Anda di halaman 1dari 10

Kegiatan Pembelajaran 2:

Panggilan Hidup: Aku Menjadi Inspirator


(Dirk Roy Kolibu)

Modul ini akan menjelaskan dasar Alkitab tentang panggilan hidup yang merupakan ajaran
tentang awal mula Tuhan berbicara keselamatan kepada manusia melalui panggilan-Nya.
Selanjutnya mahasiswa akan dibawa ke dalam pemahaman akan tujuan Tuhan dalam hidup ini
sebagai manusia yang memiliki aspek pengetahuan (rasio) dan iman sehingga dapat memahami
makna “panggilan Tuhan” di dalam peranannya sebagai mahluk Tuhan yang berdimensi sosial.
mahluk sosial perlunya mengaplikasikan iman percaya ditengah peradaban dunia sebagai wujud
nyata panggilan Tuhan dengan memahami konteks “hidup orang Kristen” yang memahami
“kehendak Tuhan” di dalam aspek tugas belajar dan mengajar juga pelayanan dengan
memperhatikan berbagai faktor yaitu, dengan meneladani Yesus Sang Guru Agung dan sosok
inspirator serta mengimplementasikan iman mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Dalam Kegiatan Pembelajaran ini yang hendak dicapai adalah mahasiswa diharapkan
memahami dan mengerti panggilan hidup: aku menjadi inspirator. Bahan Kajian terdiri dari: Dasar
Alkitab tentang panggilan hidup; Tujuan hidup manusia; dan, Aku menjadi inspirator. Setelah
mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan panggilan
hidupnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki aspek rasional dan spiritual dalam
memahami tujuan Tuhan dalam pemilihan dan panggilan Tuhan sesuai kitab Roma 8:28-30
sebagai tindakan Tuhan dalam hidup, mahasiswa akan mudah memahami apabila dapat mengerti
dasar pemanggilan Tuhan atas dirinya serta manfaat dari pengajaran Alkitab.

A. Pengertian Panggilan Hidup


Apa arti “panggilan hidup”? sangat menarik untuk dibicarakan. Sebagian besar manusia
masih bingung terhadap konsep ini. Jelas! Karena banyak yang tidak mencari tahu dan tidak mau
tahu! Jika kita mau tahu maka konteks dipanggil membuat seseorang merubah pandangan
hidupnya. Pertanyaannya siapakah yang memanggil? Untuk apa dipanggil? Ini pertanyaan yang
harus kita jawab, sebab manusia hidup punya dan memiliki alasan. Alasan inilah yang membawa
kita dalam perenungan mengapa kita ada dalam dunia ini.
Panggilan sangat erat kaitannya dengan pekerjaan. Kata vocation (Bhs Inggris) memiliki
pengertian dalam Bahasa Indonesia “pekerjaan” berasal dari Bahasa Latin “Vocare” yang
diterjemahkan menjadi pengertian “memanggil”. Jadi, di dalam pekerjaan terdapat makna
panggilan karena bekerja merupakan panggilan. Siapa yang memanggil? Allah sendiri yang
memanggil umat-Nya untuk melayani Dia.1 Rita Wahyu menjelaskan kata “panggilan” memiliki

