Anda di halaman 1dari 18

Berbicara tentang pendidikan anak tentu tidak terlepas dari bagaimana

tanggunjawab dan peran yang dilakukan oleh orang tua. Keberhasilan pendidikan pada anak
sangat tergantung pada peran penting orang tua dalam memberikan pendidikan pada anak.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama yang memiliki peran paling dominan
dalam mencetak pribadi-peribadi yang unggul dan berkualitas. Begitu juga sebaliknya, jika
orang tua tidak bisa memberikan perannya dengan baik, kehidupan seorang anak sebagai
generasi peneruspun bisa gagal dalam membangun peradaban yang diharapkan.

Dari Anas radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُو ٍد يُولَ ُد َعلَى الف‬


‫ َأوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه‬،‫ َأوْ يُنَص َِّرانِ ِه‬،‫ فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه‬،‫ط َر ِة‬

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka ibu bapaknya yang menjadikan agamanya
yahudi atau nasrani atau majusi. (HR. Bukhari dan Muslim)

A. Peran Orang Tua


1. Pengertian Peran orang tua

Peran adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dapat dimiliki orang yang
mempunyai kedudukan di masyarakat. Kata peran juga berarti karakter yang bisa dimainkan oleh
subyek.1

Dalam mendidik seorang anak, orang tua harus mengetahui bagaimana cara
menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik terhadap anak. Sebab orang tualah yang menjadi
lingkungan yang pertama di tempuh oleh seorang anak dalam mendapatkan pendidikan.

Dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya, anak akan cenderung meniru


kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Maka dari itu keteladanan yang
baik dari orang tua harus selalu ditampilkan sebagai pelajaran kepada anak. Keteladanan adalah
bagian dari proses pendidikan anak, yang dapat mengarahkan anak pada perilaku dan yang baik.

Dukungan orang tua sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan buah
hatinya. Namun dalam kenyataannya, masih banyak orangtua yang seakan tidak mengerti akan

1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cet.1(Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 667.
perannya dalam mendukung pendidikan anak dan menyerahkan sepenuhnya pada lembaga
pendidikan atau sekolah.

Dalam kehidupan di masyarakat, masih banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa
perannya dalam pendidikan anak sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar dan
berinteraksi dengan masyarakat.

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya bukan hanya sekedar kebutuhan yang
berupa materi akan tetapi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti : perhatian,
kepedulian, kasih sayang, sangat penting dalam kebutuhan seorang anak demi menunjang
keberhasilan kegiatan belajar.2

Sebagaimana firman Allah:

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”3 (QS. At-Tahrim:6)

Berdasarkan ayat di atas dapat di ketahui bahwa kewajiban yang harus dilaksanakan
orang tua yaitu sebagai pemelihara, pemimpin, dan pelindung keluarga. Mendidik anak
merupakan tanggung jawab orang tua, dimana orang tua menjadi contoh serta pemimpin bagi
anak-anaknya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, orang tua harus memiliki peranan
yang lebih tinggi untuk anak-anaknya. Dimana dalam islam orang yang paling bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua yaitu ayah dan ibu.

2. Peran orang tua dalam pendidikan anak

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah
orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru. Bahkan sebagai orang tua, mereka
mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan,

2
Skripsi Nailus sa’adah, “Pengaruh Perhatian Orang tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa IV di
SDN Sidorejo LOR 02 Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010
3
Terjemah Kemenag QS. At-Tahrim:6
orang tua sebagai pembuat keputusan. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua
membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka.4

Peran orang tua dalam pendidikan akan menentukan keberhasilan bagi pendidikan anak-
anaknya, di antara peran orang tua dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Orang tua sebagai guru di rumah

Sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah, orang tua harus dapat menjadi guru utama
bagi anaknya, yang di mana orangtua dapat memberikan bimbingan dan arahan untuk anaknya
dalam belajar.

2. Orang tua sebagai fasilitator

Yaitu orang tua sebagai penyedia sarana dan prasarana bagi anaknya dalam
melaksanakan pembelajaran agar dapat menimba ilmu dengan maksimal.

3. Orang tua sebagai motivator

Yaitu orang tua dapat memberikan semangat serta dukungan kepada anaknya dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga anak memiliki semangat untuk belajar, sertamemperoleh
prestasi yang baik.

