Anda di halaman 1dari 24

Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Pendidikan di

Indonesia.

Manusia merupakan makhluk yang misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar, tetapi
“angkasa dalamnya masih belum cukup terungkap; minimal para pakar dari ilmu-ilmu perilaku
cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal mengenai perilaku manusia itu.
Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu
berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu.Terdapat
perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang
paling berpengaruh (dominan) dalam perkembangan kepribadian.Teori-teori dari Strategis
Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis (konstitusional) dari Kretsch
merdan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas, sedang teori-teori dari
Strategi Behavioral dan Strategi Phenomenologis menekankan faktor belajar. Kedua strategi
yang terakhir ini, meskipun keduanya menekankan faktor belajar, tetapi mengemukakan
pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan
pandangan tentang hakikat manusia. Strategi behavioral memandang manusia terutama
sebagai makhluk pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya,sedang strategi
phenomenologis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan
melakukan pilihan-pilihan sendiri.

Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut


menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia,mulai dari
yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya
mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam
pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk
mengembangkan manusia. Seperti dalam kajian selanjutnya, bahwa aliran konvergensi
mencoba mengemukakan pandangan menyeluruh, dan karena itu, diterima luas oleh banyak
pihak.

A. Aliran Empirisme

Aliran Empirisme bertolak dari locken Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal
dalam perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut emvironmentalisme) pendidik
memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan
pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.
Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Baca Juga
Remaja : Pengertian, Ciri-Ciri, dan Faktor Dominan Serta Emosi Remaja
Pengertian dan Fungsi Teori menurut Ahli
Pendekatan Induktif : Pengertian, Strategi Berfikir, Karakteristik dan Langkah-Langkahnya
Aliran emperisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah
akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek. Jadi perkembangan anak
menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan
dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau
menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan


pengalaman yang di peroleh dari lingkungan.Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan,menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karna berbakat,meskipun lingkungan sekitarnya tidak
mendukung.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri
yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang
dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun
demikian, penganut aliran ini masih tampat pada pendapat-pendapat yang memandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi
tingkah laku.

B . Aliran Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Tokoh aliran nativisme adalah Schopen hauer seorang filsuf jerman yang
hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Factor lingkungan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi
jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.

Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat


pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat
tidak akan menjadi baik. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang
baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Meskipun sering
ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada
pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Terdapat suatu pokok pendapat aliran
nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi
yang mendorong manusia untuk mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia
sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
C. Aliran Naturalisme

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir didunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh
lingkungan, sehingga Naturalisme sering disebut negativisme.Naturalisme memiliki prinsip
tentang proses pembelajaran. (M arifin dan Amiruddin R, 1992 ;9) bahwa peserta didik belajar
melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan
pertumbuhan dan perkembangan didalam diri secara alami.

Pendidikan hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan


sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian peserta didik kearah pendangan yang positif dan tanggapan terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar tergantung
pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus sesuai dengan minat dan
bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta
didik.

Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan


pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat
menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat (artificial) dan dapat membawa anak
kembali kealam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan
naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan
terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.

D. Aliran Konvergensi

Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa jerman
yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting.

Willian Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan
b. Lingkungan
c. Hasil pendidikan/perkembangan.

Jadi menurut teori konvergensi:


Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika
lahir dengan lingkungan.

Sumber:
Umar Tirtarahardja & L. La Sulo. (2015). Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka
Cipta.

SHARE THIS POST


RELATED POSTS

Pengertian Belajar Menurut Ahli

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Artikel Mengenai Penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Aditif

Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Newer Post Older Post

PROFIL

POPULAR POSTS

Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945

Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan

10 Contoh Model Pembelajaran dan Langkah-Langkahnya

Pengertian Harga Pokok, Harga Pokok Produksi dan Harga pokok penjualan

Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Model Pembelajaran


Problem Based Learning
Contoh Surat Lamaran Kerja Sebagai Dosen

Peta Konsep (Consept Mapping): Pengertian, Ciri-Ciri, Tajuan Pembuatan dan Langkah -
Langkah Pembuatannya

Konsep Dasar Komunikasi : Pengertian dan Komponen Komunikasi

About Contact Privacy Policy Disclaimer


Copyright 2018 WAWASANPENDIDIKAN
Aliran emperisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah
akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek. Jadi perkembangan anak
menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan
dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau
menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan


pengalaman yang di peroleh dari lingkungan.Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan,menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karna berbakat,meskipun lingkungan sekitarnya tidak
mendukung.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri
yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang
dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun
demikian, penganut aliran ini masih tampat pada pendapat-pendapat yang memandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi
tingkah laku.

B . Aliran Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Tokoh aliran nativisme adalah Schopen hauer seorang filsuf jerman yang
hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Factor lingkungan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi
jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.

Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat


pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat
tidak akan menjadi baik. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang
baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Meskipun sering
ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada
pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Terdapat suatu pokok pendapat aliran
nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi
yang mendorong manusia untuk mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia
sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.

C. Aliran Naturalisme

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir didunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh
lingkungan, sehingga Naturalisme sering disebut negativisme.Naturalisme memiliki prinsip
tentang proses pembelajaran. (M arifin dan Amiruddin R, 1992 ;9) bahwa peserta didik belajar
melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan
pertumbuhan dan perkembangan didalam diri secara alami.

Pendidikan hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan


sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian peserta didik kearah pendangan yang positif dan tanggapan terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar tergantung
pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus sesuai dengan minat dan
bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta
didik.

Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan


pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat
menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat (artificial) dan dapat membawa anak
kembali kealam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan
naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan
terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.

D. Aliran Konvergensi

Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa jerman
yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting.

Willian Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan
b. Lingkungan
c. Hasil pendidikan/perkembangan.

Jadi menurut teori konvergensi:


Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika
lahir dengan lingkungan.

Sumber:
Umar Tirtarahardja & L. La Sulo. (2015). Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka
Cipta.

SHARE THIS POST


RELATED POSTS

Pengertian dan Fungsi Pendidikan.

Zat Radio Aktif dan Penggunaan Radio Isotop bagi Kesehatan

Peran Pendidikan Bagi Kehidupan Manusia

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia


Newer Post Older Post

PROFIL

POPULAR POSTS

Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945

Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan


10 Contoh Model Pembelajaran dan Langkah-Langkahnya

Pengertian Harga Pokok, Harga Pokok Produksi dan Harga pokok penjualan

Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Model Pembelajaran


Problem Based Learning

Contoh Surat Lamaran Kerja Sebagai Dosen

Peta Konsep (Consept Mapping): Pengertian, Ciri-Ciri, Tajuan Pembuatan dan Langkah -
Langkah Pembuatannya

Konsep Dasar Komunikasi : Pengertian dan Komponen Komunikasi

About Contact Privacy Policy Disclaimer


Copyright 2018 WAWASANPENDIDIKAN

HISTORY

Selasa, 10 Desember 2013


. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia

A Pengajaran Alam Sekitar


Pengajaran alam sekita merupakan gerakan pendidikan yang mendekatkan anak pada
alam sekitarnya. Prinsip dari pengajaran alam sekitar adalah:
Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung.
Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat.
Memungkingkan memberikan pengajaran totalitas.
Dapat memberikan anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh.
Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional.

B Pengajaran Pusat Perhatian


Pengajaran ini merupakan gerakan yang telah mendorong berbagai upaya agar dalam
kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi sehingga perhatian siswa tetap terpusat
pada bahan ajaran.

C Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Gerakan ini juga
meluas sampai ke Indonesia, yang dikenal dengan istilah sekolah kejuruan.

D Pengajaran Proyek
Dalam pengajaran proyek, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan),
merancang, serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya untuk
mencari jalan keluar bila ia menemui kesulitan.

Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di


Indonesia
Gerakan baru dalam pendidikan juga memberikan pengaruh yang besar dalam
pendidikan di Indonesia. Misalnya, adanya muatan local dalam kurikulum, berkembangnya
sekolah kejuruan, dan pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam menghadapi
masalah.
CAMPUS STUDY

telusuri
JAN
12
Gerakan Baru Pendidikan Dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Di Indonesia

Nurul Inayah Sangadji

Abstrak : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Gerakan baru dalam
pendidikan mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia. Masyarakat pada
umumnya yang merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan
yaitu sebagai objek dari pendidikan.

Kata Kunci : gerakan baru, pendidikan, Indonesia

Pendahuluan : Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk
meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen
tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang ke dua
yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja.
Meskipun demikian, sebagai suatu system, penanganan satu atau beberapa komponen itu akan
mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa gerakan baru tersebut memusatkan diri pada
perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada system persekolahan,
seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek,
dan sebagainya. Gerakan-gerakan baru itu pada umumnya telah memberikan kontribusi
secrara bervariasi terhadap penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Pembahasan :
Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah


gerakanpengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger (1808-1888)
di Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam sekitar, dan J. Ligthart (1859-1916) di'
Belanda dengan Met Volle-Leven {kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan
Heimatkunde adalah:
1) Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung.
Betapapentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-
sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
2l Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anakaktif
atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
3) Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas,yaitu
suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai
berikut:
Bahan Ajar Pengantar Pendidikan Page 62
a) Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalamdaftar
pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk
mencaPai tujuan.
b) Suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atassuatu
bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.
c) Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran ituberhubung-hubungan
satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
4) Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh
dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segala sesuatu
yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan
pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasiantara pengetahuan
lama dengan pengetahuan baru.
5) Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak. Untuk anak pun alam sekitar tidak berbeda
dengan untuk orang dewasa; segala kejadian di alam sekitarnya merupakan sebagian dari
hidupnya sendiri, dalam duka maupun suka {perhelatan, kelahiran, kematian, pesta desa,
panen, penanaman ladang, dan sebagainya). Bahkan kali, kolam, ladang, gunung, jalan, itu
semua merupakan bagian dari dirinya atau dirinrTa adalah bagian dari itu semua.
Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar
emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang
diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitarnya. Sedangkan J.
Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Voile Leven sebagai berikut:

1)Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya,


tidakkebalikannya, sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.
2) Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau
roatapengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.
3) Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan, agar
muridpaham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya
(pengajaran alam sekitar).
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam sekitar tersebut telah banyak dilakukan disekolah,
baik dengan peragaan, penggunaan bahan lokal dalam pengajaran, dan lain-lain.
Sepertitelah dikemukakan bahwa beberapa tahun terakhir initelah ditetapkan adanya
muatan lokal dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan muatan lokal
tersebut diharapkan anak makin dekat dengan alam dan masyarakat lingkungannya. Di
samping alam sekitar sebagai isi bahan ajaran, alam sekitar juga menjadi kajian empirik
melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber belajar, anak akan lebih menghargai, mencintai, dan melestarikan
lingkungannya.

b. Pengajaran Pusat perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1g71-1932) dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat (Centres d'interef), di samping pendapatnya tentang
pengajaran global. Pendidikan raenurut Decroly berdasar pada semboyan: Ecole pour la
vie, par la vie {sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup
dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyaraka! anak harus diarahkan kepada
pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai
pengetahuan terhadap dirisendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang
dunianya (lingkungannya, tempat hidup di hari depannya). Menurut Decroly dunia ini terdiri
dari alam dan kebudayaan. Dan dunia itu harus hidup dan dapat mengembangkan
kemampuan untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan
atas diri sendiri dan dunianya. Pengetahuan anak-anak harus bersifat subjektif dan objektif.
Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua halyang khas dari Decroly, yaitu:

1) Metode Global {keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia
menciptakan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan).
Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip
psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, temyata mengajarkan kalimat
lebih mudah daripada mengajarkan ftata-kata lepas. Sedang kata lebih mudah diajarkan
daripada mengajarkan hur.uf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab
artisesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda (tulisan), atau suatu
gambar yang dapat dilihat.
2) Centre d'interet (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa
anak-anak mempunyai minat yang spontan {sewajarnya). pengajaran harus disesuaikan
dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang
ditimbulkan oteh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai
minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap dirisendiri itu dapat kita
bedakan menjadi:
(a) Dorongan mempertahankan diri.
(b) Dorongan mencarimakan dan minum.
(c) Dorongan memelihara diri.

Sedangkan minat terhadap masyarakat (biososial) ialah:


(a) Dorongan sibuk bermain-main.
(b) Dorongan meniru orang lain.

Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat.


Sedangkanpendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat
tersebut. Gerakan pengajaran pusat perhatian tersebut telah mendorong berbagai upaya
agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar, dan lain-
lain) agarperhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi
pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dan dengan
demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran
biasanya kerja di prograrn pendidikan jalur sekolah, pengaruh terbesar di pendidikan ini
adalah pada jatrurpendidikan luar sekolah {seperti kursus-kursus, balai latihan kerja, dan
sebagainya.

c. Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagaititik kulminasi dari pandangan-pandangan


yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Corrnenius (1592-
1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan
(keterampilan, kerja tangan). J. H. Pstalozzi {L746-1827} mngajarkan bermacam-macam
mata pelajaran pertukaran disekolahnya. Namun yang sering dipandang sbagai kpalah
skolah adalah G. Kerschensteiner (1354-1932) dengan Arbeitschule-nya (sekolah kerja)
dijerman. Perlu dikemukakan bahwa sekolah individu tetapijuga demi kepentingan
masyarakat. Dngan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik,
yakni :
1) Tiap orank adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara .
3) Dalam menunaikan kdua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya,
agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mernpertinggi dan menyempurnakan
kesusilaan dan keselamatan negara. Berdasarkan hal itu, maka menurut G.
Kerschensteinertujuan sekolah adalah :
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau
pengetahuan orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
b. Agar anak dapat memiliki kernampuan dan kemahiraan tertentu.
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.

