Anda di halaman 1dari 7

Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.

GAYA BAHASA / PERMAJASAN (figurative language)


Majas atau gaya bahasa adalah cara berbahasa dengan tujuan untuk menimbulkan kesan
tertentu pada pendengar atau pembacanya. Gaya bahasa juga bertujuan untuk mewakili
perasaan dan pikiran dari pengarang. Gaya bahasa dibagi menjadi empat yakni gaya bahasa
perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran dan gaya bahasa penegasan.

a. Gaya Bahasa perbandingan


1. Metafora
Gaya bahasa yang mengandung perbandingan yang sejajar atau memiliki
kesamaan, sebagai pengganti suatu kata atau ungkapan.
Contoh: Raja siang bersinar di ufuk timur (=matahari)
Dewi malam keluar dari balik awan (=bulan)
2. Simbolik
Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan lambang-lambang (perlambangan)
atau simbol.
Contoh: Bulan purnama melambangkan hatiku. (=hati yang utuh, perasaan yang
tulus)
3. Perumpamaan/ Simile
Gaya bahasa perbandingan dengan pengungkapan yang eksplisit yang dinyatakan
dengan kata-kata : bagaikan, seperti, bak, dll.
Contoh : Suwito dan Linda bagaikan bumi dan langit. (bumi=status sosial yang
lebih rendah atau bisa juga diartikan paras muka yang buruk, langit=status sosial
yang lebih tinggi atau bisa juga diartikan paras muka yang bagus).
4. Hiperbola
Gaya bahasa yang dipakai jika seseorang hendak melukiskan keadaan atau
peristiwa dengan cara berlebih-lebihan (melebih-lebihkan) dari keadaan
sesungguhnya.
Contoh : Pemikirannya telah tersebar ke seluruh dunia.
Hatiku terbakar dan darahku mendidih mendengar berita itu.
5. Personifikasi
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan benda mati atau tidak bernyawa
seolah-olah bernyawa dan berperilaku seperti manusia.
Contoh: Lonceng berbunyi, memanggil siswa untuk berkumpul.
Angin berbisik, mengatakan cintanya kepada bumi.
6. Depersonifikasi
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda benda-benda tidak
bernyawa atau mati.
Contoh : Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
7. Alusio
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan ungkapan atau peribahasa yang
sudah dikenal/ sudah lazim terdengar.
Contoh : Dasar kakek tua-tua keladi, makin tua makin jadi.
Bergaul dengannya cukup makan hati.
8. Alegori
Gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan utuh, perbandingan itu
membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Contoh : mendayung bahtera hidup merupakan perbandingan yang utuh dan


menyeluruh bagi seseorang dalam rumah tangga. Bahtera merupakan
perbandingan dari rumah tangga, sedang pengemudi dan awaknya merupakan
perbandingan dari suami istri.
9. Antonomasia
Penggunaan sifat, karakter , atau ciri khas sebagai nama diri seseorang sebagai
nama lain.
Contoh : Si pincang itu kini telah tiada.
Jangan seperti anak kemarin sore, kolonel.
10. Antropomorfisme
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh : Setelah sampai di kaki gunung, ia duduk di mulut sungai.
11. Aptronim
Pemberian nama yang cocok dengan pekerjaan seseorang.
Contoh : Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto
Grobak.
12. Asosiasi
Gaya bahasa yang membandingkan sesuatu benda yang telah disebutkan dengan
benda lain. Pada umumnya asosiasi menggunakan kata penghubung.
Contoh : Hatinya sedih bagai diiris-iris pisau.
Semangatnya keras seperti baja.
13. Litotes
Gaya bahasa yang mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh : Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu. \
Sudikah anda mampir ke gubuk kami?
14. Parabel
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Contoh : Cerita Adam dan Hawa
15. Metonimia
Gaya bahasa perbandingan yang mengemukakan merk dagang atau atribut untuk
melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu
berasoasiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh : Berapa botol Aqua yang kau habiskan tiap hari?
Riko selalu naik Honda setiap hari.
16. Eufimisme
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebihpantas atau dianggap halus.
Contoh : Bapak ini pendengarannya sudah berkurang (tuli).
17. Disfemisme
Pengungkapan perasaan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh : Jika aku bunga, engkau kumbangnya.
18. Eponim
Menjadikan nama orang sebagai nama tempat atau pranata.
Contoh : Gelora Bung Karno, Rezim Soeharto
19. Hipokorisme
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Penggunaan nama timangan atau kata yang tidak dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.
Contoh : Lama otak hanya memandangi ikan bunga biji yang membuat otak kian
terkesima.
20. Perifrase
Gaya bahasa perbandingan dengan mengganti sebuah kata dengan beberapa kata
atau sebuah kalimat.
Misalnya : Kami baru sampai ke tempat itu sore hari; menjadi
Kami baru sampai ke tempat itu ketika matahari akan tenggelam di ufuk barat.
21. Tropen
Gaya bahasa perbandingan dengan membandingkan suatu pekerjaan atau
perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan.
Contoh : Kemarin dia terbang menuju Jakarta.
Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak istrinya.