1
Kerja merupakan panggilan Allah, mandate suci yang diberikan Allah kepada manusia ketika dia diciptakan.
Namun, dalam perkembangannya mengalami distorsi atau perubahan. Agustinus dipengaruhi oleh Plato membedakan
kehidupan ke dalam dua area yaitu active life (de vita active) dengan complementative life (devita contemplative).
Yang dimaksud active life yaitu kerja dalam kehidupan sehari-hari dinilai lebih rendah jika dibandingkan dengan area
contemplative life (kerja dalam monastery, gereja). Pandangan ini kemudian sangat mempengaruhi Abad Pertengahan
termasuk pemikiran Thomas Aquinas sehingga memunculkan perbedaan yang mencolok antara sacred calling dan
secular work. Pada abad pertengahan perbedaan ini di revisi oleh tokoh reformator (Martin Luther dan John Calvin).
Pada abad pertengahan real Christianity ada di monasteri-monasteri maka pada masa reformasi “True Christianity”
berada di kehidupan orang-orang awam dalam pekerjaan sehari-hari. Tidak ada secular work semuanya adalah sacred
makna "Ibadah/Worship/Pelayanan" dan "Pekerjaan/Service" adalah menggunakan kata yang
sama ‫ עֲבֹ דָ ה‬- 'avodah. Kata yang mengandung moralitas ini dijelaskan dalam Kejadian 2:15
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.” Jadi jelas kata pekerjaan adalah suatu aktivitas alamiah
untuk manusia sejak semula namun bukan suatu hukuman. Rita menjelaskan bahwa pertama kali
manusia bekerja bukanlah setelah dia berdosa, melainkan Allah memberikan suatu tugas bagi
mereka untuk melakukan kerja sewaktu Tuhan memerintahkan mereka untuk menaklukan bumi
(Kej. 1:28). Hanya dosa yang membuat perubahan secara signifikan sehingga kerja menjadi suatu
beban dan menjemukan (Kej. 3:16, dst.) bahkan di ayat 19 pekerjaan sia-sia merupakan dosa (bdg
Rom. 8:20-21).
Selanjutnya ‫ עֲבֹ דָ ה‬- 'avodah, yaitu, “kerja” menjadi sebutan “ibadah” serapan bahasa Arab
bahwa pekerjaan itu adalah suatu pelaksanaan ibadah kepada Tuhan. Allah sang Maha Pencipta
dan melalui karya-Nya mencakup ciptaan seperti langit, bumi, binatang, dan manusia (Kej. 1:1;
2:1-3; Ayb. 14:15; Mzm. 8:3-8; 19:1; 104:24; 139:14) menunjukan bahwa Allah bekerja dengan
hikmat-Nya dilaksanakan dengan “kebenaran dan keadilan” (Mzm. 33:4; 86:8; 104:24; 111:7).
Kata "Hikmat" ( ‫ חָ כְ מָ ה‬- Khokh'mah) itu dipersonifikasikan bersama dengan Allah di dalam
pekerjaan-pekerjaan-Nya (Ams. 8:12-14).2 Jadi, dalam melaksanakan pekerjaan sebagai panggilan
Tuhan harus disertai dengan hikmat. Rasul Paulus mengatakan dalam Roma 8:28 “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
B. Dipanggil oleh Allah
Ada banyak tokoh-tokoh inspirator yang bisa kita pelajari dari berbagai biografi maupun
catatan yang tersedia dalam buku-buku, majalah, dan lainnya. Namun, pernahkah anda menyadari
bahwa Tuhan menginginkan keberadaan kita menjadi surat yang terbuka dan dapat dibaca semua
orang sehingga hidup kita menjadi panutan, serta teladan yang dapat di contoh? Jika tidak pun,
saudara menjadi suatu model yang tidak bagus dan akan dicatat oleh sejarah.
Panggilan hidup merupakan sebuah panggilan untuk berkarya bagi Tuhan sebagaimana
Tuhan memanggil, Nabi-nabi, Rasul-Rasul, dan lain-lain. Panggilan Tuhan dalam hidup kita
sekarang ini bukan “harus” menjadi Nabi, Rasul melainkan “menjadi seperti apa yang Tuhan
mau.” Panggilan Tuhan memiliki tujuan keselamatan bagi manusia sebagaimana yang dikatakan
Kitab Yunus sebagai doa agung sang nabi, “Keselamatan adalah dari Tuhan” (Yun. 2:9). Kalimat
yang sederhana namun luar biasa. Maksudnya, keselamatan mulai dengan pemilihan Allah atas
kita, bukan pemilihan kita atas Dia, dan berlanjut sampai akhir dan berhasil karena Allah bertekun
bersama dengan kita. Allah memilih Yunus untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak dia ingin