4. Orang tua sebagai pemberi pengaruh atau director5

Menurut Arifin menyebutkan, ada tiga peran orang tua yang sangat berperan dalam
meningkatkan prestasi belajar anak, yaitu:

a) Menyediakan kesempatan sebaik-baiknya kepada anak untuk menemukan minat, bakat,


serta kecakapan-kecakapan lainnya serta mendorong anak agar meminta bimbingan dan
nasehat kepada guru.
b) Menyediakan informasi-informasi penting dan relevan yang sesuai dengan bakat dan
minat anak.
c) Menyediakan fasilitas atau sarana belajar serta membantu kesulitan belajarnya.6
4
Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rinerka Cipta, 2003), h. 123
5
Nika Cahyati, dkk. “Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid 19”. Jurnal Golden Age,
Universitas Hamzanwadi, Vol. 04 No. 1, (Juni 2020),156
6
Arifin, Pokok-pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 92.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa esensi pendidikan merupakan tanggung jawab
keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi.7 Dalam proses perkembangan anak, peran
orang tua antara lain:

a) Mendampingi
Setiap anak memerlukan perhatian dari orang tuanya. Sebagian orang tua ada yang
bekerja dan pulang ke rumah dalam keadaan lelah, sehingga hanya memiliki sedikit
waktu bertemu dan berkumpul dengan keluarga. Bagi para orang tua yang menghabiskan
sebagian waktunya untuk bekerja di luar rumah, bukan berarti mereka gugur kewajiban
untuk mendampingi dan menemani anak-anak ketika di rumah. Meskipun hanya dengan
waktu yang sedikit, namun orang tua bisa memberikan perhatian yang berkualitas dengan
fokus menemani anak, seperti mendengar ceritanya, bercanda atau bersenda gurau,
bermain bersama dll.
b) Menjalin komunikasi
Komunikasi menjadi hal penting dalam hubungan orang tua dan anak karena komunikasi
merupakan jembatan yang menghubungkan keinginan, harapan dan respon masing-
masing pihak. Melalui komunikasi, orang tua dapat menyampaikan harapan, masukan
dan dukungan pada anak. Begitu pula sebaliknya, anak dapat bercerita dan
menyampaikan pendapatnya.
c) Memberikan kesempatan
Orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak. Kesempatan pada anak dapat
dimaknai sebagai suatu kepercayaan. Tentunya kesempatan ini tidak hanya sekedar
diberikan tanpa adanya pengarahan dan pengawasan. Anak akan tumbuh menjadi sosok
yang percaya diri apabila diberikan kesempatan untuk mencoba, mengekspresikan,
mengeksplorasi dan mengambil keputusan.
d) Mengawasi
Pengawasan mutlak diberikan pada anak agar anak tetap dapat dikontrol dan diarahkan.
Tentunya pengawasan yang dimaksud bukan berarti dengan memata-matai dan main
curiga. Tetapi pengawasan yang dibangun dengan dasar komunikasi dan keterbukaan.
Orang tua perlu secara langsung dan tidak langsung untuk mengamati dengan siapa dan

7
Muthmainnah, “Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang Androgynius Melalui Kegiatan Bermain”, Jural
Pendidikan Anak,Volume , Edisi 1 (Juni 2012), 108-109.
apa yang dilakukan oleh anak, sehinga dapat meminimalisir dampak pengaruh negatif
pada anak.
e) Mendorong atau memberikan motivasi
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong
perilaku ke arah tujuan. Motivasi bisa muncul dari diri individu (internal) maupun dari
luar individu (eksternal). Setiap individu merasa senang apabila diberikan penghargaan
dan dukungan atau motivasi. Motivasi menjadikan individu menjadi semangat dalam
mencapai tujuan. Motivasi diberikan agar anak selalu berusaha mempertahankan dan
meningkatkan apa yang sudah dicapai. Apabila anak belum berhasil, maka motivasi dapat
membuat anak pantang menyerah dan mau mencoba lagi.
f) Mengarahkan
Orang tua memiliki posisi strategis dalam membantu agar anak memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.8

B. Menghafal Al Qur’an
1. Definisi Al Qur’an
a) Secara bahasa

Diambil dari kata : ‫ قرا – سقرأ – قراة‬yang berarti sesuatu yang dibaca. Al Qur’an juga
bentuk masdar dari kata ‫راة‬oo‫ الق‬yang memiliki arti menghimpun dan mengumpulkan. Dikata
mengumpulkan karena Al Qur’an seolah-olah menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat
secara tertib sehingga tersusun dengan benar.9

