Contoh epifora :
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
4. Tautologi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapi kali kata dalam
sebuah kalimat. Dapat juga dengan mempergunakan beberapa kata
bersinonim berturut-turut dalam sebuah kalimat, yang seperti ini
disebut gaya bahasa sinonimi, karena menggunakan kata-kata yang
bersinonim.
Contoh :
o Disuruhnya aku bersabar, bersabar, dan sekali lagi aku bersabar,
tetapi aku tak tahan lagi.
6. Antiklimaks
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang diurutkan
dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.
Contoh :
o Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya semuanya tak
ada yang luput dari penyakit turunan itu.
7. Inversi
Gaya bahasa inversi dipergunakan bila predikat kalimat hendak lebih
dipentingkan daripada subjeknya, lalu ditempatkan di depan subjek.
Contoh :
o Tak terkabul permintaannya. (tak terkabul = predikat, permintaan =
objek, -nya = subjek)
8. Elipsis
Kalimat yang subjeknya atau predikatnya tak lagi disebutkan karena
dianggap sudah diketahui.
Contoh :
- Pergilah!
9. Retoris
Gaya bahasa penegasan ini mempergunakan kalimat tanya yang
sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Seringkali, kalimat retoris
menyatakan kesangsian atau bersifat mengejek.
(Dalam bahasa pidato, kalimat retoris digunakan bukan dimaksudkan
untuk bertanya, melainkan untuk menegaskan.
Contoh :
Menegaskan : “Mana mungkin orang mati hidup kembali?”
Ejekan : “Inikah yang kau namai bekerja?”
10. Koreksio
Gaya bahasa koreksio dipakai bila akan membetulkan kembali hal
yang sudah diucapkan baik yang diucapkan dengan sengaja ataupun
tidak.
Contoh :
- Ibu ada di dapur, eh, bukan, di kamar mandi.
- Silakan pulang Saudara-saudara, eh maaf, silakan makan!
11. Asindenton
Beberapa hal, keadaan, atau benda disebutkan berturut-turut tanpa
mempergunakan kata penghubung (konjungsi).
Contoh :
o Meja, kursi, lemari ditaruh saja dalam kamar itu.
o Kain-kain, barang pecah-belah, mainan anak-anak semua ada
dijual di toko tersebut.
12.Polisindeton
Gaya bahasa di polisindenton mempergunakan banyak kata
penghubung dalam sebuah kalimat.
Contoh :
o Setelah pekerjaannya selesai, maka berkemas-kemaslah dia akan
pulang karena hari sudah mulai gelap, lagipula mendung-mendung
tanda hari akan hujan.
13.Interupsi
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan sisipan (kata atau
frasa) di tengah-tengah kalimat pokok dengan maksud untuk
menjelaskan sesuatu.
(Biasanya bagian yang merupakan interupsi dituliskan di antara tanda
kurung atau garis tanda pisah.)
Contoh :
- Tiba-tiba ia-suami itu-direbut oleh perempuan lain.
14.Eksklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru untuk penegas. Misalnya :
- Wah, biar, biar kupeluk, ah, dengan tangan menggigil.
- Aduhai hidup. Nikmat nian rasanya “kau hidup.”
15.Enumerasio
Beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan dilukiskan
satu per satu supaya tampak jelas. Misalnya :
Laut tenang. Di atas permadani biru itu tampak satu perahu nelayan
berlayar perlahan-lahan. Angin berhembus sepoi-sepoi. Bulan bersinar
dengan terangnya. Di sana-sini bintang gemerlapan. Semuanya
berpadu membentuk suatu lukisan yang harmonis. Itulah keindahan
sejati.
16.Preterito
Dalam gaya bahasa ini, pengarang seolah-olah menyembunyikan atau
merahasiakan sesuatu. Pembaca dibiarkan mengungkapkan sendiri
hal yang sengaja dihilangkan atau tidak disebutkan. Contohnya :
o Tentang ramainya pasar malam itu, tak usahlah kuceritakan dulu.
Biarlah engkau sendiri menyaksikannya.
o Saya takkan berpanjang kalam lagi tentang peristiwa itu. Nasi
sudah menjadi bubur, apa hendak dikata.
2. Antitesis
Gaya bahasa pertentangan yang menggunakan paduan kata yang
berlawanan arti. Misalnya :
- Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir dalam keramaian itu.
- Hidup matinya, susah senangnya serahkanlah kepadaku.
3. Kontradiksio in terminis
gaya bahasa ini memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan
hal yang sudah diungkapkan semula.
Contoh :
- Semua sudah hadir, kecuali si Amir.
4. Anakronisme
Gaya bahasa ini menunjukkan dalam uraian ada sesuatu yang tak
sesuai dengan sejarah. Sesuatu yang diceritakan atau disebutkan
dalam sebuah cerita sebenarnya belum ada pada masa itu.
Contoh :