Anda di halaman 1dari 7

MAJAS DAN CITRAAN DALAM NOVEL

Majas

Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan
pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[1] Majas digunakan dalam penulisan
karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

Macam-macam Majas
Majas dikelompokkan dalam empat kelompk besar sebagai berikut.
A. Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan,
ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai
beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap
layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku
untuk segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan
tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan
pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki
wajah yang sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk
akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.
Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan
yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel.
Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda
umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk
pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak,
bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang
berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok
totem pro parte.
a. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian
unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.
b. Sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang
menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali
berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya
dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini
dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan
ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang
sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya
diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di
perbatasan.

C. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir
seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa
ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3. Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

D. Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh
kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat
dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif,
namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat
menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya
memiliki asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya
sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam
berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai
anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai
epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau
ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga
saling menyayangi.
Citraan

Citraan adalah salah satu sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk memperkuat
gambaran pikiran dan perasaan pembaca. Sarana ini berkaitan erat dengan
pengalaman inderawi penyair atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan
dalam puisi. Guna tercapai kesinambungan maksud, pengalaman pembaca juga menjadi
bagian dari sebuah proses pemahaman puisi. Citraan bersifat deskriptif dan imajinatif yang
diwujudkan dalam bentuk kebendaan melalui kata. Jika dilihat dari fungsinya, maka hadirnya
sebuah citraan bisa mengundang kembali ingatan pembaca atas berbagai pengalaman
inderawi yang pernah dirasakan. Oleh karena itu, kehadiran citraan tidak
membawa kesan baru dalam pikiran melainkan melibatkan pembaca untuk terlibat
dalam kreasi puitis. Dalam membangun sebuah citraan yang menggugah perasaan, seorang
penyair dapat melakukannya dengan dua cara, yaitu melalui deskripsi dan
perlambangan (metafora).

Jenis-jenis Citraan
Gambaran Citraan ada bermacam-macam, baik itu berkenaan dengan indra maupun
gerak. Berikut ini beberapa jenis Citraan:
1. Citraan Penglihatan (Visual Imagery)
2. Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)
3. Citraan Perabaan (Tactile Imagery)
4. Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)
5. Citraan Penciuman (Olfactory Imagery)
6. Citraan Pengecapan (Gustatory Imagery)

Citraan Penglihatan
Citraan Penglihatan merupakan Citraan yang bersentuhan dengan indra penglihatan.[5] Citraan
penglihatan merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dalam puisi.[5] Rangsangan yang
distimulus oleh citraan penglihatan kepada indra penglihatan akan menjadikan bayangan
imajinasi yang tidak terlihat seolah-olah nyata.[5]

Citraan Pendengaran
Citraan Pendengaran juga merupakan Citraan yang sering muncul dalam puisi dan dihadirkan
dengan mengurai atau mendeskripsikan bunyi.[6] Penyair yang sering menggunakan jenis
citraan ini disebut sebagai penyair auditif.[6]

Citraan Perabaan
Citraan Perabaan berkenaan dengan aktivitas perabaan.[7] Citraan Perabaan berkenaan dengan
Citraan Gerak bahwa melalui Citraan ini, kita seolah-olah dihadapakan dengan sebuah benda
padat dan selanjutnya dapat dipegang.[8]

Citraan Gerak
Kehadiran Citraan gerak bisa menimbulkan hal yang ditandai terkesan bergerak.[9] Hal yang
digambarkan bergerak sebenarya tidak bergerak namun dilukiskan bergerak shingga terlihat
hidup dan dinamis.[7]

Citraan Penciuman
Citraan ini merupakan citraan yang menonjolkan peran indra pembau.[10] Citraan ini
merupakan jenis citraan yang paling jarang digunakan.[10]
Citraan Pengecapan
Citraan Pengecapan merupakan citraan yang berkenaan dengan indra pengecapan.[9] Citraan
jenis ini juga digunakan dalam puisi.[10]
Dengan berbagai kategori yang telah disebutkan di atas, tidak menutup kemungkinan bila
terjadi perpaduan berbagai jenis Citraan dalam sebuah puisi sekaligus.[10] Kesatuan dari
berbagai Citraan di atas, akan memberi warna sebuah puisi.[10]

Kerjakan soal berikut!


1. Tentukan jenis majas kutipan novel berikut!

No Kutipan Novel Majas


1 Meski sama saling tahu bahwa ayah kami memang jarang
ada di samping kami seperti layaknya seorang ibu yang
hampir delapan belas jam sehari. Kita berdua sangat paham
bahwa tanggung jawab yang dipikul seorang ayah untuk
memberikan nafkah membuatnya banting tulang di luar
sana. Ayah memang tulang punggung untuk keluarga. Tapi
lebih dari itu seorang ayah adalah superhero yang tak
pernah kenal kata lelah untuk menjaga anggota
keluarganya. Hingga rasa cinta dan hormat itu menyatu
sedemikian rupa.
(Dikutip dari Purnama di Ujung Mega dalam
https://w.tt/3gA6ovV)
2 Betapa beruntung mba Ambar memilikinya. Walau tak
sampai menua bersama, setidaknya, Dilal dan bundanya,
didampingi tawa kasih sayang dan perhatian saat hidup.
Dilepas tangis cinta ketika pergi.
Aku? Mungkin akan selamanya berkalung sunyi, bergelang
mimpi, dan bercincinkan kepupusan.
3 “Setuju atau tidak, aku tak peduli. Aku tak mau cucuku
dalam bahaya lagi. Di bawah pengawasanku, aku merasa
lega. Aku minta izinmu, aku sudah tua jangan buat
jantungan lagi dengan memikirkan cucuku. Kini bukan
hanya cucuku, tapi cicitku juga, garis keturunan Benedito.
Aku tak ingin seseorang mencelakai mereka. Karena jika
itu terjadi, bahkan membalikkan dunia untuk membalas
mereka akan aku lakukan,” ucap Angelo penuh ketegasan.
4 Mentari bersama jingga dalam senja. Guratannya pun
menawan seolah menyendandungkan nada. Mewarnai
dalam setiap jengkal langkah yang akhirnya membawa
mata untuk menatap sejenak. Indah dengan keelokannya.
Kecongkakan raja siang yang akan tenggelam, luruh
bersama dinasti kemasyhurannya.
5 Seperti biasa, aku menemani mama untuk kontrol rutin.
Seperti biasa, aku bertemu dengannya yang sepertinya
semakin bersinar di mataku. Seperti biasa, aku menghindari
tatapannya, lebih memperhatikan mama saat diperiksa.
Seperti biasa, aku gugup saat dia mengajakku berbicara.
Seperti biasa, dia memberi senyum manisnya saat kami
menyudahi sesi control. Seperti biasa, aku hanya
mengangguk saja. Seperti biasa…. Aku tak sanggup
berlama-lama di hadapannya.
6 Arman membisu, ia mematung setelah beringsut mundur,
melirik Alesha yang telah menggeser layar ponsel dengan
cepat akan melakukan panggilan.
7 Tersebab itulah, aku tidak pernah salah ketika mengenal,
mempelajari, dan memberikan cinta pertama seorang laki-
laki kepadanya, daddy yang tidak akan pernah membuat
kecewa. Cintanya sudah pasti lebih besar dari laki-laki
mana pun. Mencintai tanpa pamrih dan mencintai tanpa
kenal batas meski kelas aku telah dimiliki oleh laki-laki
lain.
(Dikutip dari Purnama di Ujung Mega dalam
https://w.tt/3gA6ovV)
8 Sepuluh menit dari Ayyana masuk ke ruang tunggu, kereta
api yang akan ditumpanginya datang dan dengan lambaian
tangannya kepada Ibnu dan Qiyyara yang masih terlihat di
balik pintu kaca Ayyana melangkahkan kaki dengan
sebuah big travel bag yang ditariknya. Bersama Malioboro
ini Ayyana mulai mengukir mimpinya. Bermimpi untuk
bisa menjadi seorang yang berguna seperti halnya sang
daddy dan juga mas gantengnya yang kini juga
menyesaikan sekolah spesialisnya di Negeri Paman Sam.
9 Hanya sesekali kilat dan petir bersahutan disertai angin
yang ingin menunjukkan keberadaannya dengan
menggoyangkan semua pepohonan hingga terlihat
dedaunan menari berangkulan dan meliuk ke sana- kemari
seirama dengan ke mana angin mengajaknya berdendang
bersama.
10 Kinan segera pergi ke sekolah Keanu. Sesampainya di
sekolah ternyata keadaan sangat ramai, banyak anak yang
berlarian ke sana kemari dan tertawa. Kinan mengulum
senyum kecil karena ia teringat waktu kecil dulu ingin
cepat menjadi dewasa. Karena menurutnya dulu menjadi
anak kecil membosankan tidak bisa melakukan segala
sesuatu, tapi sekarang senyum itu pudar saat melihat Keanu
berdiam di bawah pohon besar sedang memandangi teman-
temannya. Apakah anaknya sekecil itu sedang merasakan
kesepian diantara keramaian, perlahan air mata Kinan
turun.
(Dikutip dari Kinanti dalam https://w.tt/3zReQOd)

2. Tentukan jenis citraan kutipan novel berikut!

No Kutipan Novel Citraan


1 Hembusan demi hembusan angin mulai menerpa bumi
dan meninggalkan kesejukan. Simfoni alam seakan tak
mau kalah dengan menghasilkan bunyinya, bunyi
bambu yang berderit dan berdecit.
2 “Nafisa, ini juga tidak lebih dari lima puluh ribu.
Sudah simpan saja uangnya untuk keperluan lain.”
Ardi masih bertahan dengan senyum manisnya meski
Nafisa telah memasang wajah jutek tidak bersahabat.
Sementara Harumi hanya bengong mlihat keduanya,
nafisa seolah memberikan batas kasat mata sedangkan
Ardi berusaha mendekatinya.
(Dikutip dari Rectifier dalam https://w.tt/3kTbNkv)
3 Petir menggerakkan tubuhnya untuk turun dari
gendongan abinya, sedangkan Hujan mengeratkan
pelukannya pada leher sang Abi.
4 Gus Azam berdiri dan menyambut putra putrinya yang
berjalan sedikit cepat. Gus Azam merentangkan
tangannya dan memeluk kedua buah hatinya, lalu
menggendongnya bersamaan. Kedua buah hatinya
tertawa riang sambil bertepuk tangan.
5

Anda mungkin juga menyukai