Oleh karena itu, Al Qur’an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-
sifat hurufnya, juga hendaknya difahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut M. Quraish Shihab, secara harfiyah Al Qur’an berarti bacaan yang sempurna. Al
Qur’an merupakan suatu nama pilihan Allah yang paling baik, karena tiada satu bacaanpun sejak
manusia pertama yang dapat menandingi Al Qur’an, bacaan yang sempurna lagi mulia.10

Allah Subhanahu wata’aala berfirman :

8
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), 21.
9
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)
10
M. Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 1996)
َ‫اِنَّا نَحْ ُن نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهُ لَ ٰحفِظُوْ ن‬

Artinya : “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al Qur’an, dan pasti kami pula yang
memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)

b) Secara Istilah

Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang
diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.11

Menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara istilah adalah: “Alquran adalah kalam Allah
yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril,
tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah,
dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”.12

2. Fungsi Al Qur’an
1) Al-Huda (Petunjuk)
Alquran berfungsi sebagai petunjuk atau al Huda yang terdiri dari tiga jenis, yakni
petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, dan
petunjuk bagi orang yang beriman.
2) Al-Furqan (Pembeda)
Al Quran dinamai Al-Furqan karena membedakan antara yang haq dengan yang
batil, yang benar dan yang salah. Dengan membaca dan memahami Alquran, umat
manusia mampu mengetahui tindakan mana yang baik dan benar dalam kehidupan.
3) Asy-syifa (Penyembuh)
Salah satu nama Al Qur’an adalah Asy-syifa yang berarti obat. Al Qur’an bisa
menjadi obat dari penyakit hati. Dengan membaca dan mengamalkan Al Qur’an
seseorang bisa terhindar dari penyakit hari dan mental. Membaca Al Qur’an juga
bisa memberikan pencerahan bagi orang yang beriman.

11
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)
12
Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar alIrsyad, 1970)
ٌ‫يآاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمة‬
َ‫لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬
Artinya : “Wahai manusia ! Sesungguhnya, telah datang kepadamu pelajaran (Al
Qur’an) dari Tuhanmu, sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman” (QS Yunus 10: 57)
4) Al-Mau’izah(Nasihat/Peringatan)
Di dalam Al Quran terdapat banyak kisah-kisah sejarah ummat manusia, ilmu dan
juga nasihat-nasihat untuk menjalani kehidupan.
Nasihat yang ada di dalam Alquran biasanya juga digambarkan dengan sebuah
peristiwa atau kejadian di masa lalu, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang
di masa sekarang atau masa depan.
Mau'izhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah, berita gembira, peringatan, pesan positif
atau wasiat yang bisa dijadikan pedoman hidup agar mendapatkan keselamatan dunia
akhirat.13
3. Keutamaan Al Qur’an
1) Sebagai syafaat di akhirat
Al Qur’an akan menjadi penolong bagi orang yang membacanya di akhirat
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

‫ا ْق َر ُءوا ْالقُرْ آنَ فَِإنَّهُ يَْأتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِيعًا َأِلصْ َحابِ ِه‬

Artinya : “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memohonkan
syafa’at bagi orang yang membacanya (di dunia)“. [HR. Muslim].

2) Mendapatkan Pahala yang berlipat

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم “ َم ْن قَ َرَأ َحرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬


ُ‫ب هللاِ فَلَهُ َح َسنَةٌ َوال َح َسنَة‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
ٌ ْ‫ف َوالَ ٌم َحر‬
ٌ ْ‫ف َو ِم ْي ٌم َحر‬
‫ف‬ ٌ ِ‫ف َولَ ِك ْن َأل‬
ٌ ْ‫ف َحر‬ ٌ ْ‫ الَ َأقُوْ ُل الم َحر‬, ‫بِ َع ْش ِر َأ ْمثَالِهَا‬

Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu
huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh
13
Dini lidya, Fungsi Al-Qur’an, http://dalamislam.com/landasan-agama/alquran/fungsi-al-quran-bagi-umat-manusia, diakses
pada tanggal 12 Mei 2023
kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam
itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi, no. 2910)

3) Menjadi sebaik baik manusia

ُ‫خَ ير ُكم َم ْن تَ َعلَّ َم القُرْ آنَ َوعلَّمه‬

Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan yang mengajarkanna” (HR.
Bukhari)

4) Bersama para malaikat yang mulia

‫قرُأ القُرْ آنَ َوهُو ما ِه ٌر بِ ِه م َع ال َّسفَر ِة الك َر ِام البر َر ِة‬


َ َ‫الَّ ِذي ي‬

Artinya : “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan
bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5) Allah meninggikan derajat dengan Al Qur’an

َ‫آخرين‬ َ َ‫ب أ ْق َواما ً َوي‬


ِ ‫ض ُع بِ ِه‬ ِ ‫إن هللاَ يَرْ فَ ُع بِهَ َذا ال ِكتَا‬
َّ

Artinya : “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan
merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim, no.817)

C. Capaian Hafalan
1. Pengertian menghafal Al Qur’an

Kata menghafal berasaal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab disebut al-Hifdz
yang artinya ingat. Kata menghafal juga bisa diartikan dengan mengingat. Mengingat menurut
Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman
secara aktif.

Kemudian secara terminologi istilah menghafal mempunyai arti suatu tindakan yang
berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas
menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli.14

14
Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, Medina-Te, Vol. 18, No. 1, 2018, hal. 21
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu proses mengingat materi yang dihafalkan harus
sempurna, karena ilmu tersebut dipelajari untuk dihafalkan, bukan untuk dipahami. Seseorang
yang berniat untuk menghafal Al-Qur’an disarankan untuk mengetahui materi-materi yang
berhubungan dengan cara menghafal, semisal cara kerja otak atau cara memori otak.15

Menghafal Al-Qur’an juga merupakan suatu sikap dan aktifitas yang mulia, dengan
menggabungkan AlQur’an dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian Al-Qur’an
baikdari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan
aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan.16

Menghafal Al-Qur’an yang ideal adalah membaca ayat-ayat itu dengan tajwid yang
benar, memahami makna kata demi kata, lalu berusaha menyimpannya di dada. Menghafal Al-
qur’an adalah menyimpan kata demi kata dari ayat-ayat suci Al-Qur’an di dalam benak dan hati
kita.17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah sebuah proses mengingat
ayat-ayat Al-Qur’an secara sempurna baik dari tajwid, tulisan maupun pada pengucapan atau
makhrajul hurufnya secara benar dan menyimpannya di dalam hati agar ayat yang sudah dihafal
tidak mudah lupa.

2. Persiapan Sebelum Menghafal


November 16, 2021 by Darul Hikam Tahfidz

Persiapan sebelum menghafal Al Quran sangat penting sebagai awalan proses yang
begitu panjang dalam menghafal Al Quran. Menghafal Quran bukanlah proses satu atau dua
bulan, bahkan bisa tahunan.

Oleh sebab itu persiapan merupakan salah satu faktor yang juga harus disiapkan. Baik
oleh anak itu sendiri yang ingin menghafal, atau orang tua dari anak tersebut. Keduanya harus
sama-sama siap untuk mendukung hafalan Al Quran.

Hal-hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Menghafal al-Qur'an

15
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, Jogjakarta:DIVA Press, Cet. VII, 2014, hal. 14
16
Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, Medina-Te, Vol. 18, No. 1, 2018, hal. 22
17
Dina Y. Sulaeman, Mukjizat Abad 20, Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Qur’an: Wonderful Profile of Husein Tabataba’I,
Bandung:Pustaka IIMaN, Cet. Xv, 2008, hal. 130
Oleh: Nur Mohamad Fauzi

"Sebaik-baik teman duduk adalah buku." kiranya kata mutiara itu sering kita temukan di
banyak kitab atau buku.

Jika kitab atau buku adalah sebaik-baik teman duduk, maka sebaik-baik kitab dari seluruh
kitab yang ada di dunia adalah al-Qur'an, tanpa diragukan lagi.

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat islam, merupakan satu-satunya kitab/buku di dunia
yang paling autentik tanpa ada kesalahan cetak dan kekeliruan dalam penulisannya. Demikian
itu, karena yang menjaganya adalah tuhan pemilik alam semesta melalui para penghafal kalam-
Nya.

Berkesempatan bisa menghafal dan menjaga kalamnya, merupakan suatu anugerah dan
keistimewaan besar yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya.

Kemudian, untuk sekedar bisa hafal sebenarnya sangat mudah, karena Allah sendiri telah
menyatakan dalam firman-Nya surat Taha ayat kedua, bahwa al-Quran ini diturunkan bukan
sebagai beban, pun telah mengatakan sebanyak 4 kali dalam surat al-Qamar, bahwa al-Quran
dengan segala isinya telah dimudahkan untuk diambil pelajaran,

ْ‫َولَقَ ْد يَسَّرْ نَا ْٱلقُرْ َءانَ لِل ِّذ ْك ِر فَهَلْ ِمن ُّم َّد ِكر‬

Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang
yang mau mengambil pelajaran?(Surat Al-Qamar, Ayat 17, 22, 32, dan 40).

Namun, di zaman dimana setiap orang pengen serba cepat dan instan, kebutuhan dan
keinginan manusia semakin banyak dan bermacam-macam, sehingga banyak yang ingin hafal
qur'an dengan waktu singkat dan kilat.

Sebenarnya bukan hal yang dilarang dan terlarang, hanya saja perlu diketahui bahwa
cepat hafal itu datangnya dari Allah, tapi 'ingin' cepat hafal bisa jadi itu dari hawanafsu dan
bisikan syetan.

Oleh sebab itu, nikmatilah saja jalannya menghafal al-Qur'an, merasakan lezatnya
berduaan dengannya, tidak usah terburu-buru khatam, toh setiap hurufnya bakal diganjar pahala
kok. Tidak perlu khawatir. Tenang, kan sedang berada di depan sebaik-baik kitab; al-Qur'an.
Imam asy-Syatiby seorang ulama asal Spanyol (wafat 590 H) dalam nadzam matan Qira'at
Sab'ah (7 macam qira'at al-Qur'an) nya mengatakan:

ً‫س الَ يُ َملُّ َح ِديثُهُ • َوتَرْ دَا ُدهُ يَ ْزدَا ُد ِفي ِه ت ََج ُّمال‬
ٍ ‫َوخَ ْي ُر َجلِي‬
Al-Qur'an itu sebaik-baiknya teman duduk yang tidak dibosani ceritanya, Dan
pengulangannya selalu menambah indahnya.

Beberapa orang pernah menghubungi, bertanya dan meminta tips kepadaku supaya kuat
dan cepat menghafal al-Quran. Beberapa dijawab sebisanya dan beberapa lagi belum sempat.

Sebenarnya saya sendiri bukan tipe orang yang bisa menghafal cepat. Namun, setidaknya
ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum menghafal al-Quran.

Yang pertama, tekad kuat untuk menghafal.

Tentukan dari awal bahwa saya mau menghafal al-Quran, berarti saya harus siap
menyisihkan sebagian waktu untuknya, saya siap membaca, mengulang-ngulang, menyetorkan
dan nantinya siap disimak lembaran-lembaran yang berjumlah 6239 ayat, 114 surat, 30 juz itu.

Menghafal bukan berarti harus hafal, Allah memberi kemampuan menghafal dan
mengingat yang berbeda-beda pada setiap orang.

Bahkan imam besar dalam ilmu qira'at, guru besar dari Imam Hafs -yang mana bacaan
kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam 'Ashim, beliau menghafalkan Al-Quran dalam kurun
waktu 20 tahun.

Kedua, siap konsisten untuk al-Quran (istiqamah).

Siapkan waktu khusus dalam sehari untuk menghafal, misalnya 1 jam dari jam 7-8 pagi
dalam sehari. Maka setiap jam segitu harus menghafal, tidak boleh ada hal lain yang mencoba
mengganggunya kecuali ada hal darurat.

Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu
(durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.
Istiqamah atau sikap untuk selalu konsisten dalam suatu hal yang baik awalnya memang
susah dan berat. Namun, ada banyak cara untuk bisa konsisten, diantaranya, mulai dari yang
paling sedikit dan mudah.

Misalnya, di hari pertama sampai sekitar seminggu, menghafal dalam sejam dicukupkan
dengan 3 ayat saja. Kemudian setelah satu minggu, mencoba menambah menjadi 6 ayat, setelah
sebulan menambah lagi jadi 10 ayat dan seterusnya.

Seperti halnya seorang atlet pengangkat besi, sebelum dia bisa mengangkat ratusan kilo,
dia memulai dari 40 kg dulu, kemudian setelah terbiasa naik menjadi 50 kg, kemudian naik lagi
menjadi 60 kg, terus latihan sedikit demi sedikit tapi konsisten sehingga bisa mengangkat sampai
ratusan kilo.

