Anda di halaman 1dari 10

Bab 3 Menyusun Cerita Pendek

A. Mengidentifikasi Cerita Pendek


Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu bentuk cerita (prosa) yang
memiliki ciri khas sebagai berikut :
- hanya mengungkapkan satu masalah tunggal,
- menunjukkan adanya kebulatan kisah, dan
- memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.
Unsur Intrinsik dalam Cerita Pendek (Cerpen)
Terdapat tujuh macam unsur intrinsik dalam cerpen, di antaranya tema, tokoh dan
penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Untuk penjelasan lebih
lengkapnya, langsung aja kita simak bersama-sama, ya.

1. Tema
Tema adalah gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen.
Bisa dikatakan, tema ini adalah nyawa dari sebuah cerita. Kenapa? Karena tema akan
menentukan latar belakang cerita tersebut. 

2. Tokoh dan penokohan


Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan
tokoh tambahan.
 Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau
terlibat dalam konflik.

 Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen


tanpa adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat
dalam konflik.
Sementara itu, penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat
dalam sebuah cerita. Contohnya, tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro
Jonggrang yang memiliki watak gigih.

3. Latar
Merupakan gambaran tempat, waktu, dan suasana cerpen.

 Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
 Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.

 Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.

4. Alur dan Plot


Alur adalah rangkaian kronologi peristiwa dalam cerita pendek. Kemudian, alur
dibedakan menjadi alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

 Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang disajikan secara kronologis atau
sesuai dengan urutan waktu dari awal ke akhir.

 Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke
awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.

 Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju
dan alur mundur. Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara
peristiwa masa lalu dengan masa kini.

Sementara itu, plot merupakan gambaran peristiwa yang mengandung hubungan


sebab akibat. Berikut ini merupakan skema plot:

5. Sudut pandang
Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa aja pengarang
menjadi orang pertama atau orang ketiga.

 Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang
pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku,
saya, dan sebagainya.

 Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam
cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka,
dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga
terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.

6. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada
pembaca melalui cerpen. Misalnya, cerita Malin Kundang yang memiliki amanat tidak
boleh durhaka kepada ibu.
7. Gaya Bahasa
Merupakan pemakaian ragam bahasa yang berfungsi untuk memberikan kesan
yang lebih menarik dengan menggunakan majas.

Gaya Bahasa
Gaya bahasa dikenal juga dengan sebutan majas. Tujuan penggunaan gaya
bahasa ini adalah untuk membuat pembaca mendapatkan efek tertentu yang bersifat
emosional dari apa yang mereka baca.
Penggunaan gaya bahasa, atau majas ini juga akan membuat sebuah cerita jadi
lebih menarik dan lebih hidup. Seseorang yang membaca cerita pun juga tidak akan
bosan dan bahkan bisa merasakan apa yang sedang mereka baca.

1. Gaya Bahasa Perbandingan

Macam-macam gaya bahasa yang pertama adalah majas perbandingan. Majas


perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara
menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa
penyamaan, pelebihan, atau penggantian.
Majas perbandingan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa macam-macam gaya
bahasa, seperti:
a. Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi
benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Contohnya seperti, “Angin malam
telah melarang aku ke luar.”
b. Metafora, adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara
eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Contoh : “Usahanya bangkrut karena memiliki utang dengan lintah darat.”
c. Eufemisme, adalah gaya bahasa di mana kata-kata yang dianggap kurang baik
diganti dengan padanan kata yang lebih halus. Contohnya, “Karena terjerat
kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau”.
d. Metonimia, adalah gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk
merujuk pada benda yang umum. Contohnya: “Bila haus, minumlah Aqua”. Kata
Aqua di sini dikenal sebagai sebuah brand air mineral yang sudah cukup terkenal.

e. Simile, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu
ungkapan. Contoh gaya bahasa ini seperti, anak kecil itu menangis bagaikan anak
ayam kehilangan induknya.
f. Alegori, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata
kiasan. Contohnya, mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami.
g. Sinekdok, adalah majas yang terbagi menjadi dua yaitu sinekdok pars pro toto
dan sinekdok totem pro parte. Contoh gaya bahasa ini seperti

o Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga
kelihatan.

o Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga


delapan kali berturut-turut.

h. Simbolik, adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara


manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya. Contohnya seperti, perempuan itu
memang jinak-jinak merpati.

i. Asosiasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun
disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contohnya, wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
j. Hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara
berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal. Contohnya, pria itu memiliki
semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.
2. Gaya Bahasa Pertentangan

Macam-macam gaya bahasa yang kedua yaitu gaya bahasa pertentangan. Majas
pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata
kiasan di mana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya.
Majas pertentangan memiliki beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:

a. Paradoks, merupakan suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi


sebenarnya dengan situasi kebalikannya. Contoh majas ini seperti, “Di tengah
keramaian itu aku merasa kesepian.”

b. Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata di mana


memiliki arti yang saling bertentangan. Contohnya “Orang akan menilai baik buruk
diri kita dari sikap kita kepada mereka.”

c. Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan


yang disebutkan sebelumnya. Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi
misalnya hanya saja atau kecuali. Contoh gaya bahasa ini seperti “Semua
masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.”

d. Litotes, merupakan suatu ungkapan seperti merendahkan diri meskipun pada


kenyataan sebenarnya justru sebaliknya. Contohnya seperti, “Silakan mampir ke
gubuk kami yang sederhana ini. Kata rumah di sini disebut sebagai gubuk.”
3. Gaya Bahasa Sindiran

Macam-macam gaya bahasa yang ketiga adalah majas sindiran. Majas sindiran adalah
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk memberikan
ejekan atau sindiran bagi seseorang, perilaku, dan suatu kondisi. Beberapa jenis majas
sindiran yaitu:

a. Sinisme, adalah gaya bahasa di mana seseorang memberikan sindiran secara


langsung kepada orang lain. Contohnya, “Kotor sekali kamarmu sampai debu debu
bertebaran di mana-mana.”

b. Sarkasme, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain
dengan konotasi yang kasar. Contohnya, “Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa
kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyarakat.”

c. Ironi, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan dengan makna
berlawanan dengan fakta sebenarnya. Contohnya, “Rapi sekali ruanganmu, sampai
aku kesulitan untuk duduk di sini.”

4. Gaya Bahasa Penegasan

Macam-macam gaya bahasa yang terakhir yaitu majas penegasan. Majas ini adalah
gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman
dan kesan kepada pembaca atau pendengar. Beberapa jenis majas penegasan adalah:

a. Repetisi, adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat.
Contohnya seperti, pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil
dompet saya.
b. Retorik, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya
tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran.
Contohnya, kalau kamu sholat subuh setiap kapan saja?

c. Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan


makna sama, tapi diulang-ulang terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk
menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan
pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke depan.

d. Klimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara
berurutan di mana tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Contohnya, pada
saat itu semua orang, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga
lansia pergi mengungsi akibat gempa.

e. Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi
ke tingkatan terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah,
guru, staff dan siswa rutin melaksanakan upacara bendera.

f. Pararelisme, adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk


menegaskan makna kata tersebut dalam beberapa definisi yang berbeda. Biasanya
jenis majas ini digunakan pasa sebuah puisi. Contoh majas ini seperti, sayang itu
sabar. sayang itu lemah lembut. sayang itu memaafkan..

g. Tautologi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk
menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu. Contoh gaya bahasa ini seperti,
sia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
Unsur-Unsur Ekstrinsik Cerpen (Cerita Pendek) 
Sebelumnya, kita sudah belajar mengenai unsur intrinsik cerpen, yaitu unsur
yang terbentuk dari dalam cerita pendek. Nah, sekarang, kita akan belajar unsur dari
luar cerpen. Unsur-unsur yang terbentuk dari luar cerpen disebut unsur
ekstrinsik. Unsur-unsur ekstrinsik meliputi nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Seringkali, cerpen merupakan cerminan kehidupan masyarakat. 

