Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun
statusnya di masyarakat. Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari- hari
selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi
adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia
dilahirkan sudah berhubungan dengan lingkungannya. Komunikasi
merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia.
Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam
berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan
kepribadian.
Salah satu konteks komunikasi antara lain adalah komunikasi massa.
Jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi
lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan
sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling
banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang
tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan hal
yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
a. Apa definisi komunikasi massa?
b. Apa saja teori-teori komunikasi massa?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1

a. Untuk mengetahui definisi komunikasi massa


b. Untuk mengetahui macam teori-teori komunikasi massa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan
saluran (Media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal, berjumblah banyak, terpencar, sangat heterogen dan menimbulkan
efek tertentu. Selain itu pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan
mencapai khalayak dengan serentak. Menurut Charles R. Wright menyatakan
komunikasi massa berfungsi untuk kegiatan penyelidikan (surveillance),
kegiatan mengkorelasikan, yaitu menghubungkan satu kejadian dengan
fakta yang lain dan menarik kesimpulan, selain itu juga berfungsi sebagai
sarana hiburan.
B. Teori komunikasi massa
1. Teoeri spiral of silence (spiral kebisuan)
Teori spiral kebisuan mengajukan gagasan bahwa orang-orang yang
percaya bahwa pendapat mereka mengenai berbagai isu public merupakan
padangan minoritas cenderung akan menahan diri untuk mengemukakan
pandangannya, sedangkan mereka meyakini bahwa pandangannya mewakili
mayoritas cenderung mengemukakannya kepada orang lain. Neumann
menyatakan, bahwa media lebih memberikan perhatian pada pandangan
mayaoritas, dan menekan pandangan minoritas. Mereka yang berada di
pihak minoritas akan cenderung kurang tegas dalam mengemukakan
pandangannya, dan hal ini akan mendorong terjadinya spiral komunikasi
yang menuju ke bawah. Sebaliknya, mereka yang berada di pihak mayoritas
akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pandangan mereka dan
terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Opini publik
Mereka yang memiliki pandangan minoritas biasanya cenderung untuk

berhati-hati dalam berbicara atau bahkan diam saja. Hal ini akan
3

memperkuat pandangan publik bahwa pendapat mereka lemah. Dalam


hal ini, teori spiral kebisuan berada di persimpangan jalan antara opini
dan media.
Opini adalah pernyataan dari sikap, dan opini dapat berubah-ubah dalam
hal intensitas dan stabilitassnya. Sedangkan publik adalah terbuka untuk
semua atau bersifat luas. Noelleman mendefinisikan opini publik adalah
sikap atau prilaku yang harus dikemukakan seseorang di depan publik jika
ia tidak ingin dirinya terisolasi;dalam wilayah kontroversi atau perubahan,
opini publik adalah sikap yang dapat ditunjukan seseorang tanpa bahaya
isolasi terhadap dirinya.
Dengan demikian, opini publik mengacu pada perasaan bersama dari
suatu masalah tertentu. Sering kali, media menentukan masalah apa yang
penting atau menarik bagi masyarakat, dan media sering kali menciptakan
kontroversi terhadap suatu topik.
Jadi teori yang dikemukakan Noelle-Neumann ini mencoba enunjukkan
bagaimana komunikasi interpersonal dan pesan yang disampaikan media
beekerja secara besama dalam mengembangkan opini publik.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menyatakan pandangan atau
pendapat kita dalam berbagai cara, kita membicarakannya dengan orang
lain, mungkin orang mengenakan pakaian atau kaos bertuliskan pesan
tertentu, atau menempelkan stiker dengan tulisan atau lambang tertentu di
kendarannya. Menurut teori ini, orang akan cederung melakukan berbagai
tindakan tersebut ketika mereka menganggap orang lain akan memiliki
pandangan serupa dengan pesan-pesan yang kita kemukakan, sebaliknya
orang akan menghindari tindakan tersebut jika ia menilai banyak orang yang
tidak sepandangan dengan pesan yang akan kita sampaikan. Opini publik
berperan dalam menentukan apakah nilai-nilai itu diterima masyarakat
ataukah tidak. Bila orang setuju dengan seperangkat nilai-nilai maka
kekhawatiran terhadap ancaman isolasi menurun. Ketika ada perbedaan
dalam dalam penerimaan nilai-nili maka ancaman isolasi akan meningkat.
4

Spiral

kebisuan

tampaknya

disebabkan

adanya

perasaan

takut

terisolasi atau terkucil dari lingkungan. Spiral kebisuan bukan sekedar


persoalan ikut-ikutan atau berada di pihak yang menang tetapi merupakan
upaya untuk menghindarkan diri dari situsasi terisolasi dari kelompok
sosialnya. Ancaman akan adanya celaan atau kritik dari pihak lain menjadi
faktor yang sangat kuat dalam menjadikan seseorang tidakmengemukakan
pendapatnya.
Noelle Neumann percaya bahwa orang yang tidak suka mendiskusikan
topik-topik yang tidak

memiliki dukungan mayoritas. Teori ini juga

menunjukkan sifat orang yang tidak suka berdebat atau menghindari


perdebatan, kecuali terpaksa. Namun demikian situasi masyarakat juga turut
berperan dalam mendorong atau menahan seseorang untuk berbicara.
Orang akan lebih terdorong menyampaikan pandangannyaa jika terdapat
demokrasi dan kebebasan berbicara, dan sebaliknya keinginan untuk
berbicara menjadi teredam pada masyarakat konservatif dengan pemerintah
yang opresif.
Sudah barang tentu teori spiral kebisuan tidak mengabaikan faktorfaktor lain yang menentukan seseorang untuk menyatakan pendapat,
misalnya faktor usia, pendidikan, dan jenis kelamin. Orang muda biasanya
lebih ekspresif dalam menyampaikan pandangannya dibandingkan orang
tua, orang terdidik

akan mnyampaikan pendapatnya lebih luas dan

sistematis dibandingkan dengan orang yang tidak terdiddik, dan pria


biasanya lebih suka mengemkakan pendapatnya dibandingkan wanita.
Namun demikian, spiral kebisuan menjadi faktor yang cukup dominan dalam
menentukan apakah seseorang hendak menyatakan pendapatnya ataukah
tdak, dan menurut beberapa riser faktor spiral kebisuan ini memiliki
pengaruh yang cukup besar.

Peran media
Spiral

kebisuan

merupakan

geejala

atau

fenomena

yang

melibatkan saluran komunikasi personal dan komunikasi melalui media.


5

Media berfungsi menyebarluaskan opini publik yang manghasilkan atau


pandangan yang dominan. Sementara individu dalam hal menyampaikan
pandangannya

akan

bergantung

pada

pandangan

yang

dominan,

sedangkan media, pada gilirannya cenderung memberitakan pandangan


yang terungkap, dan karenanya spiral kebisun berlanjut.
Media

massa

memiliki

tiga

sifat

karakteristik

yang

berperan

membentuk opini publik, yaitu:


1. Ubikuitas, mengacu pada fakta bahwa media merupakan sumber
inormasi yang sangat luas karena terdapat di mana ssaja, dengan kata
lain ubikuitas adalah kepercayaan bahwa media terdapat dimanamana. Karena media terdapat dimana saja maaka media menjadi
instrumen yang sangat penting, diandalkan dan selalu tersedia ketika
orang membutuhkan informasi. Media mendapat dukungan dari publik
terhadap pandangan atau pendapat yang disampaikannya, dan selama
itu pula pandangan atau pendapat itu terdapat dimana-mana.
2. Kumulatif,

yakni media mengacu pada proses media yang selalu

mengulang-ulang apa yang disampaikannya. Pengulangan terjadi di


sepanjang program, baik pada satu media tertentu ataupun pada
media lainnya, baik yang sejenis maupun tidak.
3. Konsonan, yakni mengacu pada kesamaan kepercayaan, sikap, nilainilai yang dinut media massa. Noelle Neumann manyatakan, bahwa
konsonan

dihasilkan

berdasarkankecenderungan

media

untuk

menegaskan atau melakukan konfirmasi terhdap pemikiran dan


pendapat mereka sendiri, dan menjadikan pemikiran dan pendapat itu
seolah-olah berasal dari masyarakat.
Ketiga sifat media tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap
opini public. Media massa memberikan kontribusi terhadap munculnya spiral
kebisuan karena media memiliki kemampuan untuk menentukan dan
menyebarluaskan pandangan-pandangan yang dinilai lebih dapat diterima
publik secara umum. Dengan kata lain, mereka yang memiliki pandangan
yng bertentangan dengan pandangan khhalayak akan lebih sulit untuk
6

mendapatkan tempat di media massa. Selain itu, menurut teori ini,


pendangan minoritas cenderung dijadikan kambing hitam oleh media massa.
Pada akhirnya teori spiral kebisuan akan terus diperbincangkan di
antara para ahli tentang media. Kita hidup dalam dunia yang dipenuhi
berbagai kepentingan dimana media memiliki peran penting di dalamnya.
Apakah orang akan mengemukakan pandangan mayoritas ataukah minoritas
secara

terbuka

terhadap

suatu

isu

mungkin

tidak

secara

langsung

disebabkan pengaruh media, tetapi tidak dapat dibantah bahwa masyarakat


global akan semakin tergantung pada media.
2. Teori agenda setting
Teori Agenda Setting adalah teori yang menyatakan bahwa media massa
berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke
dalam

agenda

publik

dengan

mengarahkan

kesadaran

publik

serta

perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Teori
Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965), dan
penelitian empiris teori ini dilakukan oleh Mc Combs dan Shaw.
Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari beritaberita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari
seberapa besar arti penting diberikan kepada suatu isu atau topik dari cara
media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya,
dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu
kempanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang
penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan 'agenda' kampanye
tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini
merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Dalam hal
kampanye, teori ini mengasumsikan bahwa jika para calon pemilih dapat
diyakinkan akan pentingnya suatu isu maka mereka akan memilih kandidat
atau partai yang diproyeksikan paling berkompeten dalam menangani isu
tersebut.
7

McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media


dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan
media terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan dan panjangnya berita
sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline
pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial,
dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus
utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari
bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat
dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya
disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan.
Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat
dari isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah,
ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting
oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan
media massa.

McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa


bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting
oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi
prioritas juga bagi publik atau masyarakat.

Asumsi teori

Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu
peristiwa,

maka

media

itu

akan

mempengaruhi

khalayak

untuk

menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka


penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki
efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses
belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Khalayak tidak hanya
mempelajai isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti
8

penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa
memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut. Media massa
mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian
masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
Asumsi agenda-setting ini mempunyai kelebihan karena mudah dipahami
dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai
topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat perhatian lebih
banyak dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan
akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi
sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini
dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara
kuantitatif dengan perubahan pada pendapat umum yang diukur melalui
survei pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Teori ini menyatakan
bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan
kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran
dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran
publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media
massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang
penentuan agenda adalah:
(1)

Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan;

mereka menyaring dan membentuk isu.


(2)

Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah

masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari


pada isu-isu lain.

Dimensi Teori Agenda Setting

Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh
Mannhem:
9

1.

Agenda media
a.

Visibility (visibilitas), jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

b.

Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), relevansi isi


berita dengan kebutuhan khalayak.

c.

Valence (valensi), menyenangkan atau tidak menyenangkan cara


pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2.

Agenda Khalayak
a.

Familiarty (keakraban), derajat kesadaran khalayak akan topik

tertentu.
b.

Personal salience (penonjolan pribadi), relevansi kepentingan

individu dengan ciri pribadi.


c.

Favorability (kesenangan), pertimbangan senang atau tidak

senang akan topik berita.


3.

Agenda Kebijakan
a.

Support (dukungan), kegiatan menyenangkan bagi posisi berita

tertentu.
b.

Likehood of action (kemungkinan kegiatan), kemungkinan


pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c.

Freedom of action (kebebasan bertindak), nilai kegiatan yang


mungkin dilakukan pemerintah.

Namun demikian, teori ini juga memiliki kelemahan. Dalam memenuhi


kebutuhan secara psikologis dan sosial, audiens menjadi tergantung pada
media massa. Audiens memperlakukan media sebagai sumber informasi bagi
pengetahuan mengenai perkembangan kasus Century. Karena itu, media pun
bersedia menayangkan Sidang Pansus Century secara live. Media mencoba
10

memberikan apa yang dibutuhkan oleh audiens sehingga memberikan efek


dalam

ranah

afektif

audiens.

Salah

satunya

adalah

meningkat

dan

menurunnya dukungan moral terhadap skandal Century yang sedang dalam


penyelesaian.
Bernard C. Cohen mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil
banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil
mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Ini termasuk dalam
kelebihan dari teori agenda setting sementara yang lainnya adalah memiliki
asumsi bahwa suatu berita mudah dipahami dan mudah untuk diuji. Dari
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki teori agenda setting tentu ada saja
dampak negatif dan positifnya.
3. Teori kultivasi
Sebelum membahas mengenai salah satu teori komunikasi massa,
yakni teori kultivasi, ada baiknya kita perlu mengetahui apa itu kultivasi.
Kata kultivasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya
pengolahan/ pengerjaan lahan pertanian. Sehingga teori kultivasi ini
dapat diartikan sebagai sebuah teori yang berpandangan bahwa media
massa, dalam konteks teori ini adalah televisi, memiliki andil besar dalam
penanaman dan pembentukan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Bisa juga disebut sebagai salah satu teori dalam komunikasi massa yang
mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini
televisi) dengan tindak kekerasan.
Teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul
untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif
dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya dari pada individual.
Menurut teori kultivasi, media, khususnya televisi, merupakan sarana
utama kita untuk tentang masyarakat dan kultur kita. Melalui kontak kita
dengan televisi (dan media lain), kita belajar tentang dunia, orangorangnya , nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Teori Kultivasi dalam
11

bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya


televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa
tentang kehidupan realitas.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu
(penonton

berat/heavy

viewers)

televisi

membangun

keyakinan

yang

berlebihan bahwa dunia itu sangat menakutkan. Hal tersebut disebabkan


keyakinan mereka bahwa apa yang mereka lihat di televisi yang
cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah apa yang mereka
yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk
suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Sebagai contoh,
pecandu berat televisi menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi
korban kejahatan adalah 1 berbanding 10. Dalam kenyataan angkanya
adalah 1 berbanding 50. Pecandu berat mengira bahwa 20% dari total
penduduk dunia berdiam di Amerika Serikat. Kenyataannya hanya 6%, dan
lain-lain.
Williams

mengomentari

penelitian

yang

sama,

Orang

yang

merupakan pecandu berat televisi seringkali mempunyai sikap stereotip


(sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat)
tentang peran jenis kelamin, dokter, bandit atau tokoh-tokoh lain yang biasa
muncul dalam serial televisi. Dalam dunia mereka, ibu rumah tangga
mungkin digambarkan sebagai orang yang paling mengurusi kebersihan
kamar kecil. Suami adalah orang yang selalu menjadi korban dalam kisah
lucu.

Perwira

polisi

menjalani

hari-hari

yang

menyenangkan.

Orang

meninggal tanpa mengalami sekarat dan semua bandit berwajah seram.


Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara
sama. Namun, beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang
lain. Sebagai contoh, pengaruh ini bergantung bukan saja pada seberapa
banyak seseorang menonton televisi melainkan juga pada pendidikan,
penghasilan, dan jenis kelamin pemirsa.
12

Misalnya, pemirsa ringan berpenghasilan rendah melihat kejahatan


sebagai masalah yang serius sedangkan pemirsa ringan berpenghasilan
tinggi tidak demikian. Wanita pecandu berat melihat kejahatan sebagai
masalah yang lebih serius ketimbang pria pecandu berat. Artinya, ada faktorfaktor lain di luar tingkat keseringan menonton televisi yang memengaruhi
persepsi kita tentang dunia serta kesiapan kita untuk menerima gambaran
dunia di televisi sebagai dunia yang sebenarnya.
Jadi, meskipun televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk
pandangan kita tentang dunia, televisi merupakan salah satu media yang
paling ampuh, terutama bila kontak dengan televisi sangat sering dan
berlangsung dalam waktu lama.

13

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Banyak teori-teori komunikasi organisasi yang dirumuskan oleh para
ahli dengan tujuan agar dapat memahami bagaimana proses komunikasi
yang terjalin dalam suatu organisasi sekaligus menguraikan bagaimana agar
komunikasi yang terjalin itu dapat berjalan dengan baik. Karena kembali
kepada definisi awal bahwa organisasi adalah suatu sistem yang saling
berhubungan antara komponen yang satu dengan yang lain. Sehingga
apabila salah satu komponen mengalami suatu masalah, komponen yang
lainpun akan terkena dampaknya. Oleh sebab itulah komunikasi sebagai
proses penghubung utama antar bagian dalam organisasi sangat perlu
diperhatikan.

14

Anda mungkin juga menyukai