Anda di halaman 1dari 9

Jenis-Jenis Citraan dalam Puisi, Lengkap Beserta Penjelasannya

1. Citraan visual
Citraan visual atau penglihatan adalah gambaran dalam otak kita seakan-akan melihat
berbagai bentuk/hal sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Citraan ini sering digunakan
oleh penyair.

Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indra penglihatan dan dituliskan
dalam kata-kata. Semua hal yang terkait dengan warna, bentuk-bentuk, pemandangan,
termasuk citraan visual.
Contoh: merah, hijau dedaunan, gunung menjulang, gelap, terang, indahnya bunga, dan
sebagainya.

2. Citraan Audio
Citraan audio atau pendengaran adalah gambaran dalam otak kita seakan-akan kita
mendengar berbagai suara sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Citraan pendengaran
berhubungan dengan kesan yang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga).

Contoh: gemericik air, gemerisik dedaunan, sunyi, lagu, merdu, melengking, dan sebagainya.

3. Citraan Perabaan
Citraan perabaan adalah gambaran dalam otak seakan-akan kita merasakan dengan indra
peraba (kulit) apa yang tercantum dalam puisi. Semua hal yang terkait dengan kulit (peraba)
untuk merasakannya termasuk wilayah citraan ini.
Contoh: kasar, halus, lembut, dingin, panas, dan sebagainya.

4. Citraan Perasaan
Citraan perasaan adalah gambaran dalam otak kita seakan-akan kita merasakan berbagai
rasa atau hal sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Semua hal yang terkait dengan hati
dan perasaan termasuk citraan ini.
Contoh: sedih, gembira, cinta, haru, dan sebagainya.

5. Citraan Pencecapan
Citraan pencecapan adalah gambaran dalam otak kita seakan-akan kita merasakan dengan
lidah berbagai rasa, sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Semua hal yang terkait
dengan lidah untuk merasakannya termasuk wilayah citraan pencecapan.
Contoh: asin, tawar, hambar, pahit, dan sebagainya.

6. Citraan Penciuman
Citraan penciuman adalah gambaran dalam otak seakan-akan mencium berbagai bau atau
rasa sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Semua hal yang terkait dengan hidung untuk
merasakannya termasuk wilayah citraan penciuman.

Contoh: semua bebauan, wangi, harum, semerbak, dan sebagainya.


Macam-macam majas/gaya bahasa dalam puisi

Gaya bahasa yang sering digunakan pada penulisan puisi:

1. Hiperbola
yaitu menggunakan kata seperti melebih-lebihkan dibandingkan kenyataannya. Contoh dari
hiperbola ialah, "Rasa sakit hatiku rasanya lebih daripada jika kau tusuk aku dengan belati".
2. Ironi
merupakan pilihan kata yang berlawanan dengan yang sebenarnya. Kalimatnya ironi seperti,
"Wakil rakyat itu sangat menjaga amanah, sampai berapa rupiah hak rakyat disimpan baik-
baik direkening pribadinya".
3. Sarkasme
adalah penggunaan kata kasar yang biasanya menunjukkan kemarahan. Sarkasme bisa
berupa cacian atau sindiran seperti, "Apa bedanya koruptor dengan tikus?".
4. Simile
berupa kata perbandingan yang sesungguhnya atau eksplisit. Kata, "bagaikan", "sebanding",
"layaknya", sebagainya merupakan contoh dari pengunaan gaya bahasa simile.
5. Metafora
ungkapan dengan kata kiasan mengenai suatu kondisi seseorang atau benda tertentu.
Metafora dapat dilihat dalam kalimat, "Hatinya berbunga-bunga menerima surat balasan
itu".
6. Personifikasi
dengan menggunakan kata benda yang seolah bisa bertindak seperti manusia. "Aku dipeluk
hangatnya sinar mentari".
7. Litotes
adalah pernyataan merendahkan diri. Kalimat dengan litotes seperti, "Baktiku pada negeri
hanya setitik".
Macam-macam majas/gaya bahasa dalam puisi

A. Majas perbandingan
1. Alegori
Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir
menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya,
yang rela menerima segala sampah,
dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. Alusio
Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh:
Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
3. Simile
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
4. Metafora
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat
yang sama atau hampir sama.
Contoh:
Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
5. Antropomorfisme
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia
untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia
Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan
rasa indra lainnya.
Contoh:
Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. Antonomasia
Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim
Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas,
atau atribut.
Contoh:
Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. Hipokorisme
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh:
Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. Litotes
Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. Hiperbola
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak
masuk akal.
Contoh:
Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
13. Personifikasi
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang
bukan manusia.
Contoh:
Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
14. Depersonifikasi
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto
Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:
Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
16. Totem pro parte
Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
17. Eufimisme
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang
lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh:
Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
18. Disfemisme
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh:
Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. Fabel
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh:
Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. Parabel
Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrasa
Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh:
Kita bermain ke Ina. (Dalam hal ini, ‘Ina’ menjadi perwakilan dari lokasi ‘rumah milik Ina’.)
23. Simbolik
Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh:
Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

B. Majas sindiran

1. Ironi
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh:
Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2. Sarkasme
Sindiran langsung dan kasar.
Contoh :
Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. Sinisme
Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh:
Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. Satire
Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

C. Majas penegasan
1. Apofasis
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
Saya naik tangga ke atas.
3. Repetisi
Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh :
Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. Pararima
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh:
Dengar daku. Dadaku disapu.
6. Paralelisme
Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi
Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme
Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
Contoh:
Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. Antanaklasis
Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh:
Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju
ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. Antiklimaks
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh:
Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
13. Retoris
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut
seharusnya ada.
15. Koreksio
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian
disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi
Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Eksklamasio
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh:
Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