Kerschensteiner brpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah


mmpersiapkan anak-anak untuk dapat bekrja. Bukan pekrjaan otak yang dipentingkan,
melainkan pekerjaan tangan, sebab pekerjaan tangan adalah dasar dari segala
pengetahuan adat, agama, bahasa, kesenian,ilmu pengetahuan dan lain-lain. Oleh karena
itu dmikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah kerja
dibagi menjaditiga golongan besar:

1. Sekolah-sekolah prindustrian {tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu, tukang dagin,
masinis, dan lain-lain).
2. Sekolah-sekolah perdagangan {rnakanan, pakaian, bank, asuransi, pmegang buku,
porselin, pisau, dan gunting dari besi, dan lain-lain).
3. Sekolah sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan
menghalilkan warga ngara yang baik.

Segala pekerjaan itu dilaksanakan disekolah sehingga sekolah mempunyai alat-alat yang
lengkap dan ternpat (ruang) yang ukup; dapur, laboratorium, kebun sekolah, tempat
bertukang dan sebagainya. Pengikut G. Kerschensteiner antara lain ialah leo de paeuw. Leo
de paeuw adalah direktur jenderal pengajaran normal di belgia, yang mendirikan sekolah
kerja seperti Kerschensteiner di negaranya. la membuka lima maam sekolah kerja yaitu:
1-. Sekolah tekhnik kerajinan.
2. Sekolah dagang.
3. Sekolah pertanian bagianak laki.
4. Sekolah rumah tangga kota, dan
5. Sekolah rumah tangga desa. Kedua yang terakhir ini khusus untuk para gadis, dan
dapatberhasil baik sedang sekolah-sekolah bentuk lainnya bersifat intelektualistik.

Di Amerika Serikat, gema sekolah kerja dapat ditmukan dalarn gagasan-gagasan J. Dewey
Tentang pendidikan, khususnya rnetode pnoyek (lihat butir brikutnya). Di samping itu
gagasan sekolah kerja sangad mendorong berkembangnya sekolah kejuruan di stiap
negara, termasuk di lndonesia. Peranan sekolah kejuruan pada tingkat menengah
merupakan tulang punggung penyiapan tenaga trampil yang diperlukan oleh negara sedang
membangun seprti lndoneia.
Pendidikan keterampilan itu sangat diperlukan oleh setiap orang yang akan memasuki
lapangan kerja. Oleh karenaitu, dalam rangka wajib belajan 9 tahun di lndonesia akan
dikernbangkan paket prograrn yang rnemberi peluang lulusannya untuk memasukilapangan
kerja, dengan tidak mengabaikan pendidikan umum yang akan dilanjutkan ke SMTA.
Disamping pengaruh sekolah kerja di program pendidikan jalur sekolah, pengaruh terbesar
gagasan ini adalah pada jalur pendidikan luar sekolah (seperti kursus-kursus, balai latihan
kerja, dan sebagainya).

d. Pengajaran Proyek

Dasar filosofi dan pedagogis dari pengajaran-pengjaran proyek diletakan oleh johnDewey
(1859-1952), natrnun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya, haruslah sebagai
mikrokosmos dari masyarakat {becomes microcosm of soc'letyh oleh karena itu, pendidikan
adalah suatu proses kehidupan itu sendiri bukannya penyiapan untuk kehidupan di masa
depan (education is a process of living and not a preparation for future living) (ulich, 1950:
318). Perlu pula dikemukakan bahwa Dewey merupakan peletak dasar dari falsafah
pragmatisme dan penganut behaviorisme. J. Dewey sering dipandang sebagai pemikir dan
peletak dasar masyarakat modern Amerika. Khusus dalam bidang pengajaran, Dewey
menegaskan pengajaran proyek, yang dilanjudkan oleh kilpatrick dan kawan-kawannya.
Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan),
merancang, serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak, mendorongnya
mencarijalan pemecahan bila ia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif
karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Proyek itulah yang menyebabkan mata
pelajaran-mata pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain.
Fengajaran berkisar disekltar pusat-pusat minat sewajarnya. Menurut Dewey yang menjadi
kompleks pokok ialah pertr.rkaran kayu, mernasak, dan menenun. Mata pelajarn-mata
pelajaran seperti menulis, membaca, dan berhitung serta bahasa tidak ada sebab semua itu
berjalan dengan sendirinya pada waktu anak-anak melaksanakan proyek itu. Anak tidak
boleh dipisChkan-daripengajaran bahasa ibu sebab bahasa ibu merupakan alat pernyataan
pengalaman dan perasaan anak-anak. Dalam pengaiaran proyek, pekerjaan-pekerjaan
dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Juga dalam
bekerja sama itu akan lahir sifat-sifut baik pada diri anak seperti bersaing seara sportif,
bebas menyatakan pendapat, dan disiplin yang sewajarnya. Sifat-sifat manusia tersebut
sangat dipelukan dalam masyarakat luas yang kapitalistik dan demokratik. Pengajaran
proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di lndonesia, antara lain
dengan nama pengajaran proyek, pengajarn unit, dan sebagainya. Yarrg perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek rnenumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
persoalan seara komprehensif; dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan
masalah secaramultidisiplin. Pendekatan multidisipin tersebut makin lama makin penting,
utamanya dalam masyarakat yang maju.
e. Pengaruh Gerakan Baru dalanr Fendidikan Terhadap Penyelengg3raan Pendidikan di
lndonesia
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah
menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional.
Sebab itu mungkin saja gerakan-gerakan ltu tidak di adopsi seutuhnya di suatu masyarakat
atau Negara tertentu, namun asas pokoknya rnenjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam
masyarakat atau negara itu. Sebagai contoh yang telah dikemukakan pada setiap paparan
tentang gerakan F-itu, untuk indonesia, seperti rnuatan lokal dalam kurikuluM untuk
mendekatkan peserta didik dengan lingkungannya, berkembangnya sekolah kejuruan,
pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam mengahadapi masalah, dan
sebagainya. Akhirnya, perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-pemikiran pada
masalalu akan sangat bemanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk
pendidikan, sertamemupuk wawasan historis darisetiaptenaga kependidikam. Kedua halite
sangat penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk di
bidang pembelajaran, akan mernbawa darnpak bukan hanya pada masa kinl tetapijuga
rnasa epan. Oleh karenaitu, setiap keputusan dan tindakan itu harus dipertanggung
jawabkan secara profesional. Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi
polemik tentangperan pokok pendiikan {utamanya jalur sekolah) yaknitentang masalah
relevansi tentang dunia kerja (siap pakai); apakah tekanan pada pembudayaan manusia
yang menyadari harkat dan martabatnya, ataukah memberi bekal keterampilan untuk
memasuki dunia kerja.kedua halite tentulah sama pentingnya dalarn rnembangun sumber
day manusia lndonesia yang bermutu.
Kesirnpulan:
Pendidikan telah dimaulaisejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia
selalu_dllradapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang
lebih 55ik dari srang tua_nya. Di dalm kepustakaan tentang pendidikan, pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan telah dimulai darizaman Yunani kuno sampai kini. Pembawaan baik
akan rusak Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik
anak itu. seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupul factor
lingkungan sama sarna mempunyai peftman sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu-?Semua anak yang baru dilahirkan.
Saran :
No Coment. You My favorite Lecture. J

Daftar Rujukan
Nasrrion, S- 2008- *sqiarah Pendidikan Indonesia"
rshak Abfrllah- " Filsafat Ilmu Pendidikan". PT.Remaja Rosdakarya Bandung. 2001
www.education.feedfurv.com
Diposting 12th January 2012 oleh CAMPUS STUDY

Apa saja sih Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia?? Kedua aliran tersebut adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS (Indonesia Nederlandsche
School).

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa sendiri didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal
3 Juli 1932 di Yogyakarta yakni dalam bentuk Yayasan. Perguruan Taman Siswa ini
mempunyai Tujuh Asas Perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional dan demokrasi. Pertama, bahwa setiap
oerang berhak mengatur dirinya sendiri. Dari asas ini jelas terlihat bahwa tujuan yang henda
dicapai yaitu kehidupan yang tertib dan damai, asas ini pula yang mendorong Taman Sisw
mengganti sitem pendidikan berdasarkan pada perkembangan kodrati yang kemudian lahirlah
“Sistem Among” yaitu guru sebagai “Pamong”. Disini guru merupakan pemimpin yang berdiri di
belakang dengan semboyan “tut wuri handayani” yang berarti tetap mempengaruhi dengan
memberi kesempatan pada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus
dicampuri, diperintah ataupun dipaksa.
Kedua, bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir
dan batin dapat memerdekakan diri. Pada asas ini siswa hendaknya dibiasakan untuk
menemukan atau mencari sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan
menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Ketiga, bahwa pengajaran harus
berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Asas ini bermaksud agar dalam
pengajaranya dapat mencegah terjadinya pola hidup kebarat-baratan yang dapat melunturkan
kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. Keempat, bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai
dapat menjangkau seluruh rakyat. Kelima, bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup
sepenuhnya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apa pun yang
mengikat. Keenam, bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asa ini tersirat keharusan untuk
hidup sederhana dan hemat. Ketujuh, bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya
keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamata
dan kebahagiaan anak-anak.

Dari asas-asas tersebutlah kemudian dapat dilihat tujuan dari Perguruan Taman Siswa sendiri
yang dapat dibagi menjadi dua jenis yakni tujuan yayasan atau keseluruhan dan tujuan
pendidikan. Tujuan yang pertama yaitu sebagai badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat tertib dan damai. Sedangkan tujuan pendidiannya ialah membangun
anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, berbudi luhur, serta sehat jasmaninya
untuk menjadi masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas keserasian bangsa, tanah
air, serta manusia pada umumnya.

Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) Kayu Tanam, didirikan oleh
Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat). Pada awal
didirikan Ruang Pendidik INS mempunyai beberapa asas yaitu Berpikir logis dan rasional,
keaktifan atau kegiatan, pendidikan masyarakat, memperhatikan pembawaan anak, dan
menentang intelektualisme. Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei kemudian
mengembangkan asas-asas tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia.
Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS,
sila-sila dari Pancasila, dan hasil analisis alam dan masyarakat Indonesia serta pengalaman
guru sekolah kartini. Ini mencakup berbagai hal seperti syarat-syarat pendidikan yang efektif,
tujuan yang ingin dicapai dan sebagainya. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam sendiri
yaitu mendidik rakyat ke arah kemerdekaan, memberi pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat, menenamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggungjawab, serta mengusahakan mandiri
dalam pembiayaan.

Nah dengan adanya kajian tentang kedua aliran atau gerakan pendidikan tersebut yang saya
dapat dari sumber bacaan diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan historis
tentang gerakan pendidikan yang ada di Indonesia dari zaman dulu. Pengetahuan ini sangat
penting karena kita sebagai penduduk asli Indonesia harus mengetahui sejarah pergerakkan
pendidikan di negara kita, ini juga diharapkan agar para pendidik nantinya dapat memahami
dan pada gilirannya dapat memberi kontribusi terhadap pendidikan di masa yang akan datang.

Referensi:
Tirtaraharja, Umar dan Sulo, La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Devi Larasati di 09.53

Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia


Afid Burhanuddin
5 tahun yang lalu
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran- pemikiran yang membawa
pembaruan pendidikan itu disebut Aliran-Aliran Pendidikan.

Setiap calon tenaga kependidikan, utamanya calon pakar kependidikan, harus memahami
berbagai aliran-aliran itu agar dapat menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-
pemikiran dalam pendidikan tersebut. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting
dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni
kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan
kebutuhan masa kini, serta perkiraan/antisipasi masa datang. Pemaparan aliran-aliran
pendidikan penting karena sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga
kependidikan.

1. Perguruaan Kebangsaan Taman Siswa

Didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta. Taman siswa telah
meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni dalam bentuk
yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan Kursus Guru,
selanjutnya Taman Muda (SD), Disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru.

Asas dan Tujuan Taman Siswa


Terdapat tujuh asas dalam Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang di sebut “asas 1992”
adalah sebagai berikut:

1) Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya
persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asas yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang
hendak dicapai oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram,
Orde on Vrede). Dari asas ini pulalah lahir “sistem among”, dalam cara man guru memperoleh
sebutan “pamong” yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan “Tut
Wuri Handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik
untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa.
2) Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin
dapat memerdekakan diri. Siswa jangan selalu dicekoki atau disuruh menerima buah fikiran
saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan mencari/menemukan sendiri berbagai nilai
pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan fikiran dan kemampuannya sendiri.

3) Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

4) Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.

5) Untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaknya
diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang
mengikat, baik ikatan lahir maupun batin.

6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup
sederhana dan hemat.

7) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Asas ini disebut sebagai “asas berhamba kepada anak didik” dan di kenal dengan istilah
“pamong” atau istilah sekarang pahlawan tanpa tanda jasa.

Ketujuh asas di atas diumumkan pada tanggal 3 juli 1922, bertepatan dengan berdirinya Taman
Siswa, dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 7
Agustus 1930.

Dasar Taman Siswa


Dalam perkembangan selanjutnya taman siswa melengkapi “asas 1922” dengan dasar-dasar
1947 yang di sebut dengan Panca Dharma,yakni sebagai berikut:

1) Asas kemerdekaan harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar
nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

2) Asas kodrat alam berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk adalah
satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami
bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam

3) Asas kebudayaan Taman Siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan
itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan
kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap zaman dan keadaan.

4) Asas Kebangsaan Taman Siswa tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malahan
harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata dan tidak mengandung permusuhan dan
perpecahan.

5) Asas kemanusiaan menyatakan bahwa dharma tiap-tiap manusia adalah mewujudkan


kemanusiaan.

Tujuan Taman Siswa


1) Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang tertib dan
damai.

2) Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal
budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyrakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

Upaya-upaya Pendidikan
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah menyiapkan peserta didik yang
cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman Siswa
membentuk pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan.

Hasil-Hasil yang dicapai


Taman Siswa telah berhasil mengemukakan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga
pendidikan dari Taman Indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan
alumni – alumni besar di Indonesia.

