, mempunyai ciri dan juga sifat yang khusus yang menjamin

kelangsungan suatu bangsa dan negara. 1

Anak juga merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan

juga dibina. Seorang anak membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, cinta dan

kasih sayang, dan juga perhatian. 2Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip

oleh Syamsu Yusuf, “anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang

dan sehat. Kedua orang tuanyalah yang memberikan agama kepada anak itu.

Demikian pula anak juga akan terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk.3

Berdasarkan penejelaan diatas, dapat dipahami bahwa anak merupakan

titipan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai fitrah masing-masing

yang harus dijaga oleh kedua orang tuanya, dan harus diberikan sebuah

pendidikan.

1
Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 8.
2
Dindin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2013), hlm, 37.
3
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosida Karya, 2006), hlm. 10.
Islam memandang anak sebagai amanah yang harus dijaga

kefitrahanya melalui pendidikan dan keteladanan dari orang tua dan

lingkungan sekitarnya. Karakter anak sebgai peniru dan pencontoh berbagai

tindakan di luar dirinya menyebabkan fitrah sebagai potensi orisinil dalam

dirinya seringkali rentan dari pengaruh luar. Berkaitan dengan fase-fase

perkembangan anak dalam menjalani kehidupanya, dalam hal ini terdapat

beberapa pendapat para ahli psikologi perkembanagn tentang batasan dan

klasifikasi umur anak. Aristoteles, sebagaimana dijelaskan oleh Agoes

Soejanto menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa

dalam tiga periode:4

a. 0 - 7 - masa anak kecil - masa bermain

b. 7 -14 – masa anak-masa belajar

c. 14 -21 – masa pubertas- masa menuju dewasa

Menurut Montesori perkembanagan anak terbagi menjadi empat fase,

yaitu:5

a. 0 -7 disebut periode penerimaan dan pengaturan luar indera

b. 7 – 12 disebut periode rencana abstrak. Pada masa ini anak mulai

mengenal keusilan

c. 12 – 18 disebut penemuan diri dan kepekaan masa sosial

d. 18 - … disebut periode mempertahankan diri terhadap perbuatan-

perbuatan negatif.

4
Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 54
5
Ibid., hlm. 55
Berdasarkan dari perkembangan anak di atas, maka yang menjadi

acuan penulis dalam penelitian ini adalah anak yang tengah menjalani fase

perkembangan antara usia 7,0 sampai dengan usia 12,0 tahun. pertimbangan

penulis dalam hal ini dikarenakan pada fase itu anak mulai dapat menemukan

beberapa konsep-konsep yang bersifat abstrak, terutama yang berkaitan

dengan konsep ke-Tuhanan. Selain itu, pada fase ini anak mulai mengenal

norma kesusilaan dan tata krama. Oleh karena itu, penulis menegakan bahwa

yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah anak yang berusia antara 7

samapi 12 tahun, dimana pada fase tersebut anak mulai mengenal konsep ke-

Tuhanan dan norma-norma kesusilaan.

Pendidikan anak merupakan sebuah upaya pembinaan yang dilakukan

pada anak sejak lahir sampai dewasa. 6 Pendidikan adalah sebuah pengaruh,

tuntutan ataupun bantuan yang diberikan oleh seseorang yang lebih

bertanggung jawab terhadap anak didik. Dalam pendidikan ada tugas yang

harus dijalankan, yaitu pembentukan pribadi dan juga penyerahan kebudayaan

kepada generasi berikutnya (generasi muda). Dalam penyerahan kebudayaan

itu ada sikap dari genersi muda yang antara lain adalah respektif, selektif, dan

continous. Dengan adanya sikap- sikap ini maka dalam setiap pergantian

generasi akan selalu ada inovasi, dan selalu ada perubahan dan juga

perkembangan.7

Pendidikan juga merupakan pengalaman belajar yang berlangsung

dalam semua lingkungan dan juga sepanjang hidup. Pendidikan merupakan

6
Yuliani Nurani Sujionio, Konsep Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT
Macanan Jaya Cemerlang, 2009), hlm.3.
7
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 71.
segala bentuk situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan juga

perkembangan hidup. Pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan baik

yang khusus diciptakan untuk sebuah kepentingan pendidikan ataupun ada

dengan sendirinya, tak perlu adanya penciptaan. Pendidikan berlangsung

seumur hidup dan disetiap saat selama ada pengaruh lingkungan. 8 Pendidikan

secara prinsip juga merupakan proses pendidikan yang berlangsung dalam

keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan

ibu yang merupakan sosok yang sangat penting dalam pendidikan. Ayah dan

ibu sangat bertanggung jawab untuk dapat memanusiakan, membudayakan

dan juga menanamkan nilai-nilai terhadap anaknya. 9 Dalam pendidikan ada

sebuah proses dengan sebuah metode- metode tertentu, sehingga orang dapat

menerima pemahaman, pengetahuan, dan juga cara bertingkah laku yang

sesuai dengan kebutuhan. Dalam pendidikan juga ada sebuah tahapan

pendidikan yang bersifat kelembagaan yang digunakan untuk dapat

menyempurnakan perkembagan seseorang dan juga mengusai ilmu

pengetauan.10

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan anak

merupakan suatu usaha pembinaan yang dilakukan pada anak dari kecil

sampai dewasa, yang dalam usaha pembinaan itu ada sebuah proses, metode-

metode tertentu sehingga seorang anak dapat menerima pemahaman, dan juga

pengetahuan.

