Penggunaan nama timangan atau kata yang tidak dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.
Contoh : Lama otak hanya memandangi ikan bunga biji yang membuat otak kian
terkesima.
20. Perifrase
Gaya bahasa perbandingan dengan mengganti sebuah kata dengan beberapa kata
atau sebuah kalimat.
Misalnya : Kami baru sampai ke tempat itu sore hari; menjadi
Kami baru sampai ke tempat itu ketika matahari akan tenggelam di ufuk barat.
21. Tropen
Gaya bahasa perbandingan dengan membandingkan suatu pekerjaan atau
perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan.
Contoh : Kemarin dia terbang menuju Jakarta.
Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak istrinya.
5. Kontradiski Interminus
Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya (bertentangan dengan penjelasan semula).
Contoh : Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut lomba.
6. Anakronisme
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh: Dalam tulisan Caesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali.
(saat itu jam belum ada).
Contoh: Masih sesore ini sudah pulang? Sekarang baru pukul sebelas malam.
Merdu benar suaramu, hingga terbangun aku dari nyenyaknya tidurku.
2. Sarkasme
Sindiran langsung dan kasar.
Contoh: Mati kau, orang tidak tahu diri!
3. Sinisme
Gaya bahasa yang menyindir lawan bicara dengan cara yang lebih kasar dari ironi.
Contoh : Tidak usah kau perdengarkan suaramu yang merdu dan memecahkan
telinga itu!
4. Satire
Gaya bahasa yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan kebiasaan, dan lain-lain.
Contoh:
Jemu aku dengan bicaramu.
Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
Budak kurus pengangkut sampah
5. Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta yang sesungguhnya.
Contoh : Karena ia menyisihkan selembar dua lembar kertas kantor, ia kini telah
membuka toko alat-alat tulis.
2. Asindenton
Gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik
penghabisan orang melepaskan nyawa.
3. Polisindenton
Gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Sebelum masuk ke rumah, maka ditinggalkannya sepatunya karena takut
akan mengotori lantai.
4. Repetisi
Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dalam sebulan ini sudah tiga kali dia tertipu, sudah tiga kali pula dia
sakit flu.
5. Paralelisme
Gaya bahasa perulangan yang terdapat di dalam puisi (untuk menegaskan maksud
tertentu). Paralelisme terbagi dua : anafora dan epifora, sementara paralelisme
sendiri adalah perulangan satu larik penuh yang diulang pada baris berikutnya.
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S
Contoh :
Dan kau tuliskan seribu warna di hatiku
Dan kau tuliskan seribu warna di hatiku
6. Anafora
Perulangan satu atau beberapa kata yang sama di awal baris dalam puisi.
Contoh :
Karena kau hanya akan melihat punggungku dari belakang
Karena kau pasti akan melupakanku seiring waktu
7. Epifora
Perulangan satu atau beberapa kata yang sama di akhir baris dalam puisi.
Contoh :
Meski lelah datang menjelang, ‘ku akan datang
Walau harus berjuang, ‘ku akan datang
8. Retoris
Gaya bahasa penegasan dalam bentuk kalimat Tanya yang tidak memerlukan
jawaban.
Contoh : Bukankah kau dilahirkan untuk hidup dengan baik?
9. Sinekdoke totem pro parte
Gaya bahasa yang menyebutkan sebagian objek namun yang dimaksud
keseluruhan.
Contoh :Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya (mewakili seluruh
tubuh).
Bu Tina membeli tiga ekor ayam (tiga ayam utuh).
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/ kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/ lebih penting.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, pengalaman, dan harapan.
15. Antiklimaks
Pemaparan pikiran atau atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/ lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/ kurang penting.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan
tidak terkenal namanya.
Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.
16. Aliterasi
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh :Keras-keras terkena air lembut juga.
17. Pararima
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan.
Contoh : Mondar-mandir, kolang-kaling, lekak-lekuk
18. Sigmatisme
Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
Contoh : kutulis surat ini kala hujan gerimis.
19. Antanaklasis
Menggunakan pengulangan kata yang sama, tapi dengan makna yang berlainan.
Contoh : Ketika mengetahui bahwa bunga yang diberikannya kepada bunga desa
itu diterima, hatinya berbunga-bunga.
20. Retisentia
Gaya bahasa yang menyembunyikan sebagian pikiran atau perasaan untuk
menarik perhatian.
Contoh : Wajah yang senantiasa jernih lembut pada pandangan itu….
Tentu saja peristiwa itu membuatnya….
21. Elipsis
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
22. Silepsis
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh : Ia telah kehilangan topi dan semangatnya.
23. Simetri
Gaya bahasa yang menyatakan kalimat dengan kalimat yang lain tetapi isinya
sebanding.
Contoh : Anak itu dididik. Anak itu dituntun dan diajari ke arah kebaikan.
24. Inversi
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.
25. Kolokasi
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S
Contoh : Susah memang berurusan dengan si kepala batu (“kepala batu” adalah
asosiasi yang tetap antara “kepala” dan “batu”).
26. Interupsi
Gaya bahasa penegasan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-
unsur kalimat.
Contoh : Dan tiba-tiba ia-anak itu ditampar oleh ayahnya.
Aku, sepuluh tahun bekerja disini, belum pernah dinaikkan gaji.
27. Eksklamasio
Gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata seru (interjeksi).
Contoh : Wah, cantiknya tas itu, persis seperti kamu.
28. Preterito
Gaya bahasa penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Pembaca menerka apa yang disembunyikan itu dan biasanya sudah
memakluminya.
Contoh : Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tidak perlu kita sesali apa yang
telah terjadi.
29. Alonim
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Contoh : Dulah_varian dari Abdullah
30. Zeugma
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh : Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat pada
kami.
DAFTAR RUJUKAN