Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak-anak adalah anugrah paling berharga dari Allah SWT, dan

merupakan titipan atau amanah yang wajib dijaga, dididik, dan diarahkan

supaya meraka bisa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimilikinya. Banyak orang tua yang belum memahami karakteristik tumbuh

kembang anak-anak.Sebagian besar orang tua membiarkan anak-anak tumbuh

tanpa stimulasi atau prilaku-prilaku khusus yang sejatinya sangat berguna bagi

tumbuh kembang anak-anak.

Menurut Don Campbell (2022), pada tahun-tahun awal perkembangan

otak anak dipengaruhi oleh keadaan atau situasi di sekelilingnya. Apa yang anak

dengar, lihat, sentuh, rasakan, dan berbagai hal atau keadaan yang dialaminya

akan berpengaruh pada proses pembentukan jejaring neuron otak. Melalui

stimulasi pada anak sejak dalam kandungan, baik dalam wujud kasih sayang,

perhatian, atau dengan memperdengarkan alunan musik akan mengkontribusi

positif bagi pertumbuhan otak, kepribadian dan karakter anak.

Usia dini merupakan momen yang amat penting bagi tumbuh kembang

anak. Selain bagian otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, usia

dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu masa dimana

semua stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran penting bagi

pertumbuhan anak selanjutnya.Menurut J.Black (1995), usia dini itu dimulai sejak

1
2

anak masih dalam kandungan atau sebelum dilahirkan (pranatal) sampai usia 6

tahun. Ketika masih dalam kandungan ini, otak anak sebagai pusat kecerdasan,

mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Setelah anak lahir sel-sel otak

ini sebagian mengalami eliminasi, sementara yang lainnya membentuk jalinan

yang sangat kompleks. Hal inilah yang menyebabkan anak bisa berpikir logis dan

rasional. Ketika anak dalam kandungan organ-organ penting lainnya seperti organ

keseimbangan dan organ sensoris seperti pendengaran, penglihatan, pengecap,

pencium dan perabaan juga sudah mulai berkembang. (Wibowo, 2012)

Dalam ajaran agama Islam para orang tua harus memberikan teladan yang

baik pada putra-putrinya sejak kecil.Segenap laku,tutur kata,bahkan gerak-gerik

orang tua akan terekam secara sempurna oleh anak. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Ustad Wijayanto, bahwa jika ingin mencetak pendidikan

karakter yang baik orang tua yang pertama kali baik karakternya, disusul guru

atau para pengajar seterusnya.Sebagaimana didalam al-qur’an surat Al-Ahzab : 21

ۗ ‫لَ َقدْ اَك َن لَمُك ْ يِف ْ َر ُس ْولِ اهّٰلل ِ ُا ْس َو ٌة َح َسنَ ٌة لِّ َم ْن اَك َن يَ ْر ُجوا اهّٰلل َ َوالْ َي ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر اهّٰلل َ َك ِثرْي ً ا‬

Artinya: ”Sesunguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat

Allah,danhari akhir dan dia banyak mengingat Allah”.(QS.Al-

Ahzab:21)

Asbabul nuzul dari surat Al-Ahzab ayat 21 ini adalah dari terjadinya

perang Ahzab(sekutu) pada tahun 5 H, perang ini sangat fenomenal karena perang
3

yang sangat berat bagi kaum muslimun di Madinah dari kaum kafir yang

bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin.Untuk menghadapinya

Rasulullah dan para sahabat membuat parit diperbatasan kota Madinah. Perang ini

juga dinamakan perang khandaq (parit).

Rasulullah dan para sahabat berhari-hari bahu-membahu membuat parit

dalam keadaan yang sangat berat. Sementara kaum munafik ikut bersama kaum

muslimin juga,dengan alasan tidak ada tempat untuk berteduh tetapi mereka tidak

ikut menggali parit bersama kaum muslimin. Para ulama menyatakan bahwa ayat

ini merupakan peringatan bagi kaum munafik yang enggan ikut menggali parit

dan tidak ikut berjihad menghadapi sekutu.Semestinya mereka meneladani

Rasulullah yang walaupun kemuliaannya, tetap mau membersamai para sahabat

untuk menggali parit dan menanggung beban jihad dijalan Allah.

Dengan latar belakang ini maka penting kita pahami bahwa meneladani

Rasulullah SAW itu bukan hanya pada hal-hal yang sifatnya lembut, santun, kasih

sayang dan dalam suasana tenang nyaman tanpa permusuhan. Tapi ada

keteladanan dalam hal ketegasan, saat Rasulullah marah, perang, letih dan berat

menanggung beban tetapi tidak lemah menghadapi permusuhan

Semestinya, ayat ini dijadikan sebagai pedoman yang nyata bahwa dalam

pendidikan pasti adanya keteladanan. Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin

Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa: ”Pada diri Nabi

Muhammad Allah menyusun suatu bentuk sempurna yaitu bentuk yang hidup dan

abadi sepanjang sejarah masih berlangsung”. Dari pedoman al-qur’an tersebut

bahwa setiap orang tua seharusnya berusaha agar dapat menjadi uswatun hasanah,
4

artinya bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi anaknya khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan

dasar yang merupakan upaya pembinaan kepada anak sejak lahir sampai usia

enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan

pada jalur formal, nonformal, dan informal (Wuri Wuryandani, 2010:7)

Menurut Undang-undang (UU) No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional, khususnya Pasal 1 butir 14, disebutkan bahwa PAUD adalah sesuatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Terkait dengan pendidikan karakter di PAUD, menurut Wuri Wuryandani

(2010:3) perlu dilakukan dengan hati-hati karena anak usia dini adalah anak yang

sedang dalam tahapan perkembangan pra-operasional kongkrit sebagaimana yang

dikemukakan oleh Piaget, sementara nilai-nilai karakter atau moral merupakan

konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum bisa dengan serta

merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sipatnya abstrak

secara cepat. Maka orang tua dan guru harus cerdas memilih dan menentukan

metode yang akan digunakan. Singkatnya, orang tua dan guru harus memiliki

metode yang tepat dan efektif untuk menanamkan nilai moral kepada anak. Agar
5

apa yang disampaikan itu benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal

kehidupannya kelak. (Wibowo,2012)

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, pada pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa proses pembelajaran

pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Maka dalam proses pembelajaran akan optimal jika didukung dengan pendekatan

yang sesuai dengan kebutuhan anak..

Pendidikan karakter anak usia dini, sangat ditentukan berhasil tidaknya

dari peran guru yang termasuk dalam jenjang pendidikan usia dini. Guru PAUD

adalah orang yang melaksanakan berbagai upaya peningkatan mutu dan inovasi

pendidikan,juga yang bertanggung jawab langsung dalam penyelenggaraan

PAUD. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.27/1990,

khususnya pasal 14 ayat 1. Berdasarkan PP tersebut, para guru PAUD dituntut

untuk berperan tidak saja sebagai orang tua kedua bagi anak, tetapi juga sebagai

pekerja sosial, pengasuh, pemelihara kesehatan anak, bahkan sebagi psikolog

yang harus menyelesaikan persoalan-persoalan psikis anak. (Wibowo, 2012)

Pendidikan karakter yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga

merupakan bimbingan dan pertolongan orang tua kepada anaknya yang diberikan

secara sadar sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohaninya. Maka, dalam

mencari nilai-nilai hidupnya, anak idealnya dapat diarahkan untuk dibimbing


6

sepenuhnya oleh para pendidik, terutama orang tua. Menurut ajaran islam saat

anak dilahirkan berada dalam keadaan lemah dan suci (fitrah), sebagaiman sabda

Rasululloh SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, sebagai berikut:

‫ فََأب َ َوا ُه هُي َ ِّو َدا ِن ِه َأ ْو يُ َم ِّج َسا ِن ِه َأ ْو يُنَرِّص َ ا ِن ِه‬،‫لُك ُّ َم ْولُ ْو ٍد يُ ْودَل ُ عَىَل الْ ِف ْط َر ِة‬

Artinya :“Anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah (kecenderungan untuk

percaya kepada Allah), maka orang tuanyalah yang menjadikan anak

tersebut Yahudi, Nasrani tau Majusi” (Abdullah Nasih Ulwan, 1995:49)

Makna dari penggalan hadist diatas adalah manusia difitrahkan( memiliki

sifat pembawaan sejak lahir) dengan kuat diatas islam. Dan orang tua yang

mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan karakter

bahkan yang bisa menjadikan anaknya beragam Yahudi, Nasrani dan Majusi.

Maka baik dan buruknya dari seorang anak bagaimana pendidikan dasar dari

orang tuanya.

Sesuai dengan kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberi

seperangkat dasar yang memilih kecenderungan untuk berkembang. Dalam

psikologi, dasar itu disebut “potensialitas” atau “dispososisi” yang menurut aliran

psikologi behaviorisme disebut prepotenci replexes atau kemampuan dasar yang

secara otomatis dapat berkembang.

Sejak anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan kepada para pendidik

terutama orang tua untuk mengajarkan dasar-dasar pendidikan mental supaya

menjadi seorang manusia yang berakal, berfikir sehat, bertindak penuh

keseimbangan dan berkemauan tinggi. Orang tua dituntut membentuk dan


7

membina setiap dimensi kemanusiaan anak yang harus dikembangkan secara

seimbang, serasi dan terarah.

Menurut Zakiyah Darajat(1994:8) keimanan yang diajarkan oleh orang tua

kepada anaknya, sangat penting artinya bagi kesehatan mental dan kebahagiaan

hidup anak. Hal ini karena keimanan memupuk dan mengembangkan fungsi-

fungsi jiwa dan memelihara keseimbangannya serta menjamin ketentraman batin.

(Mahmud, 2016)

Seorang anak akan banyak meniru orang tua dan akan terpengaruh juga

dari lingkungannya. Oleh karena itu orang tua merupakan contoh bagi anaknya.

Dan hal ini tidak mudah bagi orang tua untuk bisa menjadi model yang baik.

Semua orang tua berharap anaknya yang terbaik. Supaya bisa yang terbaik maka

peran orang tua harus bisa menjadi panutan dengan memberikan contoh yang

baik. Baik dalam sikap maupun perbuatan, itu semua sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan karakter anak. Begitu juga dengan peran guru

pada anak didiknya yang ada dilingkungan sekolah. Jadi peran orang tua dan guru

bisa dikatakan pendidik awal yang membentuk pertumbuhan dan perkembangan

karakter anak usia dini.