Cerita yang ditulis dalam cerpen merupakan cerminan dari kehidupan


nyata. Namun, dari tokoh-tokoh fiktif dalam cerpen, kita dapat menemukan nilai-nilai
kehidupan. Ada perbuatan baik yang dapat kita tiru dan ada pula perbuatan buruk yang
sepatutnya kita jauhi. Adapun unsur ekstrinsik atau nilai-nilai yang terdapat dalam
cerpen, yaitu:

1. Nilai agama

Nilai agama adalah hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama. Nilai yang
terkandung di dalam cerpen ini bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan nyata.
Contohnya:

Renata rajin mengikuti ibadahnya di hari Minggu bersama keluarganya. Setiap kali
memiliki masalah, ia selalu mengunjungi gereja untuk bercerita kepada
Tuhannya. Renata yakin bahwa Tuhan selalu memberi solusi yang baik untuk setiap
masalah yang dialami oleh umatnya. 

Nah, di dalam kutipan cerpen tersebut, kita diajak untuk yakin dan bersabar kalau Tuhan
pasti akan membantu dari setiap masalah yang kita hadapi.

2. Nilai sosial

Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang
ada di dalam cerpen. Misalnya, interaksi dengan tokoh lain, lingkungan, dan
masyarakat sekitar. Contohnya,

Rangga menjadi anak yang cukup terkenal karena sikapnya yang ramah. Banyak warga
di sekitar rumah yang senang ketika bertemu dengan Rangga. Alasannya karena Rangga
tak pernah absen menyapa warga sekitar ketika ia berangkat sekolah.

Oke, di dalam kutipan cerpen tersebut, manakah yang menjadi nilai sosial? Betul,
interaksi antara Rangga dengan warga sekitar rumahnya, ya. Dijelaskan kalau Rangga
tak pernah absen menyapa warga ketika berpapasan. Itu merupakan nilai sosial yang
bisa kita tiru lho, teman-teman.

3. Nilai moral

Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen yang berkaitan


dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu cerpen,
nilai moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk. Contohnya,

Aku pun sudah tidak sabar menghadapi kelakuannya. Ia bersikap semena-mena


terhadap teman-temannya. Mulai membentak, memukul, hingga mengambil barang-
barang milik teman-temannya termasuk aku. Tiap hari Dito bersikap kasar. Herannya,
tidak ada seorang pun yang melawan kelakuan Dito. Semua teman-teman hanya
menuruti kemauan Dito saja.

Ada tidak nih temanmu yang punya sifat seperti Dito? Jangan ditiru ya, teman-teman.
Nah, sikap yang dimiliki Dito ini menunjukkan nilai moral yang ada pada cerpen karena
berkaitan dengan akhlak atau etika. Nilai moral yang baik atau yang buruk, nih?
Jawabannya yang buruk, jadi harus kita jauhi. 

4. Nilai budaya

Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi,


dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat yang diceritakan di dalam cerpen.
Contohnya,

Pagi ini suasana di rumah begitu ramai. Kakakku yang sedang mengandung akan
mengadakan acara di rumah. Di desa tempatku tinggal, setiap ada wanita hamil yang
usia kandungannya menginjak 7 bulan akan ada acara yang bernama "tingkepan 7
bulanan" atau "mitoni". Istilah ini asalnya dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga
acara ini dilakukan saat usia kehamilan 7 bulan. Dalam pelaksanaannya, ibu yang hamil 7
bulan akan dimandikan dengan air kembang setaman. Selain itu, disertai juga dengan
doa-doa khusus selama acara berlangsung.

Hayo, ada yang tau tidak tradisi yang ada di desa si tokoh aku itu berasal dari mana?
Nah, tradisi tingkepan 7 bulanan atau mitoni yang dijelaskan pada kutipan cerpen di
atas menandakan adanya nilai budaya dalam cerpen. Jelas, ya?

Anda mungkin juga menyukai