calling tergantung dari tujuannya kerja yaitu untuk kemuliaan Allah, yang membedakan bukan tempatnya tetapi
tujuannya.
Sukamto. “Teologi Kristen Tentang Kerja (Vocation) Pada Masa Pra-Reformasi dan Reformasi” Jurnal
Transformasi Vol.9, No.1 (Juni 2013): 74-75.
2
Rita Wahyu, “Pekerjaan, Ibadah, Pelayanan” diakses pada 27 Agustus 2020, pukul: 12.06 WIB.
http://www.sarapanpagi.org/pekerjaan-ibadah-pelayanan-vt7917.html
lakukan. Allah bertekun bersama Yunus sekalipun nabi yang memberontak ini berusaha melarikan
diri.3
Abraham dipanggil bukan karena dia memilih Allah, namun dia tidak pernah
membayangkan sebelumnya. Padahal dia cukup puas berada dalam kaum keluarganya sebagai
budaya kafir di Sungai Mesopotamia. Musa dipanggil bahkan sebelum dia menjadi seorang bayi
yang mengapung di Sungai Nil dalam sebuah keranjang. Allah berkata “Aku akan membebaskan
umat-Ku dari Mesir, dan Aku akan melakukan-Nya melalui bayi ini. Aku akan melindungi dia dari
Firaun. Aku akan mengutus dia kepada Firaun untuk mengatakan “biarkan umat-Ku pergi.” Hal
yang sama terjadi dengan Daud. Allah meletakkan urapan-Nya pada Raja masa yang akan datang
sementara dia masih melindungi beberapa domba, Allah mengutus Nabi Samuel kepada keluarga
Daud untuk mengurapinya. Demikian pula di masa Perjanjian Baru bahwa Allah memilih Yohanes
Pembaptis bahkan sebelum dia dilahirkan. Yesus memanggil murid-murid-Nya sementara mereka
masih menjadi nelayan. Allah memanggil Paulus ketika dia sedang menganiaya orang-orang
Kristen.4
Jadi, panggilan hidup manusia menurut James adalah berdasarkan pada penetapan Allah
sendiri untuk menyelamatkan dan menggunakan orang itu (Ef. 1:4-7). Dan untuk memahaminya
di mana pemilihan dan panggilan Allah itu bagi diri kita, hendaklah kita mengacu kepada ajaran
khusus Alkitab dalam Roma 8:28-30 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang
ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya,
mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-
Nya. Inilah tindakan Allah terhadap seseorang dalam panggilan-Nya.”5
Untuk dapat mengerti lebih jauh tentang “panggilan”, F.L. Bakker dalam bukunya menulis
bahwa kita harus memahami terlebih dahulu sejarah umat Israel dalam proses keselamatan yang
di mulai dari Abraham.6 Perjanjian itu sangat jelas terlihat dalam Kejadian 15 dan diperbarui dalam
Kejadian 17:2.7 Dari bangsa inilah mulai sejarah keselamatan umat manusia melalui Yesus Kristus
sebagaimana yang diceritakan dalam PB dan oleh-Nya setiap bangsa di dunia dapat memperoleh
berkat. Dari uraian di atas dapat kita pahami hakikat umat Allah dalam PL yang diungkapkan
dengan “tanda keselamatan” yang dinyatakan Allah dengan membebaskan Israel menjadi milik-

3
James Montgomery Boice. Dasar-Dasar Iman Kristen (Foundations of the Christian Faith) (Surabaya:
Momentum, 2011), 589-590.
4
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 589-591.
5
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 589-591.
6
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 93.
7
Kejadian 15:18, Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada
keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat”;
diperbaharui dalam Kejadian 17:2; “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat
engkau sangat banyak.”
Nya (bdk. Kel. 19:5-6; 1 Ptr. 2:9-10).8 Ini awal pemahaman orang Kristen dalam panggilan
hidupnya di dunia.
Penjelasan diatas membantu kita untuk dapat melihat model atau pola hidup umat Allah
(Israel) dalam Perjanjian Lama yang memiliki kontinuasi dengan umat Allah dalam PB (Gereja).
Modus “covenant” yang dimaksud ialah “ketaatan” kepada Allah adalah sama.9 Kontinuasi ini
yang menjadi menarik kita telusuri bahwa “Israel sejati” mewakili PL dan “Gereja” mewakili PB
sebagai landasan memahami makna panggilan hidup yang terintegrasi dalam covenant, yaitu Umat
Allah (Ibr. ‫“ )קָ ָ֙ ָהל‬qahal”10 artinya “memanggil” (orang-orang yang dikumpulkan oleh karena
panggilan Allah (lih. Kel. 35:11; Bil. 16:26; Ul. 9:10) dan “edhah”11 (‫ )ע ָ ֵָ֖דה‬artinya “memilih” atau
“menunjuk” (bdk. Kel. 12:3; Bil. 16:9; 31:12). Yang menarik adalah jika kedua kata ini dipakai
bersama, maka kata qahal dan edhah artinya “kumpulan seluruh umat” (Kel. 12:6; Bil. 14:5; Yer.
26:17).12 Jelasnya bahwa kedua istilah tersebut dapat dikatakan “panggilan Allah” berhubungan
erat dengan keberadaan umat Allah yang harus diekspresikan dalam konteks hidup pelayan Tuhan
dalam bernegara, bermasyarakat maupun bergereja dan dalam berkeluarga.
Jadi, dapat dirumuskan bahwa kasih Allah yang membebaskan itu mempunyai tujuan
supaya bangsa perbudakan yang sudah dibebaskan itu akan “melayani Tuhan” dalam kebebasan
dan menjawab kasih-Nya dengan balasan kasih. Tindakan penyelamatan Tuhan adalah: Ia
mengampuni, membebaskan, dan membarui. Untuk itu Ia memanggil umat-Nya guna melakukan
“pelayanan kasih” bagi Dia dan bagi sesamanya. Tugas ini terletak dalam perjanjian yang dibuat-
Nya dengan umat-Nya.13 Jadi, harus dipahami bahwa panggilan itu adalah melayani, sebagaimana
Yesus Kristus berkiprah di dunia adalah “melayani bukan dilayani” (lih. Mat. 20:28) sebagaimana
motto UKI.

C. Natur Manusia (Iman dan Rasio)

8
Tanda keselamatan dari Allah ini diwujudkan oleh-Nya melalui covenant (perjanjian berkat) dengan umat-Nya
(yang dalam hal ini Israel sejati yang percaya kepada Allah seperti Abraham, bapa leluhur mereka). Tanda kovenan
ini dapat dilihat pada pengalaman Abraham (Kej. 17) dan Israel (Kel. 20:1-7; Ul. 5:1-21).
Yakob Tomatala, Teologi Misi (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2013), 136.
9
Artinya, modus kovenan yang isinya mengandung pengakuan dari Allah kepada umat-Nya, dan ketaatan dari
umat-Nya kepada-Nya dengan komitmen tinggi adalah bagian integral dari kehidupan umat Allah PL yang memiliki
hubungan yang berkontinuasi dengan umat Allah PB (bdk. Luk. 16:16; Yoh. 4:23-25). Lihat Tomatala, Teologi Misi,
138.
10
‫ קָ ָָ֙הל‬qahal (kaw-hawl); a prim.root; to convoke: assemblage, assembly, company, congregation, multitude.
James Strong. The New Strong Exhaustive Concordance of The Bible, (Nashville, Tennessee: Thomas Nelson, 1995),
124.
11
HALOT, 6789.
12
Terj. kedua istilah ini dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta) kata qahal menjadi ekklesia dan
edhah menjadi sinagoge yang berarti “dipanggil keluar”. Tomatala, Teologi Misi, 150.
13
Sejalan dengan waktu bangsa Israel tidak lagi mengindahkan perintah Tuhan agar senantiasa hidup dalam
pelayanan. Sehingga kerap kali hukum-hukum Alah yang berfungsi sebagai petunjuk dan norma, setiap kali terbentur
pada kenyataan kehidupan masyarakat yang berdosa. Dalam setiap zaman hukum Allah itu bertentangan dengan
keinginan dan upaya hati manusia. Diakonia yang sesungguhnya tidak lahir dengan sendirinya dari hati manusia, tetapi
lahir dari percaya dan ketaatan. Itulah sebabnya kesaksian Alkitab mempunyai watak nabiah. Ia memanggil kita
melakukan pemeliharaan dengan bertobat secara konkret.
Konteks Panggilan hidup juga berbicara tentang natur manusia. Herman Bavinck
mengatakan, “Esensi natur manusia terletak pada diciptakannya natur tersebut menurut gambar
Allah. Seluruh dunia adalah penyataan Allah, cermin dari atribut-atribut dan kesempurnaan-
kesempurnaan-Nya. Setiap ciptaan dengan cara dan pada tarafnya sendiri adalah perwujudan
pemikiran ilahi. Tetapi di antara ciptaan-ciptaan, hanya manusia yang adalah gambaran Allah”. Ini
yang dikenal sebagai “imago Dei”. Bavinck seterusnya mengatakan bahkan bangsa kafir mengakui
realitas ini dan menyebut manusia sebagai gambar Allah. Para ilmuwan Phethagoras, Plato, Ovid,
Cicero, Seneca, dan lain-lain secara jelas menyatakan bahwa manusia, atau setidak-tidaknya jiwa
manusia, diciptakan menurut gambar Allah, bahwa manusia adalah kerabat dan keturunan Allah.14
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27; 5:1-3; 9:6; 1 Kor. 11:7;
Yak. 3:9) gambar dan rupa Tuhan dalam diri manusia sangat penting dipahami sebab hal ini
berbicara suatu kualitas yang manjadikan manusia istimewah dalam hubungannya dengan Tuhan.
Menurut perspektif Alkitab bahwa esensi manusia memiliki kesamaan dengan Tuhan, yaitu
kesamaan rohani, kesamaan moral, dan kesamaan sosial yang membedakan manusia dengan
ciptaannya yang lain.15 Dari hal inilah maka manusia dapat menyadari realitas hidupnya bahwa
manusia diberikan akal budi untuk mengenal kasih Tuhan dan kehendak-Nya melalui iman dan
ilmu.
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang memiliki ilmu pengetahuan (rasio). Dengan
ilmu pengetahuannya manusia mencari kebenaran-kebenaran sejati. Namun janganlah kita
berpegang pada kebenaran yang mendewakan rasio di atas segalanya karena kebenaran yang kita
terima tidak semua dapat diuji dengan pengetahuan melainkan diterima dengan iman sebagaimana
Roma 10:17 katakan; “Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus,” hal tersebut
diperjelas dalam kitab Ibrani 11:3 “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah
dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat
kita lihat.” Steven Tong mengatakan, “kita dapat mengerti karena kita beriman, bukan karena kita
mengerti dulu baru kita beriman. Namun demikian, pandangan Steven Tong, yang seimbang
bahwa kita sebagai orang beriman, tidak boleh meniadakan rasio tetapi juga tidak boleh
memperilah rasio. Orang Kristen harus menggunakan rasio sebaik mungkin dan rasional, tetapi
tidak jatuh menjadi seorang rasionalis.”16 Sebagaimana Hegel, Charles Darwin, Karl Marx,
Ludwig Feuerbach, Immanuel Kant, yang tidak konsisten mengakui iman Kristen dan kebenaran
Alkitab. Mereka tidak lagi mengabungkan hal tersebut sebagai hal yang saling berkontribusi,
saling menjembatani dan terdapat harmonisasi yang membantu memecahkan suatu masalah dan
saling melengkapi, melainkan mereka membatasi rasio atau ilmu pengetahuan tidak dapat
berkolaborasi, mereka mengintropeksi Alkitab dengan rasio bukan perpaduan iman dan rasio.

