Anda di halaman 1dari 7

Resensi dan Analisis Aspek Pendalaman Islam

Buku Total Bung Karno; Serpihan Sejarah Yang Tercecer

RESENSI
Buku ini ditulis oleh Roso Daras, seorang jurnalis ternama yang sudah banyak
menerbitkan buku-buku lainnya seperti Bung Karno Ata Ende dan Bung Karno Vs
Kartosuwiryo. Ia adalah seorang sukarnoisme (penggemar Soekarno), oleh karena itu
tak heran apabila buku-buku maupun blog pribadinya banyak mengulas tentang
Presiden pertama Bangsa Indonesia tersebut.
Isi dari buku ini terbagi menjadi 80 bab. Dalam bab-bab tersebut, ada banyak
kisah tentang Soekarno mulai dari kisah kelahiran Soekarno, lengkap dengan tanda-
tanda kelahiran yang menguatkan ramalan bahwa ia kelak akan menjadi pemimpin
bangsa, ada pula bagian yang mengisahkan penggodokan diri Soekarno remaja yang
sedang bergelut dalam lingkup nasionalisme, serta bagaimana ia menempa
kemampuan orasinya.
Setiap masa dalam perjalanan Soekarno dapat ditemukan dalam buku ini.
Masa-masa perjuangan Soekarno untuk memperjuangkan kemerdekaan adalah bagian
yang cukup banyak ditemukan. Ada masa ketika ia harus dipenjara untuk pertama
kalinya, hingga ia lantas membela diri dengan pidatonya yang berjudul Indonesia
Menggugat. Selain itu ada masa-masa penjara dan pengasingan lain yang memang
sering dialami Soekarno yang meskipun akhirnya, perjuangan ini terbayar dengan
kemerdekaan Indonesia dan penobatan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia
yang pertama.
Tidak hanya menceritakan tentang perjuangannya untuk bangsa Indonesia, di
dalam buku ini juga dikisahkan tentang bagaimana kehidupan sehari-hari Soekarno,
karakternya, juga kisah asmaranya. Buku ini menjelaskan secara detail kehidupan
sehari-hari soekarno bahkan kisah asmaranya. Seperti ciuman pertama Bung Karno di
usia 14 tahun kepada gadis Belanda Rika Meelhuysen, pertemuannya dengan selebriti
Hollywood seperti Maryln Monroe dan Joan Crawford, hubungannya dengan Maria
Callas, istri milyuner Onasis, Pe-De-Ka-Te Bung Karno kepada Ibu Fatmawati, bahkan
ada cerita yang unik dan lucu yakni bagaimana Bung Karno memilih BH/bra untuk Ibu
Fatmawati ketika berada di Amerika Serikat yaitu dengan cara menjejerkan pramugari
toko untuk mencari ukuran bra yang sesuai dengan ukuran istrinya.
Hal-hal kecil di kehidupan sehari-hari pun tidak terlewatkan dalam buku ini, kita
akan mengetahui bagaimana gaya makan Bung Karno, cara pandang Bung Karno
tentang pakaian, kegeramaran Bung Karno dalam menari Lenso, dan bagaimana cara
Bung Karno berdoa. Semuanya terasa lengkap sempurna untuk menggambarkan sosok
Bung Karno dalam bayangan kita.
Selain hal-hal kecil diatas, tak lupa juga diceritakan hal-hal yang serius, seperti
hari-hari terakhir Soekarno dalam pesakitannya dan bagaimana orang-orang yang
mencintainya melepaskan kepergian Soekarno, kisah Bung Karno dan lembaran Hitam
Romusha dan Hari-hari Terakhir Bung Karno yang ditulis dalam 4 bagian dimana
terdapat fakta-fakta yang menguatkan anggapan orang bahwa Bung Karno Sang
Proklamator itu di hari-hari setelah kejatuhan hingga ajal menjemputnya menderita
secara psikis dan fisik karena diasingkan, tidak boleh menerima tamu, dan ketika sakit
hanya dirawat oleh seorang dokter hewan. Insya allah jika kita membacanya dengan
seksama kita akan meneteskan air mata. Karena kita seperti dapat merasakan
penderitaan Bung Karno menjelang akhir hidupnya.
