Anda di halaman 1dari 17

MAJAS Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G.

Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik. Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. 2. 3. 4. Gaya bahasa perulangan Gaya bahasa perbandingan Gaya bahasa pertentangan Gaya bahasa pertautan

1. A.

Gaya Bahasa Perulangan Aliterasi

Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi. Contoh: Kau keraskan kalbunya Bagai batu membesi benar Timbul telangkai bertongkat urat Ditunjang pengacara petah pasih B. Asonansi

Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan. Contoh: Segala ada menekan dada

Mati api di dalam hati Harum sekuntum bunga rahasia Dengan hitam kelam C. Antanaklasis

Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda. Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang. D. Kiasmus

Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat. Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. E. Epizeukis

Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat. F. Tautotes

Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkalikali dalam sebuah konstruksi. Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja. G. Anafora

Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat. Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.

Kucari kau karena cemas karena sayang.

Kucari kau karena sayang karena bimbang. Kucari kau karena kaya mesti diganyang. H. Epistrofa (efifora)

Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan. Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur. Aku mencercah daging ketika kau tidur. I. Simploke

Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut). Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah. Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah. J. Mesodiplosis

Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut. Contoh: Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa. Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat. K. Epanalepsis

Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat. Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya. L. Anadiplosis

Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya. Contoh: Dalam raga ada darah

Dalam darah ada tenaga Dalam tenaga ada daya Dalam daya ada segalanya

2. a.

Gaya Bahasa Perbandingan Perumpamaan

Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Contoh: Seperti air dengan minyak. b. Metafora

Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit. Contoh: Aku adalah angin yang kembara. c. Personifikasi

Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak. Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri. d. Depersonifikasi

Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama. Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.

e.

Alegori

Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain: Fabel, contoh: Kancil dan Buaya Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa f. Antitesis

Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan. Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian. g. Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara. Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari? h. Perifrasis

Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus). i. Antisipasi (prolepsis)

Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi. Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan. j. Koreksio (epanortosis)

Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.

Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

3. a.

Gaya Bahasa Pertentangan Hiperbola

Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia. b. Litotes

Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu. c. Ironi

Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya. d. Oksimoron

Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama. Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan. e. Paronomosia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran katakata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.

Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah. f. Zeugma dan Silepsis

Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya. Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar. Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain. Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. g. Satire

Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung. Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.

Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan Sudah sepuluh tahun engkau bicara Aku masih tak punya celana Budak kurus pengangkut sampah h. Inuendo

Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur. i. Antifrasis

Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang

mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu. Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol). Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu. j. Paradoks

Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan faktafakta yang ada. Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati. k. Klimaks

Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya. Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara. l. Anti klimaks

Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting. Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD. m. Apostrof

Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana. n. Anastrof atau inversi

Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.

Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya. o. Apofasis

Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya. Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar. p. Histeron Proteran

Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami. q. Hipalase

Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain. Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah. r. Sinisme

Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati. Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung. s. Sarkasme

Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar. Contoh: Kau memang benar-benar bajingan. 4. Gaya Bahasa Pertautan a. Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri. Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot. b. Sinekdoke

Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri. Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu. Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia. c. Alusio

Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang. Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini? d. Eufimisme

Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur. e. Eponim

Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson. f. Antonomasia

Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri. Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid. g. Epitet

Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal. Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara. h. Erotesis

Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali. Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan? i. Paralelisme

Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama. Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. - Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik). j. Elipsis

Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis. Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).

Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek). Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek). Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan). Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek). k. Gradasi

Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu. Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju. l. Asindeton

Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga. m. Polisindeton

Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana. Majas Majas Majas (figurative language) adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu . Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain ditujukan untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi pembaca.

Macam-macam majas : 1. Majas perbandingan - Asosiasi (smile) : Majas perbandingan 2 hal yang berbeda tapi dianggap sama. Ditandai dengan penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti - Metafora : Majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. - Personifikasi : Membandingkan benda seolah-olah bernyawa seperti manusia. - Alegori : Majas perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. - Parabel : Berupa cerita (tentang pedoman hidup, ajaran agama dan petuah). - Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda lain sebagai simbol . - Tropen : Menggunakan kata yang sejajar artinya (mirip atau semakna). - Metonomia : Memakai nama ciri yang ditaukan dengan nama orang, barang sebagai pengganti. - Litotes : Mengecilkan atau mengurangi kenyataan sebenarnya. - Sinekdokhe : Menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama kesuluruhan. 1. Pars pro toto : sebagian untuk seluruhnya 2. Totem pro parte : seluruhnya untuk sebagian - Eufemisme : Menggantikan 1 pengertian dengan kata lain yang hampir sama dengan maksud lebih sopan. - Hiperbola : Mengandung peryataan yang berlebihan dengan maksud memperhebat - Alusio : Menujukan secara tidak langsung kepada tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama. - Antonomasia : Menggunakan kata-kata tertentu sebagai nama panggilan seseorang. - Parafrasis : Menjelaskan suatu kata menjadi serangkaikan kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan. 2. Majas sindiran - Ironi : Menyatakan makna bertentangan dengan maksud menyindir atau mengolokolok. - Sinisme : Menyatakan sindiran secara langsung. - Sarkasme : Majas sindiran terkasar 3. Majas penegasan - Pleonasme : Menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suku kata. - Repetisi : Perulangan kata-kata sebagai penegasan. - Paralelisme : Sama dengan repetisi, tapi biasanya terdapat dalam puisi. - Aliterasi : Memanfaatkan kata yang bunyi awalnya sama - Antanaklasis : Mengandung ulangan kata yang sama tapi maksna berbeda

- Kiasmus : Perulangan sekaligus mengandung inversi. - Tautologi : Mengulangi beberapa kali suatu kata dalam kalimat. - Klimaks : Menyatakan beberapa hal berturut-turut yang semakin lama semakin hebat. - Antiklimaks : Menyatakan beberapa hal berturut-turut yang semakin lama semakin menurun. - Elipsis : Didalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat. - Inversi : Dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat. - Retoris : Berupa kalimat Tanya yang tak pelu jawaban. - Koreksio : Dipakai untuk ralat baik kesalahan yang disengaja maupun yang tidak. - Asidentom : Menyatakan beberapa keadaan atau benda tanpa kata penghubung - Polisedenton : Menggunakan kata menghubung dalam kalimat - Interupsi : Penegasan yang menggunakan sisipan ditengah-tengah kalimat pokok. - Eksklamaso : Menggunakan kata seru sebagai penegas. - Enumerasio : Melukiskan satu per satu peristiwa untuk menegaskan suatu keadaan secara keseluruhan. - Praterito : Digunakan pengarang untuk meyembunyikan atau merahasiakan sesuatu.

4. Majas pertentangan - Paradoks : Mengandung pertentangan nyata dengan fakta-fakta yang ada. - Antitesis : Mempergunakan paduan kata yang berlawanan artinya - Anakroisme : Menceritakan peristiwa yang tidak sesuai dengan sejarah. - Oksimoron : Antar bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh Majas : 1.Semangatnya keras bagaikan baja. (asosiasi) 2.Wajahnya bagai bulan purnama. (asosiasi) 3.Semangatnya keras bagaikan baja. (asosiasi) 4.Mukanya pucat bagai mayat. (asosiasi) 5.Pak Budi sangat rajin dan jujur oleh Karen itu dia menjadi anak emas majikannya. (metafora) 6.Perpustakaan adalah gudang ilmu. (metafora) 7.Aku sangat mencintai buku karena buku adalah jendela dunia. (metafora) 8.Raja siang keluar dari ufuk timur. (metafora) 9.Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk. (personifikasi) 10.Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam jumat pahing. (personifikasi) 11.Daun kelapa melambai-lambai ditepi pantai. (personifikasi) 12.Awan hitam menebal diiringi halilintar besahut-sahutan. (personifikasi)

13.Tepat pukul 7 pagi, bel sekolah memangil-manggil kami untuk masuk kelas. (personifikasi) 14.Sikap Mariam yang seperti bunglon membuat kami bingung. (simbolik) 15.Rentenir itu menyengsarakan para petani bagai lintah darat. (simbolik) 16.Sejak sang pacar meninggalkannya, sepanjang hati Zirah hanya berkubur saja didalam kamarnya. (tropen) 17.Besok kami sekeluarga akan terbang ke Bali untuk berlibur. (tropen) 18.Zirah duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya. (tropen) 19.Sudah sebulan Eko kerjanya hanya mengukur jalan ibukota saja. (tropen) 20.Aku senang sekali membaca J.K. Rowling dan Andre Hirata. (metonomia) 21.Dalam pertandingan Uber Cup 2008, Indonesia hanya memperoleh perunggu. (metonomia) 22.Ayah baru saja membeli Zebra, padahal saya ingin Kijang. (metonomia) 23.Kami berharap Anda dapat menerima pemberian yang tak berharga ini. (metonomia) 24.Honorku tak seberapa, hanya cukup untuk membiayai kebutuhan aku setiap bulan saja. (metonomia) 25.Pertolongan apakah yang Saudara harapkan dari saya yang hina dan bodoh ini?. (metonomia) 26.Terimalah bingkisanku yang tidak berarti ini. (metonomia) 27.Paman saya mempunyai atap di Jakarta. (pars pro toto) 28.Sampai sore ini, Wibi belum keliatan batang hidungnya. (pars pro toto) 29.Ibu membeli tiga ekor ayam untuk lebaran. (pars pro toto) 30.Indonesia meraih medali perunggu dalam kejuaran Uber Cup 2008. (totem pro parte) 31.Sekolah kami meraih juara pertama dalam pertandingan bola basket minggu lalu. (totem pro parte) 32.Penjahat perang Bosnia telah diamankan PBB. (eufemisme) 33.Karyawan Adam Air telah dirumahkan sejak 3 bulan yang lalu. (eufemisme) 34.Saya terkejut setengah mati mendengar perkataan Bimo. (hiperbola) 35.Tubuhnya kurus kering setelah ditinggal ayahnya. (hiperbola) 36.Pekik merdeka berkumandang diangkasa. (hiperbola) 37.Cita-citaku selalu melangit. (hiperbola) 38.Bayak korban berjatuhan akibat kekejaman Nazi. (alusio) 39.Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri? (alusio) 40.Ketika sang surya keluar dari peraduannya kami berangkat. (parafrasis) 41.Kuda besi yang panjang itu terus berlari hingga stasiun akhir. (parafrasis) 42.Rapor Andi bagus sekali, banyak angka merahnya. (ironi) 43.Rajin sekali kamu, setiap PR tidak pernah dikerjakan. (ironi) 44.Pandai sekali kau baru datang ketika rapat mau selesai. (ironi) 45.Perkataanmu tadi sangat menyebalkan. Kata-kata itu tidak pantas disampaikan orang terpelajar seperti kamu!. (sinisme) 46.Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu!. (sinisme)