b. Gaya Bahasa Pertentangan


1. Antitesis
Gaya bahasa pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan arti
satu dengan yang lain.
Contoh: Kaya miskin, tua muda, semuanya mempunyai kewajiban terhadap
keamanan bangsa.
2. Paradoks
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh : Fia merasa sepi berada di tempat seramai ini.
Badannya besar tapi nyalinya kecil.
3. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan, tetapi kemudian diberi
penjelasan.
Contoh : Candu merusak kehidupan, itu sebabnya pemerintah mengawasi dengan
ketat. Akan tetapi, si pecandu tidak dapat menghentikan kebiasaannya.
4. Oksimoron
Paradoks dalam satu frase.
Contoh : keramah-tamahan yang bengis.

5. Kontradiski Interminus
Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya (bertentangan dengan penjelasan semula).
Contoh : Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut lomba.
6. Anakronisme
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh: Dalam tulisan Caesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali.
(saat itu jam belum ada).

c. Gaya Bahasa Sindiran


1. Ironi
Gaya bahasa sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan dari fakta tersebut (sindiran halus).
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Contoh: Masih sesore ini sudah pulang? Sekarang baru pukul sebelas malam.
Merdu benar suaramu, hingga terbangun aku dari nyenyaknya tidurku.
2. Sarkasme
Sindiran langsung dan kasar.
Contoh: Mati kau, orang tidak tahu diri!
3. Sinisme
Gaya bahasa yang menyindir lawan bicara dengan cara yang lebih kasar dari ironi.
Contoh : Tidak usah kau perdengarkan suaramu yang merdu dan memecahkan
telinga itu!
4. Satire
Gaya bahasa yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan kebiasaan, dan lain-lain.
Contoh:
Jemu aku dengan bicaramu.
Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
Budak kurus pengangkut sampah
5. Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta yang sesungguhnya.
Contoh : Karena ia menyisihkan selembar dua lembar kertas kantor, ia kini telah
membuka toko alat-alat tulis.

d. Gaya Bahasa penegasan


1. Apofasis
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

2. Asindenton
Gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik
penghabisan orang melepaskan nyawa.
3. Polisindenton
Gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Sebelum masuk ke rumah, maka ditinggalkannya sepatunya karena takut
akan mengotori lantai.
4. Repetisi
Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dalam sebulan ini sudah tiga kali dia tertipu, sudah tiga kali pula dia
sakit flu.
5. Paralelisme
Gaya bahasa perulangan yang terdapat di dalam puisi (untuk menegaskan maksud
tertentu). Paralelisme terbagi dua : anafora dan epifora, sementara paralelisme
sendiri adalah perulangan satu larik penuh yang diulang pada baris berikutnya.
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Contoh :
Dan kau tuliskan seribu warna di hatiku
Dan kau tuliskan seribu warna di hatiku
6. Anafora
Perulangan satu atau beberapa kata yang sama di awal baris dalam puisi.
Contoh :
Karena kau hanya akan melihat punggungku dari belakang
Karena kau pasti akan melupakanku seiring waktu
7. Epifora
Perulangan satu atau beberapa kata yang sama di akhir baris dalam puisi.
Contoh :
Meski lelah datang menjelang, ‘ku akan datang
Walau harus berjuang, ‘ku akan datang
8. Retoris
Gaya bahasa penegasan dalam bentuk kalimat Tanya yang tidak memerlukan
jawaban.
Contoh : Bukankah kau dilahirkan untuk hidup dengan baik?
9. Sinekdoke totem pro parte
Gaya bahasa yang menyebutkan sebagian objek namun yang dimaksud
keseluruhan.
Contoh :Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya (mewakili seluruh
tubuh).
Bu Tina membeli tiga ekor ayam (tiga ayam utuh).

