Anda di halaman 1dari 3

Materi Kelas XII, Pertemuan Kedua

UNSUR KEBAHASAAN NOVEL

Majas (gaya bahasa)

Majas atau gaya bahasa merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menampilkan efek tertentu
bagi pembaca.

Jenis majas ada lima, yakni:

1. Antonomasia: menyebutkan seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.


Istri si Miskin itu sudah hamil tiga bulan.
Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terimakasih kepada perempuan tua itu.
2. Personifikasi: menyatakan benda mati maupun benda hidup yang bukan manusia
(hewan/tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah-olah bersifat dan berlaku layaknya manusia.
Samar-samar nyayian jangkrik terdengar disampingku.
Semut merah seolah-olah bertanya sedang apa di sini?
Kupu-kupu itu menari mengelilingiku.
Rumput-rumput itu perlahan bergoyang mengikuti desir angin.
3. Simile: membandingkan suatu hal dengan hal lainnya secara eksplisit menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung antara lain: seperti, laksana, bak dan
bagaikan.
“Kamu tidur seperti kerbau” canda ibu.
Mereka bertengkar bak kucing dan anjing
4. Metafora: menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan
sebenarnya, mulai dari bandingan fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain. Metafora tidak
menggunakan penghubung atau kata pembanding seperti simile.
Seperti biasa, aku duduk di singgasana lusuh, lelaki itu pun datang menghampiriku sambil
tersenyum.
Ia adalah tulang punggung keluarga.
5. Hiperbola: mengandung pernyataan dengan melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Aku tak dapat berbicara, tanganku rasanya sedingin es kutub utara.
Aku rasa taruhan ini akan membuatku kaya sampai tujuh turunan, jika terus menang sebanyak
ini.

Citraan/Gambaran

Altenbernd, 1970: 12 menyatakan bahwa citraan adalah gambar-gambar yang muncul dalam pikiran
dan bahasa yang menggambarkannya.

Gambaran dalam pikiran inilah memunculkan efek angan seorang pembaca karya sastra dapat
menangkap menggunakan lima indra yang kita miliki.

1. Penglihatan (visual imagery) : memberikan rangsangan kepada indera penglihatan, sehingga hal yang
tak terlihat seolah-olah terlihat.
Kulihat kupu-kupu itu terbang dan hinggap di sepucuk bunga matahari.
Lampu motornya sungguh menyilaukan hingga aku harus menutup kedua mataku
2. Pendengaran (auditory imagery): adanya kata-kata atau kalimat yang menguraikan bunyi suara.
Burung-burung gereja seolah-olah bernyanyi menyambut kedatanganku.
Suara jangkring malam ini membuatku tidak bisa tidur nyeyak.
3. Pencium : aroma/bau
Bau formalin itu menghilangkan selera makanku
Mayat yang baru temukan itu mulai beraroma tidak sedap.
4. Peraba : memberikan ransangan seolah-olah disentuh.
Kugenggam tangan kasar ayahku untuk menenangkan diriku yang sangat ketakutan ini
5. Pengecap: ransangan berupa rasa-rasa yang diproses atau diolah oleh mulut.
Minuman berkafein itu mulaiku teguk dan rasanya sangat pahit sekali.
HASIL ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

Paragraf 1 Suaranya melengking seperti Hiperbola (tidak Citraan pendengaran


Kalimat 3 keluhan panjang menggunakan kata Suaranya melengking seperti
penghubung seperti keluhan panjang
simile)
Suaranya
melengking seperti
keluhan panjang
Paragraf 1 Sepasang burung bangau Citra penglihatan
Kalimat 1 melayang meniti angin Sepasang burung bangau
berputar-putar tinggi di langit. melayang meniti angin
berputar-putar tinggi di langit.
Paragraf 2 Namun kemarau belum usai. Hiperbola Citra penglihatan
Ribuan......... Tumbuhan jenis Tumbuhan jenis Paragraf 2
kaktus ini justru hanya muncul kaktus ini justru
sewaktu kemarau berjaya. hanya muncul
sewaktu kemarau
berjaya.
Paragraf 3 Di bagian langit lain, seekor Citra Penglihatan
Kalimat 1 burung pipit sedang berusaha
mempertahankan nyawanya.
Paragraf 3 Dia terbang bagai batu lepas Simile
Kalimat 2 dari katapel sambil menjerit
sejadi-jadinya.

Anda mungkin juga menyukai