Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK


DI SEKOLAH DASAR
Dosen Pengampu : Lailaturrohmah M. Pd. I.

Disusun oleh :

JUMILAH

SITI FATIMAH ANGGRAENI

FAKULTAS PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

AL-MARDLIYYAH

TAHUN PELAJARAN 2023-2024


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar
di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus
atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja
bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat
diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana
manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk
lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai
meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat
mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan,
dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu,
karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali
membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan
membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani
berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap
perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air
kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang
menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat,
dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran orang tua dan Guru dalam Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Anak adalah titipan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena itu nasib dan masa depan
anak-anak adalah tanggung jawab kita semua. Tetapi tanggung jawab utama terletak pada
orang tua masing-masing (Riski, 2007:4). Orang tualah yang pertama berkewajiban
memelihara, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya agar menjadi manusia yang
berkemampuan dan berguna. Setelah seorang anak kepribadiannya terbentuk, peran orang
tua selanjutnya adalah mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya.
Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya adalah merupakan pendidikan
yang akan selalu berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian anak tersebut. Peran
orang tua terbatas pada persoalan dana. Salehlapadi dalam Emaniar mengemukakan
bahwa orang tua dan masyarakat belum terlibat dalam proses pendidikan menyangkut
pengambilan keputusan monitoring, pengawasan dan akuntabilitas. Akibatnya sekolah
tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan
kepada orang tua.
Anak merupakan masa depan bagi setiap orang tua. Pada usia balita, anak-anak
yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya seringkali pemurung,
labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja kadang-kadang mereka
mengambil jalan pintas, dan minggat dari rumah dan menjadi anak jalanan. Kesibukkan
orang tua yang berlebihan, terutama ibu, menyebabkan anak kehilangan perhatian.
Seorang ibu yang berkarir di luar rumah misalnya dan karirnya banyak menghabiskan
waktu, lebih banyak menghadapi masalah kekurangan interaksi ini. Bisa dibayangkan,
bila dalam sehari ibu hanya punya waktu paling banyak 2 – 3 jam bertemu dengan anak.
Anak lebih dekat dengan pengasuh atau pembantunya. Pada faktanya televisi tidak
mampu menjadi orang tua yang baik, karena acara-acara yang ditayangkan tidak
semuanya baik. Masih ada film anak-anak yang kurang mendidik dan terkesan
merangsang anak melakukan tindakan perlawanan yang diputar di stasiun televisi di
Indonesia. televisi tidak begitu baik untuk masa depan pendidikan anak-anak masa kini.
Karena masa depan anak itu dilihat dari pendidikan yang diberikan orang tua sejak dini.
Dengan memberikan pendidikan yang setinggi-tingginya, semua hidup anak-anak
akan berjalan mulus, pendidikan anaklah dasar kehidupan. Dan juga pendidikan masih
merupakan investasi yang mahal. Peran orang tua dalam pendidikan mempunyai peranan
besar terhadap masa depan anak. Sehingga demi mendapatkan pendidikan yang terbaik,
maka sebagai orang tua harus berusaha untuk dapat menyekolahkan anak sampai ke
jenjang pendidikan yang paling tinggi adalah salah satu cara agar anak mampu mandiri
secara finansial nantinya. Sebagai orang tua harus sedini mungkin merencanakan masa
depan anak-anak agar mereka tidak merana. Masa anak-anak merupakan masa transisi
dan kelanjutan dalam menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai
keremajaan. Ini berarti kemajuan perkembangan yang dicapai dalam masa anak-anak
merupakan bekal keberhasilan orang tua dalam mendidiknya. Baik buruknya sikap dan
tingkah laku seseorang di masa anak-anak, sangat banyak ditentukan oleh pengalaman
mereka dalam melihat orang-orang disekitarnya terutama kedua orang tuanya. Itu semua
merupakan bekal pendidikan bagi anak-anak nantinya.
Di sisi lain, anak-anak adalah generasi yang memiliki sejumlah potensi yang patut
dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta kreativitas mereka. Anak-anak
mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik yang cepat dan matang. Semua
potensi anak tersebut akan bermakna apabila dibina dan dikembangkan secara terarah
sehingga mereka menjadi manusia yang memiliki keberdayaan. Tanpa bimbingan yang
baik semua potensi itu tidak akan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi hal
yang sebaliknya yaitu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan. Apalagi jika
melihat ke depan, tantangan globalisasi makin besar, maka pembinaan pendidikan
terhadap anak pun harus semakin dikuatkan. Anak-anak harus berorientasi terhadap
pandangan hidup yang bersifat positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri,
mementingkan kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi ke masa depan
dan belajar merencanakan hidup secermat mungkin. Pendidikan merupakan sesuatu yang
perlu mendapatkan prioritas.
Dalam sebuah keluarga, tentunya yang sangat berperan adalah ayah dan ibu
(orang tua) dalam mendidik anak. Apa saja yang harus dilakukan oleh ayah dan ibu
sebagai sebuah keluarga yang ideal dalam mendidik dan mengembangkan
potensi/kemampuan anak-anak :
1. Memahami makna mendidik.
Sebagai orang tua harus memahami benar apa makna dari mendidik sehingga
tidak berpendapat bahwa mendidik adalah melarang, menasehat atau memerintah si
anak. Tetapi harus dipahami bahwa mendidik adalah proses memberi pengertian atau
pemaknaan kepada si anak agar si anak dapat memahami lingkungan sekitarnya dan
dapat mengembangkan dirinya secara bertanggung jawab.

Proses memberi pengertian atau pemaknaan ini dapat melalui komunikasi


maupun teladan/tindakan, contoh : jika ingin anak disiplin maka orang tua dapat
memberi teladan kepada si anak akan hal-hal yang baik dan beretika atau orang tua
menciptakan komunikasi dengan si anak yang dialogis dengan penuh keterbukaan,
kejujuran dan ketulusan. Apabila kita mengedepankan sikap memerintah, menasehat
atau melarang maka langsung ataupun tidak akan berdampak pada sikap anak yang
bergaya otoriter dan mau menang sendiri. Kiranya orang tua dapat mengambil pesan
moral dari sajak yang ditulis oleh Dorothy Law Nolte dengan judul “Anak Belajar
dari Kehidupannya”.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki / Jika anak
dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar rendah diri / Jika anak dibesarkan
dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri / Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia
akan belajar menghargai / Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia
akan belajar keadilan / Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar
menaruh kepercayaan / Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia akan belajar
menghargai dirinya / Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
maka ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Ada hubungan kausal antara bagaimana orang tua mendidik anak dengan apa
yang diperbuat anak. Atau ibaratnya apa yang orang tua tabur itulah yang nanti akan
dituai. Peran orang tua dalam mendidik anak tidak dapat tergantikan secara total oleh
lembaga-lembaga persekolahan atau institusi formal lainnya. Karena bagaimanapun
juga tanggung jawab mendidik anak ada pada pundak orang tua.

2. Hindari mengancam, membujuk atau menjanjikan hadiah.


Dalam mendidik anak jangan memakai cara membujuk dengan menjanjikan
hadiah karena hal ini akan melahirkan ketergantungan anak terhadap sesuatu hal baru
dia melakuka sesuatu. Hal ini akan mematikan motivasi, kreatifitas, insiatif dan
pengertian serta kemandirian mereka terhadap hal-hal yang harus dia kerjakan.
Contoh : menjanjikan hadiah kalau nilai sekolahnya baik, atau mengancam tidak
memberi hadiah bila nilainya rendah.
3. Hindari sikap otoriter, acuh tak acuh, memanjakan dan selalu khawatir
Seorang anak akan dapat mandiri apabila dia punya ruang dan waktu baginya
untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan dan rasa percaya diri yang dimilikinya. Ini
harus menjadi perhatian bersama karena hal tersebut dapat muncul dari sikap orang
tuanya sendiri yang sadar atau tidak sadar ditampakkan pada saat interaksi terjadi
antara ayah dan ibu dengan anak. Sehingga anak-anak akan termotivasi untuk
mengaktualisasika potensi yang ada pada dirinya tanpa adanya tekanan atau
ketakutan.
4. Memahami bahasa non verbal.
Memarahi anak yang melakukan kesalahan adalah sesuatu yang tidak efektif
melainkan kita harus mendalami apa penyebab si anak melakukan kesalahan dan
memahami perasaan si anak. Oleh karena itu perlu dikembangkan bahasa non verbal
sebagai suatu upaya efektif untuk memahami masalah dan perasaan si anak. Bahasa
non verbal adalah dengan memberi sentuhan, pelukan, menatap, memberi senyuman
manis atau meletakkan tangan di bahu untuk menenangkan si anak, sehingga si anak
merasa nyaman untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan atau perasaannya.

5. Membantu anak memecahkan persoalan secara bersama.


Pada kondisi tertentu dibutuhkan keterlibatan kita sebagai orang tua untuk
memecahkan masalah yang dihadapi si anak. Dalam hal membantu anak memecahkan
persoalan anak, kita harus melakukannya dengan tetap menjunjung tinggi
kemandiriannya.

6. Menjaga keharmonisan dalam keluarga.


Ayah dan Ibu sering bertengkar dan berselisih bahkan melakukan kekerasan di
depan anak-anak, sehingga anak-anak mencontoh dengan bertindak tidak menghargai
teman sebayanya atau melakukan kekerasan pula pada temannya.