8
Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group,
2012), hlm. 59.
9
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.
55.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Rosida), hlm.
10.
Membahasa tentang pendidikan dalam keluarga, dalam hidup dan

kehidupan seseorang tidak akan bisa lepas dari keluarga, karena di sinilah

permulaan kehidupan sosial seseorang berlangsung. Keluarga merupakan unit

terkecil dari masyarakat.11 Sekaligus sebagai kelompok kecil dalam

masyarakat, keluarga terbagi menjadi dua, yaitu:12

a. Keluarga kecil (nuclear family): Keluarga inti adalah unit keluarga yang

terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka, yang kadang-kadang

disebut juga sebagai family.

b. Keluarga besar (extended family): Keluarga besar didasarkan pada

hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak,

kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya. Unit keluarga ini

sering disebut sebagai conguine family (berdasarkan pertalian darah).

Teori di atas memberikan gambaran bahwa keluarga adalah suatu

kelompok sosial terkecil terdiri dari ayah, ibu, satu anak atau lebih, di mana

cinta/kasih sayang dan tanggung jawab dibagi secara adil agar anak mampu

mengendalikan tingkah laku, berpikir dan bersikap, serta berjiwa sosial secara

islami. Jadi, keluarga Muslim secara umum merupakan lembaga terkecil yang

unsur-unsurnya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mana hubungan sosialnya

relatif tetap yang didasarkan atas ikatan darah, pernikahan secara Islam, atau

adopsi dan dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggungjawab secara

kekeluargaan. Sehingga akan menjadi keluarga muslim yang taat beribadah

dan bermasyarakat secara baik dengan penuh toleran. Hadisubroto

11
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 87.
12
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam (Malang: UIN Malang Prees, 2008), hlm.
40.
menjelaskan bahwa pendidikan keluarga terdapat dua pemegang peran utama

keluarga dalam interaksi edukatif, yaitu orang tua dan anak. Keduanya

mempunyai peranan masing-masing. Orang tua berperan sebagai pendidik

dengan mengasuh, membimbing, memberi teladan, dan membelajarkan anak.

Sedangkan anak sebagai peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar

dengan cara fikir, menghayati, dan berbuat di dalam dan terhadap dunia

kehidupannya.13

Dalam pendidikan keluarga ditandai dengan fenomena di masyarakat

yang berkaitan dengan peran hak dan kewajiban serta tanggungjawab orang

tua, baik secara psikologis, maupun sosiologis serta aktualisasi peran orang

tua terhadap pendidikan keluarga dalam perspektif Islam. Berdasarkan realita

yang ada di masyarakat, para orang tua belum banyak menyadari bahwa

pendidikan Islam merupakan kunci utama pendidikan keluarga. Padahal

pendidikan Islam mempunyai peran cukup besar dalam membentuk

pandangan hidup dan kepribadian seseorang di masyarakat.

Simpulan yang dapat diambil dari argumen-argumen di atas,

Pendidikan keluarga adalah usaha yang dilakukan oleh ayah dan ibu secara

sadar melalui proses bimbingan jasmani dan rohani terhadap anak dengan

tujuan menjadikan manusia seutuhnya, yang beriman dan bertaqwa, serta

memiliki kepribadian yang Islami dan berakhlak mulia. Sehingga diharapkan

mampu berbuat yang lebih baik menjadi keluarga yang harmonis.

13
Subino Hadisubroto, dkk., Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 23.
2. Urgensi Pendidikan Anak

Pendidikan itu sangat penting bagi seorang anak. Anak perlu

mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya demi kehidupan anak itu

sendiri. Baik atau buruk tingkah laku anak, ditentukan dari bagaimana

pendidikan anak dalan sebuah keluarga itu.Maka dari itu, urgensi pendidikan

anak itu adalah sebagai berikut:14

a. Jika disoroti dalam segi anak pendidikan itu penting, karena anak adalah

makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan penting sekali

untuk anak karena mulai anak sejak kecil atau bayi belum dapat melakukan

sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri, baik itu untuk mempertahankan

hidup ataupun untuk merawat dirinya sendiri.

b. Jika disoroti dari segi orang tua, pendidikan itu karena adanya sebuah

dorongan orang tua yaitu dari hati nuraninya untuk mendidik anaknya

dalam segi fisik, sosial, emosi ataupun kemampuanya untuk mendapatkan

keselamatan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak

tersebut yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat

dididik, dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Salah satu bentuk perbuatan baik kedua orang tua terhadap anaknya

adalah dengan mendidik anka dengan diberikan ilmu yang baik dan juga

bermanfaat untuk anak. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-

Tahrim ayat 6:

14
Ibid., hlm. 11
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.15

Dalam ayat itu dijelaskan bahwa keluarga harus dapat memberikan

pendidikan pada anaknya, karena nanti diakhirat kelak kedua orang tua akan

dimintai pertanggung jawaban terhadap anakanya. Dalam memberikan

pendidikan pada anaknya pun juga harus pendidikan yang baik, karena ketika

seseorang menanam kebaikan maka kebaikan itu akan kembali pada orang itu

sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pendidkan pada

anak itu penting karena anak merupakan makhluk yang sedang tumbuh dan

pertumbuhanya harus diiringi dengan pendidikan yang baik. Dalam agama

Islam pun keluarga juga dianjurkan untuk mendidik anaknya, seperti dalam

surah At-Tahrim ayat 6 di atas.

3. Fungsi Pendidikan Anak dalam Keluarga

Fungsi pendidikan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pendidikan dalam keluarga itu antara lain adalah proses sosialisasi, bimbingan,

nasehat, pengembangan penumbuhan bakat-bakat, kesediaan- kesediaan,

minat dan juga sifat-sifat yang diinginkan oleh anggota keluarga dan merubah

potensi-potensi ini menjadi kenyataan. Fungsi pendidikan ini akan menjadi

tanggung jawab dari sebuah keluarga.16


15
QS. At-Tahrim (66): 6
16
Hasan Laggulung, Manusia dan Pendidikan Suatau Analisa Psikologis, Filsafat
dan Pendidikan, (Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2004), hlm. 29.
Walaupun ada perubahan tingkat perkembangan yang berlaku pada

zaman modern saat ini, termasuk masyarakat Islam sendiri, tetapi keluarga

harus tetap dapat memelihara fungsi pendidikanya dan juga menganggap

sebagian tugasnya dalam fungsi umum ini yaitu menyiapkan sifat cinta-

mencintai dan juga keserasian antara anggota keluarga. Fungsi Pendidikan

anak dalam keluarga itu antara lain adalah:17

a. Menumbuhkan kreatifitas anak. Dengan kreasilah sebuah masyarakat akan

menjadi maju dan juga lebih berkembang.

b. Untuk menjaga kelestarian nilai-nilai Ilahi/insani. Sebuah masyarakat

dapat berlangsung terus menerus karena masyarakat itu taat dan patuh

menaati dan mangamalkan nilai-nilai ilahi/insane.

c. Untuk menyiapkan tenaga kerja produktif. Dalam hal ini, yang perlu

ditekakankan adalah pengertian tenaga kerja produktif ni tidak hanya

dalam arti ekonomi saja, tetapi dalam arti keberagaman, sosial dan juga

kultural

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa dengan

terelenggaranya fungsi pendidikan anak dalam keluarga. Maka, dampak

positifnya akan ada pada anak itu juga karena anak sudah mendapat bekal

pendidikan dari keluarganya. Pendididikan anak dalam keluarga itu akan

sangat berbekas pada anak, karena keseharian anak akan dihabiskan dengan

keluarganya.

4. anggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Anak


17
Bahroni, “Realisasi Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Anak Menurut
Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2016”, Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol
11. No 1/ Juni 2017. Di akses pada 19 September 2023 pukul 01.54.
Keluarga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap

pendidikan anak, dan tanggung jawab itu adalah sebagai berikut:18

a. Tanggung Jawab Pendidikan dan Pembinaan Akidah

Keluarga harus dapat mengikat anak-anak dengan dasar-dasar keimanan

dan juga keislaman pada anak sejak dini.

b. Tanggung Jawab Pendidikan dan Pembinaan Akhlak

Dalam sebuah keluarga harus dapat memberikan pendidikan dan juga

pembinaan mengenai dasar-dasar moral dan juga tingkah laku yang harus

diberikan sejak dini oleh keluarga.

c. Tanggung Jawab Pemeliharaan Kesehatan Anak

Keluarga harus dapat mengembangkan dan juga membina fisik anak agar

kelak anak menjadi anak yang sehat, tangguh, cerdas dan juga pemberani.

d. Tanggung Jawab Pendidikan dan Pembinaan Intelektual

Tanggung jawab ini maksudnya adalah keluarga harus dapat membentuk

dan membina berfikir anak dengan berbagai cara yang mempunyai

manfaat.

e. Tanggung Jawab Kepribadan dan Sosial Anak

Dalam hal ini, keluarga harus dapat menanamkan adab sosial dan cara

bergaul yang baik dengan sesamanya sejak anak masih kecil.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa keluarga

mempunyai beberapa tanggung jawab yang harus dijalankan dan dengan

dijalankan tanggung jawab itu maka akan berdampak pada anak itu sendiri.

