Surat yang biasanya dibuat oleh seseorang yang ingin bekerja di suatu
perusahaan disebut surat…
a. Resmi
b. Pribadi
c. Izin usaha
d. Lamaran pekerjaan
e. Jual beli
Jawaban: D (skor 4)
2. Perhatikan kalimat di bawah ini!
Besar harapan saya untuk bisa bergabung dengan perusahaan yang Bapak
pimpin. Untuk itu, saya sangat mengharapkan berita dari Bapak.
Kalimat di atas merupakan bagian dari ....
A. pembuka surat lamaran pekerjaan
B. penutup surat lamaran pekerjaan
C. balasan surat lamaran pekerjaan
D. isi surat lamaran pekerjaan
E. ucapan terima kasih dari pelamar
Jawaban: E (skor 2)
3. Kata ganti saya dalam surat lamaran pekerjaan digunakan untuk menyebutkan…
a. Penyeleksi berkas
b. Pemilik perusahaan
c. Pelamar pekerjaan
d. Penerima surat
e. HRD
Jawaban: C (skor 2)
4. Perhatikan kalimat berikut!
Atas perhatiannya saya ucapkan beribu terima kasih.
Perbaikan yang tepat untuk penutup surat di atas adalah…
a. Atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terima kasih.
b. Atas perhatian dan berkenan Bapak, kami ucapkan beribu terima kasih.
c. Atas berhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
d. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya.
e. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih banyak.
Jawaban: C (skor 3)
5. Penulisan salam pembuka dalam surat lamaran pekerjaan yang benar adalah....
a. Dengan Hormat
b. Dengan hormat
c. dengan hormat,
d. Dengan hormat,
e. Dengan Hormat,
Jawaban: D (skor 2)
6. Penulisan salam penutup yang benar dalam pembuatan surat lamaran kerja
adalah....
a. Hormat saya,
b. Hormat saya
c. hormat saya,
d. hormat Saya,
e. Waalaikum salam
Jawaban: A (skor 2)
7. Berikut yang tidak perlu diungkapkan pelamar pekerjaan adalah…
a. Nama
b. Cita-cita
c. Pendidikan
d. Jenis kelamin
e. Tempat tinggal
Jawaban: B (skor 4)
Pagi itu, pagi kedua setelah Ken Ndok menghilang. Maharesi tegak di
depan pondoknya menatap gerakan sang mentari. Air mukanya terlihat
murung. Hampir semalaman ia sulit memejamkan mata. la masih berharap
istrinya kembali. Namun, hingga pagi menjelang, harapannya tidak
menyisakan apa pun selain ranjang kayu yang dingin dan kosong. Maharesi
mengembuskan napas panjang. Mulutnya berkemik. Apa pun yang terjadi,
seharusnya Rayi tidak meninggalkan pondok. Aku bersedia menerima
kenyataan apa pun. Sang Dewata Agung telah menetapkan keinginan-Nya.
Aku harus patuh. Itulah alasan mengapa aku tidak menyentuhmu, Rayi. Tapi,
aku bukan laki-laki kuat yang berani mengatakan apa adanya.
(Ken Arok: Cinta dan Takhta, hal 20-21)