Dalam menanamkan sikap atau karakter pada anak usia dini dibutuhkan

pendidikan prasekolah, untuk mewujudkannya membantu perkembangan yang

baik dalam seluruh aspek pada anak usia dini ini.Salah satunya pendidikan

prasekolah di RA DAARUL AMIN PURWAKARTA.Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2022 dan hari

Rabu tanggal 27 juli 2022 dengan ibu kepala sekolah, guru dan orang tua di RA
8

DAARUL AMIIN PURWAKARTA.Dalam hal ini untuk pendidikan pra-sekolah

guru PAUD harus bisa membuat dan menerapkan strategi dalam membangun

pendidikan karater anak usia dini.

Menurut Slamet Suyatno dalam penelitiannya yang berkaitan tentang

pendidikan karakter untuk anak usia dini, bahwa perlakuan pendidikan yang

diberikan pada anak usia dini akan terpatri kuat didalam hati dan pikiran anak

yang jernih dan perkembangan seluruh aspeknya bisa berkembang dengan cepat,

termasuk aspek agama, moral, sosial intelektual dan emosi.Artinya, jika anak

dididik dengan baik , diberi contoh yang baik, dan dibiasakan hidup dengan nilai

dan karakter yang baik, maka mereka cenderung menjadi orang yang baik yang

berhati emas, berpikiran positif dan berbudi mulia.Sedangkan menurut Tin Rustini

dalam penelitiannya berpendapat bahwa pendidikan karakter sangat perlu

diberikan terhadap bangsa Indonesia sejak dini. Hal ini dikarenakan membentuk

suatu paradigma dan karakteristik agar menjadi bangsa yang maju didukung

dengan moral yang baik.Perkembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai

sejak dini.Hal ini terkait dengan kepercayaan bahwa “ Jika kita gagal menjadi

orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah

atau orang yang kurang beruntung dan beban bagi orang lainnya.Ada juga dalam

penelitiannya La Hadisi menuliskan bahwa periode usia dini merupakan masa

yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya.Masa ini disebut golden age yaitu

masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukan karakter anak

usia dini.Pendidikan karakter bagi anak usia dini dimaksudkan untuk


9

menanamkan nilai kebaikan supaya menjadi kebiasaan ketika kelak dewasa atau

pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Dengan urain dan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pendidikan karakter dengan

mengambil judul “Strategi Guru Dalam Membangun Pendidikan Karakter Anak

Usia 4-5 Tahun DI RA DAARUL AMIIN PURWAKARTA”

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikansikan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Pendidikan anak usia dini pada umumnya, masih mengesampingkan nilai-

nilai moral dan budi pekerti dalam membentuk karakter peserta didik.

2. Pendidikan karakter anak usia dini, belum menjadi pehatian yang utama

terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter anak usia dini.

3. Belum bersinerginya dalam penerapan pendidikan karakter antara guru

dan orang tua.

4. Kuramgnya pemahaman orang tua dan guru tentang pendidikan karakter

anak usia dini.

C. Fokus Masalah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab permasalahan yang

akan diteliti, serta untuk mengatasi keterbatasan waktu dan kemampuan, maka

penelitian ini memfokuskan kajiannya tentang strategi guru dalam membangun

karakter anak usia dini di RA DAARUL AMIIN PURWAKARTA. Dengan objek

penelitiannya adalah peserta didik dikelompok A yang berusia 4-5 tahun pada
10

tahun ajaran 2021-2022 yang berdomisili di Jl.Letkol Abdul Kodir Gang.

Nusantara 2 Purwamekar Purwakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana karakter anak usia 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN?

2. Bagaiman strategi guru dalam membangun pendidikan karakter anak usia 4-5

tahun di RA DAARUL AMIIN?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pendidikan karakter anak

usia 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan target yang hendak dicapai melalui

serangkai aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai

tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan persepsi dan

berpijak pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini

memiliki tujuan:

a. Untuk mengetahui karakter anak usia 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN.

b. Untuk mengetahui strategi guru dalam membangun pendidikan karakter

anak usia 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN.

c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

dalam membangun pendidikan karakter anak usia 4-5 tahun di RA

DAARUL AMIIN.
11

F. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

1) Berharap dapat mengembangkan wawasan akademik di bidang Pendidikan

Anak Usia Dini, khususnya dalam mengembangkan pengetahuan terkait

pentingnya strategi guru dalam mengembangun karakter anak usia dini.

2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan literatur penelitian yang

akan datang dengan masalah yang sejenis.

b. Secara Praktis.

1) Bagi Penulis Peneliti

Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai

tambahan informasi mengenai strategi guru dalam membangun pendidikan

karakter anak usia dini.

2) Bagi Sekolah

Berupaya untuk memberikan konstribusi dalam rangka pengembangan

strategi guru untuk membangun pendidikan karakter anak usia dini.

3) Bagi siswa didik di RA DAARUL AMIIN

Manfaat untuk peserta dididk supaya dapat dibangun karakter yang

positif,baik dalam ucapan ataupun perbuatan.Ketika berada di rumah ,

sekolah ataupun dilingkungan bermainnya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitan


12

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi( gabungan observasi,

wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif,

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat

untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena,

dan menemukan hipotesis. Penelitian ini termasuk dalam studi kualitatif

deskriptif, dimana data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,

sehingga tidak menekankan pada angka. Data yang terkumpul setelah

dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang

lain.(Sugiyon, 2020:6)

Penulis dalam penelitiannya mengkaji tentang strategi guru dalam

membangun pendidikan karakter anak usia 4-5 tahun di RA DAARUL

AMIIN, melalui pendekatan kualitatif yang diharapkan bisa memberikan

gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada kesempatan ini penulis mengambil tempat penelitiannya yaitu di RA

DAARUL AMIIN kelompok A Usia 4-5 tahun yang beralamatkan di Jln.

Letkol Abdul Kodir Gang.Nusantara 2 Purwamekar Purwakarta.Adapun

waktu penelitian dimulai dari bulan januari 2022 melalui observasi

kelapangan yang diawali dengan mengamati anak-anak dari mulai masuk

lingkungan sekolah,saat kegiatan belajar dan meninggalkan sekolah.


13

3. Responden

Untuk penelitian ini,penulis menggunakan beberapa responden.yaitu

diantaranya:

a) Kepal sekolah

b) Guru

c) Anak didik

d) Orang tua

4. Jenis Sumber Data

Sumber data dalam penelitian biasa disebut sebagai bahan dari mana data

dapat diperoleh.Dalam penelitian yang dilakukan penulis menggunakan

beberapa sumber yang berkesinambungan dengan penelitian ini.Adapun

sumber data yang dipergunakannya adalah:

1) Data primer

Data primer yang digunakan peneliti untuk melengkapi penulisannya

adalah dengan observasi dalam menanamkan kedisiplinan pada anak

usi 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN. Yang secara lngsung akan

menjadi objek dalam penyusunan skripsi ini.Data ini juga ditunjamg

dengan kejadian sehari-hari di sekolah terutama didalam kelas.

2) Data sekunder
14

Data ini merupaka literatur yang berhubungan langsung dengan

penelitian, yang berupa transkrip, testimony, khalayak, buku ilmiah

dan artikel ilmiah yang relevan dengan pengesahan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini,peneliti turun kelapangan

dengan melibatkan anak-anak dan guru melakukan beberapa langkah-

langkah dalm penelitiannya.Adapun Teknik pengumpulan data ini dengan

menggunakan jenis pengumpulan data secara triangulasi yaitu bersifat

gabungan yang menggabungkan semua jenis data yang telah peneliti

dapatakan dan kumpulkan. Teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan cara mengamati dan mengumpulkan data secara

eklusif pada subjek penelitian. Imam Gunawan dan Arikanto

(2013:143) menyatakan bahwa observasi adalah teknik akumulasi data

melalui penyelidikan dengan cermat dan pencatatan yang sistematis.

Hal ini peneliti melakukan pengamatan tentang kegiatan yang sedang

berlangsung dalam pembelajaran dikelas dan menuliskan hasil

pengamatannya di lembar observasi.

Teknik observasi ini dilakukan untuk mendukung dan memperkuat

data yang didapati melalui angket. Dan kegiatan observasi ini,peneliti

memfokuskan terhadap guru yang mempunyai peran dan menerapkan


15

cara membangun pendidikan karakter anak usia 4-5 tahun di RA

DAARUL AMIIN.

b. Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang

diinginkan dalam penelitian kualitatif, dengan kegiatan tanya jawab

yang mempunyai tujuan tertentu yang dilakukan oleh seseorang

pewawancara dan nara sumber yang menjawab pertanyaan–pertanyaan

yang diajukan oleh pewawancara (Maleong, 2013:18)

Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu kepada kepala

sekolah,guru dan orang tua untuk mendapatkan informasi tentang

bagaiman caranya membangun pendidikan karakter anak usia dini.

c. Dokumentasi

Metode yang selanjutnya adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah

teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan

mengenai data responden. Observasi dilapangan ini digunakan untuk

melihat berbagai kejadian yang relevan dengan fenomena penelitian.

Dokumentasinya adalah bahan-bahan yang tertulis berkenaan

dengan keadaan yang berkaitan dengan strategi guru dalm membangun

pendidikan karakter anak usi 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN

PURWAKARTA.

6. Instrumen Penelitian.

Dalam penelitian ini.peneliti menggunakan instrumen bantu sebagai

berikut:
16

a. Instrumen pedoman wawancara

b. Instrumen penilain pendidiksn ksrskter anak anak usia dini.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah dan memilih data menjadi suatu

data yang daoat dikelola. Untuk mensintetiskan, mencari dan menentukan

pola, menemukan apa saja yang penting dan apa yang dapat dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat disampaikan kepada orang lain.

Penelitian ini menggunakn teknik analisis deskriptif kualitatif. Yang

menggunakan metode berfikir induktif yaitu suatu cara yang dipakai untuk

mendapatkan ilmu pengetahua ilmiah yang bertolak dari pengalaman atas

hal-hal dan masalah yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan

yang bersifat umum. Cara berfikir ini peneliti gunakan untuk menguraikan

bagaimana peran guru dalam menanamkan kedisiplinan pada anak usia

dini.

Dalam penelitian ini bahwasanya analisis data dilaksanakan peneliti

dengan terjun ke lapangan. Selama mengadakan penelitia dilapangan

sampai dengan penyerahan laporan hasil dari penelitian. Kemudian

analisis datanya dimulai sejak peneliti menentukan fokus penelitian pada

masalah yang akan diteliti hingga pembuatan laporan penulisan penelitian

ini selesai.Jadi,teknik data ini akan dilakukan dari awal perencanaan

hingga akhir.

8. Pengujian Keabsahan Data


17

Teknik yang menjamin keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini

bertujuan untuk mengetahui kreadibilitas data yang dikumpulkan selama

melakulan penelitian.Teknik penulisan yang digunakan untuk menguji

keabsahan data yang didapat dalam penelitian ini adalah Triangulasi data

yang diartikan sebagai teknik yang mengutamakan efektifitas penelitian.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

1.1 Pengertian Anak Usia Dini

Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada masa usia 0-6 tahun. Usia

dini ini merupakan momen yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak

yang sering disebut sebagai golden age atau usia keemasan. Banyak pakar

psikologi yang yang merekomendasikan optimalisasi usia dini, karena ada

dalam satu kali dalam perkembangan kehidupan anak. Usia dini juga disebut

juga sebagai masa kritis bagi perkembangan anak. Sebab, jika dalam masa ini

anak kurang dapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan,

dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat

tumbuh dan berkembang secar optima Anak

Menurut , E Mulyasa (2012:16), anak usi dini sering disebut anak

prasekolah, yang memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon berbagai

rangsangan dari lingkungannya. Masa ini merupakan masa yang sangat tepat
18

untuk menerapkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai

potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional,

spiritual, konsep diri, disiplin diri dan kemandiriian.

Menurut J. Black (1995), usia dini itu dimulai sejak anak masih

dalam kandungan atau sebelum dilahirkan (pranatal) sampai usia 6 tahun.

Ketika dalam kandungan ini, otak anak sebagai pusat kecerdasan, mengalami

perkembangan yang sangat pesat sekali. Setelah anak lahir, sel-sel oak ini

mengalami eliminasi, sementara yang lainnya membentuk jalinan yang sangat

kompleks. Hal inilah yang menyebabkan anak bisa berpikir logis dan rasional.

Ketika anak dalam kandungan, organ-organ penting lainnya seperti organ

keseimbangan dan organ sensoris seperti pendengaran, penglihatan, pengecap,

pencium, dan perabaan juga sudah mulai berkembang.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki

karakteristikter sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi

seluruh aspek perkembangan memiliki peran penting untuk perkembngan

selanjutnta. Sel-sel tubuh anak usia dini akan tumbuh dan berkembang dengan

pesat, pertumbuhan otakpun sedang mengalami perkembangan yang sangat

luar biasa, demikian pula halnya dengan pertumbuhan dan perkembangan

fisiknya. Tahapan awal perkembangan janin sangat penting dalam

perkembangan sel-sel otak, bahkan ada yang berpendapat bahwa pada saat

lahir jumlah sel otak tidak bertambah lagi. Selanjutnya setelah lahir terjadi

proses eliminasi dari sel-sel saraf dan pembentukan hubungan antar sel. Dalam

hal ini terdapat dua hal yang sangat penting diperhatikan dalam pertumbuhan
19

kecerdasan yaitu makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang

positif dan kondusif (Mulyasa, 2012: 20-21).

Menurut para ahli psikologi menjelaskan bahwa anak usia dini sebagai

individu yang berbeda dengan memiliki ciri-ciri yang tampak dari psikologis

anak selama masa kanak-kanak awal, diantaranya usia kelompok, usia meniru,

mencari jati diri dan usia kreatif (Santrock, 2011:7). Dan menurut Aisyah

(2003:7),anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentan usia 0-8 tahun ,

yang tercakup dalam program pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan

anak pada keluarga, (famili child care home), pendidikan prsekolah, baik

swasta ataupun negeri TK dan SD. Sedangkan menurut Sujiono(2009:6), anak

usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Dengan pendapat dari teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa anak

usia dini merupakan anak yang berada pada rentan usi 0-8 tahun yang sedang

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan terjadi

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon berbagi

rangsangan dari luar.

a. Pola Perkembangan Anak Usia Dini

1) Pertumbuhan fisik yang terarah

Untuk pertumbuhan fisik yang terarah ada 2 hukum yang akan

dikemukakan, yaitu:

a) Hukum Cephalo Candal, menurut hukum ini pertumbuhan dimulai dari

kepala ke arah kaki.


20

b) Hukum Proximodistal, menurut hukum ini pertumbuhan berpusat pada

sumbu dan mengarah ke tepi. Disini alat-alat tubuh yang terdapat pada

pusat seperti jantung, hati, dan pencernaan lebih awal berfungsi

dibanding dengan anggota-anggota tubuh yang ada di tepi.

2) Perkembangan terjadi dari umum ke khusus

Pola ini menunjukkan pada setiap perkembangan yang terjadi selalu

dimulai dari yang bersifat umum selanjutnya secara bertahap menuju pada

hal-hal yang bersifat khusus.. Misalnya pada kemampuan intelektual anak,

ia mengenal semua wanita sebagai ibunya atau semua pria sebagai

ayahnya dan lama kelamaan ia akan mengenal mana ibunya dan mana

ayahnya.

3) Perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan

Perkembangan anak menjalani tahapan-tahapan tertentu. Dan setiap

tahapan perkembangan memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan

ciri-ciri perkembangan pada tahap selanjutnya. Tahapan tersebut menurut

Singgih Gunarsa: yaitu masa pralahir, masa jabang bayi usia 0-2 minggu,

2 minggu – 1 tahun, masa anak 10 bulan – 14 tahun, dan masa remaja usia

14- 21 tahun.

4) Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan pembelajaran (Yrus dan

Kartini, 2017;28-35)

b. fase-fase Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Leonardy Harmainy (2011) pendidikan karakter itu sebaiknya

dimulai sejak anak fase usia dini, karena sangat menentukan kemampuan anak
21

dalam mengembangkan potensinya. Pada masa usia dini disebutkan bahwa

50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak usia

berusia 4 tahun atu masa-masa golden age. Peningkatan kecerdasan sekitar

30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan

atau akhir dsawarsa kedua. Dengan demikian, menjadikan usia dini sebagai

penanaman utama karakter anaak, adalah langkah yang tepat. Pendidikan

karakter pada usia dini, akan menjadi pondasi sekaligus dasar bagi pendidikan

karakter selanjutnya.

Menurut Elisabeth Hurlock (Arifin, tt:98), anak akan mengalami

perkembangan moral/susila ada dua fase, yaitu:

1. Perkembangan tingkah laku susila yang dipilih oleh anak dalam suasana

khusus. Dalm hal ini, anak dapat belajar melalui kebiasaan dan dibiasakan

melalui reaksi khusus yang benar dalam situasi yang khas juga. Pada fase

ini anak senantiasa belajar menyesuaikan diri dengan tingkah laku

dilingkungan keluarganya. Kemudian setelah masuk sekolah, ia

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, serta dengan kawan-

kawan sepermainan.

2. Perkembangan nilai kesusilaan. Tingkat perkembangan ini sejalan dengan

perkembngan kecerdasan anak, perkembangan sosial, emosi serta sistem

nilai-nilai dari lingkungan peradaban dimasa ia hidup.

Berdasarkan fase-fase perkembangan anak tersebut, maka tugas orang tua

adalah memberikan fasilitas, dan membantu proses perkembangan anaknya


22

hingga mencapai tingkatan kedewasaan. Tingkat kedewasaan dalam hal ini

adalah bisa memahami norma-norma susila yang berlaku.

c. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

1) Berorientasi pada perkembangan kebutuhan anak

2) Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain

3) Lingkungan yang kondusif

4) Menggunakan berbagai media edukatif

5) Dilakukan secara bertahap

6) Mengintegrasikan seni dalam pembelajaran (Mulyani, 2016:16-17)

d. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa,

karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan

berbeda. Oleh karena itu, sudah tentu kita harus mengerti dan memahami

berbagai karakter dasar anak usia dini. Pendidik harus memahami karakteristik

anak supaya bisa mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Berikut ini

beberapa karakteristik dasar yang dimiliki anak usia dini, yaitu:

1) Bekal kebaikan

Setiap anak telah dibekali oleh Allah SWT dengan bekal kebaikan dan

selanjutnya lingkunganlah yang berperan aktif dalam mengarahkan serta

mengembangkan bekal kebaikan. Sebagaiman Rasulullah telah

menggambarkan bahwa haditsnya bahwa: ‘Setiap anak terlahir ke dunia

dalm keadaan fitrah (Islam), dan orang tuanyalah yang akan menjadikan

anaknya beragama atau berakhlah Yahudi, Nasrani, atau majusi “


23

2) Suka meniru

Anak suka menirukan gerakan serta prilaku dari orang tua dan lingkungan

sekitarnya.Apa yang anak lihat akan senantiasa diikutinya.

3) Suka bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang paling disukai oleh anak usia

dini.Dan sebagian besar waktu anak banyak dihabiskan untuk bermain.

4) Rasa ingin tahu

Anak usia dini pada dasarnya memiliki karakter rasa ingin tahu yang tinggi,

hal itu ditandai dengan anak yang selalu bertanya kepada siapa saja yang ia

hadapi dan temui.

1.2 Karakter Anak Usia Dini

A. Pengertian Karakter Anak Usia Dini

Secara umum istilah karakter disamakn artinya dengan temperamen,

tabiat, watak, atau akhlak yang menekannkan unsur psikososial dengan

dikaitkan terhadap pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah

menurut beberapa bahasa karakter memiliki berbagai arti seperti : “

charaktere” (latin) berarti instrumen of marking ( alat untuk menandai), “

charessein” (Prancis) berarti to engrove(mengukir), “watek” (jawa) berarti ciri

wanci, “watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi

tingkah laku, budi pekerti, tabiat dan perangai. Dari sudut pandang behavioral

yang menekankan somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, istialah karakter

dianggap sebagai ciri , karakteristik, gaya, atau sifat dari diri seseorang yang
24

bersumber dari bentuk yang diterima dari lingkungan ( Doni Kusuma ,2007:

80).

Menurut Thomas Lickona (1922:22), karakter merupakan sifat alami

seseorang dalam merespon situasi secara bermolar. Sifat alami itu

dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,

bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.

Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter, yaitu: knowing,

loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter

dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan

pelaksanaannya atau peneladanannya atas karakter yang baik itu.