10. Sinekdoke pars pro toto


Gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan objek namun yang dimaksud
sebagian.
Contoh : Indonesia bertanding bulutangkis melawan Malaysia. (Seolah-olah
seluruh bangsa Indonesia ikut bertanding, padahal hanya tim saja, paling banyak 2
orang).
11. Tautologi
Gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan cara menyebutkan dua kata
yang searti (menggunakan sinonimnya).
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan, tidak saya harapkan.
12. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan dengan menambahkan keterangan pada pernyataan yang
sudah jelas dan sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh : Salju putih sudah mulai turun.
Darah merah membasahi baju dan tubuhnya.
13. Koreksio
Gaya bahasa penegasan dengan cara mengoreksi kembali kata-kata yang salah
atau sengaja diucapkan sebelumnya, kemudian disebutkan maksud yang
sesungguhnya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan menikmati hidangan.
Hari ini dia sakit ingatan, eh maaf, maksud saya sakit kepala.
14. Klimaks
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/ kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/ lebih penting.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, pengalaman, dan harapan.
15. Antiklimaks
Pemaparan pikiran atau atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/ lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/ kurang penting.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan
tidak terkenal namanya.
Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.
16. Aliterasi
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh :Keras-keras terkena air lembut juga.
17. Pararima
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan.
Contoh : Mondar-mandir, kolang-kaling, lekak-lekuk
18. Sigmatisme
Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
Contoh : kutulis surat ini kala hujan gerimis.

19. Antanaklasis
Menggunakan pengulangan kata yang sama, tapi dengan makna yang berlainan.
Contoh : Ketika mengetahui bahwa bunga yang diberikannya kepada bunga desa
itu diterima, hatinya berbunga-bunga.
20. Retisentia
Gaya bahasa yang menyembunyikan sebagian pikiran atau perasaan untuk
menarik perhatian.
Contoh : Wajah yang senantiasa jernih lembut pada pandangan itu….
Tentu saja peristiwa itu membuatnya….
21. Elipsis
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
22. Silepsis
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh : Ia telah kehilangan topi dan semangatnya.
23. Simetri
Gaya bahasa yang menyatakan kalimat dengan kalimat yang lain tetapi isinya
sebanding.
Contoh : Anak itu dididik. Anak itu dituntun dan diajari ke arah kebaikan.
24. Inversi
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.
25. Kolokasi
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
Titian Bahasa & Sastra Indonesia oleh Arifiani Amalia, S.S

Contoh : Susah memang berurusan dengan si kepala batu (“kepala batu” adalah
asosiasi yang tetap antara “kepala” dan “batu”).
26. Interupsi
Gaya bahasa penegasan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-
unsur kalimat.
Contoh : Dan tiba-tiba ia-anak itu ditampar oleh ayahnya.
Aku, sepuluh tahun bekerja disini, belum pernah dinaikkan gaji.
27. Eksklamasio
Gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata seru (interjeksi).
Contoh : Wah, cantiknya tas itu, persis seperti kamu.
28. Preterito
Gaya bahasa penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Pembaca menerka apa yang disembunyikan itu dan biasanya sudah
memakluminya.
Contoh : Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tidak perlu kita sesali apa yang
telah terjadi.
29. Alonim
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Contoh : Dulah_varian dari Abdullah
30. Zeugma
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh : Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat pada
kami.

DAFTAR RUJUKAN

Budiman, Sumiati. 1987. Sari Sastra Indonesia. Surakarta : Intan Pariwara


Sadikin, Muhammad. 2011. EYD Majas Peribahasa. Bekasi : Laskar Aksara
Sudaryat, Ndang. Natasasmita, Drs. Hanapi. 1983. Ringkasan Bahasa Indonesia
Panduan ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri 1985.
Bandung : Ganeca Exact

Anda mungkin juga menyukai