18
Andi Syahraeni, “Tanggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Anak, “Al Irsyad
Al- Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol. 2 No. 1, Desember 2015. Di akses pada
19 September 2023 pukul 20.14.
Maka dari itu, keluarga harus dapat menjalankan tanggung jawab itu kepada

anaknya.

5. Pola Pendidikan anak dalam keluarga persepektif islam

Pendidikan anak menurut pandangan Islam yang harus dilakukan

dalam keluarga adalah dengan menggunakan beberapa pola pendidikan. Pola

atau dapat disebut juga sebagai metode merupakan suatu cara yang dilakukan

oleh pendidik dalam menyampaikan nilai-nilai atau materi pendidikan pada

peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri sebagai salah satu

komponen penting dalam proses pendidikan. Pola atau metode dituntut untuk

selalu dinamis sesuai dengan dinamika dan perkembangan peradaban manusia.

Pola atau metode pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh

pada perilaku Nabi Muhammad SAW dalam membina keluarga dan

sahabatnya. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW

merupakan manifestasi dari kandungan al-Quran. Adapun dalam

pelaksanaannya, Nabi memberikan kesempatan pada para pengikutnya untuk

mengembangkan cara sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi.19

Abdurrahman Al-Nahlawi dalam bukunya Ushulu al-Tarbiyah al-

Islamiyah wa Ashalibiha mencoba mengembangkan metode pendidikan

Qurani, yang disebut metode pendidikan Qurani ialah salah satu metode

pendidikan yang berdasarkan kandungan al-Quran dan as-Sunnah. Dalam hal

ini, segala bentuk upaya pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai yang


19
Mufatihatut Taubah, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam, Jurnal
Pendidikan Agama Islam Volume 03, Nomor 01, Mei 2015, hlm. 26. Di akses pada 21
September 2023 pukul 13.12.
terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Adapun pendidikan Qurani yang

dapat dilakukan dalam pendidikan agama dalam keluarga diantaranya sebagai

berikut:20

a. Pendidikan Keteladanan

Yaitu suatu pola atau metode pendidikan dengan cara memberikan

contoh yang baik kepada anak didik, baik dalam ucapan maupun

perbuatan. Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang

diterapkan Rasulullah SAW dan dianggap paling banyak pengaruhnya

terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Sebagai umat

islam, sudah seharusnya mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW,

karena dalam dirinya telah ada keteladanan yang mencerminkan ajaran al-

Quran.

Orang tuanya merupakan arsitek atau pengukir kepribadian

anaknya. Sebelum mendidik orang lain, sebaiknya orang tua harus

mendidik pada dirinya terlebih dahulu. Sebab anak merupakan peniru

ulung. Segala informasi yang masuk pada diri anak, baik melalui

penglihatan ataupun pendengaran dari orang di sekitarnya, termasuk orang

tua akan membentuk karakter anak tersebut. Apalagi anak yang berumur

sekitar 3-6 tahun, ia senantiasa melakukan imitasi terhadap orang yang ia

kagumi (ayah dan ibunya).

20
Syahidin, Aplikasi Pendidikan Qur’ani (Tasikmalaya: Pondok Pesantren Suralaya,
2005), hlm. 59.
Rasa imitasi dari anak yang begitu besar, sebaiknya membuat

orang tua harus ekstra hati-hati dalam bertingkah laku, apalagi di depan

anak-anaknya. Sekali orang tua ketahuan berbuat salah di hadapan anak,

jangan berharap anak akan menurut apa yang diperintahkan. Oleh karena

itu sudah sepantasnya bagi orang tua pemegang amanat, untuk

memberikan teladan yang baik kepada putra putrinya dalam kehidupan

berkeluarga. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Orang tua

terutama ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak dalam

membentuk pribadinya. Ibu memengaruhi anak melalui sifatnya yang

menghangatkan, menumbuhkan rasa diterima, dan menanamkan rasa aman

pada diri anak. Sedangkan ayah memengaruhi anaknya melalui sifatnya

yang mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan

arah dan dorongan serta bimbingan agar anak tambah berani dalam

menghadapi kehidupan.

Teladan yang baik dari orang tua kepada anak (sekitar umur 6

tahun) akan berpengaruh besar kepada perkembangan anak di masa

mendatang. Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar

untuk pengembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan

keluarga harus sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak.

Dengan keteladanan akan memudahkan anak untuk menirunya. Sebab

keteladanan lebih cepat memengaruhi tingkah laku anak. Apa yang

dilihatnya akan ia tirukan dan lama kelamaan akan menjadi tradisi bagi

anak. Hal ini sesuai firman Allah SWT QS. al-Ahzab (33): 21;

b. Pendidikan dengan Nasihat


Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak.

Pemberi nasihat dalam keluarga tentunya orang tuanya sendiri selaku

pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan nasihat tersebut, apabila

pemberi nasihat juga bisa memberi keteladanan. Sebab nasihat saja tidak

cukup bila tidak diikuti dengan keteladanan yang baik. Anak tidak akan

melaksanakan nasihat tersebut apabila didapatinya pemberi nasihat

tersebut juga tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoretis saja,

tapi segi praktislah yang akan mampu memberikan pengaruh bagi diri

anak. Nasihat yang berpengaruh, membuka jalannya ke dalam jiwa secara

langsung melalui perasaan.

Setiap manusia (anak) selalu membutuhkan nasihat, sebab dalam

jiwa terdapat pembawaan yang biasanya tidak tetap, dan oleh karena itu

katakata atau nasihat harus diulangulang. Nasihat akan berhasil atau

memengaruhi jiwa anak, tatkala orang tua mampu memberikan keadaan

yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. al-

Baqarah: 44

Agar harapan orang tua terpenuhi yakni anak mengikuti apaapa

yang telah diperintahkan dan yang telah diajarkannya, tentu disamping

memberikan nasihat yang baik juga ditunjang dengan teladan yang baik

pula. Karena pembawaan anak mudah terpengaruh oleh katakata yang

didengarnya dan juga tingkah laku yang sering dilihatnya dalam

kehidupan seharihari dari pagi hari sampai sore hari. Nasihat juga harus

diberikan sesering mungkin kepada anakanak masa sekolah dasar, sebab

anak sudah bersosial dengan teman sebayanya. Agar apaapa yang telah
diberikan dalam keluarganya tidak mudah luntur atau tepengaruh dengan

lingkungan barunya.

c. Pendidikan dengan Perhatian

Orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhankebutuhan

anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan yang berbentuk

ruhani. Diantara kebutuhan anak yang bersifat ruhani adalah anak ingin

diperhatikan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Pendidikan

dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa

mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral,

persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi

pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.

Orang tua yang bijaksana tentunya mengetahui perkembangan

anaknya. Ibu adalah pembentuk pribadi putra putrinya lebih besar

prosentasenya dibanding seorang ayah. Tiap hari waktu Ibu banyak

bersama dengan anak, sehingga wajar bila kecenderungan anak lebih dekat

dengan para ibunya. Untuk itu ibu diharapkan mampu berkiprah dalam

mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Peran ini

tidak bisa digantikan oleh siapapun. Prinsip-prinsip dasar kehidupan,

seperti agama, nilai kebenaran, nilai kebaikan dan keburukan, perilaku-

perilaku dasar pada pola pendidikan anak dalam keluarga. Sehingga

seorang ibu harus berusaha menjadi sahabat anak-anaknya sebagai

jembatan emas menyatukan anak dan orang tua dalam hubungan yang

akrab dan mesra.


Orang tua yang baik senantiasa akan mengoreksi perilaku anaknya

yang tidak baik dengan perasaan kasih sayangnya, sesuai dengan

perkembangan usia anaknya. Sebab pengasuhan yang baik akan

menanamkan rasa optimisme, kepercayaan, dan harapan anak dalam

hidupnya. Dalam memberi perhatian ini, hendaknya orang tua bersikap

selayak mungkin, tidak terlalu berlebihan dan juga tidak terlalu kurang.

Namun perhatian orang tua disesuaikan dengan perkembangan dan

pertumbuhan anak. Apabila orang tua mampu bersikap penuh kasih saying

dengan memberikan perhatian yang cukup, niscaya anak-anak akan

menerima pendidikan dari orang tuanya dengan penuh perhatian juga.

Namun pangkal dari seluruh perhatian yang utama adalah perhatian dalam

akidah.

d. Pendidikan dengan memberikan hukuman

Hukuman diberikan, apabila metode-metode yang lain sudah tidak

dapat merubah tingkah laku anak, atau dengan kata lain cara hukuman

merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh pendidik, apabila ada

perilaku anak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebab hukuman

merupakan tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan di tempat yang

benar. Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diberikan. Karena ada

orang dengan teladan dan nasihat saja sudah cukup, tidak memerlukan

hukuman. Tetapi pribadi manusia tidak sama seluruhnya.

Seorang pendidik haruslah mengenal siapa dan bagaimana watak

anak didiknya, karena terkadang sikap negatif yang dimunculkan anak


adalah bentuk dari proses kecerdasannya. Sehingga harus hati-hati dalam

menyikapinya agar tidak terjadi trauma pada anak yang dapat mematahkan

daya kreatif dan inovasinya. Sebenarnya tidak ada pendidik yang tidak

sayang kepada siswanya. Demikian juga tidak ada orang tua yang merasa

senang melihat penderitaan anaknya. Dengan memberikan hukuman,

orang tua sebenarnya merasa kasihan terhadap anaknya yang tidak mau

melaksanakan ajaran Islam. Karena salah satu fungsi dari hukuman adalah

mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, ia dapat belajar bahwa

tindakan tertentu benar apabila tidak menerima hukuman dan tindakan

lainnya salah apabila mendapatkan suatu hukuman.

Dalam memberikan hukuman ini diharapkan orang tua melihat

ruang waktu dan tempatnya. Diantara metode memberikan hukuman

kepada anak adalah:

1) Menghukum anak dengan lemah lembut dan kasih sayang.

2) Menjaga tabiat anak yang salah.

3) Hukuman diberikan sebagai upaya perbaikan terhadap diri anak, dengan

tahapan yang paling akhir dari metode-metode yang lain.

Memberi hukuman pada anak, seharusnya para orang tua sebisa

mungkin menahan emosi untuk tidak memberi hukuman berbentuk

badaniah. Kalau hukuman yang berbentuk psikologis sudah mampu

merubah sikap anak, tentunya tidak dibutuhkan lagi hukuman yang

menyakitkan anak tersebut.


Hukuman bentuknya ada dua, yakni hukuman psikologis dan

hukuman biologis. Bentuk hukuman yang bersifat psikologis adalah:

1) Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.

2) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat.

3) Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.

Hukuman bentuk psikologis ini diberikan kepada anak dibawah

umur 10 tahun. Apabila hukuman psikologis tidak mampu merubah perilaku

anak, maka hukuman biologislah yang dijatuhkan tatkala anak sampai umur

10 tahun tidak ada perubahan pada sikapnya. Hal ini dilakukan supaya anak

jera dan tidak meneruskan perilakunya yang buruk. Sesuai sabda Rasul

SAW yang diriwayatkan Abu Daud dari Mukmal bin Hisyam.

“Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang mereka berumur tujuh


tahun, dan pukulilah mereka itu karena shalat ini, sedang mereka berumur
sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud).

Sedangkan bentuk-bentuk perhatian yang dikemukakan oleh Wasty

Soemanto, yang antara lain sebagai berikut:21

a. Bimbingan dalam belajar

21
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Kepemimpinan
Pendidikan). (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hl. 32-33
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam membimbing

anak belajar di rumah agar mencapai tujuan belajarnya, yaitu kesabaran

dan sikap bijaksana. Memberikan bimbingan kepada anak merupakan

kewajiban orang tua. Hal ini tersirat dalam Al Qur,an dalam surah An

Nisaa’ ayat 9 Allah firman:

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”, (Q.S.
An-Nissa: 9).

Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada

anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam

penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah

dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya

sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya,

serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua

aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

b. Pengawasan terhadap anak

Pengawasan ini bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dimana terdapat kesempatan yang

memungkinkan anak cenderung melakukan sesuatu yang bertentangan


dengan peraturan.22 Sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap

pendidikan anaka- naknya, maka langkah yang harus ditempuh adalah

dengan jalan memberikan pengawasan, baik itu terhadap individu anak itu

sendiri maupun terhadap lingkungan dimana anak sering bergaul dengan

teman- temannya. Karena tanpa kita sadari lingkungan juga banyak

memberikan pengaruh kepada anak, baik itu pengaruh positif maupun

yang negatif.

Mengenai pengawasan terhadap individu anak dapat berupa

perilaku keagamaan misalnya, pengawasan dalam ibadah shalat. Islam

telah mengajarkan bahwa sejak anak berusia 7 tahun harus sudah dilatih

mengerjakan shalat, setelah berumur 10 tahun, anak masih belum mau

juga mengerjakan shalat maka sebagai orang tua boleh memukulnya. Akan

tetapi sebagai orang tua di samping memberikan pengawasan, juga harus

memberikan contoh yang baik kepada anaknya di suruh shalat, maka

orang tua juga harus mau shalat, apabila anak belum juga mau shalat,

maka sebagai orang tua yang baik harus memberikan pengertian-

pengertian kepada anak supaya dia mau shalat, karena pada dasarnya sikap

anak selalu mencontoh semua sikap orang tuanya.

Di samping memberikan pengawasan terhadap individu anak, juga

harus memberikan pengawasan terhadap lingkungan anak karena

lingkungan dapat membantu pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan

jiwa anak. Misalnya anak yang sering bergaul dengan lingkungan (teman,

orang tua, masyarakat) yang sering ke masjid, maka dia akan terpengaruh
22
Amir Daien Indrakusuma. Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.
144.
untuk aktif pergi ke masjid baik itu saat berjamaahnya, mengajinya, atau

kegiatan-kegiatan yang lain. Sebaliknya anak yang terbiasa dengan

pergaulan liar dengan anak nakal, maka sedikit banyak juga akan terkena

pengaruh teman-temannya sehingga kadang ada yang menjadi anak yang

brutal dan tidak mengikuti nasehat orang tua. Oleh karena itu sebagai

orang tua harus pandai-pandai mengarahkan anaknya, agar seluruh

aktivitasnya selalu mengarah kepada hal-hal yang positif yang bermanfaat

bagi perkembangan kepribadian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa segala gerak-gerik dan sikap orang tua harus berhati-hati dalam

berbuat dan bertindak.

c. Memberikan dorongan kepada anak

Tidak dapat kita pungkiri setiap manusia dalam melakukan suatu

tindakan pasti disadari atas adanya dorongan, baik dorongan itu berasal

dari hati nurani maupun berasal dari lingkungan sekitar misalnya teman,

saudara, orang tua, maupun guru. Dalam masalah perhatian orang tua

terhadap pendidikan agama anak, maka di situ terjadi hubungan timbal

balik. Pertama dalam diri orang tua terdapat dorongan untuk melakukan

sesuatu yang ditujukan kepada anaknya. Misalnya orang tua mendorong

anaknya agar mau mengaji di masjid dan mereka mengharapkan agar

kelak anaknya menjadi anak yang shaleh. Kedua akibat dari adanya

dorongan itu dapat menambah semangat anak untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang tuanya

baik itu dilakukan dengan terpaksa maupun suka rela. Tanpa adanya

dorongan, seorang anak akan enggan melakukan suatu perbuatan.


Misalnya orang tua menyuruh anak supaya lebih giat belajar agar nanti

dapat menjadi orang pintar, kalau sudah pintar akan mudah mencari

pekerjaan, kalau sudah mempunyai pekerjaan tentu saja akan banyak uang.

Dengan adanya dorongan inilah anak akan menjadi lebih giat belajar.

d. Pembiasaan

Sebagai orang tua harus selalu membiasakan dirinya untuk selalu

berbuat, misalnya membiasakan membaca basmallah dulu setiap mulai

makan dan membaca hamdalah setelah selesai makan. Kebiasaan yang

baik harus juga ditanamkan kepada anaknya sejak kecil. Karena adat atau

kebiasaan yang bersifat edukatif yang dilaksanakan sejak kecil sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Pendidikan budi pekerti

yang telah dibiasakan dalam kehidupan keluarga dengan metode bimbing

yang tepat. Maka seorang anak yang biasanya dengan akhlak yang baik

niscaya di hari tuanya akan manusia yang baik. Dalam masalah kebiasaan

ini, seorang filosof kenamaan Charles Reade, berkata : “Sow athoughy and

you reap a habit, sow a habit and you reap a character, sow a character

and you reap a destiny” yang artinya: Bila kita telah yakin akan sesuatu

pandangan atau pikiran, tanamkanlah buah pikiran itu dalam suatu

perbuatan, nanti anda akan menuai atau mendapat hasil yang bernama

tingkah laku.23

e. Menyediakan sarana belajar

Abdurrahman Nahlawi. Prinsip‐Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung:


23

Diponegoro, 2009), hlm. 160-161.


Satu upaya yang harus dilakukan orang tua untuk menunjang

keberhasilan pendidikan anda adalah dengan memperhatikan sarana

belajar anak. Sarana adalah merupakan wahana yang sangat dibutuhkan

anak untuk membantu kelancaran dalam belajarnya. Tersedianya tempat

belajar yang memadai dan peralatan belajar yang cukup akan sangat

membantu terhadap keberhasilan belajar anak. Misalnya apabila orang tua

ingin agar anaknya semangat belajar, maka orang tua menyediakan waktu

Bimbel (bimbingan belajar) selain itu juga menyediakan ruang belajar

dengan alat-alat belajar yang relative cukup.

f. Pemberian hukuman dan hadiah

Dalam suatu keluarga, tentu mempunyai aturan-aturan atau norma-

norma yang bisa menjamin kelangsungan hubungan yang ada baik dalam

keluarga itu. Baik aturan itu bersifat tertulis maupun tidak tertulis. Salah

satu usaha supaya anak-anak mentaati aturan-aturan atau norma-norma

tersebut kadang-kadang perlu diadakan hukuman. Menghukum adalah

memberikan atau mengadakan nistapa atau penderitaan dengan sengaja

kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan

itu betul-betul dirasakannya untuk menuju ke arah perbaikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

orang tua boleh memberikan hukuman kepada anaknya apabila ia

mempunyai kesalahan, tetapi dengan syarat supaya disesuaikan dengan

kesalahan dan usia anak, dan hukuman itu tidak boleh berakibat fatal tetapi

justru sebaliknya dengan adanya hukuman tersebut, akhirnya anak- anak


tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan bagi anak tidak ada

kesan bahwa kalau orang tua menghukumnya karena perasaan benci tetapi

sebaliknya orang tua mempunyai perasaan sayang kepadanya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Maftukhah (2007) dengan judul “Perhatian Orang Tua

