1. Tema
Tema adalah gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen.
Bisa dikatakan, tema ini adalah nyawa dari sebuah cerita. Kenapa? Karena tema akan
menentukan latar belakang cerita tersebut.
3. Latar
Merupakan gambaran tempat, waktu, dan suasana cerpen.
Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang disajikan secara kronologis atau
sesuai dengan urutan waktu dari awal ke akhir.
Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke
awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.
Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju
dan alur mundur. Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara
peristiwa masa lalu dengan masa kini.
5. Sudut pandang
Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa aja pengarang
menjadi orang pertama atau orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang
pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku,
saya, dan sebagainya.
Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam
cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka,
dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga
terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.
6. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada
pembaca melalui cerpen. Misalnya, cerita Malin Kundang yang memiliki amanat tidak
boleh durhaka kepada ibu.
7. Gaya Bahasa
Merupakan pemakaian ragam bahasa yang berfungsi untuk memberikan kesan
yang lebih menarik dengan menggunakan majas.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dikenal juga dengan sebutan majas. Tujuan penggunaan gaya
bahasa ini adalah untuk membuat pembaca mendapatkan efek tertentu yang bersifat
emosional dari apa yang mereka baca.
Penggunaan gaya bahasa, atau majas ini juga akan membuat sebuah cerita jadi
lebih menarik dan lebih hidup. Seseorang yang membaca cerita pun juga tidak akan
bosan dan bahkan bisa merasakan apa yang sedang mereka baca.
e. Simile, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu
ungkapan. Contoh gaya bahasa ini seperti, anak kecil itu menangis bagaikan anak
ayam kehilangan induknya.
f. Alegori, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata
kiasan. Contohnya, mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami.
g. Sinekdok, adalah majas yang terbagi menjadi dua yaitu sinekdok pars pro toto
dan sinekdok totem pro parte. Contoh gaya bahasa ini seperti
o Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga
kelihatan.
i. Asosiasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun
disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contohnya, wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
j. Hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara
berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal. Contohnya, pria itu memiliki
semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
Macam-macam gaya bahasa yang kedua yaitu gaya bahasa pertentangan. Majas
pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata
kiasan di mana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya.
Majas pertentangan memiliki beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:
Macam-macam gaya bahasa yang ketiga adalah majas sindiran. Majas sindiran adalah
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk memberikan
ejekan atau sindiran bagi seseorang, perilaku, dan suatu kondisi. Beberapa jenis majas
sindiran yaitu:
b. Sarkasme, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain
dengan konotasi yang kasar. Contohnya, “Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa
kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyarakat.”
c. Ironi, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan dengan makna
berlawanan dengan fakta sebenarnya. Contohnya, “Rapi sekali ruanganmu, sampai
aku kesulitan untuk duduk di sini.”
Macam-macam gaya bahasa yang terakhir yaitu majas penegasan. Majas ini adalah
gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman
dan kesan kepada pembaca atau pendengar. Beberapa jenis majas penegasan adalah:
a. Repetisi, adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat.
Contohnya seperti, pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil
dompet saya.
b. Retorik, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya
tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran.
Contohnya, kalau kamu sholat subuh setiap kapan saja?
d. Klimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara
berurutan di mana tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Contohnya, pada
saat itu semua orang, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga
lansia pergi mengungsi akibat gempa.
e. Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi
ke tingkatan terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah,
guru, staff dan siswa rutin melaksanakan upacara bendera.
g. Tautologi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk
menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu. Contoh gaya bahasa ini seperti,
sia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
Unsur-Unsur Ekstrinsik Cerpen (Cerita Pendek)
Sebelumnya, kita sudah belajar mengenai unsur intrinsik cerpen, yaitu unsur
yang terbentuk dari dalam cerita pendek. Nah, sekarang, kita akan belajar unsur dari
luar cerpen. Unsur-unsur yang terbentuk dari luar cerpen disebut unsur
ekstrinsik. Unsur-unsur ekstrinsik meliputi nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Seringkali, cerpen merupakan cerminan kehidupan masyarakat.
1. Nilai agama
Nilai agama adalah hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama. Nilai yang
terkandung di dalam cerpen ini bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan nyata.
Contohnya:
Renata rajin mengikuti ibadahnya di hari Minggu bersama keluarganya. Setiap kali
memiliki masalah, ia selalu mengunjungi gereja untuk bercerita kepada
Tuhannya. Renata yakin bahwa Tuhan selalu memberi solusi yang baik untuk setiap
masalah yang dialami oleh umatnya.
Nah, di dalam kutipan cerpen tersebut, kita diajak untuk yakin dan bersabar kalau Tuhan
pasti akan membantu dari setiap masalah yang kita hadapi.
2. Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang
ada di dalam cerpen. Misalnya, interaksi dengan tokoh lain, lingkungan, dan
masyarakat sekitar. Contohnya,
Rangga menjadi anak yang cukup terkenal karena sikapnya yang ramah. Banyak warga
di sekitar rumah yang senang ketika bertemu dengan Rangga. Alasannya karena Rangga
tak pernah absen menyapa warga sekitar ketika ia berangkat sekolah.
Oke, di dalam kutipan cerpen tersebut, manakah yang menjadi nilai sosial? Betul,
interaksi antara Rangga dengan warga sekitar rumahnya, ya. Dijelaskan kalau Rangga
tak pernah absen menyapa warga ketika berpapasan. Itu merupakan nilai sosial yang
bisa kita tiru lho, teman-teman.
3. Nilai moral
Ada tidak nih temanmu yang punya sifat seperti Dito? Jangan ditiru ya, teman-teman.
Nah, sikap yang dimiliki Dito ini menunjukkan nilai moral yang ada pada cerpen karena
berkaitan dengan akhlak atau etika. Nilai moral yang baik atau yang buruk, nih?
Jawabannya yang buruk, jadi harus kita jauhi.
4. Nilai budaya
Pagi ini suasana di rumah begitu ramai. Kakakku yang sedang mengandung akan
mengadakan acara di rumah. Di desa tempatku tinggal, setiap ada wanita hamil yang
usia kandungannya menginjak 7 bulan akan ada acara yang bernama "tingkepan 7
bulanan" atau "mitoni". Istilah ini asalnya dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga
acara ini dilakukan saat usia kehamilan 7 bulan. Dalam pelaksanaannya, ibu yang hamil 7
bulan akan dimandikan dengan air kembang setaman. Selain itu, disertai juga dengan
doa-doa khusus selama acara berlangsung.
Hayo, ada yang tau tidak tradisi yang ada di desa si tokoh aku itu berasal dari mana?
Nah, tradisi tingkepan 7 bulanan atau mitoni yang dijelaskan pada kutipan cerpen di
atas menandakan adanya nilai budaya dalam cerpen. Jelas, ya?