Dan yang tak boleh kita lupa, buku ini juga menjelaskan tentang proses atau
perjuangan Bung Karno saat berlatih beridato, sehingga yang sudah kita ketahui beliau
adalah orator yang ulung dan menggugah para pendengar pidatonya. Kepiawaian Bung
Karno bukan lah sesuatu yang ujug-ujug atau instan didapat, namun dilalui dengan
latihan yang sungguh-sungguh. Beliau pada saat berguru atau menimba ilmu di
kediaman HOS Cokroaminoto di jl. Peneleh Surabaya, bersama dengan kartosoewiryo,
semaun, Muso, Alimin dll. Bung Karno Muda tidak pernah tidur saat malam, belliau
malah berlatih pidato dikamarnya dalam keadaan gelap, pengap, menghadap kaca dan
disaksikan oleh tembok belaka, bahkan sampai teman-temannya terganggu, sehingga
Bung Karno dikatakan gila oleh teman-temannya. Namun Bung Karno tak peduli dan
terus berlatih. Inspirasi cara dan gaya orasi Cokroaminotolah yang mengilhami Bung
Karno untuk menjadi orator ulung. Dan dikemudian hari, kita tahu Soekarno menjelma
menjadi orator ulung sehingga manakala ia berpidato, lautan manusia tersirep, redam,
hening, khidmat. Ssemua mata tertuju kearah soekarno. Semua kuping terbuka lebar
mendengar kata demi kata yang meluncur dari mulut soekarno. Penjelasan terkait
pidato soekarno dapat kita baca di buku ini di kisah Pidato Pertama Soekarno, halaman
143.
Selain itu, buku ini memuat secara lengkap Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang
kelak akan dijadikan sebagai hari Lahirnya Pancasila, lalu ada pula tulisan utuh Bung
Karno berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Pidato dan tulisan Bung Karno
tersebut mungkin selama ini hanya bisa kita baca di perpustakaan. Oleh karenanya
adaanya pidato dan tulisan tersebut menjadi nilai plus dalam buku ini yang patut
dihargari karena itu adalah sebuah dokumen sejarah yang perlu dibaca dari generasi ke
generasi.

ANALISIS
Sesungguhnya negara Indonesia ini berdiri atas sokongan berbagai aliran
ideologi. Para aktivis berhalauan kiri, kanan, tengah, dan liberal sekalipun. Maka sudah
pasti waktu pasca kemerdekaan. Para aktivis saling menuntut atas ideologinya
diberlakukan di Indonesia. Bahkan Pancasila yang terkenal ideologi non-blok yang
paling tegah tidak cukup untuk menaungi aliran-aliran tersebut. Negara islam
termasuk menjadi konsep negara yang dituntut oleh para aktivis, dalam hal ini yang
paling terdepan adalah Kartosoewiryo.
Namun Bung Karno yang mengendap banyak ideologi, mulai dari marxis,
capital, komunis, bahkan kajian Al-Quran dan hadis, injil, weda, dan kitab-kitab lain,
bapak bangsa yang jatuh hati terhadap kultur dan budaya Nusantara ini tidak
menghendaki Indonesia Liberal, Indonesia Islam, ataupun Indonesia Komunis. Pancasila
adalah ideologi yang ia tawarkan, dan disetujui oleh banyak golongan, menjadi ideologi
yang sah dan absolut.
Bung Karno yang selama ini kita kenal sebagai tokoh nasionalis, dirinya juga
seorang muslim yang taat dan banyak belajar banyak akan keislaman. Selain
memikirkan bangsanya ia juga merindukan kemajuan Islam sebagai agama yang
progresif dan penuh berkah di Indonesia, hal itu terungkap lewat keduabelas surat
Bung Karno kepada Ahmad Hassan, guru agama Islamnya di Bandung pada tahun
( 1936-1937) saat bung Karno dalam masa pengasingan di Ende, Flores.
Masih dalam hal ke-islaman Bung Karno, buku ini juga memuat surat sanggahan
Bung Karno terhadap pihak-pihak yang menyatakan bahwa ketika di Ende, Bung Karno
mendirikan cabang Ahmadiyah dan menjadi pelaku propagandanya. Dalam suratnya itu
Bung Karno menjawab secara tegas bahwa ia bukan penganut Ahmadiyah. Namun,
bukan berarti pula dia antipati terhadap ajaran-ajaran Ahmadiyah. Soekarno
mengatakan:
Saya tidak percaya bahwa Mirza Gulam Ahmad seorang Nabi dan belum
percaya pula bahwa ia seorang Mujaddid. Tapi ada buku-buku keluaran Ahmadiyah
yang saya dapat banyak faedah daripadanya.
Dan mengenai Ahmadiyah, walaupun beberapa fatsal di dalam mereka punya
visi saya tolak dengan yakin, toh pada umumnya ada mereka punya "features" yang
saya setujui; mereka punya nationalism, mereka punya kelebaran penglihatan
(broadmindedness), mereka punya modernisme, mereka punya hati-hati terhadap
kepada hadis, mereka punya striven Qur'an saja dulu, mereka punya systematische
annemelijk making can den Islam (hlm 416-417)
Surat-surat islam Bung Karno dari Ende lengkap dalam buku ini, ada 12 surat
Islam antara Soekarno dan TA. Hassan, seorang muballigh besar pendiri Persis. Bung
Karno disebutkan mendalami Islam dengan antusiasme tinggi kala Beliau dalam masa
pembuangannya di Ende sekitar tahun 14 januari 1934-18 oktober 1938. Soekarno
mengaku TA Hassan adalah gurunya selama ia dipenjara, namun menurut saya tidak
sepenuhnya soekarno mengambil apa yang TA. Hassan utarakan, Karena disebutkan
Soekarno adalah seorang intelek yang gemar membaca. Tentang islam, beliau telah
membaca buku-buku Muhammadiyah, buku penyiaran islam, buku Ahmadiyah, buku-
buku dari india dan Mesir, Inggris, dan Jerman, beliau juga membaca Tafsir-tafsir dari
Bahasa Belanda dan Inggris, buku-buku dari lawan Islam, buku-buku dari yang bukan
Islam tapi simpati terhadap Islam. Semua dilahap oleh soekarno sehingga
pemahamannya sangat komplek tentang Islam.
Seperti halnya surat pertama Bung Karno, yang juga membahas persoalan
Sayyid yang sekarang mungkin sudah diperdebatkan. Yang saya tangkap adalah
Soekarno menganggap tiada agama yang menyamaratakan derajat manusia selain
Islam. Pengeramatan manusia akan tersesat dalam tauhid, jikalau tauhid rapuh, maka
datanglah kebencanaan. Bung Karno tidak serta merta percaya dan yakin dengan apa
yang terucap oleh para guru-guru agama. Beliau kritis dalam hal apapun, termasuk
islam. Beliau percaya hal yang seharusnya tidak bisa dipercayai, namun masih ingin
merasionalkannya. Beliau juga tidak setuju untuk langsung menerima hadits-hadits
yang berstempel sahih, yang mungkin dari penemuan manusia. Namun lebih dinamis
dalam berpikir, bahwa intinya jangan gampang mengambil suatu literasi untuk diyakini,
namun ditelaah terlebih dahulu. Yang diyakini harusnya kalam ilahi, bukan hanya
dengan kitab fiqh yang itu-itu saja. Padahal manusia itu tidak mati, tetap, namun
hidup. Maka kita harus hidup juga dalam memandang islam.
Bung karno juga tidak setuju terhadap keloyalan masyarakat kita tentang kata
Kafir. Pengetahuan barat kafir, radio kafir, televise kafir, semua dikafir-kafirkan. Apakah
islam harus yang kuno-kuno saja? Naik unta, pakai jubah, tidak mau ilmu modern.
Islam Is Progress itulah yang didapat soekarno tentang Islam. Artinya islam adalah
barang baru, agama yang terus memperbaharui dan menyesuaikan keadaan zaman.
Begitulah gambaran Bung Karno dalam Islam, sangat komplek dan dinamis.
Maka layak soekarno dihormati kawan maupun lawan, meskipun itu seorang muballigh
atau kyai sekalipun. Bahkan banyak para pecinta soekarno yang mengatakan dan
mengaggap tinngakatan soekarno dalam islam sudah mencapai marifat, adapula yang
mengatakan soekarno sudah sekelas wali. Wallahualam.
Dalam pernyataan-pernyataannya kita bisa melihat jelas bahwa Bung Karno
adalah seorang intelektual yang terbuka terhadap berbagai pengajaran namun tidak
mengenal kompromi menyangkut keimanannya terhadap agamanya yang ia yakini .