Terhadap pendidikan Anak”. Dalam penelitian ini perhatian orangtua sangat

diperlukan untuk keberlangsungan pendidikan anak. Adanya perhatian

orangtua dalam aktivitas belajar anak diharapkan dapat menciptakan suasana

yang harmonis sehingga anak akan merasa senang dan bersemangat dalam

menjalankan pendidikannya. Seorang anak akan bersemangat apabila

mendapat perhatian yang cukup dari orangtuanya, sebaliknya anak kurang giat

apabila dibiarkan begitu saja oleh kedua orangtuanya.24

Riesta Rahmadian (2022) yang berjudul “Pendidikan Anak Dalam

Keluarga” Prodi Pendidikan Agama Islam, IAIN Metro Lampung. Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai orang tua mempunyai tugas

dan kewajiban untuk mendidik, memberikan pelajaran, didikan dan bimbingan

tentang ilmu-ilmu yang meliputi bekal untuk hidup di dunia dan akhirat,

dengan kedua ilmu itu akan dapat diraih kehidupan dunia yang makmur dan

kebahagiaan di akhirat. Dan dari orangtualah anak pertama kali mengenal

dunia. Melalui mereka anak mengembangkan seluruh aspek pribadinya.

24
Maftukhah, Perhatian Orang Tua Terhadap pendidikan Anak. (Semarang :
UNNES, 2007).
Dalam hal itu orangtua tidak hanya melahirkan anak, melainkan juga orangtua

yang mengasuh, melindungi dan memberikan kasih sayang kepada anak.25

Penelitian oleh Muhammad Ari Akbar (2015) dengan judul “Peran

Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peran orang tua dalam mendidik anak adalah kunci keberhasilan orang

tua dalam membentuk kepribadian anak. Orang tua diharapkan berperan aktif

dalam memberikan dukungan pada setiap proses pendidikan anak. 26

C. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan suatu hak yang diterima manusia dari segala

umur baik anak yang baru lahir maupun orang yang sudah berusia lanjut. Hal

ini menunjukan bahwa pendidikan itu berlangsung sumur hidup (long life

education). Dalam proses pendidikan setidaknya terdiri atas dua komponen

yakni pendidik dan peserta didik. Masing-masing dari keduanya memliki

peranan yang berbeda beda. Pendidikan pada anak yang menitikberatkan

segala proses pendidikan untuk anak tidak lepas dari peran orang tua sebagai

pendidik yang utama.

Keluarga merupakan lingkungan anak dalam belajar, tumbuh dan

berkembang menuju kedewasaan. Di samping itu, keluarga merupakan jenjang

pendidikan pertama di mana anak mengenal masyarakat sekitar dan mulai

mengakui diri sebagai makhluk sosial. Dalam lingkungan keluarga,

kepribadian anak akan otomatis terbentuk karena adanya daya interaksi yang

25
Riesta Rahmadian, Pendidikan Anak Dalam Keluarga. (Lampung: IAIN Metro
Lampung, 2022).
26
Muhammad Ari Akbar, Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak.
(Semarang: UNNES, 2025).
intim diantara anggota keluarga. Anak akan tumbuh besar dan berkembang

dengan baik dimulai dari lingkungan keluarga. Anak mulai belajar segala

sesuatu juga dimulai dari lingkungan keluarga. Anak yang tumbuh besar dan

berkembang dalam keluarga yang baik dan mendukungnya dalam belajar akan

dengan mudah mendapatkan prestasi belajar yang baik. Dukungan dari

keluarga akan mempengaruhi perkembangan prestasi belajar anak. Jika orang

tua mendukung untuk belajar maka anak akan mendapat prestasi belajar yang

baik.

Orang tua adalah sosok pertama yang akan menentukan perkembangan

maupun masa depan anak. Dalam hal ini orang tua berperan untuk mendidik

dan mengarahkan anaknya dalam melalui kehidupannya di masa mendatang.

Setiap orang tua tentu harus berperan langsung dalam proses pendidikan

anaknya. Dirumah orang tua berperan untuk mengasuh dan mendidik anaknya

langsung. Merawat dan memperhatikan setiap perkembangan yang dialami

anaknya.

Selain itu juga berperan dalam menentukan jenis pendidikan formal

atau non formal bagi anaknya. Bagi orang tua yang sadar akan pentingnya

pendidikan pasti akan berusaha untu memberikan pendidikan terbaik bagi

anaknya. Hal ini tentu juga didukung dengan kondisi social maupun ekonomi

dari orang tua tersebut. Namun tidak semua orang tua dapat mendidik anaknya

secara maksimal dikarenakan adanya berbagai hal yang tidak mendukung.

Salah satu faktornya adalah bentuk perhatian yang diberikan orang tua pada

anak. Orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya dengan baik, maka

anak akan lebih bersemangat dalam dalam menjalankan pendidikannya,


begitupun sebaliknya, jika orang tua kurang emperhatikan pendidikan anak,

maka anak akan acuh dan malas dalam belajar. Hal ini memang sudah menjadi

kewajiban bagi orang tua terhadap anaknya. Namun ada pekerjaan-pekerjaan

tertentu yang sangat menyita waktu orang tua hingga tidak memiliki waktu

untu anaknya.

Cara orang tua memberika perhatikan


pada pendidikan anak

Hambatan orang tua memberika


perhatikan pada pendidikan anak

Anda mungkin juga menyukai