D. Majas pertentangan
1. Paradoks
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron
Paradoks dalam satu frasa.
3. Antitesis
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
4. Kontradiksi interminus
Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Jenis-Jenis Tone, Attitude, dan Mood Yang Sering Menggambarkan Emosi
Penulis dalam Teks Bahasa Inggris

A. Definisi Tone, Attitude, atau Mood Penulis dalam Sebuah Text Bahasa Inggris

Tone, pada sebuah teks tertulis, adalah sikap seorang penulis terhadap subjek bahasan
pada tulisnya. Tone pada umumnya disampaikan penulis melalui pilihan-pilihan kata atau
sudut pandang penulis tentang topik yang sedang dibahas dalam tulisannya. Setiap
tulisan pasti memiliki pokok fikiran utama atau subjek yang sedang dibahas oleh penulis.
Cara penulis melakukan pendekatan terhadap tema/subjek dari tulisannya, inilah yang
kemudaian disebut Tone, Attitude, atau Mood penulis dalam sebuah text bahasa Inggris.
Tone dalam sebuah tulisan bisa saja tergolong dalam serious, comic, sarcastic,
concerned, irony, cynical atau mungkin banyak lagi yang lainnya. Perhatikan daftar
berikut untuk mengetahui lebih banyak contoh Tone dari sebuah tulisan dalam bahasa
Inggirs.

Tone Words yang Paling Sering Dipakai Penulis dalam Text Bahasa Inggris :

1. Serious
Dengan Tone jenis ini penulis hanya menyajikan tulisannya, menyajikan pandangan
tanpa pesan tersembunyi atau lelucon-lelucon sebagai penyegaran, atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa dengan Tone ini penulis hanya menekankan pada
fakta dan informasi. Tulisan dengan Tone yang serius biasanya ditemukan dalam
buku pelajaran dan sering kali terdapat dalam artikel yang ada di koran dan majalah.
2. Solemn
Dengan Tone jenis ini biasanya penulis menggunakan bahasa Inggris formal, dan sikapnya
adalah sedih. Ekspresi lucu atau informal jarang digunakan jika penulis menggunakan Tone
ini. Umumnya, sambutan pada pemakaman atau eulogi, dan tulisan-tulisan resmi pada isu-
isu yang sangat penting disajikan dengan Tone ini (khidmat).
3. Critical
Dengan Tone jenis ini biasanya tujuan penulis adalah untuk mengkritik atau menilai manfaat
dari beberapa hal tertentu atau beberapa aspek dari suatu hal. Dengan Tone ini penulis
langsung menyatakan kesenangan atau ketidaksenangannya. Misalnya ketika menulis
sebuah resensi, mungkin penulis menilai bahwa novel tertentu "sangat berlebihan, tanpa
plot, dan tidak layak untuk dibaca." Itulah salah satu contoh digunakannya sebuah Critical
Tone pada sebuah text.
4. Cynical
Dengan Tone jenis ini biasanya penulis tidak hanya mengkritisi tetapi juga tidak percaya
terhadap ketulusan atau nilai penting dari subjek tertentu yang sedang dibahas. Bahkan
ketika sebuah humor digunakan pada tulisannya, humor tersebutpun akan bernada
negative.
5. Humorous
Tone ini biasanya digunakan untuk menghibur dengan berfokus pada situasi lucu (comical)
atau hiburan. Ekspresi yang digunakan mungkin ekspresi-ekspresi lucu, candaaan atau
bodoh. Kadang-kadang, humor pada konteks ini bisanya menceritakan kelucuan dari
kebodohan tingkah laku umat manusia dengan cara yang lembut. Ketika humor digunakan
dengan sindiran, ironi atau sarkasme, niatnya biasanya untuk mengejek.
6. Satiric
Sindiran adalah kritik atau ketidaksetujuan yang diungkapkan dengan harapan mengusulkan
perubahan. Sikap ini sering diungkapkan dengan mengejek beberapa aspek dari perilaku
manusia. Targetnya mungkin saja seorang individu, kelas dalam masyarakat, atau orang-
orang dengan ideologi tertentu yang tidak disetujuinya. Sindiran dalam konteks ini sering
menggunakan humor atau lelucon yang bermakna sindiran halus.
7. Sarcastic (Sarkastis)
Sarkasme kritik yang sengaja, keras, dan pahit. Kata "sarkasme" berasal dari kata kerja
dalam bahasa Yunani yang berarti "merobek daging." Bila menggunakan Tone sarcastic,
penulis, secara kiasan, berniat untuk "merobek/menyakiti" seseorang atau hal-hal yang
sedang dibahas. Bahkan ketika komentar yang muncul di permukaan seolah lucu, lelucon itu
dirancang untuk mengejek atau mencemooh.
8. Ironic
Tone Ironi biasanya didasarkan pada kontras/perbedaan; Di mana, perasaan penulis yang
sebenarnya bukanlah seperti yang terjadi atau diharapkan. Ketika satu pernyataan
disampaikan, maka lain yang dimaksudkan. Misalnya, “Beethoven’s three most complex and
recognized symphonies were written when he was stone deaf. He never heard them
played.” ("Tiga simfoni Beethoven yang paling kompleks dan diakui ditulis ketika dia tuli. Dia
tidak pernah mendengar mereka dimainkan. ") Ironi di sini adalah fakta bahwa orang tuli
bisa menghasilkan musik yang bagus dan masih dimainkan dan sangat dicintai sampai hari
ini. Ironi kadang-kadang dapat bercampur dengan dan meningkatkan sindiran, sarkasme,
atau emosi-emosi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai