TENTANG
KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
OLEH :
NIAWASIH
JURUSAN
S1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA BADARUDIN BAGU
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak merupakan pribadi yang menarik dengan
karakteristiktersendiri, maka orang dewasa harus dapat mengamati dan
melihat perilaku anak sehingga dapat mengajarkan cara berinteraksi
dalam lingkungan sosial.
Pembelajaran perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam
lingkungan keluarga, merupakan hal yang penting bagi anak supaya kelak
menjadi pribadi yang sopan, santun, tenggang rasa, menghormati kepada
setiap orang, mempunyai rasa empati, simpati, dan mempunyai sifat
sosial yang baik. Dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku
yang baik, maka anak-anak akan menjadi generasi penerus bangsa yang
mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan
mengharumkan bangsa dan negaranya.
Terdapat perbedaan pandangan terhadap anak baik dalam
pertumbuhan maupun perkembangannya. Anak dianggap sebagai
makhluk yang sudah di bentuk oleh bawaannya, tetapi ada juga yang
menganggap bahwa anak dibentuk oleh lingkungan tempat anak di
besarkan dan di didik. Dalam perkembangannya, anak dapat merespon
berbagai rangsangan dari lingkungannya sehingga mempengaruhi fungsi-
fungsi fisik dan psikis yang siap. Masa perkembangan anak merupakan
masa yang paling tepat untuk mengembangkan berbagai potensi,
kemampuan dan kemandirian.
Anak lahir seperti kertas putih maka tergantung dari orangtua
dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pendidikan merupakan hal
yang penting dalam pembentukan karakter pada anak. Oleh karena itu
pendidikan anak dalam Islam hendaklah dimulai sejak anak dalam
kandungan. Seorang ibu disarankan banyak membaca ayat suci, al-
Qur’an, dan dinasehatkan banyak berbuat kebajikan yang akan
mempengaruhi karakter anak karena sudah diberikan pendidikan yang
baik sejak bayi dalam kandungan. Pendidikan yang diberikan kepada
anak merupakan suatu persiapan kematangan anak dalam menghadapi
masa yang akan datang. Sekolah diharapkan dapat memberikan
pendidikan yang baik dan berkualitas untuk mengembangkan
kemampuan, bakat dan minat yang ada dalam diri anak. Oleh karena itu,
orangtua harus berusaha dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi
anaknya. Peran pendidik dan orang tua dalam mendidik anak sangat
penting karena dapat melihat potensi yang dimiliki oleh anak. Sehingga
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak sesuai dengan
bakat dan minat anak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berkut:
1. Untuk mengetahui apa itu konsep pendidikan anak dalam islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pendidikan anak dalam islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan fase-fase anak.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran gugu dalam pendidikan anak.
..
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan
1. Defimisi secara umum
Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah berbagai usaha
yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak
didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.
Menurut pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.2 Kemudian menurut Hasan Basri, pendidikan diartikan
sebagai proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang
secara terus menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan menurut Kartini Kartono, pendidikan adalah
proses pembudayaan, proses kultural atau proses kultivasi untuk
mengembangkan semua bakat dan potensi manusia, guna mengangkat
diri sendiri dan dunia sekitarnya pada taraf human.
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli
di atas maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan adalah bimbingan, pembinaan atau pertolongan yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik adar tercapai
perkembangan yang maksimal sesuai dengan bakat dan potensi
manusia untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Definisi secara islam
Marimba dalam Muchsin, Sulthon dan Wahid merumuskan
pendidikan sebagai bimbingan, arahan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmanai dan rohani terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Langeveld dalam
Muchsin, Sulthon dan Wahid mengartikan pendidikan sebagai upaya
manusia dewasa membimbing yang belum menuju kedewasaan.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kata “Islam” dalam pendidikan Islam menunjukkan warna
pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam,
pendidikan yang Islam yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.
Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman,
yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),
dan reconcilliation (perdamaian), to the will of God (tunduk kepada
kehendak Allah). Kata aslama itu berasal dari kata salima yang
berarti peace yaitu damai, aman, dan sentosa.
Koesnoen dalam Muchsin, Sulthon dan Wahid mendefinisikan
pengertian anak sebagai manusia muda, muda dalam umur, muda
dalam jiwa, serta pengalaman hidupnya, karena mudah terkena
pengaruh keadaan sekitarnya. Anak adalah anugerah sekaligus
amanah yang diberikan Allah SWT kepada setiap orang tua. Berbagai
cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya
tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali
harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya
komunikasi atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang
bagaimana Islam memberikan tuntunan dan pedoman tentang
memperlakukan anak sesuai dengan proporsinya.
Rasulullah saw mengajarkan bahwa ada dua hal potensial yang
akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang tua yang
melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya. Rasulullah saw
bersabda :
ﻜﻝ ﻤﻮﻟﻭﺪ ﻴﻭﻟﺪ ﻋﻟﻰﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺍﺑﻭﺍﮦ ﻴﻫﻭﺪﺍﻧﮫ ﺍﻭ ﻴﻨﺻﺭﺍﻧﮫ ﺍﻭ ﻴﻤﺠﺴﺍﻧﮫ
Artinya: “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka
kedua orang tuanyalah yang membuat dia (memiliki karakter) yahudi, atau
(memiliki karakter) nasrani atau (memiliki karakter) majusi.” ( HR.
Muslim ).
Pada tahap ini anak memerlukan air susu, terutama air susu
ibu (ASI), beralngsung dari usia 0-2 tahun dari semenjak kelahiran
anak. Ketika anak menerima Asi, anak merasakan adanya kehangatan
kasih sayang dari orang tuanya dan kedamaian psikologisnya.
2. Tahap Kanak-kanak (Thufulah)
“ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu.” (al-Ahzab : 21).
َط َف ي َك ِللِّد ي ِن ِني ًف ۚا ِفْط َتال َّلِه ا َّلِت َفَأِق
َر َر َح َه ْج َو ْم
ۚا ِد ِل ِق َّل َٰذ ِل
لَّنا َس َع َلْيَه اَل َتْب ي َل َخ ْل ال ِۚه َك الِّد ي ُنا ْلَق ِّيُم
َو َٰلِك َّنَأْك َثَر الَّنا ِس اَل َيْع َلُم و َن
Artinya:“(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusi menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusi
tidak mengetahui”. (ar-Ruum : 30).
3. Metode dengan cerita
Anak-anak usia dini, rata-rata menyukai cerita atau dongeng,
bisa cerita manusia atau binatang. Di tengah-tengah kehidupan
masyarakat kita banyak cerita rakyat yang mengandung muatan
moral. Seperti cerita tentang kecerdikan kancil, cerita Malin Kundang
dan lain sebagainya. Di dalam Al-Qur’an banyak kisah-kisah yang
penuh dengan pelajaran, seperti cerita tentang Qorun yang semula
baik dan alim, tetapi kemudian menjadi orang yang durhaka kepada
Allah dan tidak mau mengikuti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa
as, sehingga tergial-gila oleh materi dan kesenangan duniawia.
Kemudian ada kisah Nabi Yusuf, dan kisah lainnya.
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaaan.
Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu,
dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.
Menggunakan cerita sejarah baik tempat, orang dan peristiwa.
Sebagaimana sebuah kisah di dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat
27-30:
“ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, lalu dari salah seorang mereka diterima
sedangkan dari seorang lagi tidak. Berkatalah Qabil, “ Aku pasti
akan membunuhmu! Menjawab Habil “ Sesungguhnya Allah hanya
menerima korban dari orang yang bertaqwa. Sungguh bila kamu
menyerahkan tanganmu untuk membunuhku, maka aku tidak akan
menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Aku sungguh takut
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Aku sesungguhnya ingin
agar kamu kembali membawa dosaku dan dosamu sendiri, yang
menyebabkan kamu menjadi penghuni neraka dan yang demikian
itulah pembatalan bagi orang-orang yang dzalim Lalu nafsu Qabil,
membuatnya tega membunuh saudaranya, dibunuhnyalah, lalu ia
menjadi orang yang menyesal.
4. Metode dengan nasihat
Nasihat merupakan metode pendidikan yang cukup efektif
dalam membentuk iman seorang anak, serta mempersiapkan akhlak,
jiwa dan rasa sosialnya. Nasihat dan petuah memberikan pengaruh
besar untuk membuka hati anak terhadap hakikat sesuatu,
mendorongnya menuju hal-hal yang positif, mangisinya dengan
akhlak mulia, dan menyadarkannya akan prinsip-prinsip Islam.
Nasihat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa
dan secara langsung melalui perasaan. Tidaklah aneh bila Al-Qur’an
menggunakan metode ini dan meyeru jiwa-jiwa manusia dengan
nasihat, serta mengulangnya pada beberapa ayat di tempat yang
berbeda-beda.
Berikut ini contoh beberapa pengulangan nasihat dan petuah
Allah dalam kitab suci Al-Qur’an yang artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, jangnlah kamu
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar’. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadku dan kepada kedua orang tuamu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku tentang itu, maka jangnlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergilah keduanya di dunia dengan baik,
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Ku lah kembalimu, maka Aku beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (Luqman berkata), ‘Hai anakku, sesungguhnya
jika ada (sesuatau perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
memndatangkannya (membalasinya). Sungguh, Allah Maha Halus
lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkardan bersabarlah terhadap apa yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sungguh, yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). “ (Luqman : 13-17
5. Metode dengan pemantauan dan perhatian
Pendidikan dengan pemantaun adalah memberi perhatian
penuh dan memantau akidah dan akhlak anak, memantau kesiapan
mental dan rasa sosialnya, dan rutin memperhatikan kesehatan tubuh
dan kemajuan belajrnya.
Tidak diragukan lagi, pendidikan yang demikian merupakan
dasar yang kokoh untuk menciptakan manusia yang seimbang dan
utuh. Yakni, manusia yang menunaikan hak setiap orang dalam
kehidupan ini. Ia menjadi manusia yang mampu mengemban berbagai
tanggung jawab, melaksanakan semua kewajiban dengan sempurna
dan seorang muslim sejati. Pendidikan memberinya batu fondasi
Islam yang kuat, sebagai pijakan lahirnya kembali kejayaan Islam
yang kokoh, guna melahirkan kembali peradaban yang kuat dan
abadi.