Ada cara lain supaya bisa konsisten serta dengan mudah dan ringan ketika melakukan
suatu kebaikan tanpa merasa berat, yaitu lakukan sesuatu itu selama 40 kali berturut-turut tanpa
putus, diawal-awal mungkin akan merasakan beratnya, namun setelah menempuh dan melewati
40 kali maka akan mulai merasakan suatu pekerjaan yang dilakukannya dengan mudah dan
ringan bukan lagi sebagai beban.

Ketiga, Sabar untuk setia.

Menghafal al-Quran itu bukan untuk diburu-buru, kalau kita sudah menetapkan durasi,
bahwa dari jam 6 sampai jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka
berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah.

Hendaknya tidak terlalu terburu-buru pindah ke ayat selanjutnya jika ayat pertama belum
benar-benar dihafal. Nikmati saja saat-saat masih menghafal, lama-lama akan dengan sendirinya
merasakan kenikmatan bercengkerama dengan Allah. Karena kita menghafal untuk setia seumur
hidup bersama al-Qur'an.

Tapi ingat, bukan berarti harus ditunda-tunda. Habiskan durasi waktu yang telah
ditetapkan dengan 'PAS'.

Keempat, menggunakan satu cetakan mushaf.


Ketika melihat bacaan dan mengulang-ngulangnya sampai hafal, maka secara tidak sadar
kita juga telah menghafal dengan tergambar letak ayat bacaan yang diulang-ulang itu berada di
memori otak kita.

Maka para penghafal hendaknya konsisten dengan satu cetakan mushaf yang akan
dijadikan patokan hafalannya. Karena cetakan yang satu bisa jadi lafadz "‫ "المؤمنون‬ada di sebelah
paling kanan atas barisan kedua, sedangkan dicetakan yang lain berada di sebelah paling kiri atas
barisan ketiga. Sehingga akan membuat konsentrasi hafalan kita buyar dan rancu.

Kelima, Merindukan dan dirindukan ayat.

Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memori
otak, itu ayat sebenarnya lagi kangen sama kita. Dia pengen lama-lama sama kita.

Yang seperti ini nih, yang perlu dirindukan karena dia telah merindukan kita. Kita telah
menyebutnya berulang kali, maka dia pun ingin ngasih kejutan dan menguji kita apakah
ngafalinnya hanya sekedar mulut saja ataukah lahir batin kita sudah klop bersamanya.

Jika sudah seperti itu, coba dibaca arti dan tafsirnya, bisa jadi itu ayat adalah ‘jawaban’
dari ‘pertanyaan’ kita, atau mungkin solusi dari permasalahan yang ada.

Jangan buru-buru putus asa dan sumpek ketika gak hafal-hafal, senanglah jadi orang yg
dirindukan ayat.

Keenam, Menghafal sesuai porsi.

Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum
makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika sedang membaca berulang-
ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat.

Makan dengan memakai sendok teh kurang nikmat karena terlalu sedikit, makan pake
sendok nasi (centong) bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafalpun demikian. Jika
"alhamdulillah robbil 'alamin” terlalu panjang, maka cukuplah “alhamdulillah” diulang-ulang,
jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “ar-Rahmanir rahim" kemudian diulang-ulang.
Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing kita.
Ketujuh, pastikan bacaan qur'an kita bertajwid.

Cari guru yang bisa membimbing, menyimak, dan mengoreksi bacaan kita. Karena ayat
yang tak bertajwid dan sudah terlanjur dihafal, akan sulit dirubah dan diperbaiki di kemudian
hari (setelah tahu hukum bacaan yang sebenarnya).

Karena ilmu dicari bukan lewat jalan otodidak. Kita bisa belajar dari mana saja, namun
peran guru menjadi patokan utama.

Kemudian, pada akhirnya metode hanyalah sekedar metode, bisa jadi si A cocok dengan
metode F, sedangkan B cocoknya dengan metode G, karena masing-masing orang punya cara
tersendiri untuk bisa asik dalam belajar. Namun, saya kira point 1-3 adalah yang harus dimiliki
oleh para penghafal, terutama penghafal al-Qur'an.

Selamat menghafal, semoga kita termasuk golongan ahli qur'an yang mendapatkan
syafaat darinya disaat sendiri di dalam kubur dan dibangkitkan di hari pembalasan. Aamiin.

Nur Muhammad Fauzi(Alumni Ponpes Abu Manshur, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin


Universitas Al-Azhar Mesir)

 Mental Menghafal Al Quran

Pertama adalah kesiapan mental. Jika Anda orang tua, maka harus siap jika sang anak
akan menghafalkan Al Quran. Ada konsekuensi. Seperti Anda yang di rumah juga ikut menjaga,
tidak memberikan tontonan yang buruk, atau mendengarkan perkataan yang kotor.

Bagi anak kesiapan mental yang paling penting adalah tahu bahwa menghafal Al Quran
bukanlah perkara seperti sekolah enam tahun. Ada lembaran-lembaran yang harus dihafalkan dan
rela jika harus mondok jauh.

Bahkan salah satu kriteria diterima sebagai santri di pondok pesantren tahfidz Quran
Darul Hikam Mojokerto adalah tanda-tanda mencintai Al Quran. Tes hafalan, atau bahkan
kemampuannya dalam menghafal. Pengalaman kami jika tidak ada mental akan sulit.

 Mengetahui Keagungan Al Quran


Persiapan sebelum menghafal Al Quran yang kedua adalah memahami keagungan Al
Quran. Ada keyakinan yang cukup mantap bahwa dirinya sedang melakukan suatu yang agung.
Yang dibacanya bukanlah ucapan manusia.

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan,

“Seorang penghafal Al Quran ketika memulakan membacanya maka sebaik-baiknya


hendaknya menghadirkan di dalam hatinya tentang keagungan Allah SWT dan hendaklah sadar
bahwa apa yang dibacanya bukanlah ucapan manusia.”

Maka kita akan memahami kenapa orang yang tidak yakin akan sulit sekali menghafalkan
Al Quran. Jawabannya karena memang tidak memahami keagungan Al Quran itu sendiri.
Sehingga sulit untuk mencintai.

Maka bagi orang tua yang memang ingin memasukkan anaknya ke pesantren Tahfidz
Quran seperti kami di Darul Hikam Mojokerto, juga harus memahami keagungan itu, bukan
sekadar mengikuti tren semata. Agar proses hafalannya bisa berjalan dengan lancar.

Wallahu a’lam.
3. Metode dalam menghafal Al Qur’an

Pada dasarnya metode menghafal Al-Qur’an difokuskan pada bacaan ayat ayat Al-Qur’an
terlebih dahulu, yang mana hal tersebut dianggap sebagai pengenalan terhadap ayat setelah itu
baru dihafalkan. Dalam menggunakan metode menghafal Al-Qur’an setiap orang memang
berbeda-beda, ada yang menggunakan metode seluruhnya yaitu membaca satu halaman mushaf
dari barisan pertama hingga barisan terakhir secara berulang-ulang sampai ayat yang dibaca
bener-bener hafal. Dan ada juga yang menggunakan metode bagian, yaitu menghafalkan ayat per
ayat, atau kalimat per kalimat yang dirangkai menjadi satu halaman penuh.18

Dalam proses menghafal, peran metode menghafal sangatlah besar untuk mendukung
keberhasilan hafalan. Penggunaan metode yang tepat akan membantu seorang penghafal Al-
Qur’an untuk dapat menghafal dengan baik dan cepat.

18
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, Yogyakarta:DIVA Press, Cet. VII, 2014, hal. 69
Menurut Muhaimin zen, secara umum metode yang dipakai dalam menghafal ada dua
macam yaitu metode tahfizh dan takrir. Kedua metode ini pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Metode tahfizh adalah menghafal materi baru yang belum pernah
dihafal, sedangkan metode takrir adalah mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan pada
instruktur atau guru yang menjadi pembimbing hafalan.

Dalam proses menghafal umumya penghafal menggunakan perpaduan antara metode


tahfizh (menambah hafalan) dan metode takrir (mengulang hafalan), karena dengan
menyeimbangkan keduanya kuantitas dan kualitas hafalan akan dapat terjaga dengan baik.19

Adapun lebih spesifiknya metode dalam menghafal akan lebih terperinci sebagai berikut:

1) Metode Wahdah

Metode wahdah adalah menghafal satu persatu ayat yang ingin dihafal. Untuk mencapai
hafalan pertama, setiap ayat hendaknya dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih hingga proses ini
mampu membentuk pola dalam bayangan, agar dapat kemudian membentuk gerak reflek dari
lisan. Setelah benar-benar hafal kemudian barulah dilanjutkan pada ayat seterusnya sampai satu
halaman. Setelah ayat-ayat didalam satu halaman tersebut sudah dihafal , tahap selanjutnya
menghafal urutan ayat-ayat tersebut, kemudian diulangulang sampai benar-benar hafal.

2) Metode kitabah (menulis)

Untuk metode ini, yaitu penghafal Al-Qur’an lebih dulu menulis ayat dikertas, kemudian
dibaca dengan baik dan mulai untuk dihafal . kemudian dalam menghafalnya bisa dengan metode
wahdah atau dengan berulang-ulang dalam menulisnya. Dengan demikian seorang akan dapat
menghafal karena ia sudah dapat memahami bentuk-bentuk huruf dengan baik dan mengingatnya
dalam hati.

3) Metode Simai (mendengar)

Dalam metode simai penghafal mendengarkan terlebih dahulu ayat-ayat Al-Qur’an yang
akan dihafal kemudian berusaha untuk mengingatnya. Metode ini sangat cocok untuk anak

19
Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, Medina-Te, Vol. 18, No. 1,2018, hal. 23
tunanetra dan anak kecil yang belum mengenal baca tulis. Metode ini bisa dilakukan dengan
mendengar bacaan dari guru, atau dari rekaman bacaan Al-Qur’an (murattal Al-Qur’an).

4) Metode Gabungan

Yakni metode gabungan antara metode pertama dengan metode yang kedua yaitu wahdah
dan kitabah. Dengan metode gabungan ini penghafal berusaha untuk menghafalkan dahulu
kemudian menuliskan ayat yang telah ia hafal dalam kertas.

5) Metode Jama’ (kolektif)

Metode jama’ ini menggunakan pendekatan menghafal Al-Qur’an secara kolektif, yaitu
membaca ayat-ayat yang telah dihafal secara bersama-sama dipimpin oleh seorang guru.20

Dalam redaksi yang lain menyebutkan metode untuk menghafal AlQur’an adalah:

a. Bin-Nazhar

Metode ini ialah membaca dengan cermat yaitu dengan memperhatikan tajwid dan
makhrajul huruf pada ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an
secara terus-menerus. Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau 40 kali
seperti yang dilakukan ulama terdahulu.

b. Tahfizh

Yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang-
ulang secara bin-nazhar tersebut. Misalnya menghafala satu baris, beberapa kalimat, atau
sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan yang menghafalkannya.

c. Talaqqi

Metode talaqqi ialah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal
kepada seorang ustadz. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang
calon hafizh dan mendapatkan bimbingan seperlunya. Seorang guru tahfizh juga hendaknya
benar-benar mempunyai silsilah guru yang sampai kepada Nabi Muhammad Saw.21

20
Yusron Masduki, Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an, Medina-Te, Vol. 18, No. 1, 2018, hal. 23-24
21
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani, 2008, hal. 52
d. Takrir

Yaitu mengulang-ulang hafalan atau mensima’kan hafalan yang pernah dihafal atau yang
sudah pernah disetorkan kepada guru tahfizh. Tujuan dari takrir ini adalah mengulang supaya
hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga dengan baik, kuat, dan lancar. Mengulang hafalan
selain dengan ustadz juga bisa dilakukan sendiri.22

e. Tasmi’

Metode tasmi’ yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada satu orang
maupun kepada banyak orang. Dengan metode tasmi’ ini seorang penghafal Al-Qur’an dapat
diketahui kekurangan pada dirinya. Karena bisa saja dia lengah dalam mengucapkan huruf atau
harakat. Dengan tasmi’ juga dapat meningkatkan konsentrasi seseorang dalam menghafal.23

Menurut pemahaman penulis bahwa metode menghafal Al-Qur’an adalah cara atau
teknik dalam menghafalkan Al-Qur’an. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada banyak sekali
metode dalam menghafal Al-Qur’an dan

setiap orang memiliki metode yang berbeda-beda dalam menghafalkan AlQur’an. Secara
umum untuk menghasilkan hafalan yang terjaga dengan baik atau hafalan yang mutqin (lancar)
kebanyakan dari para penghafal Al-Qur’an memperpadukan antara metode tahfizh (menambah
hafalan) dengan metode takrir (mengulang hafalan).

4. Metode menghafal
5. Hal hal penting dalam proses menghafal Al Qur’an

22
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat & Mudah hafal Al-Qur’an, Yogyakarta:KAKTUS, Cet.1, 2018, 74-75
23
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an,…hal. 52

Anda mungkin juga menyukai