47.Mereka turun kebawah untuk melihat keadaan barang-barang yang jatuh. (pleonasme) 48.Aku menyaksikan peristiwa menyedihkan itu dengan mata kepalakuku sendiri. (pleonasme) 49.Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku. (repetisi) 50.Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa Sunyi itu lampus (paralelisme) 51.Inilah indahnya mimpi, insan ingat ingkar. (aliterasi) 52.Karena buah penanya yang controversial, dia menjadi buah bibir masyarakat. (antanaklasis) 53.Sebagai tim, kita harus mengantungkan diri satu sama lain. Kalau tidak, kita akan mengantung diri. (antanaklasis) 54.Yang ikayaI merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya. (kiasmus) 55.Dalam kehidupan ini, banyak orang pintar yang mengaku bodoh dan orang bodoh yang merasa dirinya pintar. (kiasmus) 56.Disuruhnya aku bersabar, bersabar, dan sekali lagi bersabar, tetapi aku tidak tahan lagi. (tautologi) 57.Kehendak dan keinginan kami adalah membuat Wibi emnjadi seseorang yang berguna kelak. (tautologi) 58.Siapa yang takkan tertarik kepada orang yang ramah, baik serta berbudi seperti Bagas. (tautologi) 59.Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor sampai mobil berjejer memenuhi halamat rumah Pak Adri. (klimaks) 60.Ketua RT, RW, lurah, camat, bupati, gubernur maupun presiden memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah. (klimaks) 61.Bapak kepala sekolah, para guru dan pra siswatelah hadir dilapangan upacara. (antiklimaks) 62.Gedung-gedung, rumah-rumah dan gubuk-gubuk semuanya mengibarkan bendera Sang Merah Putih di hari ulang tahun kemerdekaan RI. (antiklimaks) 63.Kami sekeluarga ke Purwokerto. (elipsis) 64.Siapa yang tak ingin bahagia di dunia dan di akherat? (inversi) 65.Dia adikku, eh bukan, kakakku. (retoris) 66.Mama ada di kamar, eh maaf, di kamar mandi. (retoris) 67.Kain-kain, barang pecah belah, mainan anak-anak, buku pelajaran semua ada ditoko itu. (asidenton) 68.Setelah pekerjaannya selesai, Bagas berkemas-kemas untuk pulang karena hari sudah mulai gelap, lagipula hari mendung pertanda akan hujan. (polisedenton) 69.Bimo merasa enggan sesungguhnya takut- karena ia telah mendengar kabar bahwa Ibu Murni memanggilnya. (interupsi)

70.Aku kalau bukan karena terpaksa- tidak akan mau melakukan pekerjaan ini. (interupsi) 71.Angin berhembus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana sini bintang-bintang bergemerlapan. semuanya berpadu membentuk lukisan yang harmonis. itulah kehidupan sejati. (enumerasio) 72.Apa gunanya kukatakan lagi? Bukankah itu sudah menjadi rahasia umum? (praterito) 73.Aku merasa kesepian ditengah-tengah keramaian kota Jakarta. (paradoks) 74.Gajinya besar tapi hidupnya melarat. (paradoks) 75.Tua muda, besar kecil pria wanita hadir dalam pesta itu. (antesis)

Anda mungkin juga menyukai