Demikian beberapa hal yang mestinya dijadi perhatian oleh para orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Diakui bahwa hal tersebut di atas dapat ditambahkan dengan hal
lain yang positif agar menjadi perbendaharaan pengetahuan dalam mendidik, namun yang
terutama dari semua itu adalah orang tua harus “bagaimana menciptakan dan membangun
komunikasi yang efektif” dengan anak. Karena hal ini akan secara langsung menjaga dan
memelihara kedekatan secara emosional dengan anaknya sehingga dapat mencegah
perilaku menyimpang dari si anak. Dalam komunikasi juga perlu ditanamkan sikap
optimisme pada anak, mengembangkan sikap keterbukaan pada anak dan perlu
mengajarkan tata krama pada anak.
Karena begitu pentingnya peranan orang tua dan sangat diperlukan bagi
keberhasilan anak-anak di sekolah. Ada beberapa cara yang dikemukakan oleh Sulaiman
dalam meningkatkan peran orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka, yaitu:
1. Dengan mengontrol waktu belajar dan dan belajar anak.
Anak-anak diajarkan untuk belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat mendapat PR
dari sekolah atau akan mengadapi ulangan. Setiap hari anak-anak diajarkan untuk
mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada hari itu. Dan diberikan pengertian
kapan anak-anak mempunyai waktu untuk bermain.
2. Memantau perkembangan kemampuan akademik anak.
Orang tua diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.
3. Memantau perkembanganb kepribadian yang mencakup sikap, moral, dan tingkah laku
anak-anak.
Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk
mengetahui perkembangan anak di sekolah.
4. Memantau efektivitas jam belajar di sekolah.
Orang tua dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di
sekolah. Dan tugas-tugas apa saja yang diberikan oleh guru mereka. Kebanyakan
tingkat SMP dan SMA tidak melaporkan adanya kelas-kelas kosong dimana guru
mereka berhalangan hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di sekolah tidak terjadi
dan menjadi tidak efektif.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar dan terus
menerus mencari ilmu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak. Agar terhindar
dari kesalahan dalam mendidik anak yang dapat berakibat buruk bagi masa depan anak-
anak. Orang tua harus lebih memerhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat
yang ada di diri anak-anak mereka mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk
mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah. Para orang tua diharapkan dapat
melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan generasi yang
mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang
menyerah.

B. Peran Guru dalam pembelajaran


Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai :
1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai
minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
C Peran dan Fungsi Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus
dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young
(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu,
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik
(nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,
pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.
b) Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik
dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik
dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta
didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu :
Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi,
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran,
Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.
c) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai
kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
d) Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin
bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
e) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga
dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan
keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
f) Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa
peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir,
Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian
menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
g) Sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan
dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat
mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
h) Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai
tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara
administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa
ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
i) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap
untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian
dan ilmu kesehatan mental.
j) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang
satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak
daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam
istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi
pribadi yang terdidik.
k) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di
sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa
yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
l) Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati
setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari
perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika
peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan
kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
m) Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
n) Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu
tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini
peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu
mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan
perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat
dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia
tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia
harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka
suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya
masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Menelaah dari uraian pada bab sebelumnya maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa orang
tua dan guru merupakan teladan yang pertama bagi anak dalam pembentukan kepribadian, begitu juga
anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua dan guru di sini berperan
sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Orang tua dan guru
sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya,
pertama mereka sendiri harus mengamalkannya.
Orang tualah yang pertama berkewajiban memelihara, mendidik, dan membesarkan anak-
anaknya agar menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna. Setelah seorang anak
kepribadiannya terbentuk selanjutnya adalah guru mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-
anaknya. Pendidikan yang diberikan kepada anaknya adalah merupakan pendidikan yang akan selalu
berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian anak tersebut.

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab penuh dari kedua orang tua, bukan yang lain.
Tanggung jawab bukan sebatas memilihkan sekolah atau membiayai sekolah dan segala keperluanya.
Lebih dari itu, tanggung jawab orang tua diwujudkan dalam keterlibatan langsung orang tua dalam
pendidikan (kehidupan) anak-anaknya. Dan guru memberikan pengetahuan yang tidak di ajarkan d
rumah guna menempa mas depan yang lebih baik. Ketika orang tua terlibat langsung dalam kehidupan
dan pendidikan anak-anaknya, maka mereka akan memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-
anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak berhubungan dengan prestasi anak, perilaku anak,
budaya, usia, dan kualitas sekolah anak.
DAFTAR PUSTAKA
Puji Rahayu . 2008. ”Orang Tua Perlu Pahami Makna Pendidikan
Anak “. http://bbawor.blogspot.com/2008/08/orang-tua-perlu-pahami-makna-
pendidikan.html. (diakses 10 Oktober 2008 pukul 05.56)
Suwarno. 1982. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
RI. 1997. Undang-Undang Peradilan Anak (UU No. 3 Tahun 1997). Jakarta: Sinar Grafika.
Sahlan Syafei. 2002. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Depok: Ghalia Indonesia.
S. Nasution. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Bumi Aksara.
S. Devi. 2007. Jadilah Pembimbing dan Guru bagi Putra Putri Anda. Bandung: NUANSA.
Team BPK FKIP UNS. 1985. Dasar Kependidikan. Surakarta: UNS Press.
Yakhsyallah Mansur. 2007. “Tanggung Jawab Orang Tua dalam
Pendidikan Anak”.http://kajianmuslim.wordpress.com. (diakses 9 Oktober 2008
pukul 20.38).

Anda mungkin juga menyukai