2. Ruang pendidik INS Kayu Tanam

Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam 9 Sumatra Barat). Pada tahun 1952, dengan
hanya ada 30 orang siswa, Ins mendirikan percetakan Sridharma yang menterbitkan majalah
bulanan Sendi dengan sasaran khalayak adalah anak – anak.

Asas-asas ruang pendidikan


1) Berpikir logis dan rasional

2) Keaktifan dan kegiatan

3) Pendidikan masyarakat

4) Memperhatikan pembawaan anak

5) Menentang intelaktualisme

Tujuan ruang pendidik INS Kayu Tanam


1) Mendidik rakyat kearah kemerdekaan
2) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

3) Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat

4) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab

5) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

Usaha-usaha ruang pendidik INS Kayu Tanam


1) Dalam bidang kelembagaan.

a) Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan

b) Program khusus untuk menjadi guru yakni tambahan satu tahun setelah ruang dewasa
untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktek mengajar.

2) Usaha mandiri

a) Penerbitan sendi (majalah anak-anak)

b) Buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judul
“Kunci 13”

c) Mencetak buku pelajaran

Hasil-Hasil yang Dicapai


Bebrapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain
menyelenggarakan berbagai pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan
penerbitan majalah anak-anak sendi, serta buku-buku pelajaran. Dan usaha yang dilakukan
antara lain ;

1) Mengupayakan gagasan-gagasab tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan


ketrampilan/kerajinan)

2) Mengupayakan bebrapa ruang pendidik (jenjang persekolahan) dan sejumlah alumni. Dan
bebrapa alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafi’i yakni Dasar-Dasar
Pendidikan (1976)

3) Pendidikan Muhammadiyah
Didirikan tanggal 18 November 1912 di yogyakarta, oleh KH Ahmad Dahlan. Pendidikan
Muhammadiyah merupakan gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar beraqidah islam dan
bersumber pada alquran dan sunah serta menjunjung tinggi ajaran agama islam sehingga
tercipta masyarkat islam yang sebenarnya – benarnya.

1) Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Muhammadiyah:


1) Kerusakan di bidang kepercayaan/agama (aqidah)
2) Kebekuan dalam bidang hukum fiqih.
3) Kemunduran dalam pendidikan islam
4) Kemajuan zending kristen dan misi katolik.

Tujuan Pendidikan Muhammadiyah


1) Aqidah yang lurus
2) Akhlaqul karimah (Budi pekerti yang terpuji).
3) Akal yang sehat dan cerdas.
4) Keterampilan
5) Pengabdian pada masyarakat.
Dasar Pendidikan Muhammadiyah:
1) Tajjdid, ialah kesetiaan kita berdasarkan pemikiran baru
untuk mengubah cara berfikir .
2) Kemasyarakatan,yaitu antara individu dan masyarakat diciptakan suasana yang salaing
membutuhkan.
3) Aktivitas, artinya anak didik harus mengamalkan semua yang diketahui.
4) Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
Didirikan pada tanggal 1 November 1923 oleh Rahmah El Yunusiyah.

Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri:


Karena ketidak puasan terhadap rahmah el yunusiyah terhadap diniyah school yang melayani
kebutuhan wanita yang tidakterjangkau baik yang berkaitan dengan persoalan agama, maupun
yang berkaitan dengan kebutuhan keterampilan keputrian sebagai istri, anak.

Tujuan Pendidikan Diniyah:


Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam
dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa islam dan ibu
pendidik yang cakap arif serta bertanggung jawab.
Dasar Pendidikan Diniyah Putri:
Didasarkan pada ajaran agama islam dengan berpedoman pada Alqur’an dan Sunah Rasul.

4) Pendidikan Ma’arif

Pendidikan Ma’arif saat ini merupakan bagian dari organisasi Nahdatul Ulama. Cikal Bakal
pendidikan Ma’arif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika dua Kiyai, K.H. Abdul Wahab
hasbullah dan K.H. Mas Mansur, mendirikan kursus debat yan diberi nama Taswirul Afkar.
Kursus ini kemudian berkembang dengan dibentuknya Jam’iyah Nahdatul Wathon yang
bertujuan memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Mulanya Ma’arif dalam
bentuk Madrasah berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah lain
dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula corak pendidikannya adalah menyerupai
“pesantren yang diformalkan”, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam kurikulumnya.
Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana Muhammadiyah, Ma’arif memasukkan materi
umum ke kurikulumnya.

Muktamar II NU
Muktamar II NU di Surabaya pada tahun 1927 memutuskan untuk memberikan perhatian yang
penuh pada pengembangan madrasah dengan dana ditanggung oleh umat islam, dan menolak
bantuan dari Belanda. Dalam Muktamar NU ke-4 di Semarang, para ulama membentuk bagian
khusus dalam tubuh NU yang menangani pendidikan, yang disebut Ma’arif. Sejak saat itu gerak
NU dalam menyelenggarakan pendidikan semi-formal yang coraknya banyak berbeda dengan
pesantren yang menjadi basis NU mulai berkembang dan ditangani secara sungguh-sungguh.

Basis pendidikan Ma’arif


Basis pendidikan Ma’arif pada dasarnya adalah pesantren yang juga merupakan basis utama
kegiatan pendidikan NU. Hal inilah antara lain membedakannya dengan Muhammadiyah yang
lebih agresif dan sistematis dalam mengembangkan sistem pendidikan sekolahnya dengan
menerapkan manajemen modern.

Hasil yang dicapai


Meskipun perkembangan lembaga pendidikan Ma’arif tidak secepat dan seluas
Muhammadiyah, pendidikan ini ikut memberikan andil dalam pendidikan nasional, baik melalui
pemikiran-pemikiran para tokohnya maupun melalui lembaga-lembaga pendidikan yang
dimilikinya. .

SIMPULAN
Kajian tentang aliran dan gerakan pendidikan akan memberikan pengetahuan dan wawasan
historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para pendidik dapat
memahami, dan pada akhirnyaa kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika pendidikan
itu.

ILMU PENDIDIKAN


Friday, December 6, 2013
MACAM-MACAM DASAR PENDIDIKAN

Ada beberapa landasan pendidikan yang perlu diperhatikan, yaitu landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan kurtural, landasan historis, dan landasan psikologis, bahkan landasan
ilmiah dan teknologis ( umar Tirtarahardja dan la sulo, 1994: 86-87). Di samping itu ada
landasan yuridis (legalistik), ekonomi, politik (Manca, W: 2007: 2)

Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna terdalam atau hakikat pendidikan,
mengapa pendidikan dapat dilakukan dan atau diberiakan oleh dan kepada manusia, apa yang
seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Essensialisme, behaviorisme, pereniallisme,
progresivis-me, rekonstruksionisme, dan humanism merupakan mazab-mazab teori pendidikan
berdasarkan aliran-aliran filsafat tertentu, yang pada giliran selanjutnya mempengaruhi
pandangan mengenai konsep dan praktik pendidikan.
Essensialisme merupakan aliran pendidikan yang menerapkan filsafat idealism secara eklektis.
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian
atau ketetapan atau kehikmatan, yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa ( Imam Barnadib,
1988: 34)
Progresivisme adalah mazab pendidikan yang menginginkan kemajuan.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari progresivisme.
Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber ideologi atau filsafat.
Humanisme merupakan kelanjutan dari progresivisme, telah mengadopsi banyak sekali prinsip-
prinsip progresivisme termasuk pemusatan pada siswa, peran guru yang tidak otoritatif, fokus
pada aktivitas dan partisipasi siswa, aspek-aspek kooperatif dan demokratisasi pendidikan.
Landasan Sosiologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial,
perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi, memrupakan indikator bahwa
pendidikan menggunakan landasan sosiologis..
Landasan kurtural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidiakan nasional berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan, sebaliknya bentuk,
ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
Landasan Historis, kehidupan manusia mempunyai sejarah yang panjang sehingga manusia
tidak mampu melacak titik awal kapan mulainya kehidupan ini. Sejak manusia hidup, sejak itu
pula pendidikan ada, dari yang paling sederhana sampai pendidikan yang sangat kompleks
seperti sekarang ini.
Landasan Psikologis, kegiatan pendidikan melibatkan aspek kejiwaan manusia. Karena itu
landasan psikologis merupakan salah satu landasan pendidiakn yang penting. Pada umumnya
pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia,
khususnya dalam proses belajar mengajar.
Landasan Ilmiah, teknologi dan seni merupakan salah satu materi pengajaran sebagai bagian
dan pendidikan. Perkembangan IPTEKS akan segera diakomodasi oleh pendidikan, di sisi lain
pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, sehingga tersedia berbagai
informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dijadikan program, alat dan cara kerja
teknologi pendidikan.
Landasan Politik, polotik sebagai cita-cita yang harus diperjuangkan melalui pendidikan,
dimaksudkan agar tujuan dan atau cita-cita suatu bangsa dapat tercapai.
Landasan Ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai human investment, karena dengan
pendidikan maka manusia terdidik ini dapat menjadi modal bagi pembangunan. Manusia
terdidik yang kemudian berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan teknologis,
dapat membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya GNP atau pendapatan nasional.
Landasan Yuridis, supaya pendidikan tidak melenceng dari keinginan masyarakat, maka perlu
diatur dalam regulasi yang berlaku di masyarakat/bangsa tersebut.

Anjar D'VanderZ at 1:09 AM


Share

No comments:
Post a Comment


Home
View web version
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai