Anda di halaman 1dari 11

RAGAM GAYA BAHASA

2011 01.03 Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin. Berikut adalah berbagai ragam gaya bahasa dan contoh penggunaannya dalam Bahasa Indonesia. I. GAYA BAHASA PENEGASAN 1. Alusio Gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum. Contoh : Dalam bergaul hendaknya kau waspada. Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas. 2. Antitesis Gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan. Contoh : Tinggi-rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu. 3. Antiklimaks Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya. Contoh : Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu. 4. Klimaks Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya. Contoh : Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan meriah. 5. Antonomasia Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud. Contoh :

Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung. 6. Asindeton Gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung. Contoh : Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu. 7. Polisindeton Gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung (kebalikan asindeton). Contoh : Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat di beli di toko itu. 8. Elipsis Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), yakni kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara. Contoh : Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi. Saya khawatir, jangan-jangan dia . 9. Eufemisme Gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan. Contoh : Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran. Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan. 10. Hiperbolisme Gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Contoh : Suaranya mengguntur membelah angkasa. Air matanya mengalir menganak sungai. 11. Interupsi Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengahtengah kalimat. Contoh : Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi.

12. Inversi Gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya. Contoh : Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari harapan baru di kota. 13. Koreksio Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah). Contoh : Setelah acara ini selesai, silakan saudara-saudara pulang. Eh, maaf, silakan saudara-saudara mencicipi hidangan yang telah tersedia. 14. Metonimia Gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama penemu, dun lain sebagainya. Contoh : Ayah pergi ke Bandung mengendarai Kijang. Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam. 15. Paralelisme Gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora. Contoh Anafora : Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa Sunyi itu lampus Contoh Epifora : Rinduku hanya untukmu Cintaku hanya untukmu Harapanku hanya untukmu 16. Pleonasme Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya. Contoh :

Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Tono berkelahi di tempat itu. Dia maju dua langkah ke depan. 17. Parafrase Gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda. Contoh : Pagi-pagi Ali pergi ke sawah. dijadikan Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu melangkahkan kakinya ke sawah. 18. Repetisi Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa. Contoh : Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka! 19. Retoris Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenannya tidak bertanya. Contoh : Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan? Inikah yang kau namakan kerja? 20. Sinekdoke Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) Pars pro toto (gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan) dan (b) Totem pro parte (gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian). Contoh Pars pro toto : Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00. Sudah lama ditunggu-tunggu, belum tampak juga batang hidungnya. Contoh Totem pro parte : Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas. 21. Tautologi Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Contoh :

Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan. Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. II. GAYA BAHASA PEMBANDINGAN 1. Alegori Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh. Contoh : Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. 2. Litotes Gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri. Contoh : Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu. Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya. 3. Metafora Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya. Contoh : Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama. Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh. 4. Personifikasi atau Penginsanan Gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia. Contoh : Bunyi lonceng memanggil-manggil siswa untuk segera masuk kelas. Nyiur melambai-lambai di tepi pantai. 5. Simile Gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih jelas. Contoh : Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. Wajahnya seperti rembulan.

6. Simbolik Gaya bahasa kiasan dengan mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Misal, bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia pemeras; kamboja lambang kematian. Contoh : Janganlah kau menjadi bunglon. 7. Tropen Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan. Contoh : Seharian ia berkubur di dalam kamarnya. Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi. III. GAYA BAHASA PENENTANGAN 1. Anakronisme Gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada suatu zaman. Contoh : Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah. 2. Kontradiksio in terminis Gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian. Contoh : Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik. 3. Okupasi Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan. Contoh : Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang tuanya. Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia mendapat nilai paling tinggi. 4. Paradoks Gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu

kalimat. Contoh : Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria. Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi. IV. GAYA BAHASA SINDIRAN 1. Inuendo Gaya bahasa sindiran yang mempergunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya. Contoh : la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi. 2. Ironi Gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara. Contoh : Eh, manis benar teh ini? (maksudnya: pahit). 3. Sarkasme Gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah. Contoh : Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! Dasar goblok! Sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengerti! 4. Sinisme Gaya bahasa sindiran semacam ironi, tetapi agak lebih kasar. Contoh : Hai, harum benar baumu? Tolong agak jauh sedikit!

Macam macam-majas-gaya-bahasa Document Transcript

1. MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)<br />Klimaks <br />Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.<br />Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.<br />Antiklimaks <br />Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.<br />Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya<br

/>Paralelisme<br />Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang <br />Antitesis <br />Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.<br />Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.<br />Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai<br />Epizeuksis <br />Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.<br />Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.<br />Tautotes <br />Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.<br />Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru<br />Anafora <br />Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.<br />Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa<br />Epistrofora<br />Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi, <br />Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi<br />Simploke <br />Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.<br />Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.<br />Mesodiplosis <br />Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.<br />Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.<br />Epanalepsis <br />Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.<br />Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.<br />Anadiplosis <br />Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.<br />Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.<br />Aliterasi <br />Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.<br />Contoh : Keras-keras kena air lembut juga<br />Asonansi <br />Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.<br />Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya <br />Anastrof atau Inversi <br />Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.<br />Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.<br />Apofasis atau Preterisio <br />Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.<br />Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara<br />Apostrof <br />Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.<br />Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan<br />Asindeton <br />Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.<br />Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.<br />Polisindeton <br />Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.<br />Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?<br />Kiasmus <br />Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan

satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.<br />Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.<br />Elipsis<br />Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.<br />Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.<br />Eufimisme <br />Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.<br />Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran<br />Litotes <br />Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri<br />Contoh : Mampirlah ke gubukku!<br />Histeron Proteron <br />adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.<br />Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya<br />Pleonasme <br />Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.<br />Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya<br />Tautologi <br />Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.<br />Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan<br />Parifrasis <br />Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.<br />Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu<br />Prolepsis atau Antisipasi<br />Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.<br />Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.<br />Erotesis atau Pertanyaan Retoris <br />Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.<br />Contoh : inikah yang kau namai bekerja?<br />Silepsis dan Zeugma <br />Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.<br />Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.<br />Koreksio atau Epanortosis <br />Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.<br />Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.<br />Hiperbola <br />Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.<br />Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan<br />Paradoks <br />Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.<br />Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.<br />Oksimoron <br />adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan katakata yang berlawanan dalam frasa yang sama.<br />Contoh : Keramah-tamahan yang bengis<br />Asosiasi atau Simile <br />Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.<br />Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam<br />Metafora <br />Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.<br />Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita<br />Alegori <br />adalah gaya

bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.<br />Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.<br />Parabel <br />Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.<br />Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar<br />Personifikasi <br />Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.<br />Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting<br />Alusi<br />Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.<br />Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya<br />Eponim <br />Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.<br />Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.<br />Epitet <br />Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.<br />Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.<br />Sinekdoke<br />Pars Pro Tato<br />Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya<br />Totem Pro Parte <br />Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau<br />Metonimia <br />Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah<br />Antonomasia <br />Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.<br />Hipalase <br />Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)<br />Ironi <br />Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?<br />Sinisme <br />adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam<br />Contoh : Harum bener baumu pagi ini<br />Sarkasme <br />Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.<br />Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga <br />Satire <br />Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.<br />Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!<br />Inuendo <br />Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.<br />Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya<br />Antifrasis <br />Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.<br />Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat<br />Pun atau Paronomasia <br />Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.<br />Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu<br />Simbolik <br />Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.<br />Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.<br />Tropen <br />Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.<br />Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri

di antara botol minuman.<br />Alusio <br />Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.<br />Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?<br />Interupsi <br />adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.<br />Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.<br />Eksklmasio <br />Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.<br />Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.<br />Enumerasio <br />Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.<br />Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disanasini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.<br />Kontradiksio Interminis <br />Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.<br />Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.<br />Anakronisme<br />Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.<br />Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada) <br />Okupasi <br />Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.<br />Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.<br />Resentia <br />Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.<br />Rizka Devi JayusmanContoh : Apakah ibu mau.?<br />

Anda mungkin juga menyukai