D. Mencari Kehendak Allah

14
Herman Bavinck. Dogmatika Reformed Jilid 2: Allah dan Penciptaan (Surabaya: Momentum, 2012), 666-
667.
15
Jermia Djadi, “Gambar dan Rupa Allah” diakses pada 27 Agustus 2020, pukul 21.00 WIB.
https://www.ojs.sttjaffray.ac.id/JJV71/article/viewFile/144/pdf_105
16
Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran (Jakarta: Institut Reformed, 1996), 17.
Natur manusia sebagaimana yang dijelaskan di atas tidak dapat lagi dimaknai dengan jelas
sejak kehadiran dosa (chattat/hamartia).17 Dosa mempengaruhi di wilayah intelek sebagaimana
yang diungkapkan James Montgomery Boice dalam bukunya Foundations of the Christian Faith,
manusia memiliki persamaan dalam banyak bidang, dan beberapa unggul di sana. Perkataan
Paulus tidak menyangkal hal tersebut namun, apa yang disangkal oleh perkataan itu adalah bahwa
manusia memiliki pemahaman akan perihal-perihal rohani tanpa karya Roh Allah yang adalah
satu-satunya yang meberi pemahaman itu. 1 Korintus 2:14 menjelaskan “Tetapi manusia duniawi
tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan;
dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” Yang
dimaksud Paulus adalah bahwa bukan hanya kita tidak mampu untuk datang kepada Allah karena
kita berdosa sedangkan Dia benar, dan tidak mampu memahami Dia karena jalan-Nya hanya dapat
dipahami dengan bantuan Roh Allah, tetapi perihal lainnya adalah bahwa manusia tidak ingin
datang kepada Allah. Lebih lanjut James mengatakan hampir semua manusia mencari “suatu allah”
allah yang mereka buat sendiri, yang mereka harap akan memenuhi kekosongan rohani dalam
hidup mereka. Di sinilah pangkal kesalahan manusia sehingga tidak lagi memahami kehendak
Allah.18
Jika kita mau memaknai panggilan hidup sebagai orang Kristen khususnya sebagai
mahasiswa Kristen yang berlandaskan iman dan ilmu seyogyanya mengajukan pertanyaan penting
“apa rencana Allah bagi hidup saya? Bagaimana saya dapat mengetahuinya? Dan bagaimana saya
dapat yakin bahwa saya mengetahuinya? Namun, walaupun manusia menyangkali serta
mengacuhkannya pertanyaan-pertanyaan itu, implikasinya tetap akan diperhadapkan kepada kita,
sebab Allah ingin kita mengetahui kehendaknya dan menerimanya dengan syukur sebagaimana
Paulus katakan dalam Roma 12:1-2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna.19
Apa yang menjadi tujuan hidup kita? Selain meminta kepada Tuhan hikmat agar dapat
memahami dengan benar maksud Tuhan sebagaimana Raja Daud memohon kepada Tuhan akan
kebutuhan akan bimbingan Allah dalam Mazmur 25:4-5, “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu
kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu
dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan
sepanjang hari. Jadi yang dimaksud ketika kita berbicara tentang mengetahui kehendak Allah,

17
Kata bahasa Ibrani chattat yang biasanya diterjemahkan dengan “dosa” mengandung arti “kegagalan”, “tidak
mencapai tujuannya”, sama dengan kata hamartia dalam bahasa Yunani. Maksudnya adalah bahwa manusia tidak
dapat menjadi seperti yang direncanakan Tuhan, yaitu dapat menjadi gambar Allah.
Jan A Boersma, Jakob P.D Groen, Dick Mak, Rufus TH. Pos, Gerrit Riemer, Henk Venema, Berteologi Abad
XXI: Menjadi Kristen Indonesia di Tengah Masyarakat Majemuk (Jakarta: Literatur Perkantas, 2015), 453.
18
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 589-591.
19
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 547.
singkatnya Allah tidak menyatakan rahasia-Nya atau tujuan-tujuan-Nya yang tersembunyi (Ul.
29:29). Namun, apa yang Tuhan nyatakan adalah jenis kehidupan atau karakter yang Tuhan
perkenan. Arti lain dari “kehendak” jelas James dalam Alkitab adalah di posisi Allah atau apa yang
menyenangkan Dia. Artinya jika kita berusaha mengetahui apa yang menyenangkan Allah, banyak
yang dapat dikatakan, karena Allah telah menyatakan itu kepada kita. “Allah menghendaki
kebenaran kita. Allah menghendaki ketaatan kita di dalam Yesus.20
Dari penjelasan di atas, maka kita mendapati tiga prinsip penting yaitu: 1) Kita harus
bersedia melakukan kehendak Allah bahkan sebelum kita tahu apa kehendak Allah itu. 2) Kita
harus mendapatkan petunjuk-petunjuk kita dari Alkitab. 3) Prinsip tentang persekutuan sehari-hari
dan bahkan setiap jam dengan Tuhan.21 Artinya, ketiga prinsip ini menjadi acuan panggilan hidup
orang Kristen karena Allah sendiri yang menyatakan dalam Mazmur 32:8, “Aku hendak mengajar
dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku
tertuju kepadamu.” Apa itu “jalan yang harus ditempuh”? menjadi seperti Kristus.

E. Menjadi Seperti Kristus


Tujuan hidup manusia sebagaimana panggilannya di dunia adalah “menjadi seperti
Kristus.” Gilbert Beers mengatakan serupa dengan Kristus berarti menjadi seperti Kristus, bukan
sebab kita meniru Dia, melainkan sebab Dia tinggal di dalam kita.22 Keserupaan dengan Kristus
diungkapkan Paulus dalam Filipi 2:5, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Artinya, bukan meniru pikiran-
Nya atau menyusun pikiran kita dengan pikiran-Nya melainkan keserupaan dengan Kristus adalah
membiarkan Kristus tinggal di dalam kita dan hidup melalui kita. J.J. Packer mengatakan menjadi
serupa dengan Kristus berarti sifat Tuhan Yesus sudah direproduksi di dalam diri kita yaitu
tercermin dalam buah-buah Roh (Gal 5:22-23).
Packer menilai jika kita serupa dengan Kristus tidak akan menghilangkan identitas kita,
bahwa kita akan mulai terlihat dan bertindak seperti orang Kristen lainnya, namun kita tetap
memiliki kepribadian dalam hidup Kekristenan kita tetapi dengan menunjukan sikap dan jiwa yang
dilandasi nilai-nilai moral etika yang logis sesuai firman Tuhan.23 singkatnya menjadi serupa
dengan Yesus kita “memiliki pikiran Kristus” (1 Kor. 2:16), memiliki semangat dalam pekerjaan,
pelayanan, bahkan dalam proses pembelajaran selalu menjadi yang terbaik. Hal yang harus di
teladani dalam Yesus adalah “ketaatan-Nya.” Sampai mati di Kayu Salib, Yesus menyelesaikan
tugas-Nya dengan berkata “tetelestai” yang artinya “sudah selesai.” Ini yang terpenting dalam
kehidupan setiap manusia yaitu finishing well (kerja tuntas, mengakhiri bagian penting hidup atau
menutup babak kehidupan yang penting).24

20
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 547-548.
21
Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 555.
22
Pola Hidup Kristen: Penerapan Praktis (Jawa Timur: Gandum Mas, 2002), 202.
23
Pola Hidup Kristen, 212.
24
David W.F Wong, “Finishing Well: Closing Life's Significant Chapters” Singapore: Finishing Well Ministries.
Diakses pada 28 Agustus 2020, pukul 12.00 WIB. http://sukses-ministry.blogspot.com/2013/10/finishing-well.htm
Penjelasan di atas memberikan gambaran tugas panggilan kita sebagai pendidik maupun
mahasiswa senantiasa selalu berpatokan kepada teladan Yesus selama hidup-Nya di dunia yang
selalu berasaskan “kerja keras, kerja cerdas, kerja tangkas, kerja ihklas, dan kerja tuntas” (finishing
well) sehingga panggilan hidup kita tidak sia-sia dan menjadi inspirator bagi sesama manusia.
Apa yang menjadikan seseorang sebagai sosok inspirator? Kata inspirator dalam KBBI
berasal dari kata inspirasi yang berarti ilham, yaitu “petunjuk Tuhan” yang timbul di hati, dengan
kata lain, sesuatu yang menggerakan hati untuk mencipta. Dalam bahasa Latin “inspirasi” yaitu:
in dan spiro yang berarti menghembuskan ke dalam. Bila kita lihat dalam bahasa Ibraninya kata
“inspirasi” adalah Neshama dan Nisma yang berarti nafas. Dalam bahasa Yunaninya yang dipakai
dalam 2 Timotius 3:16 yaitu, theopneustos (pneo + theos) yang berarti “dihembuskan” oleh Allah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kata inspirasi adalah bisikan hati atau pikiran yang timbul dari hati
yang juga dapat diartikan petunjuk dari Tuhan yang menggerakan hati untuk menciptakan
karya/berkarya; atau menghasilkan karya baru, ataupun melakukan suatu hal (inovasi),25 sehingga
sekalipun dia telah tiada namun karyanya masih ada dan dikenang orang serta ditiru atau
diteladani.
Karya seseorang yang menjadi teladan tentu tidak datang begitu saja melainkan disertai
kerja keras dan melalui kompetensi yang dia miliki sehingga karyanya dapat menginspirasi
seseorang. Yang menarik Alkitab catat bahwa Yesus memulainya dengan dua hal penting yaitu,
menjadi manusia pembelajar dan melayani menjadi panggilan hidup Yesus selama di dunia.
Alkitab mencatat bahwa Yesus sebagai seorang manusia pembelajar. Hal ini terlihat dalam tabiat
ilahi Yesus tidak melepaskan Dia dari keharusan belajar Ibrani 5:8, “Dan sekalipun Ia adalah
Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.” Yang Yesus lakukan selama
di dunia adalah belajar. Belajar bahasa setempat sehingga Dia dapat membaca kitab Taurat,
menafsirkan Perjanjian Lama, belajar gaya berpikir kaum farisi dan Saduki dan belajar memakai
alat-alat pertukangan seorang tukang kayu sebab Yesus juga dikenal oleh warga Nazareth sebagai
seorang tukang kayu (Mrk. 6:3). Yesus tidak dilahirkan lengkap dengan semua pengetahuan yang
bakal muncul dalam pengajaran-Nya dikemudian hari. Pengalaman belajar yang paling mendalam
menurut Ibrani 5:7-8 adalah yang bersangkut paut dengan disiplin penyesuaian diri dengan
“kehendak Allah.” Oleh karena itu, Yesus sendiri dulu adalah seorang murid (Luk. 6:40). Dia
adalah buah dari pendidikan agama Yahudi sampai menjadi sosok inspirator dengan sebutan “Sang
Guru Agung.”
UKI adalah perguruan tinggi Kristen tertua di Indonesia yang mengikrarkan Yesus Kristus
adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia sebagai pusat pergerakan dari semangat, penggerak
mahasiswa, dan dosen untuk melayani Tuhan melalui pendidikan. Kata “Kristen” di Universitas
Kristen Indonesia (UKI) merupakan “gerakan kebangkitan mentalitas, moralitas, dan spritualitas
yang siap juang” dalam berbagai aspek kehidupan mahasiswa untuk bertanggung jawab serta
mengimplementasikan kemampuannya sebagai seorang ilmuwan Kristen di Indonesia dengan
motto “melayani, bukan dilayani.” Kata ini berasal dari ucapan Tuhan Yesus kepada para murid-

25
Talizaro Tafonao, “Gembala Sebagai Pengajar, Motivator, dan Inspirator,” diakses pada 28 Agustus 2020,
pukul: 17.18 WIB. https://osf.io/preprints/agrixiv/uscb5/
Nya dalam konteks pembinaan, khususnya kepemimpinan Kristen, dalam Matius 20:28.
Maksudnya kepemimpinan Kristiani bukan soal kekuasaan dan status, melainkan soal pengabdian
diri dan pelayanan (Dan. 7:13,14; Fil. 2:5-11).
Ada yang menarik untuk dipelajari para mahasiswa UKI dalam Kekristenan bahwa untuk
menjadi seorang inspirator Yesus berkata engkau harus “melayani.” Banyak orang ingin dikenal,
dikenang selalu, menjadi terkenal bahkan menjadi pemimpin, namun belum tentu mereka dapat
melayani tetapi Yesus berkata engakau harus melayani, karena kita melayani atau bekerja dan
belajar (Bhs Ibrani ‫ עֲבֹ דָ ה‬- 'avodah) adalah kita beribadah kepada Tuhan.

Latihan
Dalam rangka pendalaman terhadap materi yang telah dijelaskan pada kegiatan
pembelajaran di atas, maka kerjakanlah latihan soal di bawah ini:
1. Jelaskan definisi panggilan hidup menurut Alkitab?
2. Jelaskan konti-nuasi perjanjian Allah dengan umatnya dalam sejarah bangsa Israel dan berikan
aplikasinya bagi panggilan saudara?
3. Jelaskan bagaimana anda menjelaskan tentang iman dan rasio berkenaan dengan proses
pembelajaran?
4. Jelaskan bagaimana anda dapat mengetahui kehendak Allah dalam panggilan hidup?
5. Jelaskan bagaimana anda bisa menjadi sosok inspiratory dalam keluarga dan ditempat
beraktivitas?
6. Berikan kesimpulan sosok inspiratif seperti apa yang anda inginkan dalam panggilan
hidupmu?

Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara mahasiswa/i diharuskan untuk membuat
atau menulis ringkasan (review) atas semua materi yang telah dia pelajari dengan
kalimat/bahasanya sendiri sebanyak 1000-1500 kata. Penilaian hasil review dilakukan berdasarkan
sistimatika penulisan, kedalaman di dalam menguraikan konsep-konsep penting dan penulisan
menurut standar bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah kegiatan pembelajaran kedua ini selesai, mahasiswa/i diharapkan untuk:
1. Merumuskan ulang konsepsi berpikir tentang panggilan hidup yang memiliki nilai-nilai etis,
logis, dan teologis.
2. Setelah itu, ambillah waktu untuk berbicara/berdiskusi dengan teman anda di kelas (bisa secara
luring ataupun secara daring) dengan mengkaji ulang dampak panggilan hidup dalam proses
belajar mengajar.

Referensi
Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Bavinck, Herman. Dogmatika Reformed Jilid 2: Allah dan Penciptaan. Surabaya: Momentum,
2012.
Bibleworks. HALOT, 6789.
Boersma, Jan A. Jakob P.D Groen, Dick Mak, Rufus TH. Pos, Gerrit Riemer, Henk Venema.
Berteologi Abad XXI: Menjadi Kristen Indonesia di Tengah Masyarakat Majemuk. Jakarta:
Literatur Perkantas, 2015.
Boice, James Montgomery. Dasar-Dasar Iman Kristen (Foundations of the Christian Faith).
Surabaya: Momentum, 2011.
Djadi, Jermia. “Gambar dan Rupa Allah” Diakses pada 27 Agustus 2020, pukul 21.00 WIB.
https://www.ojs.sttjaffray.ac.id/JJV71/article/viewFile/144-/pdf_105
Pola Hidup Kristen: Penerapan Praktis. Jawa Timur: Gandum Mas, 2002.
Rita, Wahyu. “Pekerjaan, Ibadah, Pelayanan” diakses pada 27 Agustus 2020 pukul 12.06 WIB.
http://www.sarapanpagi.org/pekerjaan-ibadah-pelayanan-vt7917.html
Strong, James. The New Strong Exhaustive Concordance of The Bible. Nashville, Tennessee:
Thomas Nelson, 1995.
Sukamto, “Teologi Kristen Tentang Kerja (Vocation) Pada Masa Pra-Reformasi dan Reformasi”
Jurnal Transformasi Vol.9, No.1 (Juni 2013): 74-75.
Tafonao, Talizaro. “Gembala Sebagai Pengajar, Motivator, dan Inspirator” diakses pada 28
Agustus 2020, pukul 17:18 WIB. https://osf.io/preprints/agrixiv/uscb5/
Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2013.
Tong, Stephen. Iman, Rasio dan Kebenaran. Jakarta: Institut Reformed, 1996.
Wong, David W.F. “Finishing Well: Closing Life's Significant Chapters” Singapore: Finishing
Well Ministries. Diakses pada 28 Agustus 2020, pukul 12.00 WIB. http://sukses-
ministry.blogspot.com/2013/10/finishing-well.html

Anda mungkin juga menyukai