Menurut Suyanto (2010), cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri

khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik

adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Sementara

pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan

efektif.Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan

berkelanjutan maka seorang anak menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi

ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa

depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil dalam menghadapi
25

segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara

akademis.

Berbeda dengan Suyatno, Tadkiroatun Musfiroh (2008), memandang

karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),

motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Karakter, lanjut Musfiroh,

sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark” atau menandai,

dan memfokuskan bagaimana mengaflikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan dan tingkah laku. Adapun pendidikan karakter suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Daalam pandangan Islam, karakter sama dengan istilah akhlak. Dalm

berbagai kamus karakter dalam bahasa Arab diartikan khuluq , sajiyyah,

thab’u, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan syakhshiyyah atau

personality, yang artinya kepripadian (Fuad Wahab, 2013:30).

Karakter yang baik merupakan cerminan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

yang harus diajarkan dan diamalkan sejak dini. Seperti sikap hormat, jujur ,

kasih sayang, sabar dan lain sebagainya. Sebagai pedoman dari karakter-

karakter yang baik ini sudah ditegaskan dalam AL-Qur’an dan hadist. Seperti

halnya sikap hormat ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-nisa ayat 86;

‫َو ِا َذا ُح ِيّ ْيمُت ْ ِب َت ِح َّي ٍة فَ َح ُّي ْوا اِب َ ْح َس َن ِمهْن َٓا َا ْو ُرد ُّْوهَا ۗ ِا َّن اهّٰلل َ اَك َن عَىٰل لُك ِ ّ يَش ْ ٍء َح ِسيْ ًبا‬

Artinya: “Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan,

maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah


26

(penghormatan itu dengan yang sepadam) dengannya. Sungguh Allah

memperhitungkan segala sesuatu” (Q.S An-nisa ayat 86).

Perintah untuk berlaku sopan santun dalam pergaulan, agar terpelihara

hubungan persaudaraan dengan jalan mengadakan tata tertib yang dilakukan

ketika bertemu dengan seseorang. Seseorang harus membalas penghormatan

yang diberikan kepadanya berupa salam yang diterimanya dengan balasan

yang setimpal atau dengan cara yang lebih baik. Dijelaskan juga dalam HR.At

-Tirmidzi no 1842 dari sahabat Anas bin Malik yang berbunyi:

‫ َم ْن ل َ ْم يَ ْر َح ْم َص ِغ َرياَن َوي ُ َو ِقّ ْر َكب َِرياَن‬V‫لَيْ َس ِمنَّا‬ 

Artinya: “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih

muda atau tidak menghormati yang lebih tua”

Hadist ini menunjukkan tentang disyariatkannya berakhlak yang baik dan

wajib menyayangi sesama kaum muslimin.Jelasnya terhadap yang lebih tua

hendaklah kita menghormati dan memuliakannya, karena mereka memiliki

keutamaan. Adapun terhadap yang lebih muda hendaklah menyayangi dan

lemah lembut kepadanya, karena pada diri yang lebih muda akal dan ilmunya

masih kurang. Mereka perlu bimbingan dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak

menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan kesalahan.

B. Tujuan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Menurut Zubaidi (2011), ada lima tujuan pendidikan karakter usia dini,

yaitu:
27

1) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani /afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

2) Mengembnagkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji yang

sejalan dengan nilai-nilai universal juga tradisi budaya bangsa yang

religius.

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagi generasi penerus bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan yang

aman, jujur, pnuh kreativitas dan bersahabat, juga dengan rasa kebangsaan

yang tinggi serta penuh kekuatan..

Menurut Lickona, Schaps, Lewis dan Azra, peran guru dalm membangun

pendidikan karakter anak usia dini itu adalh:

1) Dalam upaya membangun karakter pendidikan perlu terlibat langsung

dalam proses pembelajaran, berdiskusi, dan mengambil inisiatif.

2) Pendidik bertanggung jawab menjadi model yang memiliki nilai-nilai

moral dan memanfaatkan kesempatan untuk memberikan pendidikan

karakter.

3) Pendidik memberikan pengarahan bahwa karakter siswa tumbuh melalui

kerjasama dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan.

4) Pendidik perlu melakukan refleksi atas masalh moral berupa pertanyaan

rutin untuk memastikan adanya perkembangan karakter pada siswanya.


28

5) Pendidik perlu menjelaskan dan mengklarifikasikan kepada peserta didik

secar berkesinambungan tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.

C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Nilai-nilai pendidikan karakter yang harus diterapkan dan ditanamkan pad

anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Religius, sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agam lain.

2) Jujur, prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3) Toleransi, sikap tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pad berbagi

ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, prilaku yang menunjukan upaya sunguh-sungguh dalam

mengatasi berbagi hambatn belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, sikap dan prilaku yang tidaj mudah bergantung pad orang lain

dalm menyelesaikan tugas-tugasnya.


29

8) Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilainya sama

antar hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui yang mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat, dan didengar.

10) Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan, yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11) Cinta tanah air, cara brpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12) Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta

menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat atau komunikatif, tindakan yang memperlihatkan nrasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14) Cinta damai, sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Gemar membaca, kebiasaan menyempatkan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


30

17) Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab, sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan diri sendiri, masyarakat dan

lingkungan (alam, sosial, dan budaya) negara dan terhadap Allah SWT.

(Cahyaningrum, 2017)

Adapun kriteria pribadi yang baik, warga masyarakat yang baik, dan

warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum

adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya

masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter

dalm konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni

pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia

sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

2. Strategi Guru

2.1 Pengertian Guru

Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam

tugas utamanya seperti mendidik , mengajar , membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah (Imran, 2010;23).

Sebagaiman dalam hadits Bukhari dijelaskan:


31

‫ُك ْون ُـ ْـوا َراَّب ن ِ ّي ْـ َني ُحلَ َم َاء ُف َقه ََاء ُعلَ َم َاء َويُ َق ُال َا َّلراَّب يِن ُّ اذَّل ِ ى يُ َــربِـ ّـى ال َّن َاس ب ِِصغ َِار ْال ِعمْل ِ َق ْبلَ ِك َب ِار ِه‬

Artinya: “ Jadilah pendidik yang penyantun , ahli fikih dan ulama. Disebut

pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan

ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak” (HR.Bukhari).

Guru merupakan pendidik yang dengan kedewasaannya bertanggung

jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya yang

mampu berdiri dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah

dimuka bumi , sebagi makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri

sendiri (Noor Jamaluddin, 1978:1)

Adapun guru PAUD yang profesional secara umum memiliki tugas utama

yaitu: (1) Mendidik; (2) Membimbing; (3) Mengarahkan;(4) Melatih: (5)

Menilai, dan (6) mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidiakn menengah.

Guru PAUD mengemban peran mulia. Tidak saja sebagai tenaga

kependidikan, tetapi juga mengemban beberapa peran, diantaranya; 1) Sebagai

fasilitator belajar; 2) profesional leader, dan sebagai agen pengembangan

sosial kemasyarakatan. Dengan melaksanakan peran itu guru PAUD

diharapkan bisa memfasilitasi kegiatan belajar anak didik secara efektif sesuai

dengan kebutuhan mereka. Guru PAUD juga diharapkan mampu bekerja


32

secara profesional, dan dapat menjadi agen perubahan sosial, baik disekolah

maupun di masyarakat (Heck dan williams, 1984).

2.2 Pengertian Strategi Guru

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu starategia yang artinya

seni atau ilmu untuk mencapai seorang jendral. Strategi juga bisa diartikan

suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-

daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Fandy Tjiptono, 2006:3)

Menurut David, 2011:18-19) Strategi adalah sarana bersama dengan

tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Seperti strategi bisnis yang

mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk,

penetrasi pasar, pengetahuan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau join

venture. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan puncak

dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah

tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan

untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi adalah arah dan luang lingkup sebuah organisasi dalam jangka

panjang untuk mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi

sumber daya lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar

dan memenuhu harapan pemangku kepentingan (Brryson, 2001: 189).

Menurut Chandler (1962:13) Penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang

perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


33

Strategi merupakan cara yang akan digunakan oleh seorang pengajar untuk

menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik

untuk menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya

tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir pembelajaran (Dick dan Carey,

2005: 7).

Menurut Suparman (1997:157) strategi pembelajaran merupakan

perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran

peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2.3 Strategi Guru Dalam Membangun Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Menurut Edi Waluyo (2007), pendidikan karakter terhadap anak

hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berprilaku baik. Sehingga ketika

anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa

bersalah. Dengan demikian, kebiasaan yang baik sudah menjadi semacam

instink, yang secar otomatis akan membuat seorang anak akan meras kurang

nyaman bila tidak melakukan kebiasaan baik itu. Adapun strategi

implementasi pendidikan karakter menurut Edi Waluyo diantaranya :

1) Ciptakan suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaiman

adanya, dan menghargai potensi yang dimiliki mereka.Pendidik harus

memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek

perkembangan anak, baik secara kognitif, efektif, sosioemosional, moral,

agama, dan psikomotorik.


34

2) Berikan pengertian betapa pentingnya “ cinta” dalam melakukan sesuatu

dan tanamkan pula bahwa dalam melakukan sesuatu itu tidak semata-mata

karena prinsip timbal balik. Tekankan nilai-nilai agama yang menjungjung

tinggi cinta dan pengorbanan.

3) Ajak anak kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Bantu anak

kita sesuai dengan harapan-harapan kita, tidak semata karena ingin

mendapatkan pujian atau menghindari hukuman. Ciptakan hubungan yang

mesra, agar anak peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan kita.

4) Ingatkan pentingnya rasa sayang antar anggota keluarga dan perluas rasa

sayang ini ke luar keluarganya, yakni terhadap sesama. Berikan contoh

perilaku dalam hal menolong dan peduli pada orang lain.

5) Gunakan metode pembiasaan. Misallnya dengan mengajak anak untuk

melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan yang telah kita programkan.

Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan yang sudah terprogram itu akan

melekat pada diri anak, bahkan menjadi kebiasaan hidup mereka sehari-

hari.

6) Membangun karakter pada anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa

untuk berperilaku baik.

7) Kurangi jumlah mat pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum

pendidikan anak usia dini. Sebab, pendidikan intelektual (kognitif) yang

berlebihan justru akan memicu pada ke tidakseimbangan bahkan bisa

menghambat aspek-aspek perkembangan anak.


