Anda di halaman 1dari 3

Halaman 124

Tugas

setelah membaca kutipan novel tersebut, apakah kamu dapat menganalisis unsur kebahasaan novel
Ronggeng Dukuh Paruk?

Unsur kebahasaan novel Ronggeng Dukuh Paruk:

Unsur kebahasaan novel meliputi gaya bahasa atau penggunaan majas dan citraan.

Gaya bahasa

1. Majas personifikasi

Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik yang serempak.

Dalam kerimbunan daun-daunnya sedang dipagelarkan merdunya harmoni alam yang melantumkan
kesyahduan.

Dukuh Paruk kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat, kembali bersimbah air mata.

2. Majas simile

Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia terbang
bagai batu lepas dari ketapel sambil menjerit-jerit sejadinya.

Ibarat meniti sebuah titian panjang berbahaya, aku hanya bisa menceritakannya kembali, mengulas
serta merekamnya setelah aku sampai di seberang.

Latar sejarahnya yang melarat dan udik ibarat beribil.

Matanya berkilat seperti kepik emas hinggap di atas daun.

Malam hari berlatar langit kemarau, langit seperti akan menelan segalanya kecuali apa-apa yang
bercahaya.
3. Majas metafora

Di pelataran yang membantu di bawah pohon nangka ketika angin tenggara bertiup dingin menyapu
harum bunga kopi yang selalu mekar di musim kemarau.

Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah
surga yang hanya sekali datang.

4. Majas metonimia

Di sana di dalam kurung klambu yang tampak dari tempatku berdiri, akan terjadi pemusnahan mustika
yang selama ini amat kuhargai.

Pelita kecil dalam kamar itu melengkapi citra punahnya kemanusiaan pada diri bekas mahkota Dukuh
Paruk itu.

5. Majas hiperbola

Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya seribu kali lebih hebat daripada kematian
karena kematian itu sendiri adalah anak kandung kehidupan manusia.

Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun.

Aku dapat melihat mutiara-mutiara jiwa dalam lubuk yang paling pingit.

6. Majas sinekdok

Celoteh di sudut pasar itu berhenti karena kehabisan bahan.

Sampean hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau mengerti urusan perut orang.

7. Majas pertentangan

Aku sadar betul diriku terlalu kecil bagi alam.

Aku terkejut menyadari semua orang di tanah airku yang kecil ini memenuhi segala keinginanku.
8. Majas Penegasan (repetisi)

Mereka hanya ingin melihat Srintil kembali menari, menari dan menari.

Srintil sedang berada dalam haribaan Dukuh Paruk yang tengah tidur lelap selelap lelapnya, merenung
dan terus merenung.

9. Majas Sindiran (sarkasme)

Dower merasa berat dan mengutuk Kartareja dengan sengit "Si tua bangka ini sungguh sungguh
tengik!"

"Kertareja memang bajingan, Bajul buntung", jawabku, mengumpat dukun ronggeng itu.

Anda mungkin juga menyukai