Anda di halaman 1dari 4

2.

Thariqah
a. Pengertian
Istilah Tariqat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau
dengan kata lain pengamalan syariat, yang disebut Al-Jara atau Al-Amal1. Secara
bahasa, thariqah berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melewati suatu jalan.
Dalam istilah sufistik, thariqah yang selanjutnya ditulis dengan tarekat
sebagimana dijelaskan oleh Abu Bakar Aceh yang dikutip oleh Mustofa Zahri
adalah jalan atau petujuk melakukan ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan dilakukan oleh para sahabatnya,
tabiit, dan tabiin secara turun-temurun hingga sampai kepada para ulama atau
guru-guru tasawuf secara berantai (membentuk sebuah silsilah atau sanad
tarekat) hingga kepada kita sekarang.
Ada juga yang menjelaskan bahwa tarekat adalah jalan menuju hakekat sesuatu.
Amin Al-Kurdi mendifinisikan bahwa :

Artinya : Thariqah adalah pengamalan syariah dan secara serius mengamalkan
ketentuan-ketentuannya, menjauhkan diri dari sikap mempermudah yang
memang seharusnya tidak diperbolehkan mempermudahnya.

Artinya : Menjauhi cegahan-cegahan agama secara zhahir dan batin, serta
melaksanakan perintah-perintah Tuhan sekuat tenaga.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap
kehidupan tasawuf dibeberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa
istilah Tarekat mempunyai 2 macam pengertian.
a. Tarikat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan
oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf untuk mencapai

1 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal. 280.

suatu tingkatan kerohanian yang disebut Al-Maqamat dan Al-Ahwal,


pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan ke-X masehi.
b. Tarikat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan
yang telah dibuat oleh seorang Syekh yang menganut suatu aliran tarikat
tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh yang menganut
suatu aliran yang mengajarkan ilmu tasawuf menurut aliran tarikat yang
dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya. Pengertian
yang seperti ini, menonjol sesudah abad ke-IX masehi.2
Dengan demikian, tarekat merupakan hasil konstruksi para ulama
(lazimnya, dan umumnya, adalah kalangan ulama sufi) untuk membuat
metode atau aturan-aturan tertentu yang lebih praktis-aplikatif dalam
melaksanakan bidang syariah (ubudiah) dalam rangka mendidik dan
menciptakan pribadi yang muttaqin.3
Fungsi tarikat sebagai sarana atau jalan yang mengantarkan hamba menuju
hadirat Tuhan. Tarikat dalam pengertian seperti itu mendapatkan landasannya
yang menyakinkan, yaitu terdapat dalam surat Al-Jin (72): 16.











Artinya: Dan bahwasannya: jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan
itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air
yang segar (rezeki yang banyak).
Sebagaimana ilmu Fiqih itu berada dalam wilayah ijtihad, penjabaran dari
konkritisasi dari syariah, maka tarikat bpun merupakan bidang ilmu (masuk dalam
wilayah ilmu Tasawuf-Mukasyafah) Ihjtihad yangb mengundang siapa saja dari
kalangan ulama yang menekuni dan mengembangkannya. Tujuannya adalah agar
dapat menjalakan syariah agama lebih disiplin lagi oleh karena posisinya sebagai
bidang ilmu ijtihadi, maka tentu saja tarikat dapat berarti sebagai produk ijtihad,
disamping sebagai ilmu teoritik tentang tehnik dan cara mengamalkan syariah
tersebut, sehingga banyak dijumpai berbagai madzab dan aliran tareqot yang
2 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 281-282.
3 Muzaiyana, dkk, Akhlak Tasawuf (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,2011), hal 276-277.

berkembang di dunia Islam. Pernyataan tersebut tidak berarti Al-Quran sebagai


sumber ajaran pokok Islam bersama dengan Hadits atau Sunnah Rasulullah tidak
lengkap, juga tidak berarti ilmu fiqih masih belum sempurna untuk menjelaskan
Islam kepada umat manusia, akan tetapi memang masih banyak hal-hal yang
dibutuhkan umat agar pelaksanaan syariah agama lebih dapat dilakukan secara
sistematik-prosedural sebagaimana mestinya, bukan sekedar sesuai dengan akal
bagi orang yang memang tidak mampu kecuali hanya membaca teks agama saja.
Kehadiran guru tareqot menjadi lebih penting lagi ketyika mendidik orangorang dalam berbagai level sesuai dengan tingkat kerohaniannya. Oleh karena itu,
seorang guru mursyid butuh ilmu kerohanian (semisal psiko-spiritual) untuk
memahami tingkat spiritual murid-muridnya agar pelaksanaan agama menjadi
tepat bagi mereka. Secara keilmuan tarekat merupakan bidang kajian atau
bahkan bidang praktikal disiplin ilmu kejiwaan baik untuk perorangan maupun
kelompok melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai tingkat spiritualkerohanian tertentu (mahqamat) dan mendapatkan kondisi kerohanian tertentu
pula (ahwal). Latihan-latihan kerohanian, misalnya pelaksanaan dzikir dan olah
batin membangun sikap mental tertentu, tersebut dinamakan dengan suluh sufi
yang pelakunya dinamakan salik. Tarikat dapat identic dengan suluk, dan
pelaksanaan tarikat seperti ini mengacu pada ketercapaian spiritual yang
diinginkan, seperti mukasyafah (tersingkapnya tabir penghalang antara hamba
dengan Tuhannya). Dalam arti ini tarekat juga identic dengan ilmu mukasyafah,
atau ilmu tasawuf. Adapun sisi kedua dari tarekat adalah bahwa tarekat tampil
sebagai sebuah grup (organisasi), karena pada awalnya terdapat seorang guru
yang mengajarkan tehnik atau metode ibadah tertentu berdasarkan ajaran guruguru sampai keatas hingga bersumber dari Nabi Muhammad SAW. yang kemudian
diikuti oleh orang-orang yang menginginkan bimbingan spiritual untuk mancapai
taqwa, sehingga akhirnya tarikat mencapai kelompok manusia yang mengikat
janji setia (melalui baiad) dengan gurunya dan bergaul dengan sesamanya dalam
ikatan disiplin tertentu yang relatif tetap.
Pembuat tarikat pertama kali adalah sufi Iran, Muhammad Ahmad AlMayhimy (W. 430 H). Ia terkenal dengan nama Abu Abi Sya;id. Disana ia membuat

seperangkat aturan peribadatan untuk murid-muridnya yang terkenal dengan


para darwis. Ia membangun sebuah rumah ibadah yang disebut Khanqah dan
juga membuat silsilah tarekot secara pewarisan. Pada abad ke 5 dan ke 6 hijriyah,
tarekat berkembang menuju arah barat. Munculah tarekat rifaiyyah. Di Irak
muncul tarekat Qodiriah. Ada Al-Ahmadiyah dan Syadziliyyah di Mesir. Dari induk
tarekat tersebut membentuk cabang-cabangnya hingga mencapai ribuan tarekat
melalui tahapan-tahapan yang panjang

Anda mungkin juga menyukai