Pada saat era 1800-1900, Islam di Asia sedang mengalami pergerakan bagai
ombak yang semakin lama semakin tinggi dan besar, maka di seluruh dunia muslim
tantara-tentara Pan-Islamisme sama bangun dan bergerak dari turki dan mesir, sampai
ke maroko dan kongo, ke Persia, Afghanistan, membanjir ke India, dan berlanjut ke
Indonesia.. pan Islamisme melimpah kemana-mana dan menyebarkan faham islam
radikal yang anti imperialisme dari barat. Pergerakan tersebut turut mempengaruhi
ideologi yang berkembang di Indonesia pra kemerdekaan.
Adapun cara memandang islam oleh Bung Karno berbeda dengan apa yang
dipandang oleh Kartosoewiryo, Karena islam yang dipegang Kartosoewiryo lebih kearah
Radikal dengan bentuk pemerintahan Khilafah seperti Sayyid Jamaluddin El Afghani,
seorang Panglima Pan-Islamisme yang telah membangunkan dan menjunjung rakyat-
rakyat Islam di seluruh benua Asia. Beliau sangat menentang ideologi imperialism dari
barat, sehingga beliau terus saja mengobarkan semangat para kaum muslimin agar
membentuk barisan yang kokoh guna menghadapi ancaman dari barat. Begitupun
menurut saya tentang Soekarno dan Kartosoewiryo, walaupun keyakinan mereka sama
dan berdampingan dalam mencapai tujuan, yakni kemerdekaan. Namun apa yang
tergambar dalam pikiran dua sosok itu sama sekali berbeda. Soekarno yang islam
namun lebih condong dengan ideologi nasionalis, dan kartosoewiryo yang sangat
fanatic terhadap islam dan ke-khilafahan atau yang pada waktu itu disebut darul Islam.
Bukan salah agamanya menurut saya, tapi para pemeluknya lah yang mementingkan
kepentingan pribadi/golongan. Sehingga sampai sekarang pun fenomena yang sama
terus terjadi.
Bahkan dikisahkan bahwa Bung Karno adalah Orator pertama kali yang
mengutip Al-Quran dalam pidatonya saat Rapat PBB. Para penguasa Timur Tengah
yang menamakan mereka Negara Islam merasa kecolongan Karena mereka tak pernah
menguti ayat Al-Quran dalam pidatonya. Oleh Karena itu Bung Karno dijuluki Pahlawan
Islam Asia-Afrika.

KESIMPULAN PEMBACA
Masih banyak hal-hal menarik dari sosok dan kisah-kisah Bung Karno. Semua
dimensi dan warna warni kehidupan bung Karno terungkap dengan gamblang mulai
dari hal-hal yang penting menyangkut cara pandang dan ideologi Bung Karno tentang
nasionalisme, islamisme, ataupun marxisme. Kemudian hingga hal-hal yang tampak
sederhana dan remeh temeh juga dijelentrehkan, karenanya buku ini cocok sekali
diberi judul Total Bung Karno - Serpihan Sejarah yang Tercecer.
Sayangnya ke 80 tulisan dalam buku ini tidak dikelompokkan kedalam bab-bab
tertentu yang spesifik misalnya Bung Karno dengan wanita, Bung Karno dan Islam,
Bung Karno dan anak-anaknya, dll. Selain itu penempatan urutan tiap tulisan dalam
buku ini juga terkesan melompat-lompat. Padahal juga tulisan-tulisan dalam buku ini
dikelompokkan berdasarkan tema atau disusun berdasarkan kronologis waktu tentunya
hal ini akan memudahkan kita jika suatu saat kita ingin membaca kembali tulisan-
tulisan yang kita perlukan dalam buku ini.
Terlepas dari hal di atas buku ini saya rasa layak dibaca oleh mereka yang ingin
mengenal sosok Bung Karno baik dari kehidupannya maupun pandangan-pandangan
politiknya, yang ingin mengenal secara total siapa soekarno dan bagi kita yang ingin
meniru beliau, buku ini akan sangat cocok. Banyak kisah ataupun peristiwa yang dapat
kita jadikan teladan, panutan, dan pola pikir dari seorang Buung Karno. Gaya penulisan
di buku ini pun ringan dan disertai puluhan foto-foto pendukung membuat buku ini
dapat dibaca oleh berbagai kalangan. Sangat bermanfaat..

Anda mungkin juga menyukai