35

8) Setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif , lantas tambahkan materi

pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan

pengasahan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini semata-mata

mengarahkan anak pad pengasahan kemampuan afektif. Metode

pembelajaran karakter ini misalkan bisa dilakukan dengan cerita-cerita

keteladanan seperti kisah-kisah keteladanan nabi-nabi, sahabat-sahabat

nabi, pahlawan-pahlawan islam dan lain sebagainya. Cara lain yang

dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam

setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik

dengan langsung diperhatikan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik

dalam suatu lembaga pendidikan

Menurut Ratna Megawati (2010), pendidikan karakter terhadap anak,

sebaiknya disesuaikan dengan fase usianya, yaitu :

1) Fase usia 0-3 tahun.

Pada fase ini, peranan orang tua harus lebih besar karena landasan moral

baru dibentuk pad umur ini. Selain itu, cinta dan kasih sayang dari orang

tua sangat dibutuhkan oleh anak sepanjang fase ini.

2) Fase usia 2-3 tahun.

Pada fase ini sebaiknya sudah diperkenalkan pada sopan-santu, serta

perbuatan baik dan buruk. Pada umumnya anak pada usia ini sudah

mencoba-coba melanggar aturan dan sulit diatur, sehingga memerlukan

kesabaran orang tuua.


36

3) Fase 0 (usia 4 tahun).

Pada fase ini anak mengalami fase egosentris, dimana ia senang melanggar

aturan, memamerkan diri, dan memaksakan keinginannya. Namun anak

mudah didorong untuk berbuat baik, karena ia mengharapkan hadiah

(pujian), dan menghindari hukuman. Ia sudah memiliki kemampuan

berempati.

4) Fase 1 (umur 4, 5-6 tahun)

Pada fase ini, anak-anak lebih penurut dan bisa diajak kerja sama,agar

terhindar dari hukuman orang tua. Anak sudah dapat menerima pandangan

orang lain, terurtama orang dewasa, bisa menghormati otoritas orang

tua/guru, menganggap orang dewasa serba tahu, senang mengadukan

teman-temannya yang nakal.Perlu diperhatikan jika pada fase ini perilaku

anak seperti fase 0, maka itu artinya karakter anak yang bersangkutan

tidak optimal. Pada fase 1 ini anak-anakjuga sangat mempercayai orang

tua /guru, sehingga penekanan pentingnya perilaku baik dan sopan akan

sangat efektif. Namun pendidikan karakter pada fase ini harus memberi

peluang pada anak untuk memahami alasan-alasannya.

5) Fase 2 (usia6,5-8 tahun)


37

Pada fase ini anak merasa memiliki hak sebagai orang dewasa, tidak lagi

berpikir bahwa orang dewasa bisa memerintah anak-anak, mempunyai

potensi bertindak kasar akibat menurunnya otoritas orang tua /guru dalam

pikiran mereka, memiliki konsep keadilan yang kaku, yaitu balas-

membalas. Anak juga sudah memahami perlunya berperilaku baik agar

disenangi orang lain, sering membanding-bandingkan dan minta perlakuan

adil.

B. Kerangka berpikir dan Skema Penelitian

Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam

pendidikan.Tujuannya untuk meningkatkan mutu dan penyelenggaraan dengan

hasil pendidikan yang mengarah pada pencapain pembentukan karakter yang

terwujud pada akhlak yang mulia pada siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru dan sekolah harus bisa dipahami

oleh siswa sehingga dapat mempengaruhi karakter dalam bentuk sikap,

pengamalan dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur pada jati dirinya,

dengan interaksi terhadap Tuhannya, diri sendiri, sesama manusia dan

linkungannya.

Melalui pendidikan karakter ini diharapkan siswa mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi nilai-nilai karakter sehingga terwujud dalam akhlak mulia pada

kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter disekolah perlu dilakukan identifikasi

nilai-nilai karakter yang diterapkan dalam pendidikan karakter di sekolah RA


38

DAARUL AMIIN Purwakarta berupa karakter disiplin, saling menghormati,

saling menyayangi, jujur dan berperilaku baik lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis membuat penelitian tentang strategi guru

dalam membangun karakter usia anak 4-5 tahun di RA DAARUL AMIIN

Purwakarta. Maka kerangka berpikir penelitiannya dapat dilihat pada Gambar

Bagan 2.1 dibawah ini:

Strategi guru dalam membangun pendidikan karakter


anak usia 4 – 5 Tahun di RA Daarul Amiin Purwakarta.

Guru Orang Kepala


Tua Sekolah

Mengetahui pola pertumbuhan dan


perkembangan Anak Usia Dini.

Membimbing dan mengevaluasi dalam


membangun pendidikan karakter anak.

Menerapkan pendidikan karakter anak


usia dini dalam kehidupan sehari-hari
baik di rumah, di sekolah, dan di
linkungan sekitarnya dengan memberikan
contoh yang baik dan pembiasaan dalam
sikap perkataan dan perilaku anak.
39

Gambar Bagan 2.1

Berdasarkan Gambar Bagan 2.1 diatas dapat dijelaskan bahwa strategi guru

dalam membangun pendidikan anak usia dini merupakan usaha guru, orang tua

dan sekolah, dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Nilai-nilai

karakter yang ditanamkan pada siswa berupa program kepala sekolah yang

bekerjasama dengan guru dan orang tua. Dalam membangun pendidikan karakter

tersebut guru berupaya untuk memberikan bimbingan motivasi dan evaluasi pada

siswa dengan memberikan contoh yang baik dan menerapkan pembiasaan pada

sikap, perkataan dan perilaku siswa dalam kehidupannya sehari-hari di sekolah, di

rumah, dan di lingkungan sekitarnya.

C. Penelitian yang Relevan

Ristyanti Nugraheni, Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta 2013

dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Pendidikan Karakter Di TK Negeri 1

Maret Playen Gunungkidul Yogyakarta” sama-sama meneliti tentang pendidikan

karakter pada anak usia dini tapi hanya meneliti penerapannya saja dan berfokus

penelitiannya tentang strategi pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia

dini.

Siti Umaroh, Mahasiswi Univesrsitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

2018 dalam skripsinya yang berjudul “Membangun Karakter Anak Usia Dini

Melalui Budaya Sekolah Usia 5-6 tahun Di Raudhatul Athfal Nurul Huda Suban

Lampung Selatan.” Dalam penelitiannya menuliskan sama tentang pendidikan


40

karakter anak usia dini, tapi penelitiannya meneliti tentang upaya yang dilakukan

guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak usia dini yang berfokus

penelitiannya tentang strategi dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada anak

usia dini.

Widyaning Hapsari. Mahasiswi Universitas Muhamadiyah Purwokerto

2016 menuliskan dalam jurnalnya yang berjudul “Model Pendidikan Karakter

Pada Anak Usia Dini Melalui Program Habituation.” Dalam tulisan penelitiannya

sama-sama meneliti tentang pendidikan karakter pada anak usia dini dengan

meneliti pendidikan karakter pada anak usia dini melalui program habituation.

Yang berfokus penelitiannya tentang strategi dalam pelaksanaan pendidikan

karakter pada anak usia dini.


41

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah.

RA DAARUL AMIIN terletak di Jln. Letkol Abdul Kadir Gg.Nusantara 2

RT 22 RW 01 Kelurahan Purwamekar – Purwakarta. RA DAARUL AMIIN

ini awalnya sebuah kelompok belajar yang berbasis pendidikan islam di

lingkungan daerah tersebut yang dikelola oleh Drs.Asep Mahmud dan istrinya

Ibu Ucu siti Robiah. Beliau merupakan tokoh agama didaerah tersebut dan

masyarakat disekitarnya sudah percaya dengan kealimannya dalam mendidik

anak-anak yang ada dilingkungan sekitarnya. Dengan potensi pendidikan dari

pondok pesantren dan lulusan dari UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG.

Seiring dengan berjalannya waktu maka didirikanlah sekolah Pendidikan

Anak Usia Dini dengan surat izin dari Kepala Dinas dan Kebudayaan nomor

AHU-0018703.AH.01.04.2016 yang bernaung kepada organisasi BKPRMI

dengan nama TKA DAARUL AMIIN kemudian pada tahun 2018 pindah

naungan ke Departemen Agama dengan nama RA DAARUL AMIIN.

Pendidikan ini dikelola oleh Lembaga Yayasan Daarul Amiin dengan Ketua

Yayasan Bapak Kuswara, S.pd.

Kebutuhan masyarakat terhadap Pelayanan Anak Usia Dini cukup besar,

hal ini dibuktikan dengan mengikutsertakan anak-anaknya pada kegiatan

belajar di RA DAARUL AMIIN yang merupakan salah satu lembaga


42

penyelengaraan untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Juga tempat untuk anak-

anak dan orang tua belajar agama dengan berbagai kegiatan disekitar

lingkungan seperti kegiatan pengajian anak-anak dan majlis taklim. Selain

RA, lembaga inipun mengelola pendidikan TPA, TPQ, dan Takhosus yang

diprioritaskan untuk anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah.

2. Profil Sekolah

Nama Sekolah : Raudhatul Athfal Daarul Amiin

Alamat Sekolah : Jl.Letkol Abdul Kadir Gg. Nusantara 2 RT 22 RW 01

Kelurahan/ Desa : Purwamekar

Kecamatan : Purwakarta

Kabupaten : Purwakarta

Provinsi : Jawa Barat

Kode Pos : 41181

No Telepon : 0878-7988-5565

Tahun Berdiri : 2018

Status Sekolah : Swasta

SK Terakhir : AHU.0018703.AH.01.04.2016

3. Visi, Misi, dan Tujuan RA Daarul Amiin

a. Visi
43

“ Menghasilkan aanak yang mandiri, berkarakter, taqwa, dan berprestasi “

b. Misi

 Menanamkan jiwa disiplin.

 Terbiasa dengan lingkungan yang bersih dan sehat.

 Menjadikan siswa yang cinta tanah air dan pahlawannya.

 Mempunyai sikap yang sopan dan santun.

 Mengembangkan bakat dan kemampuan anak dengan belajar melalui

bermain secara nyata.

c. Tujuan

 Mengembangkan kurikulum dan perangkat pembelajaran yang inivatif dan

berbasis bukti.

 Mendidik anak agar berkarakter dan berprestasi.

 Meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik dalam mengola pendidikan

yang menyenangkan dan berkualitas.

 Menerapkan adab-adab islam dan pengetahuan dasar beribadah.

4. Keadaan sarana dan prasarana di RA Daarul Amiin

Proses pembelajaran yang efektif harus didukung semua komponen

pendidikan, mulai dari gedung dan alat-alat yang digunakan untuk membantu

terlaksananya pembelajaran. Berikut keadaan sarana dan prasarana RA Daarul

Amiin yang terdiri dari :


44

N keadaa
sarana dan prasarana Jumlah
o n
45

1 Ruang Kelas   4 Baik

2 Ruang Guru   1 Baik

3 WC Guru   1 Baik

4 WC Anak   2 Baik

5 Tempat Wudhu   2 Baik

6 Mushala/ Masjid   1 Baik

7 WC Umum   1 Baik

8 Kantin   1 Baik

9 Sarana Bermain Anak   6 Baik

10 Lemari Guru   4 Baik

11 Loker Alat Tulis   3 Baik

12 Rak Sepatu   3 Baik

13 Lemari Dokumen   3 Baik

14 Kursi Tamu   1 Baik

15 Meja Belajar   30 Baik

16 Kursi Anak   25 Baik

17 Meja Komputer   2 Baik

18 Komputer   1 Baik

19 Printer   2 Baik

20 Leptop   1 Baik

21 Lemari Pakaian Wisuda   1 Baik

22 Baju Wisuda   40 Baik

23 Disfenser   1 Baik
46

24 Tempat Sampah Besar   3 Baik

25 Tempat Sampah Kecil   3 Baik

26 Papan Data   5 Baik

5. Keadaan Guru di RA Daarul Amiin

NO Nama Pendidikan Terakhir Jabatan

1 Asri Haryati, S,Pd.I Sarjana PAI Kepala Sekolah

2 Lena Mulyawantini SMA Guru

3 Ani Suryani, S.Pd Sarjana PAI Guru

4 Agiant Nurul M SMA Guru

5 Ucu Siti Robiah SMA Guru

6 Roswati, S.Pd Sarjana PAUD Guru/ Tata Usaha

6. Keadaan Siswa Kelompok A RA Daarul Amiin

No Nama Siswa Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir

1 Aleeya Detriyanti F Perempuan Purwakarta,19-07-2016

2 Ezha Latif Rajendra Laki-laki Purwakarta,07-07-2016

3 Niyaz Akmal Suherly Laki-laki Purwakarta,11-02-2016

4 Rafaizan Naufal A Laki-laki Purwakarta,21-11-2016

5 Reynan Fathul Mumin Laki-laki Indramayu,29-05-2016

6 Shasha Nur Ramadani Perempuan Purwakarta,24-06-2016


47

7 Tio Haris Azhar Laki-laki Purwakarta,22-10-2016

8 Keisha Permata Putri Perempuan Purwakarta, 12-01-2017

9 Shidqiya Khaerunnisa Perempuan Purwakarta,07-07-2017

10 Arsyila Nadia Syahira Perempuan Purwakarta,18-12-2016

11 M.Raziq Hanan Laki-laki Purwakarta,15-09-2016

7. Struktur Organisasi RA Daarul Amiin

Ketua Yayasan
Kuswara, S.Pd.I

Kepala RA
Asri Haryati, S.Pd.I

Tata Usaha Komite


Roswati, S.Pd Suryani

Staf Pengajar
1. Lena Mulyawantini
2. Ani Suryani, S.Pd.I
3. Agiant.Nurul.M
4. Ucu Siti Robiah

8. Strategi Guru Dalam Membangun Pendidikan Karakter Anak Usia 4-5 tahun

di RA Daarul Amiin
48

Dari hasil observasi dilapangan, proses pelaksanaan pembelajaran

sangatlah diperlukan strategi guru dan metode pembelajaran terutama dalam

membangun pendidikan karakter anak usia dini yang diterapkan di sekolah

tersebut.Bagaiman strategi serta metode yang tepat dilakukan dalam proses

menyampaikan sebuah tujuan dari program pendidikan yang telah

direncanakan, supaya tujuannya bisa tercapai.Maka, strategi dalam proses

pembelajaran sangat penting karena dampaknya sangat besar dalam

pembelajaran.Semakin tepat strateginya maka semakin efektif pula dalam

penycampain tujuannya.

Adapun strategi guru dalam membangun pendidikan karakter anak usia 4-5

tahun di RA Daarul Amiin, yaitu:

1) Melakukan Perencanaan

Pelaksanaan perencanaan dalam membangun pendidikan karakter

anak usia dini di RA Daarul Amiin, peneliti mencari imformasi dengan

cara observasi, melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru , orang

tua sebagai sumber imformasinya dengan dilengkapi dokumentasi dan

instrumen wawancara sebagai acuan dalam mencari imformasinya.Adapun

perencanaan pembelajaran dalam membangun pendidikan karakter pada

anak usia dini di RA Daarul Amiin ini melalui proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Dalam observasi, peneliti melihat dokumen-dokumen sekolah

diantaranya yang berupa administrasi guru sebagai catatan dalam semua

proses perencanaan pembelajaran di RA Daarul Amiin yang akan


49

dilaksanakan dalam satu tahun pelajaran. Imformasi ini didapat dari kepala

sekolah, dengan pembuatan perencanaan tahunan ( PROTA), Perencanaan

Program Semester (PROMES), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mingguan (RPPM), Rencana Pelaksanaan Harian(RPPH). Serta rencana

kegiatan dan program yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di

RA Daarul Amiin selama setahun seperti adanya kegiatan kunjungan,

berenang, manasik haji, munaqosah dan kegiatan akhir tahun. Program dan

perencanaan ini dilakukan untuk mencapai tujuan dari pendidikan di RA

Daarul Amiin dalam membangun pendidikan karakter anak usia dini dan

membentuk generasi berprestasi yang berakhlak baik. (Observasi, 09

Maret 2022)

Perencanaan proses pembelajaran ini disampaikan oleh ibu kepala

sekolah, sebagaiman hasil dari wawancara dengan kepala sekolah.Beliau

menyampaikan bahwa; “ Didalam kegiatan pembelajaran kami pasti akan

melakukan perencanaan pembelajaran terlebih dahulu sebelum

dilaksanakannya proses kegiatan belajar mengajar.Dengan membuat

Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES) dan untuk

saat ini ibu sebagai kepala sekolah yang membuatnya. Sedangkan untuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dibuat oleh guru secara

bersama-sama.Semua ini dikerjakan untuk mempermudah dalam mencapai

tujuan pembelajaran dan mewujudkan visi dan misi dari sekolah kami.

(Wawancara, 27 Juli 2022)


50

Hal ini juga disampaikan oleh guru kelas Ibu Agiant Nurul :

“Perencanaan pembelajaran yang kami lakukan dalam proses

pembelajaran sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kami

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) “. ( Wawancara, 27

Juli 2022)

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan

guru,bahwa di RA Daarul Amiin melakukan pesiapan-persiapan sebelum

dimulainya proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mencapai Visi,

Misi, dan Tujuan dari lemabaga pendidiakn di Daarul Amiin. Dengan

tujuan yang paling utama adalah ingin membentuk karakter anak yang

baik , berprestasi, dan taqwa dengan pendidikan dari usia dini.

2. Menggunakan Pendekatan dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dalam satuan pendidikan harus

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menangtang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif. Serta memberikan

ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

(Mursid, 2015)

Pendekatan anak usia dini ada dua jenis model pembelajarannya, yaitu (1).

Berpusat pada guru. (2). Berpusat pada peserta didik. Adapun pendekatan yang di

lakukan di sekolah RA Daarul Amiin , Yaitu:

1) Pendekatan Nyata
51

Pendekatan yang lebih menekankan pada pembelajaran yang nyata.

Dimana pendekatan ini anak-anak dapat menangkap secara jelas yang

dilakukan oleh anak. Seperti menggunakan benda yang nyata, diharapkan

anak bisa lebih mengerti maksud dari materi yang diajarkannya.

2) Pendekatan Holistik

Pendekatan ini dalam proses pembelajarannya harus terintegrasi dengan

sistem sosial yang ada dimasyarakat dan meyertakan komponen

masyarakat.( Mursid, 2015). Hal ini diharapkan keselarasan antara

pendidikan di sekolah dengan keluarga dan masyarat.

Berdasarkan dari hasil observasi, pada saat mengajar guru memberikan contoh

benda yang nyata untuk ditunjukkan kepada peserta didik, maka anak akan

melihat benda tersebut dan memberikan respon dengan antusiasnya.

Hal ini dijelaskan juga oleh ibu Ani Suryani, S.Pd.I sebagai salah satu guru di

RA Daarul Amiin. Beliau menyampaikan: “ Kalau mengenai strategi guru dalam

membangun pendidikan karakter pada anak usia dini pastilah banyak melibatkan

unsur yang akan dilibatkan dalam proses pembelajaran, baik dengan sekolah,

keluarga dan masyarakat.” ( Wawancara, 27 juli 2022)

3) Menggunakan Metode Pembelajaran Bervariasi

Guru di RA Daarul Amiin didalam proses pembelajarannya menggunakan

metode pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai tujuan membangun


52

pendidikan karakter anak usia dini. Adapun metode – metode tersebut

antara lain :

(1) Metode Bercerita

Metode bercerita atau mendongeng banyak hal tentang

kehidupan yang dapat disampaikan kepada anak-anak. Yang tak

lepas dari pesan moral dan nilai-nilai yang dapat kita tanamkan

melalui tokoh – tokoh dalam cerita. Seperti cerita rakyat, cerita

para nabi, para pahlawan bangsa, dan film kartun di televisi yang

memang anak sering melihatnya. Berdasarkan hasil observasi

dikelas, guru di RA Daarul Amiin suka menggunakan metode

bercerita pada saat belajar. Seperti cerita para nabi atau cerita di

film kartun yang didalamnya mengandung unsur moral dan nilai –

nilai yang bisa dipahami oleh anak.Bahkan anak –anak lebih

mudah dikondisikan dan antusias sekali saat mendengarkan dan

merespon cerita yang guru sampaikan.

Hal ini disampaikan juga oleh Ibu Asri Haryati, S.Pd.I

selaku Kepala Sekolah:

“Proses Pembelajaran dengan metode bercerita agar bisa

ditanamkan pesan moral dan nilai-nilai baik dari tokoh cerita, lebih

diminati dan respon yang cepat dari anak. Dengan tujuan bisa

diterapkan oleh anak dalam kehidupan sehari- hari.mereka.

Ibu Agiant Nurul juga menyampaikan :


53

“Menggunakan metode bercerita tentang cerita nabi dan cerita anak

– anak di film kartun yang berisikan nilai-nilai karakter agar anak

bisa memahami materi dengan cepat.

2) Metode Bermain

Anak usia dini adalah dunia bermain. Dimanpun meraka

berada, anak-anak akan selalu bermain. Dengan bermain akan

merangsang perkembangan motorik anak. Maka dalam proses

pembelajaran anak usia dini bermain digunakan untuk membangun

pendidikan karakter. Dengan metode bermain diharapkan anak

berinteraksi, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang

disekitarnya.

Seperti yang disampaikan oleh Bu Agiant Nurul : “ Kami

juga menggunakan metode bermain, karena bermain itu dunia

anak-anak. Dengan bermain yang diarahkan maka akan diajarkan

kepada anak untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan, kawan-

kawannya dan melatih motorik anaknya “.

3) Metode Bernyanyi

Berdasarkan dari observasi di RA Daarul Amiin, dalam

proses pembelajarannya juga menggunakan metode bernyanyi.


54

Karena dengan metode bernyanyi ini anak-anak suka sehingga

cepat hapal. Maka guru mengajak anak-anak untuk ikut bernyanyi

bersama yang didalamnya terdapat pesan moral dan nilai-nilai yang

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah

ataupun diluar sekolah.

Melalui kegiatan bernyanyi , suasana akan lebih

menyenangakn karena membuat anak bahagia dan menghilangkan

rasa sedih. Anak-anak akan mersa terhibur dan lebih semangat,

sehingga pesan-pesan yang kita sampaikan akan lebih mudah

diterima dan diserap oleh anak-anak. Bernyanyi itu sendiri

melibatkan otak anak sebelah kanan, sehingga pesan-pesan dan

nilai-nilai lebih lam tersimpan dalam memori anak.

4) Metode Pembiasaan.

Metode berikutnya dalam proses pembelajaran dalam

membangun pendidikan karakter pada anak usia dini di RA Daarul

Amiin yaitu melalui pembiasaan. Berdasarkan dari hasil observasi

dan wawancara yang dilakukan dilapangan ditemui saat anak

datang ke sekolah, mereka langsung membuka sepatu dan

menyimpan ditempatnya, mengucapkan salam dan bersalaman

kepada guru, menyimpan tas ditempatnya, kemudian mengeluarkan

buku iqra atau bacalah dan disimpan di meja guru. Sebelum

dimulai kegiatan belajar inti guru melakukan kegiatan klasikal

dengan diawali membaca surat Al-fatihah, ikrar syahadat, ikrar


55

santri dan do’a sebelum belajar. Dalam kegiatan klasikal ini,

supaya anak merasa senang dan semangat di buat klasikal dengan

vareasi tepung tangan dan bernyanyi bersama yang syairnya

memuat tentang pesan moral dan nilai-nilai yang baik.

Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Giant Nurul sebagai

wali kelas dari kelompok A. Beliau menyampaikan: “Dalam

strategi pembelajaran tentu melibatkan banyak unsur yang akan

diterapkan, awalnya kami menggunakan pendekatan nyata dan

holistik yang sesuai dengan anak. Kemudian kami menggunakan

strategi pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari supaya anak bisa

terbiasa dan menjadi karakter yang baik bagi anak.Untuk kegiatan

pembiasaan dalam membangun karakternya itu seperti, anak

dibiasakan saat datang dan pulang sekolah mencium tangan dan

guru melakukan pendekatan lebih dengan merangkul anak sebelum

pamit dan mengucapkan salam. Anak juga dibiasakan untuk selalu

menyimpan sepatu ditempatnya, saat klsikal anak dibimbing untuk

berdo’a bersama dengan diawali membaca Surat Al-fatihah, ikar

syahadat, ikrar santri dan do’a sebelum belajar kemudian

mengucapkan mhfudzat bersama-sama.(Wawancara, 27 juli 2022).

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Ani Suyani,

S.Pd.I. beliau berkata; “ Strategi kami mengunakan pendekatan

nyata dan holistik melibatkan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Yang kemudian menggunakan metode pembiasaan agar anak


56

terbiasa, bisa dengan berkomunikasi langsung atau dengan

kegiatan langsung seperti dibiasakan mencucu tangan sebelum dan

sesudah makan, membaca do’a sebelum dan sesudah makan dan

membuang sampah ke tempatnya.Pembiasaan seperti ini

merupakan pendidiakn dalam membangun karakter anak yang

baik. Juga selalu di ingatkan kepada anak-anak pembiasaan ini

bukan hanya disekolah saja tapi harus dibiasakan juga di

rumahnya”. (wawancara, 27 juli 2022)

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut bisa diambil

kesimpulan, bahwa metode pembiasaan yang diterapkan disekolah

itu bisa menjadi penunjang pelaksanaan pendidikan karakter. Dan

pembiasaan ini dilakukan untuk membiasakan anak untuk bisa

berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran agama.

Penanaman metode pembiasaan juga mempunyai kelebihan

dan kelemahannya, yaitu:

a) Kelebihannya, dapat menghemat tenaga dan waktu dengan

baik. Pembiasaan juga tdak hanya berkaitan dengan aspek

lahiriah tapi berhubungan juga dengan aspek bathiniah. Karena

dalam sejarah pembiasaan merupakan metode yang berhasil

dalam membangun dan pembentukan karakter pada anak.

b) Kelemahannya,apabila tertanam kebiasaan buruk maka akan

sulit dihilangkan, dan memerlukan pengawasan, stimulus, dan


57

rangsangan supaya anak dapat melakukan kebiasaan baiknya

dengan istiqomah.

(5) Metode Keteladanan

Metode keteladanan digunakan juga sebagai pembelajaran

dalam membangun karakter anak usia dini. Guru memberi contoh

yang baik kepada anak , sehingga anak akan meniru dari apa yang

dicontohkan oleh gurunya.

Hal ini disampaikan juga oleh Ibu Agiant Nurul, beliu

berpendapat; “Sebagai strategi kami juga dalam membangun

karakter anak, selain menerapkan metode pembiasaan dalam

kegiatan sehari-hari supaya anak terbiasa dan berkarakter baik,

keteladanan dari guru juga sangat berpengaruh. Karena pada masa

anak usia dini anak punya karakteristik dasar meniru atau

mencontoh. Jadi guru harus bisa menjadi tauladan atau contoh

yang baik bagi peserta didiknya supaya anak tersebut memiliki

karakter yang baik juga.” ( Wawancara, 27 juli 2022)

Proses pembentukan karakter bisa melalui keteladanan dari

guru, sebagaiman disampaikan oleh Ibu Ani. Beliau mengutarakan:

“Dalam proses pembelajaran, biasanya guru akan menyampaikan

materi, kemudian kita memberi contoh kepada peserta didik.

Seperti guru harus bersikap baik kepada anak saat memberikan

kegiatan. Dan Anak akan meniru apa yang dicontohkan oleh

gurunya .”
58

Ada juga yang disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah, Ibu

Asri Haryati, S.Pd.I. Beliau menyampaikan dalam wawancaranya:

“Sebagai seorang guru yang merupakan contoh untuk peserta

didiknya. Maka setiap anak akan melakukan apa yang mereka lihat.

Sehingga sebagi guru harus memberikan contoh yang baik kepada

anak. Seperti Guru memberikan contoh berdo’a sebelum dan

sesudah makan dengan tidak llupa mencontohkan mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan. Hal ini dilakukan supaya anak bisa

dengan nyata ditanamkan pendidikan karakter yang baik, dengan

meniru apa yang mereka lihat dari gurunya.” (Wawancara, 27 Juli

2022)

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi di RA

Daarul Amiin, metode keteladanan paling meyakinkan

keberhasilannya dalam membangun pendidikan karakter pada anak

usia dini.Karena karakteristik dasar anak usia dini diantaranya

adalah meniru. Apa yang dilihat dan apa yang didengar maka anak

akan cepat menirukannya. Jadi sebagai seorang guru harus bisa

menjadi contoh atau teladan yang baik dalam sikap dan

pekataannya, supaya anak didiknya bisa mencontoh dengan baik

pula. Metode inipun sesuai digunakan untuk menanamkan pesan

moral dan nilai-nilai positif.

Dalam menanamkan metode keteladanan, ada beberapa hal

yang dapat digunakan yaitu :


59

a. Memberikan keteladanan dengan cara yang dapat dilihat oleh

anak.

b. Dalam proses pembelajaran untuk metode keteladanan bisa

juga disampaikan dengan bercerita.

c. Metode keteladanan ini juga bisa diterapkan oleh guru atau

pendidik dengan memberikan contoh pada anak dalam

merespon orang-orang yang membutuhkan disekitarnya.

Dalam metode keteladanan ini juga, memiliki kelebihan

dan kekurangan, antara lain:

 Kelebihannya, anak akan mudah menerapkan ilmu yang

dipelajarinya disekolah dan guru juga akan mudah

mengevaluasi hasil belajar, tujuan pendidikan lebih terarah dan

bisa tercapai dengan baik. Akan tercifta juga suasana yang

baik, hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, dan

akan memotivasi guru untuk sesalu bersikap, berbicara dan

bertibak yang baik karena akan ditiru oleh anak didiknya.

 Kekurangannya, Jika figur yang dicontohkan baik maka akan

mengikuti yang baik, tapi jika teori tanpa praktek maka akan

menimbulkan verbalisme.

4) Bekerjasama dengan Orang Tua Murid

Pelaksanaan pendidiak bukan hanya diajarkan disekolah saja, tapi

perlu ada bantuan juga dari orang tua siswa. Hal ini, di RA Daarul Amiin

menggunakan kerjasama dengan orang tua siswa dalam membangun


60

pendidikan karakter anak usia dini supaya ada keselarasan dalam

pendidikannya.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang tua

siswa yang menyekolahkan anaknya di RA Daarul Amiin, untuk

memudahkan komunikasi dengan guru dalam mengetahui perkembangan

anak-anaknya maka dibuatkanlah grup whatsap yang beranggotakan orang

tua siswa dan guru wali kelas. Grup whatsap ini dijdikan jalan untuk

mempermudak komunikasi dengan guru. Setiap ada impormasi dari

sekolah guru cukup menyampaikannya di grup. Begitu juga dengan

kegiatan anak selam KBM disekolah, setiap hari guru menyampaikannya

di grup. Dan apabial orang tua ingin mengetahui tentang perkembangan

anaknya bisa di grup bisa juga secara langsung bertanya kepada gurunya.

Seperti yang disampaikan oleh orang tuanya Ananda Akmal dalam

wawancaranya, beliu menyampaikan : “ Kalu menurut saya strategi dalam

membangun pendidikan karakter pada anak usia dini, harus ada kerjasama

antara orang tua dan guru. Seperti pembiasaan dan keteladanan disekolah

oleh guru harus selaras dengan orang tua yang diterapkan dirumah.”

(Wawancara, 05 Agustus 2022)

Selain adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan guru,

dari pihak sekolahpun melibatkan orang tua dalam membangun

pendidikan karakter anak usia dini dengan mengadakan kegiatan parenting

orang tua bersama fakar psikologi yaitu Bapa Mego. Hal ini bisa lebih

memudahkan guru juga orang tua dalam bagaimana membangun


61

pendidikan karakter pada anak usia dini dengan mengetahui duku

karakteristik dasar anak usia dini dengan arahan dabn gambaran dari fakar

psikologi.

Kerjasama guru dengan orang tua murid dengan membuat kontak

merupakan jembatan komunikasi yang bermanfaat dalam mengetahui

tumbuh kembangnya anak. Dalam kontak inipun guru bisa mengajak

orang tua murid dalam pendidikan anak disekolah harus bisa diteruskan

oleh orang tuanya di rumah. Seperti dalam penanaman pendidikan karakter

pada anak usia dini. Karena kesalaran pendidiakn disekolah dengan

dirumah oleh orang tua akan sangat berpengaruh sekali dalam

pembentukan karakter pada anak usia dini.

Senada juga dengan pendapat dari Mamah Arsyila, beliau

menyampaikan : “Menurut saya, memang penting sekali orang tua dan

guru untuk bekerjasama dalam mendidik anak terutama dalam penanaman

karakter. Dengan cara menerapkan pembiasaan dan keteladanan disekolah

diterapkan dirumah juga. Tapi, anak lebih menurut kepada gurunya

dibanding kepada orang tuanya. Hal ini bisa karena dari belum fahamnya

orang tua dalam cara mendidik anaknya di ruamah “.

9. Faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam membangun pendidikan

karakter pada anak usia dini di RA Daarul Amiin.

Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam membangun pendidikan

karakter pada anak usia dini di RA Daarul Amiin, ada faktor

pendukungnya juga penghambatnya


62

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung ini merupakan faktor pendukung keberhasilan

dalam membangun pendidikan karakter pada anak usia dini yang

pelaksanaanya dilaksanakan disekolah.Adapun faktor pendukung

dalam membangun pendidikan karakter pada anak usia dini yang di

lakukan di RA Daarul Amiin, sebagai berikut:

1) Program Sekolah (Parenting)

Sebelum dimulainya proses pembelajaran diawal tahun

masuk sekolah, kepala sekolah, guru melakukan parenting untuk

menambah wawasan guru dan orang tua murid tentang pendidikan

karakter dan juga untuk menyatukan visi dan misi sekolah dengan

orang tua dalam membangun karakter pendidikan anak usia

dini.Maka dalam hal ini, berdasarkan dari observasi dan

wawancara dengan kepala sekolah, guru dan orang tua untuk tahun

ajaran 2021-2022 melakukan parenting antara pihak sekolah dan

orang tua tanpa menghadirkan fakarnya psikologi karena keadaan

yang tidak mendukung untuk penyelengaraan parenting bersama

psikologi. Tapi parentingnya ini dilakukan oleh kepal sekolah, guru

dan orang tua.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Asri Haryati , S.Pd.I

dalam wawancaranya: “Menurut ibu, faktor pendukung dalam

membangun pendidikan karakter anak usia dini yang selalu


63

diterapkan disekolah kami yaitu dengan kegiatan parenting

bersama orang tua. Hal ini bisa dijadikan wahana dalam

menyamakan visi dan misi sekolah terutama dalam membangun

pendidikan karakter pada anak usia dini.Tapi untuk tahun ajaran

sekarang kami pihak sekolah melakukan parenting baru bisa

dengan guru dan orang tua. Biasanya kami menghadirkan fakar

psikologi, Pak Mego. Tapi untuk tahun sekarang kami belum bisa

menghadirkannya kembali dalam kegiatan parenting tersebut.”

(Wawancara, 09 Maret 2022)

2) Kerjasama yang baik antara guru dan orang tua

Hal yang menjadi faktor utama untuk mendukung dalam

membangun pendidikan karakter anak usia dini di RA Daarul

Amiin yaitu adanya kerjasama antara guru dan orang tua. Hal ini

diterapkan dengan membuat grup whatsap untuk jembatam dalam

berkomunikasi antara guru dan orang tua. Supaya guru bisa

menyampaikan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan

seluruh aspek peserta didiknya kepada orang tuanya. Jika mang

memungkinkan harus bertemu dan komunikasi secara individu itu

lebih baik.

Hal ini disampaikan juga oleh Bu Agiant Nurul selaku guru

kelompok A RA Daarul Amiin, beliau menyampaikan : “Kalau

untuk faktor pendukungnya, orang tua sudah masuk kedalam grup

whatsap, sehingga komunikasi mengenai hal-hal apa yang


64

semestinya diteruskan dan diterapkan dirumah harus selaras

dengan disekolah. Hal ini untuk menerapkan dan membangun

pendidikan karakter pada anak usia dini.” (Wawancara, 27 juli

2022)

Ada juga yang disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah dalam

hal faktor yang mendukung dalam pembentukan karakter pada

anak usia dini, beliu menyampaikan: “Sebagai seorang guru atau

pendidik jangan berputus asa dalam menanamkan dan

mencontohkan tentang hal-hal yang baik. Seorang guru juga harus

punya tanggung jawab atas peserta didiknya dalam menanamkan

nilai-nilai moral, supaya pendidikan karakter anak bisa ditanamkan

sejak dini sehingga dapat tertanam sampai dewasa.” (Wawancara,

09 maret 2022)

b. Faktor Penghambat

Yang menjadi faktor utama penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan karakter anak usia dini di RA Daarul Amiin yaitu

kurangnya kerjasama antara guru dan orang tua. Seperti dalam

menanamkan pembiasaan dan keteladanan pada anak usia dini tidak

selaras anatara guru damn orang tuanya.

Dari pekerjaan dan lingkungan juga dapat menghambat

pembentukan karakter pada anak usia dini, hal ini bisa digambarkan

dari mayoritas pekerjaan orang tua murid sebagai pedagang dipasar


65

dan lingkungan psar juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan

dan pertumbuhan karakter anak yang positif.

Kurangnya pemahaman orang tua dalam membangun pendidikan

karakter pada anak usia dini, itupun jadi penghambatnya. Apalagi

dengan tidak ada komunikasi yang baik antara guru dan orang

tua.Sehingga menyebabkan karakter anak tidak baik terlepas dari

pengaruh lingkungan keluarga dan sekitarnya.

B. Analisis Data

Strategi guru dalam membangun pendidikan karakter anak usia 4-5 tahun di

RA Daarul Amiin Purwakarta, dengan metode pendekatan, pembiasaan dan

keteladanan besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran dalam membangun

pendidikan karakter anak. Penanaman pendidikan karakter ini tidak terlepas dari

faktor pendukung dan faktor penghambat dalam membangun pendidikan karakter

pada anak usia dini.Sabagai strategi guru di RA Daarul Amiin dalam membangun

pendidikan karakter pada anak usia dini, berupaya untuk bisa menanamkan nilai-

nilai pendidikan karakter pada anak usia dini dengan metode pendekatan,

pembiasaan, dan keteladanan.Metode ini sudah bisa diterapkan di RA Daarul

Amiin, walaupun keberhasilan penanaman pendidikan karakter ini tidak

sepenuhnya berhasil karena ada faktor hambatan dalam membangun pendidikan

karakter pada anak usia dini.

Menerapkan pendidikan karakter pada anak usia dini tidak cukup hanya

dengan menyampaikan definisi dan penjelasan saja, melainkan harus ada contoh
66

konkret dan praktik yang dapat dilakukan dan dipahami oleh anak secara langsung

bahwa tindakan yang dilakukannya baik atau tidak, apakah dapat diterima oleh

orang-orang yang ada disekitarnya atau tidak. Nilai-nilai karakter ini akan lebih

efektif jika diterapkan pada anak usia dini melalui metode pendekatan,

pembiasaan, dan keteladanan.

Strategi guru dalam membangun pendidikan karakter anak usia 4-5 tahun di

RA Daarul Amiin,dengan metode pendekatan, pembiasaan dan keteladanan

diupayakan peserta didik dapat memiliki karakter yang baik dari usia dini sampai

kelak dewasa. Hal ini digambarkan dari perkembangan dan pertumbuhan karakter

pada anak usia dini di RA Daarul Amiin,diantaranya:

1. Memiliki perilaku dan sikap yang lebih baik

2. Anak terbiasa mengucapkan salam dan bersalaman terhadap guru dan orang

tua

3. Mandiri dan bertanggung jawab dalam kewajiban dan tugasnya.

4. Memiliki sikap toleransi terhadap teman sebayanya dan orang yang ada

disekitarnya.

5. Bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua dan memiliki rasa sayang

terhadap yang lebih muda

6. Memiliki sikap dan perilaku yang jujur dan bertanggung jawab.

7. Anak memiliki sikap dan perilaku yang disiplin dalam menerapkan

pembiasaannya.

8. Anak memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa bersyukur kepada

Allah SWT.
67

Mengunakan metode pendekatan, pembiasaan, dan keteladanan merupakan

strategi guru untuk bisa membangun pendidikan karakter yang baik dari usia dini.

Menurut Edi Waluyo (2007), pendidikan karakter terhadap anak hendaknya

menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga jika seorang anak

tidak melakukan kebiasaan baik itu anak akan merasa bersalah dan secara

otomatis anak akan merasa kurang nyaman bila tidak melakukan kebiasaan baik

tersebut.

Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam membangun pendidikan

karakter pada anak usia dini di RA Daarul Amiin,masih ada orang tua yang

kurang bekerjasama dengan guru, belum pahamnya orang tua dalam membangun

karakter pada anak usia dini dan pengaruh dari pola asuh keluarga dan lingkungan

disekitar yang mayoritas pedangang dipasar. Sehingga anak masih banyak yang

memiliki karakter buruk , hal ini karena dampak dari pergaulannya yang kurang

baik dan kurangnya perhatian juga motivasi dari orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai